Di susun oleh :
kelompok 1
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan .........................................................................................4
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................4
C. Tujuan ....................................................................................................5
BAB II Pembahasan .........................................................................................6
A. Konsep Terapi Komplementer ...............................................................6
1. Pengertian Terapi Komplementer ....................................................6
2. Tujuan Terapi Komplementer ..........................................................6
B. Klasifikasi Terapi Komplementer ..........................................................8
1. Mind-body-spirit Therapies .............................................................8
2. Biological Based Therapies ..............................................................11
3. Manipulative and Body Based Therapies ........................................12
4. Energy Therapies .............................................................................13
5. Alternative Medical System .............................................................14
C. Trend Issue Terapi Komplementer .........................................................16
1. Patient Safety ...................................................................................17
2. Bidang Praktik (Scope Of Practice)..................................................17
3. Perbedaan Budaya ............................................................................20
D. Pemilihan Metode Terapi Komplementer...............................................20
E. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer ..........................................22
BAB III Penutup ..............................................................................................23
A. Kesimpulan ............................................................................................23
B. Saran .......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi Komplementer ini sudah dikenal secara luas serta telah digunakan
sejak dulu dalam dunia kesehatan. Terapi komplementer adalah cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan
medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan
medis yang konvensional. Menurut WHO, terapi komplementer adalah
pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan.
Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional.
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang
penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan
komplementer - alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil
penelitian. Tahun 2010 telah digunakan 40% dari penduduk Indonesia. Terapi
komplementer yang dikenal juga sebagai terapi kedokteran alternatif melesat
cepat menjadi bagian dari pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan.
Terapi moderen yang dianggap sebagai ilmu kedokteran barat (western medicine)
memang sejak lama memproklamirkan dirinya sebagai ilmu kedokteran dengan
dasar rasional. Artinya pemecahan masalah kesehatan didasarkan atas
pertimbangan yang bisa dinalar dan harus masuk akal. Sehingga para penganut
aliran ini menganggap bahwa masalah kesehatan akan tuntas diselesaikan jika
penyebabnya dihilangkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pengobatan Terapi Komplementer ?
2. Bagaimana perkembangan Terapi Komplenter ?
3. Apa tujuan Terapi Komplementer ?
4
4. Apa saja Klasifikasi Terapi Komplementer ?
5. Bagaimana Trend dan Issue Terapi Komplementer ?
6. Bagaimana Terapi Komplementer dalam praktik keperawatan ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi pengobatan Terapi Komplementer.
2. Memaparkan perkembangan Terapi Komplementer.
3. Memaparkan tujuan Terapi Komplementer.
4. Memaparkan klasifikasi Terapi Komplementer.
5. Menjelaskan trend dan issue Terapi Komplementer.
6. Menjelaskan penggunaan Terapi Komplementer dalam praktik keperawatan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Integratif therapies atau pengobatan integratif merupakan istilah umum
yang digunakan sebagai pendekatan pengobatan yang menyatukan praktik
pengobatan tradisional dengan praktik pengobatan dokter konvensional yang
bersifat aman serta fokus kepada pelayanan secara holistik yang meliputi
aspek bio, Psiko, sosial, dan spiritual. Metode pengobatan ini telah dilakukan
di beberapa rumah sakit serta beberapa Universitas di America dan Canada.
7
kurang seimbang baik secara fisik, psikis maupun spiritual karena tubuh
dipaksa bekerja tanpa memberi kesempatan untuk istirahat cukup.
Ada 9 jenis terapi yang termasuk dalam Mind-Body-Spirit Therapy,
yaitu :
a. Yoga
Yoga adalah mengikat kekuatan psikis (mental) seseorang,
menyeimbangkan dan menguatkan melalui penyatuan atau penyelarasan
antara tubuh, pikiran dan jiwa.
