Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MEMAHAMI TERAPI KLOMPEMETER DALAM


PELAYANAN KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

SYUFIYA ISNAENI FITRI 2115201006


RAHMA PUTRI 2115201020
DIANA RIZKIKA AYU LESTARI 2115201044

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG TAHUN AJARAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Memahami Terapi Komplomenter Dalam
Pelayanan Kebidanan” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah ”Farmakologi”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur’aini, selaku Dosen Mata Kuliah Farmakologi.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik dari kawan sejawat mahasiswa, Diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................................4
1.1 Definisi Terapi Komplementer....................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................................6
2.1 Fokus Terapi Komplementer.......................................................................................................6
2.2 Obat-obatan Terapi Komplementer............................................................................................6
2.3 Teknik Terapi Komplementer.....................................................................................................6
2.4 Persyaratan Terapi Komplementer.............................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................9
PENUTUP...........................................................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSAKA..........................................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Terapi Komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Terapi komplementer adalah sebuah
kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan
produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi
untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan
sebagai pengobatan komplementer. Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan
Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional
atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat
75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non konvensional.
Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan 3
komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non –
konvensional di berbagai media Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional
yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi
tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.
Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa
dalam kesatuan fungsi. Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif
sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem

4
kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara
berbeda 4 dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang
ada (Complementary and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference,
1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif termasuk
didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan
atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut
menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang
diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari
aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada
yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini
sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang
holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fokus Terapi Komplementer

1. Pasien dengan Penyakit Jantung.


2. Pasien dengan Autis dan Hiperaktif
3. Pasien Kanker.

2.2 Obat-obatan Terapi Komplementer

A. Bersifat natural yaitu mengambil bahan dari alam, seperti jamu – jamuan, rempah
yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya)
B. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat
proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual
memiliki kekuatan penyembuhan.

2.3 Teknik Terapi Komplementer

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :

1. Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya.


Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi
berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai
komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan
endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh..
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam
sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan
udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%).
Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma
pada telinga akibat tingginya tekanan udara.

3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.

6
Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau
hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan
menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
• Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.
• Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.
• Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat
izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan
pemantauan terus – menerus.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk
mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya
karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi
hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya
tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam
meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki
keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare,
meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan
neuropati. Pada beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini pun mulai
diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak
metode pengobatan konvensional. Terapi komplementer ini juga dapat dilakukan atas
permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan para dokter lainnya. Diharapkan dengan
penggabungan pengobatan konvensional dan pengobatan komplementer ini bisa didapatkan
hasil terapi yang lebih baik.

2.4 Persyaratan Terapi Komplementer

Ada beberapa Persyaratan yang harus di penuhi , yaitu sebagai berikut :

1. Sumber daya manusia harus tenaga dokter atau dokter gigi yang yang sudah memiliki
kompetensi.

7
2. Bahan yang digunakan harus sudah terstandar dan dalam bentuk farmasi.
3. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapatkan izin
dari dapartemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus-
menerus

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.

Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya


orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan
terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

9
DAFTAR PUSAKA
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s
handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse.

Fontaine, K.L. 2005. Complementary & Alternative Therapies for Nursing. 2th Edition New
Jersey: Pearson Prentice Hall.

Ruth Lindquist, Mariah Snyder, Mary Fran Tracy, 2013, Complementary & Alternative
Therapies in Nursing

. Judith E.Deutsch, Ellen Zambo Anderson, 2008, Complementary Therapies for Physical
Therapy

Mardjan, Abrori, 2016, Pengobatan Komplementer Holistik Modern

Elsevier.Snyder, Maria.,& Lindquist, Ruth. 2006. Complementary/Alternative Therapies in


Nursing. New York : Springer Publishing Company, In

10

Anda mungkin juga menyukai