PENDAHULUAN
1
penelitian pendapat mahasiswa perawat tentang terapi komplementer yang
direkomendasikan untuk perawat adalah : massage, terapi musik, diet, teknik
relaksasi, vitamin dan produk herbal. Di Amerika terapi komplementer
kedokteran dibagi empat jenis terapi : Chiropractic, teknik relaksasi, terapi
massage dan akupuntur serta menurut National Institute of Health (NIH), terapi
komplementer dikategorikan menjadi 5, yaitu : - Biological Based Practice :
herbal, vitamin, dan suplemen lain - Mind-body techniques : meditasi -
Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi - Energy therapies : terapi
medan magnet - Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic,
akupuntur. Pada dasarnya, terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki
fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan
tubuh, agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena
tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya
sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan
asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.
Bagi perawat yang tertarik mendalami terapi komplementer dapat
memulai dengan tindakan – tindakan keperawatan atau terapi modalitas yang
berada pada bidang keperawatan yang dikuasai secara mahir berdasarkan
perkembangan teknologi terbaru. Jadi, Keperawatan komplementer adalah
cabang ilmu keperawaratan yang menerapkan pengobatan non konvensional
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berfungsi sebagai terapi
suportif untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan
berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan, diperoleh
melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang
tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional. Dalam keperawatan komplementer tidak lepas juga
berkaitan dengan proses keperawatan didalamnya.
Seperti halnya keperawatan pada umumnya, proses keperawatan
merupakan suatu cara berpikir dan bertindak yang spesial (khusus) dalam
2
melakukan asuhan keperawatan. Dalam proses keperawatan, terdapat beberapa
tindakan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain yaitu: assessment
(pengkajian) yang berfungsi untuk mengetahui identitas pasien maupun keluhan-
keluhan pasien, diagnosis (penentuan diagnosa), perencanaan hasil (planning:
outcome), perencaan intervensi (planning: intervention), pelaksanaan
(implementation) sampai evaluasi (evluation). Dalam intervensi keperawatan
secara umum, dikenal terdapat istilah NIC dan NOC. Komplementer dalam NIC
NOC adalah bagaimana kita dapat mengetahui dan memilah-milah tindakan-
tindakan yang akan kita lakukan ke pasien dengan teknik non farmakologis.
Sebagai contoh Asuhan Keperawatan pasien dengan hipertensi. Sebelum itu
seperti biasa dalam proses keperawatan secara umum terlebih dahulu kita
melakukan pengkajian, kemudian merumuskan diagnosa, hingga sampai ke
perencanaan yang berisikan NIC dan NOC.
Misalnya penyakit hipertensi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut,
dalam komplementer kita harus dapat memilah tindakan yang akan kita lakukan
ke pasien dengan teknik farmakologis dengan contoh Komplementer dan NIC
NOC untuk penyakit hipertensi (Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1 Nyeri
akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. NOC : 1.
Mampu mengontrol nyeri 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3. Menyatakan
rasa nyaman setelah mengalami penurunan intensitas nyeri. NIC : 1. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, dan kualitas nyeri. 2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan. 3. Menganjurkkan tirah baring selama fase akut. 4. Pilih dan
lakukan penanganan nyeri dengan teknik farmakologi dan non farmakologi
(terapi komplementer : akupresure dan akupunktur, pemberian ramuan jamu :
jamu daun seledri, teh herbal bawang berlian) 5. Observasi tanda-tanda vital.).
Dan Setelah itu terapi berlanjut hingga bagaimana pelaksanaannya ke pasien
hingga hasil akhir yaitu evaluasi (bagaimana keadaan pasien setelah
mendapatkan tindakan, apakah ada perubahan ke arah yang lebih baik).
3
Dalam terapi komplementer proses keperawatan juga sangat penting, kita
harus dapat mengetahui dan dapat memilah-milah rencana tindakan apa yang
akan kita berikan kepada pasien berkaitan dengan keperawatan komplementer itu
sendiri. Makadari itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang
komplementer dalam NIC NOC.