Latihan yoga dibuktikan secara ilmiah dapat meningkatkan
kebugaran tubuh, meningkatkan keseimbangan tubuh, menambah
kekuatan tubuh, jangkauan gerak dan kelenturan tubuh, dapat
meredakan gejala nyeri, gangguan cemas, insomnia, depresi, dan
melenturkan bagian punggung yang sakit.
b. Imagery
Imagery atau pencitraan adalah intervensi pikiran-tubuh (mind-body)
dengan menggunakan kekuatan imajinasi untuk membawa perubahan
fisik, emosional atau dimensi spiritual.
Pada umumnya Imagery digunakan dalam pelayanan kesehatan dan
paling sering dilakukan oleh klinik hipnosis atau hipnosis diri sendiri.
Imagery atau pencitraan digunakan untuk relaksasi, manajemen stres,
standar terapi kecemasan, dan meningkatkan wawasan psikologis dan
keruhanian seseorang.
c. Terapi Humor
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), humor diartikan
sebagai kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau yang
menyenangkan dan keadaan (dalam cerita) yang menggelikan hati,
kejenakaan dan kelucuan.
8
Terapi humor merupakan metode terapi dengan menggunakan humor
dan tawa dalam membantu individu menyelesaikan masalah, baik dalam
gangguan fisik maupun gangguan mental. Jadi terapi humor adalah
sebuah metode terapi yang memanfaatkan rasa humor seseorang
sehingga bisa mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku melalui sebuah
cerita, anekdot, gerak atau gestur tubuh.
d. Meditasi
Meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik,
emosi, mental dan spiritual seseorang.
e. Terapi Musik
Terapi musik adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas fisik
dan mental melalui rangsangan suara yang terdiri dari ritme, melodi,
harmoni dan irama tertentu.
f. Doa (Prayer)
Doa adalah bentuk komunikasi antara seorang hamba dengan Sang
Maha Pencipta. Doa bukan hanya sekedar bentuk pengabdian pada yang
sakral, tetapi memiliki fungsi yang lainnya, seperti permohonan
perlindungan sampai dengan hal-hal yang bersifat praktis, seperti berdoa
untul ketenangan dan kesehatan.
9
mempengaruhi wilayah emosional otak daripada rasional sehingga
pesan data jadi mudah diingat ketika ada keterlibatan emosional.
10
a. Aromaterapi
Aromaterapi adalah istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan
alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah
menguap, dikenal sebagai minyak esensial dan senyawa aromatik
lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati
atau kesehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan pengobatan
alternatif dan kepercayaan batin.
Selain menghasilkan bau yang menyenangkan, minyak aromaterapi
dapat memberikan disinfeksi pernafasan, dekongestan dan manfaat
psikologis. Menghirup minyak esensial dapat merangsang sistem
penciuman, bagian otak yang terhubung ke bau termasuk hidung dan
otak. Ketika molekul mencapai otak, mereka akan mempengaruhi sistem
limbik yang terkait dengan emosi, denyut jantung, tekanan darah,
pernafasan, memori, stress, dan keseimbangan hormon.
b. Herbal
Obat herbal adalah obat yang bersifat organik atau alami yang berasal
dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani). Manfaat obat herbal yaitu
mengurangi risiko efek samping, karena herbal biasanya memiliki efek
samping lebih kecil.
c. Terapi nutrisi
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan
untuk menghasilkan energi, memelihara kesehatan, menjaga
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh.
Terapi nutrsi adalah terapi yang diberikan kepada pasien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Manfaat terapi
nutrisi, yaitu :
1) Sistem kekebalan tubuh.
11
2) Meningkatnya tingkat energi.
3) Hormon yang seimbang.
4) Identifikasi intoleransi makanan.
5) Memperbaiki sistem pencernaan.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Menjaga berat badan.
8) Memperbaiki kondisi kulit dan membuang racun dari tubuh.
9) Meningkatkan seluruh fungsi tubuh.
10) Menghilangkan stress.
