Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan terapi komplementer akhir akhir ini menjadi
sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi
bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara
lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta
orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain
menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer
di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997
(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa
alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi
komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan
dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat
untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas
hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya
reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima
menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak
sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada
petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak
dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal
ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada
kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini sebagai berikut.
a. Apa pengertian dari terapi komplementer?
b. Apa saja jenis-jenis dari terapi komplementer?
c. Apa fokus dari terapi komplementer?
d. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?
e. Bagaimana teknik dari terapi komplementer?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui pengertian dari terapi komplementer.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis dari terapi komplementer.
c. Untuk mengetahui fokus dari terapi komplementer.
d. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer.
e. Untuk mengetahui teknik dari terapi komplementer.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Terapi Komplementer


Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya,
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan
yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia
bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional
atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang
Konvensional.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia
pada tahun 2005, terdapat 75-80% dari seluruh penduduk dunia pernah
menjalani pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri,
kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan
komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan-iklan
terapi non-konvensional di berbagai media.
B. Jenis-jenis Terapi Komplementer
1. Praktek-praktek penyembuhan tradisional seperti ayurweda dan
akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, yoga, akupresur.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral.
C. Fokus Terapi Komplementer
1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan hiperaktif.
3. Pasien kanker.
D. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer
1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter
dan praktisi terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam
fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal
keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien.

Peran perawat yang lain dapat dilakukan dalam melaksanakan


terapi komplementer dapat dilihat dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,
pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai
konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan
berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based
practice.

Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung


misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi
terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak
berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi
komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi
komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait.
Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk
perawatan alternatif (Smith et al.,2004).

E. Teknik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang
telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke
dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum
berdasarkan kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini
diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang
berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul
tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada
sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2-
3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari
trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.

3. Terapi herbal medik


Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat
bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan
menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak
bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing-masing mempunyai
teknik serta fungsinya sendiri-sendiri. Terapi hiperbarik misalnya,
umumnya digunakan untuk pasien-pasien dengan gangren supaya tidak
perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi
dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur
berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh,
mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta
menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari
pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue
(kelelahan) dan neuropati.
 Contoh Kasus :
Penerapan theraphy komplementer yang bisa dilakukan terhadap pasien
dengan penyakit Asma sebagai berikut:
a. Olah nafas dan meditasi
a) Konsumsi transfer factor advance
Transfer advance mampu menenangkan sistem imun yang
terlalu aktif, mendidik sistem imun untuk mengenali mana yang
merupakan musuh tubuh dan mana yang merupakan sel baik.
Transsfer factor advance mampu meningkatkan aktifitas Sel
Natural Killer & daya & daya tahan tubuh hingga 283 %.
Berpotensi mengenali lebih dari 200.000 jenis kuman, virus, jamur,
parasit, bakteri& sebagainya. Informasi yang terkandung di dalam
Transfer factor advance merangsang tentara-tentara sistem imum
untuk menyerang segala musuh-musuhnya : kuman, virus, jamur,
parasit, bakteri, sel-sel rusak dan sel kanker.

