Anda di halaman 1dari 23

TERAPI KOMPLEMENTER “JOURNALING”

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Komplementer
yang dibina oleh Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M. Kes.

Oleh
Kelompok 6 Kelas 2B
1. Yulif Prakoso (P17210183078)
2. Reina Catur Ningtyas (P17210183080)
3. Indriani (P17210183081)
4. Ilma Amalia (P17210183085)
5. Novita Eka Susilowati (P17210183087)
6. Antan Febriana Dewi (P17210183088)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
Februari 2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah yang
telah diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Terapi Komplementer Journaling”. Penulisan makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Komplementer di Politeknik
Kesehatan Malang.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini kepada:
1. Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M. Kes., selaku dosen pembimbing matakuliah
Keperawatan Komplementer.
2. Orang tua penulis yang telah memberi motivasi baik finansial maupun
spiritual.
3. Teman-teman yang telah memberi dukungan dalam pembuatan makalah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami tetap mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi peningkatan makalah ini.

Malang, 01 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................................


i...................................................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................
ii
Daftar Isi.....................................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................
2
1.4 Manfaat................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Penertian Journaling Therapy.............................................................
3
2.2 Macam-Macam Journaling Therapy...................................................
5
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terapi...........................................
5
2.4 Manfaat Terapi....................................................................................
6
2.5 Cara Kerja Terapi................................................................................
8
2.6 Manifestasi Klinis................................................................................
10

BAB III GAMBARAN MASALAH


3.1 Contoh-Contoh dan Implementasi Jourling Therapy..........................
30

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................
29
4.2 Saran....................................................................................................
30

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi Komplementer akhir – akhir ini menjadi isu banyak Negara.
Masyarakat menggunakan terapi ini dengan alas an keyakinan, reaksi obat kimia
dan tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini,
tetapi memerlukan dukungan hasil – hasil penelitian (Evidence Based Practice).
Pada dasarnya terapi komplementer telah didukung berbagai teori Nightingale,
Roger, Leininger, dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di
berbagai level pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.
Klien yang menggunakan terapi komplementer memiliki beberapa alasan.
Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu
adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer.
Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam
pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah
82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional
yang di terima menyebabkanmemilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis
2002)
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya
tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Salah satunya dengan terapi Journaling atau terapi menulis.
Terapi menulis ini ditemukan oleh Pennebaker dan Beal lewat sebuah
penelitian tentang manfaat menulis ekspresif pada tahun 1986. Terapi menulis ini
sangat sesuai untuk individu yang mempunyai tipe introvert yang sulit
mengungkapkan perasaannya lewat kata kata secara verbal. Hasil dari penilitian
membuktikan bahwa dengan menulis ekspresif mampu untuk menurunkan
masalah hidup kerana telah lepasnya tekanan hidup yang dituangkan lewat tulisan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat  merumuskan suatu
masalah yaitu “Bagaimana implementasi terapi komplementer journaling?”
a. Apa pengertian Journaling Therapy?
b. Apa saja macam-macam Journaling Therapy?
c. Apa faktor-faktor yang memengaruhi Journaling Therapy?
d. Apa manfaat Journaling Therapy?
e. Bagiaman cara kerja Journaling Therapy?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Implementasi Terapi Komplementer Journaling”.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian Journaling Therapy
b. Untuk mengetahui macam-macam Journaling Therapy
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi Journaling Therapy
d. Untuk mengetahui manfaat Journaling Therapy
e. Untuk mengetahui cara kerja Journaling Therapy

1.4 Manfaat
1.4.1 Ilmu Pengetahuan/Metodologi
Dapat memberikan wawasan yang luas mengenai implementasi
terapi journaling atau terapi menulis yang dapat diimplementasikan
untuk mengurangi stress, depresi atau masalah lain.
1.4.2    Bagi keluarga pasien
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi keluarga yang
menderita stres, depresi, atau masalah berat sehingga keluarga pasien
mengerti tentang penerapan terapi journaling sebagai metode
penyelesaian.
1.4.3 Bagi Peneliti
Dapat memberikan tambahan informasi, pengetahuan, dan bahan
referensi untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai
terapi komplenter journaling. Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan
acuan untuk pendidikan D3 Keperawatan dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan di masa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Journaling Therapy