12
Terapi relaksasi adalah teknik yang mempromosikan pengurangan stres,
penghapusan ketegangan diseluruh tubuh dan kondisi pikiran yang
tenang dan damai.
4. Energy Therapies
Energy Therapies adalah terapi yang menggunakan energi yang berasal
dari dalam atau energi yang berasal dari dekat tubuh dan energi yang berasal
dari sumber lain seperti cahaya matahari, elektron tumbuhan dan energi
magnet alam ataupun magnet buatan.
Terdapat 6 jenis terapi yang termasuk dalam Terapi Energi, yakni :
a. Terapi Cahaya (Light Therapy)
Terapi cahaya didefinisikan sebagai ekspos terhadap sinar siang hari atau
gelombang-gelombang cahaya tertentu untuk jumlah waktu yang telah
ditentukan atau untuk waktu tertentu dalam sehari bagi pengobatan
afeksi musiman, jerawat, susah tidur, sindrom fase tidur tertinda,
gangguan afektif non lansia dan psoriasis.
b. Terapi Magnet (Magnet Therapy)
Terapi magnet atau megnoterapi adalah penerapan medan magnet lemah,
magnet statis (permanen) berupa magnet alami atau magnet buatan yang
menghasilkan gaya magnet karena gerakan elektron dalam atom-atom
yang membentuk magnet.
c. Terapi Sentuhan (Healing Touch)
Healing touch adalah terapi energi yang memanfaatkan sentuhan lembut
untuk meningkatkan dan memfasilitasi kesehatan pikiran, tubuh dan jiwa
seseorang.
d. Terapi Reiki (Reiki)
Reiki berasal dari bahasa Jepang, “rei” yang berarti alam semesta dan
“ki” yang berarti energi. Jadi reiki dapat diartikan energi alam semesta
13
atau disebut energi ilahi. Reiki adalah bentuk kerja energi yang halus dan
efektif menggunakan energi kehidupan yang dipandu secara spiritual.
Praktisi reiki meyakini bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk
menghubungkan dirinya dengan energi penyembuhan mereka sendiri dan
menggunakannya untuk memperkuat energi dalam dirinya sendiri. Reiki
bertujuan tidak hanya menyembuhkan penyakit tetapi juga menyehatkan
pikiran berdasarkan kearifan dan kemampuan spiritual yang diberikan
Tuhan, untuk menjaga tubuh tetap sehat dan menikmati kesejahteraan
hidup.
e. Terapi Refleksi (Reflexology)
Terapi refleksi adalah ilmu yang didasarkan pada premis bahwa ada zona
dan area refleks dikaki dan tangan yang sesuai dengan semua kelenjar,
organ, bagian dan sistem tubuh.
f. Terapi Akupresur (Acupressure)
Akupresur adalah terapi sentuhan yang memanfaatkan prinsip-prinsip
akupuntur dan pengobatan Cina. Dalam akupresur, titik-titik yang sama
pada tubuh diperbolehkan seperti akupuntur, tetapi distimulasi dengan
tekanan jari bukan dengan menggunakan jarum. Akupresur digunakan
untuk meredakan berbagai gejala dan rasa sakit.
14
pengembangan terapi komplementer alternatif (pengobatan alternatif). Hal
ini terbukti dengan banyaknya praktik komplementer/alternatif di
masyarakat dan kecenderungan masyarakat untuk menggunakan terapi ini
terus meningkat.
Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat banyak terapi
komplementer/alternatif khas Indonesia dan terapi komplementer campuran
potensial untuk dikembangkan secara akademis. Terapi-terapi yang dapat
dikembangkan, yaitu :
a. Obat Alami
Obat alami adalah obat-obatan yang berasal dari alam, baik berupa obat
tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dan dapat berupa simplisia
(bahan segar yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau
senyawa murni yang berasal dari alam.
b. Bekam
Dalam bahasa Arab, bekam atau hijamah adalah tindakan menyedot atau
menghisap kulit yang telah disayat sehingga darah dapat keluar untuk
mengembalikan seseorang ke dalam keadaan sehar dan mencegah
perkembangan penyakit didalam tubuh.
c. Pijat Khas Indonesia
Pijat artinya kegiatan menekan dengan jari, mengurut bagian tubuh
dengan melemaskan otot sehingga peredaran darah menjadi lancar.