b) Olahraga
Tetaplah aktif secara fisik bila Anda memang menderita
asma. Latihan aerobik teratur akan memperkuat paru-paru sehingga
dapat mengurangi gejala-gejala asma.
Olahraga juga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
kesehatan umum. Berkonsultasilah dengan dokter Anda mengenai
hal ini, terutama bila Anda sudah lama tidak berolahraga. Jangan
berolahraga di cuaca dingin, karena itu hanya akan memicu gejala-
gejala asma. Bila memang berolahraga di cuaca seperti itu,
pastikan Anda memakai masker wajah untuk menghangatkan udara
yang akan Anda hirup.
c) Latihan pernapasan
Latihan pernapasan bisa meningkatkan kualitas hidup
Anda, mengurangi gejala asma serta mengurangi jumlah obat-
obatan yang diperlukan untuk mengontrol asma. Berikut
merupakan 2 latihan pernapasan yang yang telah diteliti:
1) Teknik pernapasan Buteyko. Teknik ini mengajarkan Anda
untuk mengurangi frekuensi bernapas. Selain itu, teknik ini
juga mengajarkan cara melakukan relaksasi dan pengurangan
stres, penggunaan obat, nutrisi dan kesehatan secara umum.
2) Metode Papworth. Teknik relaksasi dan teknik pernapasan di
sini meliputi pernapasan melalui perut, hidung dan cara
mencocokkan pernapasan Anda dengan kegiatan apa pun yang
Anda lakukan. Beberapa bukti menunjukkan, teknik ini secara
signifikan mengurangi gejala-gejala asma. Jika Anda
memutuskan untuk mencoba latihan pernapasan ini, Anda
sebaiknya memperhatikan intstruksi dari video atau buku
panduan.
b. Yoga
Jenis latihan ini sudah dilakukan selama ribuan tahun. Ada beberapa
jenis yoga tetapi semuanya mengajarkan seri proses peregangan. yoga juga
memadukan teknik-teknik pernapasan, yang bisa membantu mengurangi
gejala-gejala asma. Walaupun masih diperlukan lebih banyak lagi penelitian
untuk menentukan efektifitas yoga dalam mengatasi asma, melakukan yoga
bisa meredakan stres dan meningkatkan kebugaran tubuh secara umum.
c. Obat pelengkap dan obat alternatif
Walaupun sejumlah orang telah mencoba, belum ada bukti yang jelas
apakah pengobatan berikut efektif untuk mengatasi asma.
d. Akupuntur
Akupuntur termasuk menusukkan jarum ke berbagai titik tertentu di
bagian tubuh. Walaupun beberapa bukti menunjukkan kalau gejala-gejala
asma makin membaik dengan pengobatan akupuntur, tetapi belum ada bukti
yang cukup solid untuk membuktikannya.
e. Terapi relaksasi
Teknik terapi relaksasi meliputi meditasi, biofeedback, hipnotis dan
relaksasi otot. Walaupun teknik-teknik ini bisa mengurangi stres dan
membuat tubuh lebih bugar, tetapi masih belum jelas efektifitas teknik terapi
relaksasi terhadap penyakit asma. Penelitian menunjukkan kalau teknik-
teknik relaksasi otot bisa memperbaiki fungsi paru-paru.
f. Homeopati
Homeopati bertujuan untuk menstimulus respon penyembuhan
pribadi dari tubuh dengan menggunakan sedikit substansi yang bisa
menimbulkan gejala. Dalam penyembuhan asma, penyembuhan homeopati
dibuat dari substansi yang biasanya memicu reaksi asma, seperti serbuk atau
alang-alang.
g. Latihan otot
Teknik ini membantu menguatkan otot paru-paru dengan
melakukan satu seri latihan pernapasan dengan menggunakan alat
pernapasan khusus. Latihan paru-paru jenis ini seringkali digunakan untuk
mengatasi penyakit paru-paru lainnya seperti penyakit pernapasan kronis,
dan juga untuk menguatkan paru-paru setelah melakukan operasi tertentu.
Belum ada data yang cukup untuk membuktikan efektifitas teknik ini
dalam menangani asma.
h. Penyembuhan dengan herbal
Penyembuhan herbal termasuk ekstrak ginko dan tumbuhan
merambat telah dicoba digunakan untuk membantu mengatasi gejala asma.
Tetapi, studi-studi belum jelas mengenai keuntungan pengobatan herbal ini
terhadap asma. Obat-obat herbal bisa menimbulkan efek samping dan
berinteraksi dengan obat-obatan dari dokter, dan obat herbal ini mungkin
tidak mempunyai dosis yang konsisten dan mungkin juga mengandung
substansi yang berbahaya. Jadi, berkonsultasilah dengan dokter sebelum
mencoba pengobatan herbal.
Pada sebagian besar kasus, diperlukan studi-studi yang lebih banyak
untuk membuktikan efektifitas terapi dalam mengatasi asma. Tetapi,
ingatlah kalau kurangnya bukti yang solid tidak berarti kalau pengobatan
tersebut tidak efektif. Tidak ada salahnya mencoba, apalagi pengobatan ini
terbukti aman dipadukan dengan pengobatan asma selain obat-obatan
herbal, yang mungkin berbahaya bagi beberapa orang.
BAB III

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

A. Berikut Beberapa SOP Tindakan Therapy Komplementer

SOP Terapi Aurikel Akupresure

I. Tahap persiapan
A. Persiapan klien:
1. Memperkenalkan diri
2. Meminta pengunjung/keluarga menunggu di luar kamar
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan langkah – langkah yang akan dilakukan