1.4
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer.
Bagi perawat yang tertarik mendalami terapi komplementer dapat
memulai dengan tindakan – tindakan keperawatan atau terapi modalitas yang
berada pada bidang keperawatan yang dikuasai secara mahir berdasarkan
perkembangan teknologi terbaru.
Jadi, Keperawatan komplementer adalah cabang ilmu keperawaratan
yang menerapkan pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berfungsi sebagai terapi suportif untuk
mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap
penatalaksanaan pasien secara keseluruhan, diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan
ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran
konvensional
6
berbeda dengan modal biomedis konfensional. Biomedis berusaha menghilangkan
dan memperbaiki etiologi atau masalah yang mendasari serta menekankan pada
pengobatan trauma maupun situasi darurat lainya (Weil, 1995).
Sementara itu tujuan terapi komplementer dalam sistem keperawatan adalah
untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dalam diri seseorang. Zollman dan
Vickers (1999)menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik adalah untuk
mengembalikan keseimbangan dan memfasilitasi respon tubuh daripada
menyembuhkan proses penyakit atau penghentian gejala. Oleh karena itu, perawat
memberikan perawatan yang mencakup modifikasi gaya hidup, perubahan diet, olah
raga, pengobatan khusus, konseling, latihan, bimbingan, pada pernafasan, relaksasi,
serta resep herbal. Konsep ini menekankan pentingnya sistem perawatan yang
menerapkan pendekatan kepedulian holistik terhadap perawatan klien yang akan
meningkatkan pelayanan kesehatan.
7
beberapa penggunaan prinsip terapi komplementer seperti pijat (massage), panas dan
dingin, dan gizi. Pada akhir 1950-an, proses keperawatan diperkenalkan dengan
menggunakan 5 langkah pendekatan pemecahan masalah untuk keperawatan yaitu
pengakajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.
Keterampilan pengakajian sangat penting karena berkaitan dengan langkah
selanjutnya, yaitu intervensi. Perbedaan dalam menyusun intervensi dipengaruhi oleh
pengelompokan yangmeliputi tindakan dependen (dependent), kolaborasi
(interdependent), maupun mandiri (independent).
Perawat memiliki otonomi yang luas dalam memberikan intervensi, terutama
tindakan mandiri, sebagai tindakan profesi yang ditunjang pendidikan tinggi. Kondisi
ini memberikan kesempatan kepada perawat untuk dapat memberikan praktik
keperawatan komplementer. Menurut Sydner, Bulechek, dan McCloskey (1985),
beberapa intervensi keperawatan mandiri yang termasuk terapi komplementer antara
lain musik, imagery, relaksasi otot progesif, dan pijat. Idetifikasi dan klasifikasi
intervensi keperawatan oleh Internasional Council of Nurses Poject (ICNP) dan
National Intervention Classification project (NIC) telah memperluas ruang lingkup
intervensi yang mencangkup seluruh kegiatan keperawatan. Dengan demikian,
berdasarkan konsep keperawatan, istilah intervensi tidak membedakan terapi
komplementer dengan tindakan keperawatan lainnya seperti pemantauan status
perawatan klien. Perawat harus menggunakan terapi komplementer yang lebih
banyak untuk membantu klien mencapai hasil kesehatan yang lebih optimal.
8
1. Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif, fisiologis,
dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan penurunan stimulasi. Proses
relaksasi memperpanjang serat otot, mengurangi pengiriman impuls neural ke
otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga sistem tubuh lainnya.
Relaksasi membantu individu membangun keterampilan kognitif untuk
mengurangi cara yang negatif dalam merespon situasi dalam lingkungan mereka.
Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai berikut :
a. Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan, mempertahankan
perhatian, dan mengembalikan perhatian pada rangsangan ringan untuk
periode yang lama).
b. Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan yang
tidak berguna).
c. Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima pengalaman yang
tidak pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).
d. Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu memonitor dirinya
secara terus-menerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk
membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di
berbagai bagian tubuh.
9
mengurangi frekuensi pernapasan dan denyut jantung, serta menghasilkan
laporan penurunan kecemasan.Ada banyak indikasi untuk meditasi, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Kecemasan atau suasana yang menegangkan
b. Rasa kehilangan yang kronis
c. Sindroma kelelahan kronis
d. Rasa nyeri kronis
e. Penyalahgunaan obat (alkohol atau tembakau)
f. Hipertensi
g. Kegelisahan
h. Harga diri rendah atau menyalahkan diri
i. Depresi ringan
j. Gangguan tidur
3. Imajinasi
Imajinasi atau teknik visualisasi yang menggunakan kesadaran pikiran
untuk menciptakan gambaran mental agar menstimulasi perubahan fisik dalam
tubuh, memperbaiki kesejahteraan, dan meningkatkan kesadaran diri. Biasanya
imajinasi dikombinasi dengan beberapa bentuk latihan relaksasi yang
memfasilitasi efek dari teknik relaksasi. Imajinasi bersifat ditujukan pada diri, di
mana individu menciptakan gambaran mental dirinya sendiri, atau bersifat
terbimbing, dimana selama seorang praktisi memimpin individu melalui skenario
tertentu.
Imajinasikan sering menimbulkan respons psikofisiologis yang kuat seperti
perubahan dalam fungsi imun (Fontaine, 2005). Banyak teknik imajinasi
melibatkan imajinasi visual, tapi mereka juga melibatkan indera pendengaran,
pengecap, dan penciuman. Visualisasi kreatif adalah satu bentuk imajinasi yang
ditujukan pada diri yang didasari pada prinsip hubungan tubuh-pikiran. Imajinasi
telah digunakan untuk visualisasi sel kanker yang telah dihancurkan oleh sel
sistem imun, untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri, dan untuk mencapai
10
ketenangan dan ketentraman. Imajinasi juga membantu dalam pengobatan
kondisi kronis seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi berkemih, sindrom
prementasi dan menstruasi, gangguan gastrointestinal ulceratif colotis, dan
rheumatoid arthritis.
4. Hypnotouch Nursing.
Hypnotouch Nursingmerupakansuatu intervensi keperawatan dengan
sentuhan hypnosis. Konsep ini adalah konsep yang hanya dimiliki dan
dikembangkan hanya oleh INC (Indonesia Nursing Center) dengan
program Hypnotouch Nursingnya. Hypnotouch Nursing penting diterapkan para
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Hypnotouch
Nursing merupakan alternatif intervensi keperawatan dari diagnosis keperawatan
NANDA, berdasarkan NIC (Nursing Intervention Classification/klasifikasi
intervensi keperawatan) dan menggunakan konsep teori "comfort" Kolcaba.
Saat ini, beberapa diagnosis keperawatan (NANDA) yang dapat
diaplikasikan hipnosis sebagai intervensinya adalah sebagai berikut :
a. Nyeri : Pain control with Hypnotouch
b. Inefektif breastfeeding : Hypnotouch Breastfeeding
c. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh : Hypnotouch
Slimming
d. Perubahan proses keluarga : Hypnotouch Parenting
e. Fear, anxietas, harga diri rendah, berduka disfungsional, Chronic
Sorrow : Hypnotouch Motivation
f. Persalinan rilex tanpa nyeri : Hypnotouch For Birthing
g. Gangguan citra tubuh : Hypnotouch Beauty
11
a. Pengobatan
1) Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yang dapat
meningkatkan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan
steroid anabolik
2) Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat
mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin,
estrogen dan difosfonat
b. Pencegahan
Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar
seperti:
Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
Latihan teratur setiap hari
Hindari:
Makanan tinggi protein
Minuman beralkohol
Merokok
Minum kopi
12
1) Pegangan harus tepat, kerja statis local dihindari
2) Pegangan/tangan berada sedekat mungkin dengan tubuh
3) Punggung harus lurus
4) Dagu (kepala) diusahakan segera ke posisi tegak
5) Kaki diusahakan sedemikian rupa sehingga keseimbangannya
kuat.
6) Memanfaatkan berat badan sebagai gaya tarik/dorong
7) Beban berada sedekat mungkin dengan garis vertical yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
c. Perlindungan sendi
Usaha perlindungan sendi dapat dilakukan dengan menghindari
pemakaian sendi secara berlebihan, menghindari trauma,
mengurangi pembebanan, berusaha menggunakan sendi yang lebih
kuat atau lebih besar, dan istirahat sejenak disela-sela aktivitas.
d. Konservasi Energi
Konservasi energy adalah suatu cara melakukan aktivitas dengan
energy yang relative minimal, namun dapat memperoleh hasil
aktivitas yang baik. Teknik konservasi energy dapat dicapai apabila
dalam setiap aktivitas memperhatikan hal-hal berikut :
1) Rencanakan aktivitas yang akan dilakukan sehingga tidak ada
gerakan kejut yang akan meningkatkan stres fisik atau
emosional.
2) Atur lingkungan aktivitas sedemikian rupa sehingga pada
waktu melaksanakan aktivitas, energy dapat digunakan secara
efisien
3) Jika mungkin, aktivitas dilakukan dalam posisi duduk
4) Jangan menjinjing atau mengangkat barang jika dapat
didorong atau digeser.
5) Gunakan alat aktivitas yang relatif ringan
13
6) Lakukan aktivitas dengan cara yang sama karena akan
membuat lebih efisien.
7) Dalam setiap aktivitas, harus sering diselingi istirahat. Salah
satu pedoman adalah sepuluh menit istirahat untuk setiap satu
jam bekerja.
8) Bagi aktivitas menjadi beberapa bagian kemudian kerjakan
pada waktu yang berbeda.
14
a. Mengobati penyakit-penyakit yang memperberat kejadian demensia.
b. Mengobati gejala-geja gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.
c. Mengatasi masalah penyimpangan perilaku dengan obat-obat penenang
(tranzquillizer dan hypnotic) serta memberikan obat-obatan anti kejang
bila perlu.
d. Intervensi lain yaitu dengan antipsykotics, Anxiiolitycs, Selegiline,
Antimanic drugs, Acetlcholinesterase inhibit ( Gaskel, 2007)
15
kegelisahannya pun akan menurun, termasuk perilaku agresif verbal maupun
non-verbalnya.
16
fisik yang sudah lama jarang digerakkan akibat hospitalisasi yang
lama.
Secara psikis terapi rekreasi akan mempengaruhi psikis lansia
seperti membantu menyegarkan otak dan pikiran, membuat perasaan
menjadi tenang, senang, serta nyaman. Dan demikian, lansia tidak
akan merasa cemas, stress maupun depresi.
Tujuan terapi rekreasi
o Menciptakan dan membina hubungan manusia.
o Mempertahankan nilai – nilai budaya.
o Menimbulkan kesenangan dan kepuasan karena dapat memenuhi
rasa ingin tahu.
o Memulihkan kesehatan jasmani dan rohani.
17
Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung,
penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam
lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) :
a. Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralkan asam lambung sehingga cepat mengobati gejala
antara lain promag, mylanta, dll.
b. Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk
mengobati gejala, dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam
antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin.
c. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja
mengurangi asam lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam
sel penghasil asam. Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah
omeprazole, lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk
mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya digunakan obat dari
golongan penghambat pompa proton, dikombinasikan dengan antibiotika.
18
Distraksi atau pengalihan perhatian akan menstimulasi kontrol desenden,
yaitu suatu sistem serabut yang barasal dari dalam otak bagian bawah dan
bagian tengah dan berakhir pada serabut interneural inhibitor dalam
kornudorsalis dari medulla spinalis, yang mengakibatkan berkurangnya
stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak (smeltzher, 2002)
19
a. Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam tiga
hitungan (hirup, dua, tiga)
b. Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh menjadi
relaks dan nyaman. Lakukan pengitungan bersama klien (hembuskan, dua,
tiga)
c. Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal
d. Ulangi kegiatan menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Biarkan
hanya kaki dan telapak kaki yang relaks. Perawat meminta klien
mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
e. Klien mengulangi lang ringan dan hangat.
f. Klien mengulangi langkah keempat dan mengonsentrasikan pikiran pada
lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang lain.
g. Setelah seluruh tubuh klien merasa relaks, anjurkan untuk bernafas secara
perlahan-lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas secara
dangkah keempat dan mengonsentrasikan pikiran pada lengan, perut,
punggung dan kelompok otot yang lain.
h. Setelah seluruh tubuh klien merasa relaks, anjurkan untuk bernafas secara
perlahan-lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas secara
dangkal dan cepat.
Kriteria evaluasi
a. Catat skala nyeri yang dirasakan klien sesudah tindakan
b. Catat ekspresi klien sesudah tindakan
c. Catat tanda-tanda vital klien.
20
2.6 Pengaplikasian Komplementer dalam NIC NOC
Pengaplikasian terapi komplementer yang dapat kita aplikasikan dalam NIC NOC
Pengaplikasian Komplementer dalam NIC NOC
adalah sebagai berikut :
1. Padaterapi
Pengaplikasian penderita Hipertensi
komplementer yang dapat kita aplikasikan dal
21
Fokus menyempit Tekanan darah normal yang dapat mempengaruhi
(mis., persepsi (dewasa : 120/80mmHg) respon pasien terhadap
waktu, proses ketidaknyamanan (mis., su
berpikir, interaksi NOC : ruangan,pencahayaan dan
dengan orang dan 2. Pain control bising)
lingkungan) Kriteria Hasil : Dorong pasien untuk
Fokus pada diri Melaporkan perubahan memonitor nyeri dan
sendiri terhadap gejala nyeri menangani nyerinya denga
Keluhan tentang pada professional tepat
intensitas kesehatan Ajarkan penggunaan tekni
menggunakan Mengenali apa yang non farmaklogi
standar skala nyeri terkait dengan gejala (seperti,biofeedback,TENS
(mis., skala Wong- nyeri hypnosiss,relaksasi,bimbin
Baker FACES, skala Menggunakan tindakan antisipasi, terapi musik, ter
analog visual, skala pengurangan (nyeri) bermain, terapi aktivitas,
penilaian numeric) tanpa analgesic akupressur, aplikasi
Keluhan tentang panas/dingin dan pijatan,
karakteristik nyeri sebelum, sesudah dan jika
dengan memungkinkan ketika
menggunakan melakukan aktivitas yang
standar instrument menimbulkan nyeri sebelu
nyeri (mis., McGill nyeri terjadi atau meningk
Pain Questionnaire, dan bersamaan dengan
Brife Pain Inventory tindakan penurun rasa nye
Laporan tentang lainnya)
perilaku Dukung istirahat/tidur yan
nyeri/perubahan adekuat untuk membantu
aktivitas (mis., penurunan nyeri
anggota keluarga,
pemberi asuhan)
22
Mengekspresikan
perilaku (mis., Terapi Komplementer : Mas
gelisah, merengek, Jelaskan kepada
menangis, waspada) prosedur apa saja yang
Perilaku distraksi dilakukan.
Perubahan pada Cuci tangan terlebih d
parameter fisiologis untuk menjaga kebersih
(mis., tekanan darah, Lakukan masase
frekuensi jantung, daerah yang dirasakan
frekuensi selama 5-10 menit.
pernapasan, saturasi Berikan Teknik m
oksigen, dan end- dengan tekanan pe
tidal karbon dioksida cepat, dan berga
(CO2)) dengan menggun
23
neoplasma) pada punggung
Agens cedera fisik pinggang.
(mis., abses, Berikan Teknik petr
amputasi, luka menekan punggung s
bakar, terpotong, horizontal.
mengangkat berat, Berikan Teknik tek
prosedur bedah, menyikat dengan ujung
trauma, olahraga dilakukan pada akhir m
berlebihan) daerah pinggang.
Agens cedera Cuci tangan se
kimiawi (mis., luka melakukan prosedur ma
bakar, kapsaisin, Catat respon pasien se
metilen klorida, dilakukan tindakan mas
agens mustard)
24
2 Pada penderita Asam Urat
N Tujuan dan Kriteria Hasil
Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
O (NOC)
1 Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan Perawatan Tirah Baring
keperawatan selama ….. x …. Jelaskan alasan diperlukannya
Batasan Karakteristik : jam diharapkan hambatan tirah baring
Dispnea setelah mobilitas fisik pada pasein dapat Tempatkan matras atau kasur
beraktivitas berkurang dengan kriteria hasil : terapeutik dengan cara yang
Gangguan sikap 1. Nyeri otot atau sendi tepat
berjalan berkurang Posisikan sesuai body alignment
Gerakan lambat 2. Tekanan darah dalam batas yang tepat
Gerakan spastic normal (120/80 mmhg) Hindari menggunakan kain
Gerakan tidak 3. Memperlancar sirkulasi linen kasur yang teksturnya
terkoordinasi pembuluh darah. kasar
4. Meningkatkan relaksasi tubuh Jaga kain linen kasur tetap
Instabilitas postur
Kesulitan membolak – bersih, kering, dan bebas
NOC : kerutan
blik posisi
Ambulasi Aplikasikan papan untuk kaki di
Kerterbatasan rentang
Tidak terganggu untuk tempat tidur (pasien)
gerak
menopang berat badan Gunakan alat di tempat tidur
Ketidaknyamanan
Tidak terganggu untuk yang melindungi pasien
Melakukan aktivitas lain
berjalan dengan langkah Aplikasikan alat untuk
sebagai pengganti
yang efektif mencegah footdrop
pergerakan (misal
Tidak terganggu untuk Tinggikan teralis tempat tidur,
meningkatkan perhatian
berjalan dengan pelan dengan cara yang tepat
pada aktivitas orang
Tidak terganggu untuk Letakkan alat untuk
lain, mengendalikan
berjalan dengan kecepatan memposisikan tempat tidur
perilaku, fokus pada
sedang dalam jangkauan yang mudah
aktivitas sebelum sakit)
Tidak terganggu untuk Letakkan lampu panggilan
Penurunan kemampuan
berjalan dengan cepat berada dalam jangkauan
melakukan keterampilan
25
motorik halus Tidak terganggu untuk (pasien)
Penurunan keterampilan berjalan menaiki tangga Letakkan meja di samping
melakukan motorik Tidak terganggu untuk tempat tidur berada dalam
kasar berjalan menuruni tangga jangkauan pasien
Penurunan waktu reaksi Tidak terganggu untuk Tempelkan trapeze (segi tiga) di
Tremor akibat bergerak berjalan menanjak tempat tidur, dengan cara yang
Tidak terganggu untuk tepat
Faktor yang berjalan menurun Balikkan (pasien), sesuai
Berhubungan : Tidak terganggu untuk dengan kondisi kulit
Agens farmaseutikal berjalan mengelilingi kamar Balikkan pasien yang tidak
Ansietas Tidak terganggu untuk dapat mobilisasi paling tidak
26
Kaku sendi Berlari tidak terganggu yang lembut, jika diindikasikan
Keenganan memulai Berjalan tidak terganggu Instruksikan untuk menghindari
pergerakan Bergerak dengan mudah tidur dengan posisi tengkurap
Kepercayaan budayab tidak terganggu Bantu untuk
tentang aktivitas yang mendemonstrasikan posisi tidur
tepat yang tepat
Kerusakan integritas Bantu untuk menghindari duduk
struktur tulang dalam posisi yang sama dalam
Keterlambatan jangka waktu yang lama
perkembangan Instruksikan pasien untuk
Kontraktur menggerakkan kaki terlebih
27
Beri pasein pakaian yang tidak
mengekang
Bantu pasein untuk
menggunakan alas kaki yang
memfasilitasi pasein untuk
berjalan dan mencegah cedera
Sediakan tempat tidur
berketinggian rendah, yang
sesuai
Tempatkan saklar posisi tempat
tidur di tempat yang mudah
dijangkau
Dorong untuk duduk di temppat
tidur, di samping tempat tidur
(“menjuntai”), atau di kursi,
sebagaimana yang dapat
ditoleransi (pasein)
Bantu pasein untuk duduk di
sisi tempat tidur untuk
memfasilitasi penyesuain sikap
tubuh
Bantu pasien untuk
perpindahan, sesuai kebutuhan
28
akan dibekam dengan
desinfektan, misalnya
alkohol.
Lakukan penghisapan kulit
meggunakan kop/ gelas
bekam pada titik prosesus
spinosus pada belakang
leher, kedua bahu dan
daerah punggung.
Lakukan penghisapan
selama 5 menit.
Gunakan pisau bedah
standar atau jarum bekam
steril, kemudian dilakukan
penyayatan atau penusukan
(jumlah sayatan 5-15 untuk
satu titik tergantung
diameter kop yang dipakai,
panjang sayatan 0,3-0,5 cm,
tipis dan tidak boleh terlalu
dalam, serta dilakukan
sejajar dengan garis tubuh).
Salah satu tanda bahwa
sayatannya baik adalah
sesaat setelah disayat, kulit
tidak mengeluarkan darah,
tetapi setelah disedot
dengan alat darahnya baru
keluar.
Kemudian penghisapan
29
dilakukan kembali dan
membiarkan darah kotor
mengalir didalam kop
selama 5 menit.
Darah yang tertampung
dalam kop dibersihkan
menggunakan tissue lalu
dibuang, dan jika perlu bisa
lakukan penghisapan ulang.
Tetapi tidak dianjurkan
melakukan pengulangan
sayatan.
Bersihkan bekas luka
sayatan atau tusukan dengan
bola kapas.
BAB III
PENUTUP
30
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa
Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang caranya
berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang
mengandalkan obat kimia dan operasi, yang dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan pada terapi komplementer
mirip dengan tindakan keperawatan seperti teknik sentuhan, masase dan
manajemen stress. Terapi komplementer merupakan terapi tambahan
bersamaan dengan terapi utama dan berfungsi sebagai terapi suportif untuk
mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap
penatalaksanaan pasien secara keseluruhan.
Dalam intervensi keperawatan secara umum, dikenal terdapat istilah
NIC dan NOC. Komplementer dalam NIC NOC adalah bagaimana kita dapat
mengetahui dan memilah-milah tindakan-tindakan yang akan kita lakukan ke
pasien dengan teknik non farmakologis. Sebagai contoh Asuhan Keperawatan
pasien dengan hipertensi dan asam urat. Sebelum itu seperti biasa dalam
proses keperawatan secara umum terlebih dahulu kita melakukan pengkajian,
kemudian merumuskan diagnosa, hingga sampai ke perencanaan yang
berisikan NIC dan NOC.
3.2 Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
31
Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Kusumanto, R., Iskandar, Y., 1981. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi
pada praktek umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha
Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut), Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Moorhead, Sue. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Elsevier : CV Mocomedia.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika
Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC
Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada klien psikogeriatik.
Jakarta : Salemba medika
Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik. Edisi
II.Jakarta : EGC
Tarigan, C., Julita 2003. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan
Dispepsia Organik. Diakses dalam http://www.usu.go.id.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
32