Ada 3 (tiga) jenis pijat, yaitu :
1) Pijat Urut
Pada umumnya digunakan untuk terapi relaksasi otot-otot tubuh dari
ketegangan dan rasa lelah yang dialami. Dalam hali ini ada beberaoa
bagian tubuh yang harus dipijat untuk menhilangkan rasa lelah,
capek, sakit atau pegal, yaitu bagian punggung dan pinggang, kaki
dan tangan.
2) Pijat Refleksi dan Totok
15
Pijat ini merupakan gabungan pijat tradisional khas Nusantara
dengan refleksologi dan akupresur Cina. Selain dengan cara diurut
terlebih dahulu bagian-bagian simpul otot kaki atau tangan, juga
memijat dengan cara menekan titik pusat urat saraf yang
berhubungan langsung dengan organ tertentu.
Pijat totok yaitu menotok atau menekan melalui jari-jari tangan,
terutama ibu jari pada titik-titik meridian tertentu yang berhubungan
dengan bagian organ tertentu. Sebelum dilakukan totok, terlebih
dahulu lakukan pemijatan pada titik simpul otot agar kondisi tubuh
menjadi rileks.
3) Pijat Tulang
Pijat tulang adalah suatu metode dan seni untuk membetulkan posisi
tulang seluruh tubuh, mengendurkan otot-otot dan jaringan sel-sel
organik serta secara radikal menghilangkan penyakitnya. Terapi ini
dilakukan dengan pemijatan, penarikan serta tekanan-tekanan
vertikal agar dapat dapat memulihkan sendi-sendi yang terkilir dan
menata kembali tulang-tulang yang mengalami dislokasi.
d. Gurah
Cara pengobatan tradisional khas Indonesia yaitu dengan cara
mengeluarkan lendir dari dalam tubuh, baik dengan menggunakan cairan
ataupun ramuan herbal.
Saat ini penggunaan terapi komplementer mulai menggeliat. Hal ini tentu
akan terkait dengan tren isu yang berkembang tentang terapi komplementer.
1. Patient Safety
16
dibandingkan dengan terapi komplementer yang telah ada. Secara garis
besar prinsip praktik terapi komplementer menurut Curtis (2004) untuk
mengurangi terjadinya hal yang tidak diinginkan adalah :
a. Menghargai otonomi pasien
b. Menghargai etnis, umur dan status sosial
c. Tingkat sensitivitas terhadap pasien harus tinggi, terkait keinginan dan
penolakan terhadap terapi komplementer
d. Berhati-hati terhadap pasien yang tidak pernah konsul ke medis terkait
penyakitnya.
e. Menganjurkan pasien untuk hati-hati dalam setiap keputusannya dan
tetap menjalani terapi medis konvensional
f. Dorong pasien untuk lebih selektif dalam memilih terapi
17
pengawasan dari dinas kesehatan. Masalah terapi komplementer di
Indonesia ini masih perlu adanya jaminan mutu pasien dan perlindungan
pasien terkait dengan diagnostic yang digunakan oleh terapis.
Aspek keselamatan juga sangat diperlukan terhadap pemberian terapy.
Banyaknya terapi komplementer yang menggunakan pendekatan herbal
menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas. Tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap herbal memang menjadi dua sisi mata pisau, disisi lain
dapat meningkatkan sugesti, namun disisi lain kepercayaan yang
berlebihan, rasa ingin tahu akan isi dan efek samping obat konsumen
kurang dan menyebabkan banyak kejadian jangka pendek dan atau panjang
yang terjadi. Pemahaman terapis dan konsumen akan obat-obatan herbal
sangat diperlukan untuk keselamatan pasien.