B. Persiapan lingkungan
Menutup pintu atau memasang sampiran
C. Persipan alat
1. Troli
2. Baskom dan alas
3. Bengkok (nierbekken)
4. Kapas
5. Minyak kelapa
6. Pangkal korek kuping, yang pipih
7. Ujung pulpen dan pentol korek api
8. Ujung pemeriksa yang terbuat dari karet, alat ini hanya sebagai
pendukung untuk menekan titik – titik reaksi positif
9. Baskom dengan air hangat, waslap, handuk
10. Sabun cuci tangan
11. Lap handuk

II. Tahap Pelaksanaan

1. Cuci tangan
2. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
3. Tutup gorden atau pintu ruangan
4. Identifikasi klien secara tepat
5. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman,
6. Lakukan pemeriksaan di tempat terang atau dibantu dengan lampu senter
7. Inspeksi kondisi telinga klien dari telinga luar hingga bagian dalam dan
lakukan palpasi/meraba telinga klien untuk mengetahui kondisi klien
8. Catat bila ada kelainan seperti, benjolan, kulit terkelupas atau tersa
seperti pasir
9. Bila ada reaksi positif, tahan telunjuk pada bagian tersebut. Lalu
gunakan ibu jari untuk menekan bagian itu sehingga reaksi positif
semakin jelas
10. Ambil kesimpulan dari reaksi positif yang kita temui
11. Setelah itu, lakukan pijatan seperti, tekan-angkat-tekan, Tekan-putar-
tekan, lakukan berulang-ulang dan Tekan sambil dijalankan perlahan,
12. Lakukan pemijatan pada masing-masing titik terapi selama 30 detik- 1
menit.
13. Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang
sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
14. Cuci tangan

III. Tahap Akhir

A. Evaluasi perasaan klien


B. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
C. Dokumentasikan prosedur dan hasil observas

SOP KEPERAWATAN KOMPLEMENTER AKUPUNKTUR

A. Tahap Persiapan

1. Persiapan Alat

Jarum akupunktur

2. Persiapan Klien

1. Memberi salam dan memperkenalkan diri


2. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan
3. Meminta pengunjung atau keluarga menunggu di luar
3. Persiapan Lingkungan

1. Menutup pintu atau memasang sampiran


2. Letakkan alat yang mudah dijangkau

B. Tahap Pelaksanaan

1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan (handscoone)
3. Mendiagnosa pasien dengan 4 cara pemeriksanaan yaitu : Wang
(pengamatan), Wen (pendengaran dan penghiduan), Wun
(wawancara) dan Cie (perabaan).
4. Menentukan sebuah penyakit terdapat pada meridian ataukah
organ (melihat dari shen pasien). Pengamatan terhadap shen tidak
berdiri sendiri dan harus didukung oleh data yang lain, misalnya
pada perabaan (cie) denyut nadi apakah sifat nadinya bersifat
superfisial (mengambang) ataukah tenggelam dan sebagainya.
5. Setelah mengetahui tempat penyakit berada, buka pakaian pada
bagian yang akan diperiksa untuk menentukan titik- titik yang
akan ditusuk akupunktur.
6. Jika Sindromnya adalah Meridian maka titik yang dipilih adalah
Titik Luo dan Titik Shu dari U-Shu. Contoh : Jika yang terkena
adalah pada bagian Meridian Taiyin Tangan Paru, maka yang
ditusuk adalah Titik Lieque (LU 7) dan Titik Taiyuan (LU 9).
Jika yang terkena adalah pada bagian Meridian Yangming Kaki
Lambung, maka yang ditusuk adalah Titik Fenglung (ST 40) dan
Titik Xiangu (ST 43).
7. Jika Sindromnya adalah Organ, maka perlu dibagi lagi menjadi
dua, apakah Organ Cang (Padat) atau Organ Fu
(Berongga).Untuk Organ Cang, titik yang ditusuk adalah Titik
Yuan dan Titik Shu Belakang. Contoh : Organ Paru, maka yang
ditusuk adalah Titik Taiyuan (LU 9) dan Titik Feishu (BL
13).Untuk Organ Fu, titik yang ditusuk adalah Titik Mu Depan
dan Titik He Bawah. Contoh : Organ Lambung, maka yang
ditusuk adalah Titik Zhongwan (CV 12) dan Titik Zusanli (ST
36).
8. Kemudian lakukan manipulasi titik. Manipulasi titik adalah
teknik melakukan sedasi atau tonifikasi terhadap titik yang
ditusuk.Kaidahnya, jika sindrom bersifat ekses maka teknik
manipulasinya bersifat sedasi dan jika sindrom bersifat defisien
maka manipulasinya bersifat tonifikasi.Salah satu cara
manipulasi yang digunakan adalah denga teknik Bing Xie-Bing
Bu.
a. Teknik Bing Xie adalah Teknik Sedasi. Dilakukan
dengan cara : Setelah De Qi, jarum ditusuk dengan
perlahan, setelah manipulasi pemutaran setiap 5 menit
(lama penusukan biasanya di atas 10 menit) lalu diangkat
dengan cepat. Pemutaran dilakukan dengan amplitudo
(putaran) panjang dengan cepat.
b. Teknik Bing Bu adalah Teknik Tonifikasi. Dilakukan
dengan cara : Setelah De Qi, jarum ditusuk dengan cepat,
setelah manipulasi pemutaran setiap 5 menit (biasanya
lama penusukan di bawah 10 menit) lalu diangkat dengan
perlahan. Pemutaran dilakukan dengan amplitudo
(putaran) pendek dan lambat.