Journaling therapy atau terapi menulis adalah sebuah terapi yang
menggunakan penulisan yang bersifat ekspresif untuk mengungkapkan suatu
perkara yang terpendam. Dalam setting klinis, terapi menulis pengalaman
emosional atau menulis ekspresif dapat diartikan sebagai suatu terapi dengan
aktivitas menulis mengenai pikiran dan perasaan yang mendalam terhadap
pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang menekan
atau bersifat traumatik (Pennebaker, 1997;Pennebaker & Chung, 2007).
Terapi journaling lebih berpusat pada proses selama menulis daripada hasil
dari menulis itu sendiri sehingga poin pentingnya adalah bahwa menulis adalah
suatu aktivitas yang personal, bebas kritik dan bebas aturan bahasa. Menulis dapat
dikatakan sebagai bentuk terapi yang menggunakan teknik sederhana, murah dan
tidak membutuhkan umpan balik. Dalam setting klinis, terapi menulis pengalaman
emosional atau menulis ekspresif diartikan sebagai suatu terapi dengan aktivitas
menulis mengenai pikiran dan perasaan yang mendalam terhadap pengalaman-
pengalaman yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang menekan atau bersifat
traumatik (Rohmadoni, 2017).

2.2 Macam- Macam Terapi Jurnal


Ada banyak cara kreatif dan efektif yang menulis jurnal dapat digunakan dala
m pengobatan. Beberapa teknik ini dapat digunakan sesekali, seperti dalam penuli
san jurnal terapeutik, atau untuk seluruh rangkaian perawatan, seperti dalam terapi
jurnal. Berikut adalah macam-macam terapi jurnal :

a. Menulis Bebas Lepas


Menulis bebas lepas yaitu menulis secara bebas apa yang ada dalam pikiran kita
tanpa perlu memperhatikan tata bahasa atau tata penulisannya. Curahkan saja
semua yang ada dalam pikiran dan benak kita.

b. Jurnal dengan Foto


Orang yang memilih foto pribadi dan menghabiskan waktu di sesi menulis me
mberikan tanggapan terhadap serangkain pertanyaan tentang foto-foto . Pertanyaa
n dapat mencakup hal-hal seperti “Apa yang Anda rasakan ketika Anda melihat fo
to-foto ini?” atau “Apa yang ingin Anda sampaikan kepada orang-orang , tempat,
atau benda-benda di foto-foto ini?”

c. Menulis Surat
Seseorang dalam terapi diminta untuk menulis surat kepada seseorang tentang
berbagai masalah yang dia alami. Orang dapat memilih untuk menulis kepada siap
a pun, termasuk orang yang mereka kenal, menulis untuk diri mereka sendiri , ata
u seseorang yang telah merasa kehilangan. Sebagai contoh, seseorang mungkin m
enulis surat kepada orang tua yang meninggal untuk memberitahu mereka apa yan
g sedang dia alami.

d. Catatan Jurnal Berwaktu


Ini adalah teknik yang bagus untuk digunakan dengan mereka yang kesulitan
untuk memusatkan pikiran mereka. Terapis dan orang yang melakukan terapi me
mutuskan topik umum dan kemudian orang dalam terapi memiliki waktu singkat,
biasanya 5-10 menit , untuk menulis tentang hal dengan topic yang sudah ditentuk
an tersebut.
e. Membuat 100 daftar
Terapis meminta orang dalam terapi untuk mendaftar 100 item yang berhubu
ngan dengan tema atau topik yang dipilih. Proses ini kemungkinan besar akan me
nghasilkan pengulangan item atau pola tertentu yang akan ditinjau dan dibahas ole
h terapis dan individu. Contoh permintaan daftar termasuk 100 Hal yang Membua
t Saya Sedih, 100 Alasan untuk Bangun di Pagi, 100 Hal yang Saya Cinta, atau 10
0 Hal yang Saya Ingin Lakukan dengan Hidup Saya.

2.3 Faktor –Faktor yang Memengaruhi Terapi Journaling


1. Pengaturan Ruangan
Ruangan yang digunakan dalam pelaksanaan terapi menulis ekspresif merupa
kan ruang yang nyaman dengan pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup. Rua
ngan disetting dengan menggunakan kursi dan meja sebagai media terapi menulis
ekspresif. Ruangan dilengkapi dengan layar LCD sebagai media presentasi materi
terapi.