Berdasarkan Curtis (2004) beberapa hal yang harus diperhatikan
terkait menurunkan resiko terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam obat
herbal adalah :
a. Kontaminasi : dalam penyajian dan pengemasan obat herbal masih
sangat dipertanyakan, resiko kontaminasi perlu menjadi perhatian atas
munculnya obat-obatan herbal
b. Bioavaibility : perubahan fungsi dari zat yang terkandung dalam obat
herbal perlu diperhatikan terkait proses kimia dari pengemasan
c. Dosis : penelitian tentang herbal masih sangat jarang. Seringkali yang
terjadi adalah kelebihan dosis, meskipun berasal dari herbal namun dapat
membahayakan pasien
d. Alergi : alergi juga terkadang muncul akibat produk-produk herbal
e. Keracunan : terkadang kandungan dalam obat herbal juga dapat menjadi
toxic.
18
akupuntur dan terapi homeophaty. Terapi komplementer pada terapi fisik
sangatlah berkaitan langsng dengan pasien, beberapa penelitian telah
mampu menemukan beberapa efek samping dari terapi komplementer Yang
menggunakan terapi fisik ini. Permasalahan mendasar adalah, bagaimana
penelitian di Indonesia, bagaimana pengetahuan terapis di Indonesia, hal ini
menjadi PR besar bagi kementrian kesehatan. Jurnal luar negeri telah
banyak mengungkap, namun pengetahuan terapis mengenai perkembangan
ini juga harus di tingkatkan. Penelitian tentang terapi komplementer di
Indonesia juga perlu di tingkatkan, mengingat karakteristik orang di luar
negeri dan di Indonesia berbeda.
Isu etik untuk terapi komplementer yang kedua adalah skop praktik
yang tidak jelas dari sekitar 1800 terapi komplementer yang teridentifikasi
ke dalam bidang praktik keperawatan. Artinya, masih menurut ANA bahwa
ada pertanyaan mendasar yang harus dijawab sekaitan skop praktik secara
legal dan etik dari penggunaan terapi modalitas komplementer dalam
praktik keperawatan profesional yaitu kapan teknik tersebut diajarkan dan
dipraktikkan oleh individu bukan perawat maupun oleh perawat?
Mungkinkah seorang perawat melakukan pemijatan sederhana atau
pemijatan terapi (therapeutic massage)? Mungkinkah seorang perawat
melakukan terapi sentuhan secara pribadi maupun secara profesional
mandiri? Pada aspek ini bahaya dapat muncul baik bagi klien maupun
perawat jika skop praktik komplementer tidak jelas. Hal ini dapat dipahami
bahwa pasien dapat ‘dibahayakan” oleh perawat yang mempraktikkan
terapi komplementer jika perawat itu sendiri tidak disiapkan untuk itu. Atau
perawat dapat ‘dibahayakan’ secara profesional ketika mereka melakukanB
19
praktik di luar skop atau area praktik keperawatan atau melakukan terapi
yang masih dipertanyakan.
3. Perbedaan Budaya (cultural diversity)
Secara umum, masyarakat kita terbagi menjadi dua golongan yaitu orang
yang hidup di perkotaan serta orang yang hidup di daerah perdesaan. Masyarakat
perkotaan serta orang yang hidup cenderung bersifat individualis sementara
masyarakat perdesaan lebih mengutamakan interaksi sosial. Kedua pola tersebut
dapat mempengaruhi cara pandang terhadap kesehatan yang berpengaruh juga
terhadap penyediaan serta jenis pelayanan kesehatan.
Terapi komplementer merupakan cara penanggulangan penyakit yang
dijadikan sebagai pilihan metode lain di luar pengobatan konvensional. Secara
berangsur - angsur, penggunaan obat di Indonesia mengalami penurunan.