Keterangan :

1. Yinbai (SP-1)

- Putih yang tersembunyi (Hidden white)

Lokasi :

Terletak di sisi medial ibu jari kaki, 0,1 cun di sebelah latero-
posterior sudut kuku.

Manipulasi:

1. Tusuk miring sedalam 0,1 cun


2. Dengan moksa 5-10 menit
Indikasi:

Tidak sadar, apopleksi, konvulsi, distersi abdomen, diare,


metroragi, metrostatis, epistaksis, melena.

Catatan :

1. Merupakan titik Jing (sumur) meridian Tai Yin Kaki Li


Yinbai (SP-1)
2. Dadu (SP-2)

Ibu kota besar (Big capital)

Lokasi:

Terletak di sisi medial ibu jari kaki, di lekukan yang berada di


distal dan inferior sendi Metatarso-falangel I, pada batas perubahan warna
kulit.

Manipulasi:

1. Tegak lurus sedalam 0,3 – 0,5 cun


2. Moksa 5 menit

Indikasi:

Gastralgia, distersi abdomen, konstipasi, vomitus, febris disertai


anhidrosis, disporia.

Catatan :

Merupakan titik Ying (mata air) meridian Tai Yin Kaki Limpa.

Dadu (SP-2)

3. Taibai (SP-3)
Maha putih (Extreme white)

Lokasi:
Akupoin terletak di sisi medial ibu jari kaki, pada lekukan yang
berada di proksimal dan inferior sendi metatarso-falangeal I, di perbatasan
antara warna kulit terang dan gelap.

Manipulasi:

1. Tusuk tegak lurus sedalam 0,3 – 0,5 cu


2. Moksa 5 menit

Indikasi :

Nyeri lambung, distensi abdominal, muntah, diare, disentri,


konstipasi, edema, badan terasa berat, arthralgia, sindrom defisiensi, gout.

Catatan :

Merupakan titik Shu (arus) dan Yuan (sumber) meridian Tai Yin
kaki Limpa.

Taibai (SP-3)

4. Gongsun (SP-4)
- Kakek dan cucu (The grandfather and grandson)

Lokasi :

Akupoin berada pada sisi medial kaki, pada lekukan anterior dan
inferior basis tulang metatarsal I.

Manipulasi:

1. Tusuk tegak lurus 0,5 – 1 cun


2. Moksa 5-10 menit

Indikasi :

Distersi abdomen, diare, desentri, edema, gastritis akut dan kronis,


borborigmi, vomitus, endometrosis, disporia, insomnia.

Catatan :
1. Merupakan titik Luo meridian Tai Yin Kaki Limpa
2. Salah satu titik dari 8 titik istimewa yang berhubungan dengan
meridian Chong (titik Induk meridian Chong).