2. Pelaksanaan Terapi
Terapi menulis ekspresif dilaksanakan sebanyak tiga sesi dalam tiga kali perte
muan pada tiga hari berturut-turut. Pada sesi pertama, terapi menulis ekspresif dila
ksanakan selama 115 menit (1 jam 55 menit), sedangkan pada sesi kedua dan keti
ga dilaksanakan selama 70 menit ( 1 jam 10 menit).

3. Persyaratan Terapis
Adapun persyaratan terapis menulis ekspresif berikut :
a) Memiliki latar pendidikan profesi psikologi
b) Memiliki pegalaman melakukan terapi khususnya terapi menulis ekspresif
c) Sekurang-kurangnya memiliki pengalaman sebagai ko terapis pada terapi
menulis ekspresif
d) Memahami konsep-konsep terapi
e) Memahami karakteriktik dan pengetahuan yang berkaitan dengan depresi
f) Memahami dinamika kelompok
Terapis dibantu ko terapis yang bertugas membantu terapis dalam pelaksanaan ter
api. Adapun persyaratan ko terapis :
a) Mahasiswa/S1 psikologi
b) Memiliki pengetahuan mengenai depresi
c) Memiliki pengetahuan mengenai terapi menulis ekspresif
d) Memiliki pengalaman dalam pendampingan remaja

2.4 Manfaat Terapi Journaling


Manfaat terapi menulis menurut Baikie dan Wilhiem yang dikutip oleh Zahro,
menulis pengalaman atau peristiwa traumatik, stres atau emosional dapat
memperbaiki kesehatan fisik dan psikologis. Selain itu, terapi menulis juga dapat
digunakan sebagai intervensi jangka pendek bagi orang orang dengan gejala stres,
kecemasan dan depresi.

Secara kognitif, Expressive Writing mampu untuk membantu individu


mengingat dan sekaligus meningkatkan kapasitas otak (Sindiro, 2016). Menurut
Pennebeker dan Chung yang dikutip Marieta, Expressive Writing memiliki
beberapa tujuan yaitu:
a. Menurunkan stress, meningkatkan sistem imun, menurunkan tekanan
darah, meningkatkan mood, merasa lebih bahagia, dan ampuh dalam
mengurangi tanda-tanda depresi.
b. Merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreatifitas, memori, motivasi,
dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku.
c. Membantu mengurangi penggunaan obat-obatan yang mengandung bahan
kimia.
d. Mengurangi intensitas untuk pergi ke dokter atau tempat terapi.
e. Hubungan sosial semakin baik degan masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan menuliskan pengalaman emosional mempunyai
manfaat yang besar sebagai media terapeutik dalam beberapa permasalahan klinis.
Terapi menulis ini juga mampu untuk mengubah perilaku seseorang yang pada
awalnya negatif menjadi beransur positif contoh seperti individu yang telah
bangkit dari kesedihan yang mendalamnya karena telah membuka diri ketika
menuliskan segala emosinya ke dalam sebuah penulisan sehingga individu
tersebut lebih mampu untuk melakukan perubahan diri menjadi lebih baik
sekaligus menjalani kehidupan yang lebih positif.

Manfaat dari terapi menulis ini sangat banyak memberikan dampak yang
positif bagi psikis maupun fisik. Metode ini mampu untuk memberikan pengaruh
yang baik bagi kesejahteraan psikis seseorang sehingga mampu untuk mengurangi
kecemasan, perbaikan suasana hati, dan menurunkan ketegangan sehingga dalam
jangka panjang memberikan dampak yang baik bagi kesehatan tubuh dan
mengurangi resiko terkena penyakit dalam.

Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah partisipan secara bebas bisa
mengekspresikan perasaannya, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan
kemampuan merefleksi diri, meningkatkan keterampilan menulis, membuat
partisipan menjadi lebih terbuka, spontan dan menerima diri apa adanya
(Pennebaker, 1997)

2.5 Cara Kerja Terapi Journaling


Mekanisme kerja terapi jurnal ini sangatlah sederhana. Konseli diarahkan unt
uk menuliskan hal yang sangat berpengaruh terhadap emosional konseli tanpa me
mpedulikan tata bahasa dan diksi dalam waktu 20-30 menit. Kegiatan ini dapat dil
akukan seminggu 4 kali selama 4-5 minggu.
Menurut pendapat lain, beberapa penelitian berbeda dalam penggunaan durasi
menulis, 10-30 menit waktu menulis kemudian subjek diminta masuk ke dalam ru
angan dan diminta untuk menulis tentang pengalaman dalam kehidupannya, tenta
ng perasaan-perasaannya kepada orang-orang disekitarnya, tentang masa lalu, mas
a sekarang dan impiannya, hingga konflik yang dialaminya secara peribadi. Denga
n durasi 10-30 menit dalam 3 atau 5 hari hingga 4 minggu (Rahmawati, 2014).
Selain itu juga, pendapat lain yang dikutip Murti mengatakan bahwa partisipa
n menulis pengalaman traumatis dalam hidupnya, waktu pelaksanaan 3-4 hari bert
urut turut atau lebih sesuai tujuan penelitian dengan durasi 15-30 menit setiap kali
menulis, tidak ada umpan balik yang diberikan, partisipan bebas menulis pengala
man traumatis yang pernah dialami, dan efek langsung yang dirasakan oleh sebagi
an partisipan ketika mengingat pengalaman traumatisnya antara lain menangis ata
u marah.
Setelah itu Pennebeker juga menunjukkan syarat tulisan, hal-hal yang perlu di
perhatikan dalam menganisilis Expressive Writing.
a) Semakin banyak penggunaan kata-kata yang beremosi positif seperti bahagia,
cinta, baik dan tertawa.
b) Kata-kata dengan kandungan emosi negatif yang jumlahnya sedang seperti m
arah, terluka, buruk.
c) Menggunakan lebih banyak kata-kata kognitif pada hari terakhir seperti pemi
kiran kausal (sebab, akibat, alasan) dan wawasan dan refleksi diri (memahami
menyadari, mengetahui).
d) Membangun kisah yang jelas, koheren, dan terorganisir dengan baik pada hari
terakhir melakukan Expressive Writing.

Setelah membahas mekanisme pelaksanaan Terapi Menulis, berikut rincian


dari pengaplikasiannya, Hynes dan Thompson membagi ke dalam tahapan yakni:

a. Recognation/Initial writing

Tahapan ini merupakan tahapan pembuka untuk menuju sesi menulis. Tahap
ini bertujuan untuk membuka imajinasi, memfokuskan pikiran, relaksasi dan
menghilangkan ketakutan yang mungkin muncul pada diri klien, serta
mengevaluasi kondisi mood atau konsentrasi klien.
Pada tahap ini klien diberikan kesempatan untuk menulis secara bebas kata-
kata, frase, atau mengungkapkan hal lain yang muncul dalam pikiran, segala apa
yang ia ingin tumpahkan tanpa perencanaan dan arahan. Selain menulis, sesi ini
juga dapat dimulai dengan pemanasan, gerakan sederhana, atau memutar suatu
instrumen. Tahap ini klien diberikan waktu 10 menit untuk menulis bebas.
Kemudian konselor juga bisa mengarahkan konseli untuk menulis tentang
perasaannya tentang lingkungan, keluarga, teman-teman, kampus serta
perkuliahan selama 10 menit. Lihat ekspresi klien apakah menunjukkan ekpresi
sedih, raut muka murung ketika dalam proses menulis.
Tahapan ini berlangsung selama 3 hari juga dengan tujuan untuk
memaksimalkan pemahaman konseli tentang apa yang ia tuliskan sekaligus
menyadarkan usaha apa saja yang telah dilakukan oleh konseli di masa sekarang
untuk mencapai harapannya di masa depan.

b. Examination/writing exercise

Tahap ini bertujuan untuk mengeksplor reaksi klien terhadap suatu situasi
tertentu. Merupakan tahap dimana proses menulis dilakukan. Instruksi yang
diberikan bervariasi sekitar 10-20 menit setiap sesi. Jumlah pertemuan sekitar 3-5
sesi.
Cakupan topik penulisan juga dapat diperluas menjadi peristiwa emosional ya
ng lebih umum atau peristiwa spesifik yang dialami individu seperti saat di diagno
sa mengalami suatu penyakit kronis, kehilangan pekerjaan, atau masuk perguruan
tinggi.
Di tahap ini merupakan tahapan konseli akan menulis dengan tema-tema
tertentu yang sudah direncanakan oleh konselor. Tahapan ini bertujuan untuk
mengeksplor reaksi klien terhadap situasi tertentu. Konselor bisa membagikan 3
tema dalam tahapan ini, tema tersebut misalnya terdiri dari; masa lalu, masa
sekarang, dan masa depan.

c. Juxtaposition/Feedback

Tahapan ini merupakan sarana refleksi yang mendorong pemerolehan kesadar


an baru dan menginspirasi perilaku, sikap, atau nilai yang baru, serta membuat in
dividu memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya. Tulisan yang s
udah dibuat klien dapat dibaca, direfleksikan, atau dapat juga dikembangkan, dise
mpurnakan, dan didiskusikan dengan orang lain atau kelompok yang dapat diperc
aya oleh klien. Hal pokok yang digali pada tahap ini adalah bagaimana perasaan
penulis saat menyelesaikan tugas menulis atau saat membaca. Apakah
perasaannya agak lega kerana telah mengeluarkan segala yang terpendam selama
ini.

d. Application to the self


Pada tahap terakhir ini klien didorong untuk mengaplikasikan pengetahuan ba
runya ke dalam dunia nyata. Konselor atau terapis membantu klien mengintegrasi
kan apa yang telah dipelajari selama sesi menulis dengan merefleksikan kembali a
pa saja yang mesti diubah atau diperbaiki dan mana yang perlu dipertahankan.
Selain itu juga dilakukan refleksi tentang manfaat menulis bagi klien.
Konselor juga perlu menanyakan apakah klien mengalami ketidaknyamanan atau
bantuan tambahan untuk mengatasi masalah sebagai akibat dari proses menulis
yang mereka ikuti. Bantu klien untuk merencanakan jadwal kegiatan sehari-hari
sesuai dengan yang diinginkan klien dan bantu agar kegiatan tersebut dapat
terlaksana.
No. Tahapan Uraian Kegiatan Batas Waktu

1. Recognation Menulis bebas 6-30 menit

2. Examination Menulis dengan topik 10-60 menit

Tertentu

3. Juxtaposition/Feedbac Merefleksikan tulisan 20-60 menit


k
4. Application to Mengaplikasikan 10 menit

the self pengetahuan baru

Tabel 2.1 Tahapan Terapi Menulis/Journaling Therapy


BAB III
GAMBARAN MASALAH

3.1 Contoh dan Implementasi Terapi Journaling


1. Kisah Artis Marshanda dalam Menghadapi Bipolar dengan Terapi Journaling
Marshanda adalah salah seorang artis cantik dan bertalenta. Pada tahun 2009 i
a divonis memiliki gangguan bipolar, dan kenyataan itu sangat sulit untuk diterim
a, karena ia merasa tidak memiliki masalah dalam hidupnya. Ia mengaku
membutuhkan waktu 3 tahun untuk menerima kenyataan bahwa dirinya memiliki
gangguan bipolar. Selama itu, Marshanda tidak pernah berhenti untuk mengenali
bipolar yang dimilikinya.
Kemudian pada tanggal 20 Mei 2017 ia muncul kembali dalam sebuah acara t
alk show dan mengatakan ia telah sembuh tanpa obat. Ternyata rahasianya ia rutin
menulis setiap malam menjelang tidur. Ia menulis hal-hal positif yang ia syukuri d
alam aktifitas sehari, hal itu membantu ia untuk selalu berfikir positif.
"Setiap malam menjelang tidur, saya selalu menulis lima hal positif yang
sudah saya syukuri selama seharian saya beraktivitas, dan ini membantu saya
untuk berpikir positif,"katanya.
Rupanya aktifitas menulis yang rutin ia lakukan telah mampu membawanya k
eluar dari masalah bahkan mampu memandang masalah tersebut dari luar. Serta y
ang lebih mengejutkan lagi, terapi menulis tersebut mampu membuat ia mengenali
diri sendiri secara lebih baik.
Jadi kesimpulan dari kasus diatas, aktifitas menulis telah terbukti untuk memb
antu penyembuhan persoalan emosi pada diri sendiri tanpa obat kimia yang mala
h memberi efek samping depresi.

2. Penelitian yang membahas tentang implementasi terapi menulis/ terapi


journaling terhadap beberapa masalah di masyarakat.
Judul penelitian : Terapi Menulis Pengalaman Emosional Untuk
Menurunkan Depresi Pada Perempuan Korban Kekerasan
Oleh : Vequentina Puspa Indah
Tahun : 2015
Tujuan:
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh menulis
pengalaman emosional dalam menurunkan depresi pada perempuan korban
kekerasan. Pengukuran tingkat depresi dilakukan sebelum pelaksanaan
prosedur dan setelah pelaksanaan prosedur terapi menulis

Latar Belakang :
Kekerasan merupakan suatu tindakan yang berujung pada adanya
pelanggaran hak asasi manusia, atau secara lebih khusus berujung pada
pelanggaran yang menghalangi manusia untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya, seperti pemenuhan rasa aman. Meskipun semua orang pernah
mengalami kekerasan, namun kasus kekerasan lebih banyak menimpa
perempuan.

Wardhani dan Lestari (2007) menyebutkan bahwa banyak perempuan korban


kekerasan yang kemudian mengalami depresi dan menjadi tidak tertarik untuk
melakukan hal-hal yang sebelumnya diminatinya.

Korban kekerasan yang lebih banyak menyimpan peristiwa kekerasan dan


tidak berani mengkomunikasikannya karena dianggap aib serta tidak
mengetahui cara menyalurkan emosi yang dirasakan.
Sebenarnya, penyaluran emosi dan penyingkapan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan terapi menulis/journaling.
Menulis merupakan cara yang dapat digunakan seseorang untuk
mengkomunikasikan berbagai emosi yang dirasakan.

Pembahasan:
Tingkat depresi sebelum dilakukan pelaksanaan prosedur terapi menulis
Sebelum dilakukan prosedur terapi menulis klien merasa marah, takut, dan
malu, dimana perasaan itu masih dipendam oleh korban. Klien tampak
menunjukkan gejala-gejala depresi seperti perasaan sedih, rasa putus asa,
menyalahkan diri sendiri, perilaku menunjuk pada pengunduran diri terhadap
hubungan sosial dan keinginan menghukum diri, seperti keinginan untuk lari,
bersembunyi dan bunuh diri. Kien masih tidak mau menceriitakan
pengalamannya kepada orag lain atau orang terdekatnya.
Tingkat depresi setelah dilakukan pelaksanaan prosedur terapi menulis
Klien mengalami penurunan tingkat depresi serta penurunan kategori dari
yang berat menjadi sedang, sedang menjadi ringan, atau dari yang ringan
menjadi normal dan juga sedang menjadi normal.
Klien mengaku mengalami perubahan lebih baik secara emosi yang
ditandai dengan adanya perasaan senang, tenang, lega, dan ringan setiap kali
selesai sesi menulis. Klien juga menyatakan munculnya perasaan optimis
pada dirinya dalam menghadapi masa depan dan dalam menghadapi masalah
yang tengah dihadapinya, serta menjadi lebih mampu untuk mengambil
pelajaran dari pengalaman yang telah lalu.
Pengaruh Terapi Menulis terhadap Penurunan Depresi
Hasil penelitian menunjukkan ada pengauh penurunan tingkat depresi
pada perempuan korban kekerasan setelah dilakukannya prosedur terapi
menulis.
Pennebaker (dalam Godsay, 2016), menyatakan bahwa ketika seseorang
mengalami depresi biasanya seseorang tsb mengalami gangguan susah tidur,
tidak nafsu makan, merasa mudah letih yang mana akan menggangu sistem
kekebala tubuhnya. Maka, denga aktivitas menulis sel-sel kekebalan tubuh
yang dikenal dengan T-lymphocytes bisa diperkuat, sehingga dapat
menurunkan simpom-simptom depresinya seperti tidur menjadi terkontrol,
nafsu makan baik, dan akan merasa lebih semngat dan optimis.
Penulisan yang ekspresif membuat orang mengevaluasi kembali
kehidupan mereka. Menuliskan peristiwa-peristiwa yang penuh tekanan,
peristiwa-peristiwa yang menimbulkan trauma, membantu seseorang untuk
lebih memahami momen tersebut.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Terapi jurnal dikenal sebagai tulisan terapeutik dan kadang-kadang disebut
sebgai tulisan ekspresif, dapat menjadi sarana yang kuat dan sangat efektif untuk
meningkatkan kesehatan mental, emosional, dan bahkan fisik. Meskipun terapi
jurnal kadang-kadang digunakan dalam kombinasi dengan terapi bicara
tradisional, ada beberapa psikoterapis yang mengkhususkan diri dalam pendekatan
terapeutik yang unik ini.
Banyak orang yang menemukan bahwa terapi jurnal juga sangat
menguntungkan, belum lagi terapi ini juga tidak memerlukan banyak biaya.
Mereka mungkin telah membaca atau mendengar hal itu, atau secara kebetulan
menemukan efek terapeutiknya ketika mereka mulai menuliskan pikiran dan
perasaan terdalam mereka.

4.2 Saran
1. Terapi menulis ini sangat bagus untuk mengawal keadaan emosi yang negatif
jadi diharapkan selanjutnya bisa dikembangkan dengan lebih baik lagi. Terapi ini
juga sangat sesuai digunakan untuk individu yang mempunyai tipe introvet jadi
dengan adanya terapi menulis ini bisa menjadi wadah untuk menungkapkan
perasaan yang terpendam.
2. Terapi menulis ini juga sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh semua
kalangan kerana dengan adanya terapi ini individu dapat melakukan self healing
sekaligus melihat dengan mata kasar lewat bacaan tentang perihal masalah sendiri
yang telah dituliskan sekaligus merefleksikan point negatif menjadi positif.
3. Terapi menulis ini juga diharapkan supaya bisa digunakan oleh para konselor
yang bertugas sekolah ataupun pesantren sebagai media untuk mendekati
sekaligus memahami permasalahan yang dihadapi oleh pelajar.
DAFTAR RUJUKAN

Rohmadoni, Zahro. 2017. “Relaksasi Dan Terapi Menulis Ekspresif Sebagai


Penanganan Kecemasan Pada Difabel Daksa”. Jurnal of Health Studies
hal. 22-23.
Sindiro, Lidwiana Florentina. 2016. Efektivitas Expressive Writing Sebagai
Reduktor Psychological Distress ha: 26. (Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma).
Rahmawati, M. “Menulis Ekspresif Sebagai Strategi Mereduksi Stres Untuk
Anak- anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga”. Jurnal Ilmiah
Psikologi, vol.2 no.2, (Maret, 2014), hal. 282
J.W, Pennebeker. 2002. Ketika Diam Bukan Emas: Bicara dan Menulis sebagai
Terapi hal:87. Bandung: Mizan.
Hynes & Thompson. 2006
Lampiran 1. Standar Operasional Prosedur Therapy Journaling

POLTEKKES KEMENKES
No. Dokumen :
MALANG
STANDAR OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR 00
Tanggal Terbit :
TERAPI MENULIS / JOURNALING
THERAPY Halaman :

Pengertian Terapi journaling atau terapi menulis adalah suatu terapi dengan aktivitas
menulis mengenai pikiran dan perasaan yang mendalam terhadap pengalaman-
pengalaman yang berkaitan dengan kejadian-kejadian yang menekan atau
bersifat traumatik (Pennebaker, 1997; Pennebaker & Chung, 2007).
Indikasi 1. Pasien dengan kondisi kecemasan, stress, depresi
2. Pasien dengan sikap dan perilaku aneh
3. Pasien dengan pengguna obat yang mengandung bahan kimia
4. Pasien dengan penyakit tertentu
5. Pasien dengan gangguan hubungan sosial
Tujuan 1. Menurunkan stress, meningkatkan sistem imun, menurunkan tekanan darah,
meningkatkan mood, merasa lebih bahagia, dan ampuh dalam mengurangi
tanda-tanda depresi.
2. Merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreatifitas, memori, motivasi,
dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku.
3. Membantu mengurangi penggunaan obat-obatan yang mengandung bahan
kimia.
4. Mengurangi intensitas untuk pergi ke dokter atau tempat terapi.
5. Hubungan sosial semakin baik degan masyarakat.
Persiapan alat Alat-alat:
1. Kertas A4 20 lembar
2. Bolpoint 1 buah
3. Musik instrument dan speak box
Pra Orientasi Pra Orientasi
1. Mengevaluasi diri (fantasi dan rasa takut diri)
2. Menganalisis kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri
3. Mengumpulkan data tentang klien
4. Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien
Orientasi Persiapan pasien
1. Memberikan salam
2. Menyebut/menanyakan nama pasien
3. Mengenalkan diri dan instansi
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum melakukan tindakan
6. Membawa dan meletakkan alat di dekat pasien.
Orientasi Persiapan lingkungan
1. Menutup pintu dan menjaga privasi klien.

Pelaksanaan Tahap Pelaksanaan (Hynes & Thompson, 2006)

1. Recognation/Initial Writing (Tahapan menulis bebas)


a. Putar musik instrumental sebagai penunjang proses terapi.
b. Terapis memberi kesempatan pasien untuk menulis bebas tentang segala
apa yag ia ingin tumpahkan (10 menit).
c. Terapis kemudian mengarahkan pasien untuk menulis tentang
perasaannya. Seperti perihal hubungannya dengan lingkungannya,
keluarga, teman-temannya, kampus serta perkuliahannya (20 menit).
d. Lihat ekspresi pasien apakah tampak tenang atau terbawa perasaan
sedih, ingin menumpahka air mata.
e. Tahapan ini dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut bertujuan agar
pasien bisa mengeluarkan secara maksimal seluruh apa yang ia ingin
tuliskan.

2. Examination/Writting Exercise (Tahapan menulis denga tema tertentu)


a. Terapis memulai sesi dengan bicara santai, menanyakan kabar pasien,
bagaiamana perasaannya setelah menjalani sesi menulis di tahap
pertama.
b. Terapis membagikan 3 tema dalam tahapan ini, tema tersebut bisa
terdiri dari tema masa lau, masa sekarang, dan masa depan.
c. Terapis mengarahkan pasien untuk menuliskan segala pengalamannya
di masa lau (selama 10 menit).
d. Kemudian terapis mengarahkan pasien untuk menuliskan segala
harapannya maupun cita-citanya di masa depan (selama 10 menit).
e. Setelah dibawa ke tema masa depan, pasien diarahkan untuk menulis
dengan tema masa sekarang (segala usaha yang telah pasien lakukan di
masa sekarang dan segala tentang nikmat atau hasil yag telah ia terima)
(selama 10 menit).
f. Tahapan ini dapat berlagsung selama 3 hari dengan tujuan untuk
memaksimalkan pemahaman pasien tentang apa yang ia tuliskan
sekaligus menyadarkan usaha apa yag telah ia lauan di masa sekarang
untuk mencapai harapannya di masa depan.
3. Juxtaposition/feedback (Tahapan refleksi diri)
a. Pertama, terapis menggali segala informasi tentag reaksi pasien saat
menulis.
b. Terapis menanyakan bagaimana perasaannya setelah menulis bebas.
c. Setelah itu terapis dan pasien mulai untuk mendiskusikan tentang
rencana sekaligus usaha apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai
impiannya.
d. Tahap ini berlangsung 20-60 menit.

4. Application to the self (Mengaplikasikan pengetahuan baru)


a. Pasien didorong untuk mengaplikasikan pengetahuan baru dalam dunia
nyata.
b. Dari hasil diskusi ditahapan sebelumnya, terapis membantu konseli
untuk melasanakan rencana jadwal hariannya supaya apa yang
diharapkan tercapai.
c. Terapis menanyakan apakah klien mengalami ketidaknyamanan atau
bantuan tambahan untuk mengatasi masalah sebagai akibat dari proses
menulis yang mereka ikuti.

Terminasi Tahap Terminasi


1. Evaluasi perasaan pasien setelah dilakukan terapi menulis.
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
3. Dokumentasi prosedur dan hasil observasi (Hari, tanggal jam dan respon
klien)

Sikap Sikap selama Pelaksanaan:


Bekerja dengan teliti

Anda mungkin juga menyukai