Penurunan tersebut mungkin berkaitan dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk beralih menggunakan pengobatan alternatif, menggunakan
obat tradisional serta cara-cara yang tradisional pula. Hal itu mengakibatkan
20
meningkatnya pelatihan keterampilan teknik pengobatan tradisional seperti pijat,
akupresur, senam olah pernafasan, dan lain - lain.
Secara metode penyembuhannya, pengobatan komplementer berbeda dengan
pengobatan konvensional yang lebih mengandalkan obat kimia serta sistem
operasi. Sementara terapi komplementer merupakan terapi tambahan dari terapi
utama yang digunakan serta berfungsi sebagai suportif untuk mengontrol gejala
penyakit dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Konsep pengobatan terapi
komplementer terapi komplementer yang disinergikan dengan tindakan
keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang memiliki fungsi untuk
melengkapi kebutuhan dasar manusia. Perawat dapat menerapkan strategi
holistik untuk membantu pemulihan kesehatan pasien. Penerapan strategi itu
tentunya memerlukan keterampilan khusus, sehingga perawat dituntut untuk
mempelajarinya dari para ahli terapi komplementer. Selain itu, seorang perawat
juga tidak diperbolehkan melakukan tindakan yang tidak didasari oleh ilmu
pengetahuan atau dengan kata lain tidak boleh menjadikan seorang pasien
sebagai kelinci percobaannya.
Pada dasarnya, beberapa tindakan komplementer telah dilakukan oleh para
perawat dalam melayani pasien. Seperti contohnya, dalam menangani kasus
hipertensi perawat akan mengkaji data pasien kemudian memberikan terapi serta
obat - obatan dari dokter. Terapi yang dimaksud adalah ketika perawat mengukur
tekanan darah pasien, perawat sering kali menanyakan keluhannya apa yang
dirasakan oleh pasien dengan memegang tangan pasien disertai dengan
senyuman. Ketika pasien dalam keadaan tegang sering kali perawat melakukan
pendekatan terapeutik dibarengi sedikit humor agar ketegangan yang dirasakan
oleh pasien akan berangsur berkurang.
Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan jika pada dasarnya perawat telah
melakukan beberapa tindakan komplementer. Sementara, fokus terapi
komplementer adalah memandang manusia sebagai makhluk holistik. Namun
tindakan komplementer bukanlah satu-satunya terapi untuk menangani atau
21
menyembuhkan pasien karena tindakan komplementer berfungsi sebaga
pelengkap dari tindakan medik konvensional.
22
8. Perawat memberi masukan kepada pasien untuk mencoba teknik pengobatan
lain jika salah satu pengobatan tidak menunjukkan keberhasilan.
9. Perawat membantu pasien serta keluarganya agar terhindar dari bahaya iklan
mengenai produk maupun jasa yang justru membahayakan kesehatan.
Seperti contohnya, alat elektronik yang dapat mengobati semua jenis
penyakit.
10. Perawat harus mampu mendeteksi risiko interaksi obat yang yang justru
dapat menurunkan efek pengobatan.
11. Perawat meluruskan pasien yang percaya tentang obat alami yang dapat
menyembuhkan segala penyakit secara cepat. Karena obat yang seperti itu
belum tentu aman untuk digunakan.
12. Perawat berperan sebagai terapis di beberapa pelayanan kesehatan serta
dapat melaksanakan berbagai macam pengobatan komplementer seperti
teknik relaksasi, teknik kerja tubuh, terapi energi atau terapi lain yang
membutuhkan pelatihan khusus.
13. Perawat harus mampu melakukan tahap pemilihan terhadap pasien dapat
mengikuti proses pengobatan komplementer diantaranya yang memiliki
motivasi serta dapat berpartisipasi dalam proses pengobatan, mampu
berkontraksi, dan mampu mengikuti instruksi dari terapis.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
24
penggunaan pilihan terapi komplementer ini dengan benar dan sesuai yang
telah dianjurkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Link akses :
https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/alternative-medical-systems ,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1176230/