Gongsun (SP-4)

5. Shangqiu (SP-5)
- Bukit penguasa (Merchant hill)

Lokasi :

Terletak pada lekukan di distal dan inferior Maleolus medialis, di


tengah – tengah garis yang menghubungkan ujung Maleolus medialis
dengan bagian yang menonjol dari tulang klavikularis.

Manpulasi:

1. Tusuk tegak lurus sedalam 0,3-0,5 cun


2. Moksa 5-10 menit

Indikasi:

Disteri abdomen, borborigmi, diare, konstipasi, ikterik, somnolen,


lidah kaku dan nyeri, arthalgia, varises, hemoroid, kaku lidah.

Catatan :

Merupakan titik Jing (sungai) meridian Limpa.

Shangqiu (SP-5)

6. Sanyinjiao (SP-6)
- Titik pertemuan tiga Yin (The meeting place of the three Yin)

Lokasi :

Terletak pada sisi medial betis, 3 cun atau selebar 4 jari tangan di
atas Maleolus mediais, tepat di tepi posterior tulang tibia.

Manipulasi:
1. Tusuk tegak lurus sedalam 0,5-1 cun
2. Tusuk miring dengan ujung jarum diarahkan ke atas sedalam 1,5
– 2 cun.
3. Moksa 10-15 menit

Indikasi:

Distersi dan nyeri abnormal, edema, emisi semen, impotensi,


retensi urin, haid tak teratur, metroragi, metrostaxis, leukorea, amenorea,
distocia, insomnia, hipertensi.

Catatan:

Titik persilangan Taiyin kaki, shaoyang kaki, dan jueyin kaki.

Titik pertemuan meridian limpa, hati dan ginjal.

Sanyinjiao (SP-6)

7. Lougu (SP-7)
- Lembah yang bocor (Leaky valley)

Lokasi:

Terletak di sisi medial betis, 3 cun atau 2 jari tangan di atas


Sanyijiao (SP-6) atau 0,5 cun di bawah titik yang terletak antara Condylus
medialis tibia dan puncak Maleolus medialis.

Manipulasi:

1. Tusuk tegak lurus sedalam 0,5 – 1 cun


2. Moksa 5-10 menit

Indikasi:

Distersi dan nyeri abdomen, borborigmi, meterismus, sindrom


layuh pada tungkai bawah.

Longu (SP-7)
8. Diji (SP-8)
- Benda dari tanah (Earth motivation/Earth organ)

Lokasi:

Terletak 3 cun atau selebar 4 jari tangan di bawah condylus


medialis tibia, dan berada di belakang tepi medial tibia.

Manipulasi:

1. Tusuk tegak lurus sedalm 0,5 – 1 cun


2. Moksa 10-15 menit

Indikasi:

Nyeri abdominal, diare, disuria, edema, dismenorea, haid tidak


teretur, imisi semen, sindrom flaksid tungkai bawah.

Catatan:

Merupakan titik Xi (celah) meridian Limpa.

Diji (SP-8)

9. Yinlingquan (SP-9)
- Mata air di bukit Yin (Spring in the Yin mound)

Lokasi:

Terletak di sisi medial betis, berada di bawah condylus medialis


tibia, dalam sebuah lekukan yang terletak medial dari tibia pada origo
muskulus Sartorius.

Manipulasi:

1. Tusuk tegak lurus sedalam 0,5 – 1,5 cun


2. Moksa 10 – 15 menit.

Indikasi:
Distersi dan nyeri abdomen, diare, desentri, konstipasi, edema,
ikterik, disuria, sendi lutut bengkak dan nyeri, dismenore, nyeri derah
vagina.

Catatan:

Merupakan titik He (lautan) meridian Limpa.

Yinlingquan (SP-9)

10. Xuehai (SP-10)


- Samudra Darah (Sea Of Blood)

Lokasi:

Saat lutut fleksi, terletak 2 cun di ats batas media superioris patella,
pada bagian yang menonjol dari sisi medial muskulus Quadrisep femoris.

Manpulasi:

1. Tusuk tegak lurus 0,5 – 1,5 cun


2. Moksa 10 – 15 menit

Indikasi:

Penyakit-penyakit ginekologis, edema, urtikaria, sendi lutut


bengkak dan nyeri, menstruasi tidak teratur, disminore.

Xuehai (SP-10)

11. Chongmen ( SP-12)


- Pintu Serbuan (Rushing Door)

Lokasi:

Terletak di lateral femoris, pada garis yag menghubungkan titik


tengah simphisis pubis dengan spina iliaka anterio-superior sehingga jarak
antara titik Chongmen dengan spina iliaka anteri-superior tersebut adalah
1/3 panjang garis di atas.
Manipulasi:

1. Tusuk Tegak Lurus 0,5 – 0,7 cun


2. Moksa 5 menit

Indikasi:

Nyeri abdomen bawah, hernia, disuri, leukorea, nyeri dan bengkak


pada sulkus inguinalis.

Catatan:

Titik penemuan meridian limpa dan hati.

Chongmen (SP-12)

12. Daheng (SP-15)


- Horizontal Besar (Big Horizontal)

Lokasi:

Berada pada tengah abdomen, 4 cun di sebelah lateral umbilicus. Setinggi


umbilicus.

Manipulasi:

1. Tusuk tegak lurus 0,5 – 1 cun


2. Moksa 10-15 menit

Indikasi:

Distersi dan nyeri abdominal, diare, desentri, konstipasi, penyakit


kencing di intestinum.

Daheng (SP-15)

13. Dabao (SP-21)


- Sampul Besar (The Big Wrapping)

Lokasi:
Berada di sebelah lateral dada, pada garis mid-aksila dan sela iga
VI. Pada titk tengah garis penghubung fosa aksilaris dengan ujung costa
XI dalam celah iga VI, 6 cun kaudal dari tengah-tengah fosa aksilaris

Manipulasi:

1. Tusuk miring sedalam 0,3 – 0,4 cun


2. Moksa 5-10 menit

Indikasi:

Nyeri dada dan hipokondrium, batuk, sesak, kelemahan keempat


ekstremitas, kelemahan umum.

Catatan:

Merupakan titik Luo Meridian Limpa.

9. Setelah melakukan akupunktur kembalikan posisi pasien seperti semula.

C. Tahap Akhir

1. Evaluasi perasaan klien


2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
3. Dokumentasi hasil
4. Cuci tangan
SPO Obat Tradisional Hipertensi
JUDUL Cara Membuat Obat Tradisional Untuk Hipertensi dengan
Menggunakan Daun Alpukat
PENGERTIAN Merupakan salah satu bentuk terapi komplementer (herbal) untuk
mengatasi hipertensi, dimana kandungan daun alpukat dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah dan dapat membuat rileks pembuluh
darah, sehingga dapat mengurangi nilai tekanan darah.
TUJUAN a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan informasi selama 1 x 20 menit, peserta
mampu memahami tentang therapy herbal hipertensi dengan
menggunakan daun alpukat
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan satuan acara prosedur, peserta mampu :
- mengetahui cara membuat obat tradisional untuk
mengatasi penyakit hipertensi dengan menggunakan
daun alpukat
- mampu mendemonstrasikan cara pembuatan therapy
herbal untuk mengatasi hipertensi dengan alpukat
- Sebagai acuan untuk dapat melakukan pengobatan
hipertensi di rumah.
PELAKSANAAN 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan mengidentifikasi
pasiendengan memeriksa identitas pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan,memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya dan menjawabseluruh pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, memberi
privasi pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan nyaman
PERSIAPAN A. Tahap Persiapan (5 menit)
ALAT 1. Persiapan Lingkungan
- menyiapkan ruangan
- setting tempat
2. Persiapan Alat & Bahan
- Daun Alpukat 4 lembar
- Air 250 cc (± satu gelas )
- Gula batu/ gula pasir 8 gr (± 2 sendok makan
gula pasir
- Gelas
- Parutan
- Panci
KompoR
3. Persiapan Peserta
- memperkenalkan diri
- kontrak waktu
- menjelaskan maksud dan tujuan
B. Kegiatan Inti (20 menit)
1. Siapkan 4 lembar daun alpukat
2. Kemudian cuci sampai bersih
3. Lalu rebus dengan satu gelas air
4. Tambahkan gula batu/gula pasir 8 gr/ ± 2 sendok makan
5. Tunggu sampai mendidih
6. Angkat dan dinginkan
7. Minum ramuan sehari satu kaliC. Penutup (5 menit)
Memberikan reward pada keluarga atas hasil karyanya
Evaluasi Yang a. Keluarga dapat menyebutkan kembali langkah-langkah prosedur
Diharapkan pembuatan therapy herbal dengan daun alpukat
b. Keluarga mampu mendemonstasikan kembali tentang therapy
herbal yang sudah dilakukan
c. Keluarga dapat mengikuti kegiatan dengan baik
d. Keluarga mengungkapkan manfaat yang dirasakan setelah
melakukan demonstrasi

SUMBER - Redaksi Agromedia, 273 Ramuan Tradisional Untuk


. Mengatasi Aneka Penyakit, Jakarta : Agromedian Pustaka,
2008
- Hariana Arief, H Drs, Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya,
Jakarta : Penebar Swadaya, 2005
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SOP)
PIJAT REFLEKSI
I. Tahap Persiapan

A. Persiapan klien :
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan
B. Persiapan Lingkungan :
Menutup pintu atau memasang sampiran
C. Persiapan Alat
- Minyak urut
- Waskom 1 buah
- Air Hangat
- Garam
- Handuk 1 buah

II. Tahap Pelaksanaan

1. Cuci tangan
2. Rendam kaki pasien dalam air hangat yang telah dibubuhi garam selama
10-15 menit
3. Keringkan kaki pasien dengan handuk
4. Minta pasien untuk berbaring dan anjurkan pasien untuk rileks
5. Pakailah minyak ketika akan melakukan teknik pijatan refleksi.
6. Ketika dipijat, apabila makin sakit maka makin baik. Namun harus
diperhatikan pula daya tahun dari penderita, sebab setiap orang berbeda-
beda daya tahannya. Maka dari itu para pemijat refleksi harus memberi
tahu pasiennya agar menahan sakit ketika dipijat. Apabila penderita
menahan sakit sampai pucat pada mukanya, berarti sakitnya melampaui
daya tahannya, maka dari itu perlu diistirahatkan.
7. Daerah refleksi yang terdapat pada titik kaki, cara memijat refleksi pada
titik kaki yaitu dari arah bawah ke atas. Kemudian untuk disekitar titik
betis memijatnya menurut arah aliran darah.
8. Ketika melakukan pijat refleksi pada kaki perlu menggunakan tulang jari
telunjuk yang dilipatkan untuk memijat, khusus pada titik refleksi yang
letaknya agak tersembunyi atau telapak kaki yang banyak dagingnya.
9. Lama waktu ketika melakukan pijat refleksi adalah sekitar 30 – 40
menit. Tetapi juga bergantung kepada penyakit yang diderita serta daya
tahan tubuh pasien.
10. Setiap titik refleksi hanya dipijat 5-9 menit dalam sekali pengobatan.
11. Bagi penderita penyakit jantung, kencing gula, lever, kanker jangan
memijat dengan keras. Tiap daerah refleksi pada titik kaki tidak lebih
dari 2 menit.
12. Selama pemijatan, hentikan terlebih dahulu obat-obatan dari apotik /
dokter. Hal ini karena dapat menghambat kesembuhan, terkecuali
penderita penyakit Jantung dan kencing gula, obat-obat tersebut tetap
diperlukan.
13. Kebanyakan orang memerlukan waktu perawatan 4-8 minggu untuk
memperoleh hasil yang memuaskan. Tetapi bagi pasien berpenyakit
kronis dipijat 3x dalam seminggu atau 2 hari sekali. Jangan memijat
setiap hari
14. Setelah selesai memijat, cuci tangan hingga bersih
15. Anjurkan pasien untuk minum air putih 2-3 gelas atau 500 cc. Hal ini
akan membantu membuang kotoran di dalam tubuh pasien. Khusus
untuk penderita penyakit ginjal, jangan minum air putih setelah pijat
refleksi lebih dari 150 cc.
III. Tahap Akhir

A. Evaluasi persaan klien


B. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
C. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional
seperti jamu yang telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang
berobat di berbagai jenjang pelayanan kesehatan tidak hanya
menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas,
termasuk didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan
karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum
yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai
dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat
dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
B. Saran
Sebagai Perawat tidak ada salahnya mempelajari dan mengaplikasikan
therapy komplementer sebagai bagian dari proses asuhan keperawatan
secara integral, tentunya di lakukan dengan mengikuti pelatihan therapy
komplementer sebelumnya, agar tindakan yang di berikan sudah legal
tersertifikasi.

Anda mungkin juga menyukai