Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

TERAPI KOMPLEMENTER

OLEH : SUARNIDA

A. ASPEK LEGAL DAN ETIS TERAPI KOMLEMENTER DI INDONESIA

I. DASAR HUKUM TERAPI KOMLEMENTER

1. Undang – Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

a. Pasal 1 butir 16, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan

dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun –

temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat;

b. Pasal 48 tentang pelayanan kesehatan tradisional;

c. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang pelayanan kesehatan tradisonal.

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional;

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan

hiperbarik;

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan

pengobatan komplementer – alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan;

5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang

pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer – alternatif yang dapat

diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan.

II. ETIS TERAPI KOMLEMENTER

1. Aspek kejujuran dan integritas Dalam aspek ini praktisi terapi komplementer di tuntut untuk

dapat membuktikan khasiat dari tindakan yang mereka berikan kepada klien. Perlu adanya

pembuktian karena inibersangkutan dengan nyawa seseorang.

2. Beneficience, non-maleficiance dan konsenKetika memberikan pengobatan berupa obat

kepada klien seorang pemberi kesehatan harus mengetahui kandungan dalam obat itu sendiri

dan apakah obat itu benar-benarefektif dalam mengobati penyakit yang diderita klien atau

tidak.

3. Conflict of interest Adanya motif lain yang mungkin melatarbelakangi pemberian terapi selain
Beneficientpada klien juga harus dilihat, karena ini mungkin teradi pada terapi

komplementer,misalkan saja terapi bebas biaya yang diberikan pada beberapa tempat terapi

alternative apakah terapi yang diberikan benar-benar tidak memiliki motif lain selain

memberikan kesehatan pada klien atau mungkin ada motif lain seperti membeli produk-produk

dariterapi komplementer ini.

4. Justice Pemberi pelayanan kesehatan dituntut memberikan keadilan dalam pelanan

kesehatannyamaksudnya adala klien harus mendapatkan pelayanan yang terbaik dan pemberi

pelayanan harus menggunakan sumber-sumber yang tersedia dengan baik.

B. TREND DAN ISUE TERAPI KOMPLEMENTER

Jenis –Jenis terapi komplementer yang ada di indonesia

1. Yoga;

2. Akupuntur

3. Pijat refleksi;

4. Chiropractic;

5. Tanaman obat herbal;

6. Homeopati, natuopati;

7. Terapi polaritas atau reiki

8. Tekhnik – tekhnik relaksasi;

9. Hipnoterapi, meditasi dan visualisasi.

Hipnocaring atau Hipnoterapi Dalam Keperawatan

Dalam UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 pasal 30 ayat (2) huruf m menjelaskan

bahwa dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berwenang untuk memberikah

terapi komplementer dan alternatif. Secara legalitas hukum tidak ada masalah ketika

perawat memberikan terapi komplementer pada praktik mandiri atau di fasilitas

kesehatan lainya.

Dalam teori keperawatan yang diungkapkan oleh Florence Nightingle (1954)

keperawatan adalah menempatkan manusia dalam kondisi yang terbaik, yaitu kondisi

lingkungan yang alamiah dan pendekatan holistik (mind-body-spirit) untuk mencegah

atau mengobati penyakit atau cedera


Hipnocaring atau Hipnoterapi merupakan terapi yang diberikan kepada klien dalam

keadaan Hipnosis. Kata “Hipnosis” adalah kependekan dari istilah James Braid’s “neuro-

hypnotism” berarti “tidurnya sistem syaraf” (Wikipedia Indonesia). Hipnoterapi

merupakan penggunaan teknik hipnosis yang diarahkan untuk membantu individu ke

arah kesehatan dan keutuhan pikiran, tubuh, dan jiwanya (Adelina, Widjaja, & Sapri,

2010).

Hipnosis adalah suatu kondisi dimana pikiran bawah sadar (sub-conscious) manusia

dapat menerima informasi lebih intensif dibandingkan dengan kondisi normal. Kondisi

itu tercipta melalui proses komunikasi persuasif yang bersifat sangat “sugesti” atau

proses “induksi” (Hariyanto, 2016).

Sudah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa ada manfaat hipnoterapi

terhadap kesehatan manusia. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hipnocaring

atau hipnoterapi bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah, berhenti merokok,

manajemen stres, menurunkan berat badan, manajemen nyeri/rasa sakit, pobia, dll.

Dalam proses hipnoterapi dibawa kepada sumber masalahnya lalu diselaraskan dengan

tujuan utamanya, ketika klien mengetahui sumber masalahnya, klien akan lebih

memahami masalah utamanya dengan demikian klien dapat lebih mudah dalam

mencari penyelesaianya (Adelina, Widjaja, & Sapri, 2010).

Hipnocaring dapat mengontrol gejala bahkan dapat mencapai dasar permasalahan dari

gejala yang muncul. Misalnya kecemasan disebabkan kurang ikhlas menerima kondisi

nyata yang dialami, dengan hipnocaring mampu merubah kondisi tidak menerima

menjadi ikhlas (Hariyanto, 2016).

Dengan demikian Hipnocaring/hipnoterapi menjadi peluang perawat dalam

memberikan tindakan keperawatan alternatif atau komplementer yang bisa diberikan

pada praktik keperawatan mandiri atau fasilitas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai