Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
➢ VISIE FEBRI DESNOVI 131912074

➢ YOSSIE SHAFANI 131912075

➢ YUNISTRI FITRIAWATI 131912076

➢ MAS’AH131912077

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNG PINANG
TP. 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan

makalah dengan judul ‘ Terapi Komplementer ‘. Sholawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya

hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah

keperawatan komunitas di jurusan keperawatan stikes Hangtuah. Dalam kesempatan

ini penyusun juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heri Priatna, Sst.FT, SKM, S. Sos, MM, Sp. FOM selaku Ketua Stikes

Hangtuah Tanjungpinang.

2. Bapak dr. Bukit Gultom Selaku Direktur RSUD Dabo.

3. Ibu Zakiyah Rahman,M.Kep Selaku ka. Prodi sarjana keperawatan stikes hang

tuah tanjungpinang

4. Ibu dr.Syamilatul Khhariroh,S.Kp.M.Kes selaku dosen mata pelajaran

Keperawatan Komunitas.

Penyusun berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan

sumbangsih untuk menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam

rangka perbaikan selanjutnya, penyusun akan terbuka terhadap saran dan masukan

dari semua pihak karena penyusun menyadari makalah yang telah disusun ini

memiliki banyak sekali kekurangan.

Dabo Singkep, 09 April 2020

Penyusun

i
ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini


diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain,
seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam.
Definisi CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk
penyembuhan yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan praktek
kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003) Masyarakat
luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke pengobatan
komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat popular di perbincangkan
di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang memilih
mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal
putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu
alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan.
Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam subuah
penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan
nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik
pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65
(43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011). 2 Menurut World
Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006), Negara-negara di Afrika,
Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan
primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi
menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO)
merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk
penyakit kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung
upayaupaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80%
dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional.
Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai
diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang

1
menolak pengobatan konvensional. Terapi komplementer dapat dilakukan atas
permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan dokter. Diharapkan dengan
penggabungan pengobatan konvensional komplementer bisa didapatkan hasil terapi
yang lebih baik. Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker “Dharmais “Jakarta merupakan
salah satu dari 12 rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk
melaksanakan dan mengembangkan pengobatan komplementer ini dan 12 rumah
sakit lainnya adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter
Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo 3 Jakarta, RSUD Dr.
Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten
(Kemenkes, 2011) Daerah Sukoharjo terdapat banyak pengobatan komplementer dan
yang masuk sebagai sarana pelayanan pengobatan swasta.

1.2. Rumusan Masalah


1. Mengetahui defenisi terapi komplementer
2. Mengetahui jenis – jenis terapi komplementer
3. Mengetahui sasaran terapi komplementer
4. Mengetahui teknik terapi komplementer
5. Mengetahui apa saja persyaratan terapi komplementer
6. Mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mendapat gambaran dan pengetahuan tentang terapi
komplementer.

1.3.2 Tujuan Khusus


Setelah melakukan pembelajaran tentang terapi Komplementer,mahasiswa
mampu :

1. Mengetahui defenisi terapi komplementer


2. Mengetahui jenis – jenis terapi komplementer
3. Mengetahui sasaran terapi komplementer
4. Mengetahui teknik terapi komplementer

2
5. Mengetahui apa saja persyaratan terapi komplementer
6. Mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer

1.4. Manfaat

1.4.1 Untuk Mahasiswa


Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
khususnya tentang terapi komplementer dan apa saja yang di perlukan dalam
terapi komplementer

1.4.2 Untuk kampus

Makalah ini dapat menjadi tambahan bahan bacaan di perpustakaan


dan dapat juga di gunakan sebagai bahan acuan untuk mencari referensi
tentang terapi komplementer.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. DEFENISI
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional
yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.Terapi
komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan
Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.

2.2. JENIS – JENIS TERAPI KOMPLEMENTER

1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.


2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral.

2.3. SASARAN TERAPI KOMPLEMENTER

1. Pasien dengan penyakit jantung.


2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker.

2.4. TEKNIK TERAPI KOMPLEMENTER

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah


ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat

4
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga
sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi
berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu
pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan
pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik,
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke
dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar
daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan
oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau
makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara 3.
Terapi herbal medik,
Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada
cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya.
Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya
untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu
dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya
sendiri-sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien-
pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian
tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh.
Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum,
meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan
nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue
(kelelahan) dan neuropati.

5
2.5. PERSYARATAN TERAPI KOMPLEMENTER

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam
bentuk sediaan farmasi.Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian
harus telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan
dilakukan pemantauan terus – menerus.
2.6. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI KOMPLEMENTER

1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi
terapi.

2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya


secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan
dan secara ekonomi kepada pasien.

6
BAB III
PEMBAHASAN

7
BAB IV
PENUTUP

4.1.KESIMPULAN

4.2.SARAN

8
DAFTAR PUSAKA

Anda mungkin juga menyukai