KELOMPOK 4
Di susun oleh :
1. Eka Nurmedia Vistari A (220607396) 10. Lelasari (220607415)
2. Eneng Iis Kustini (220607401) 11. Megawati (220607420)
3. Elistari (220607397) 12. Pungki Martalia Prasanti (220607434)
4. Erika Dwi Permana (220607402) 13. Reni Kumu Wardani (220607437)
5. Hasnawati (220607404) 14. Rika Fitria Utami (220607439)
6. Hefni Nurul Izzati (220607405) 15. Rika Mayang sari (220607440)
7. Intan Maulida (22060409) 16. Sofyawati (220607451)
8. Jihan Afifah Beninda (220607411) 17. Suminah (220607455)
9. Juana Sopa (220607412)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah HIV/AIDS
tentang "Intervensi kebidanan pada kasus HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai
penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Kami berharap semoga
karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
08 Mei 2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................1
1.2 TUJUAN PENULISAN......................................................................................3
1.3 MANFAAT PENULISAN..................................................................................4
1.4 RUMUSAN MASALAH....................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN HIV............................................................................................5
2.2 ETIOLOGI...........................................................................................................6
2.3 PELAKSANAAN INTERVENSI KEBIDANAN PADA KASUS HIV/AIDS..6
2.3.1 Penanganan Antepartum...............................................................................6
2.3.2 Penanganan intra partum..............................................................................8
2.3.3 Penanganan pasca persalinan........................................................................9
2.4 Cara Mencegah Penularan HIV pada Janin.........................................................9
2.4.1 Peran Perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di
FKTP...................................................................................................................10
2.5 PENGERTIAN NAPZA....................................................................................11
2.6 JENIS JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA.....................................12
2.6.1 Golongan I..................................................................................................12
2.6.2 Golongan II.................................................................................................13
2.6.3 Golongan III...............................................................................................14
2.7 NARKOBA DAN PENGARUHNYA TERHADAP OTAK............................14
2.8 PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM TARAF COBA-COBA.........15
2.9 INTERVENSI KRISIS PADA NAPZA............................................................15
2.9.1Pengertian....................................................................................................15
iii
2.9.1 lntervensi Dini terhadap Penyalahguna Risiko Tinggi...............................16
2.10 PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM TARAF COBA-COBA.......17
BAB III........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................18
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................18
3.2 SARAN..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah
besar dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan
alasan itulah kami sebagai generasi muda, sebagai bagian dari anggota
masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa perlu
memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam
makalah ini.
Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di
seluruh dunia, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan
morbidilitas. WHO telah mengidentifikasi penggunaan alkohol, tembakau,
dan obat terlarang merupakan 20 faktor risiko tertinggi penyakit (Raharjo dan
Setyowati, 2011). Data epidemiologi diperoleh dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama
dengan Pusat Penelitian Kesehatan UI (Puslitkes UI) pada tahun 2008
menunjukkan data estimasi 3,6 juta penduduk Indonesia berusia 15-64 tahun
(1,99% dari total penduduk Indonesia) menggunakan narkotika, alcohol
psikotropika, dan zat adiktif lainnya ( NAPZA) secara teratur, di mana 31%
dari kelompok ini atau sekitar 900,000 orang mengalami ketergantungan
heroin dan lebih dari setengahnya adalah pengguna heroin suntik (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Penyebab penggunaan obat dengan menggunakan suntikan secara
bergantian adalah gangguan penggunaan NAPZA, sebagaimana yang
diketahui bahwa penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan ketagihan
dan ketergantungan.Orang yang menyalahgunakan NAPZA sering kali
disebabkan karena yang bersangkutan mengalami kecemasan dan atau depresi
(Hawari,2011).
Gangguan penggunaan NAPZA adalah suatu masalah bio-psikososial
kultural yang sangat kompleks. Terapi dan rehabilitas gangguan penggunaan
NAPZA harus bersifat holistik dengan memperhatikan faktor biologis,
psikologis, dan kepribadian,serta faktor sosio-kultural dalam arti luas
2
(termasuk spiritual, ekonomi, legal) (Kemenkes RI, 2010). Sejak tahun 1999
penggunaan narkoba dengan jarum suntik telah menjadi pendorong utama
peningkatan kasus epidemi HIV/AIDS di Indonesia. Infeksi HIV/AIDS
menular dari para pengguna narkoba suntik (penasun) kepada mitra mereka
yang bukan merupakan pengguna narkoba suntik (non penasun) . (Wicaksana
dkk, 2009).
Laporan WHO menyebutkan, Indonesia menduduki peringkat ke-4 di
antara negara yang paling cepat mengalami penambahan kasus infeksi
HIV/AIDS. Selama 6 tahun terakhir laporan kasus infeksi HIV/AIDS
didominasi oleh infeksi dari kalangan pengguna narkoba suntik (penasun)
(Depkes RI, 2008). Faktor risiko penyebaran terbanyak yaitu melalui
hubungan seksual lebih dari satu pasangan (heteroseksual) dan faktor resiko
kedua adalah penggunaan obat dengan menggunakan suntikan yang dipakai
secara bersama-sama atau dikenal dengan Injecting Drug User (IDU’s).
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jateng (2008). Menurut Komisi
Penanggulangan AIDS (KPAD) Surakarta (2008), kasus AIDS dapat
diklasifikasikan berdasarkan cara penularannya melalui penasun 49,5%,
heteroseksual 42%, dan homoseksual 8,5%.
3
1.3 MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang ingin kami capai adalah untuk memberikan
informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi
muda tentang HIV&AIDS dan Penyalahgunaan NAPZA, sehingga dengan
demikian kita semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu
yang bisa saja menyebabkan penyakit HIV&AIDS dan Penyalahgunaan
NAPZA. Meskipun informasi yang kami berikan melalui Makalah ini hanya
sebagian kecil dan mungkin masih mempunyai kekurangan, tetapi setidaknya
isi dari Makalah ini dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk mengetahui
tentang HIV&AIDS dan Penyalahgunaan NAPZA itu sendiri.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mengenali kuman patogen dan mengaktivasi imun seluler lainnya, seperti fagosit
serta limfosit B dan sel-sel pembunuh alami (fagosit, dll). Limfosit T berfungsi
menghancurkan sel yang terinfeksi kuman patogen. Limfosit T ini memiliki
kemampuan memori, evolusi, aktivasi dan replikasi cepat, serta bersifat
sitotoksik terhadap antigen guna mempertahankan kekebalan tubuh. CD (cluster
of differentiation) adalah reseptor tempat “melekat”-nya virus pada dinding
limfosit T. Pada infeksi HIV, virus dapat melekat pada reseptor CD4 atas
bantuan koreseptor CCR4 dan CXCR5. Limfosit T CD4 (atau disingkat CD4),
merupakan petunjuk untuk tingkat kerusakan sistem kekebalan tubuh karena
pecah/rusaknya limfosit T pada infeksi HIV. Nilai normal CD4 sekitar 8.000-
15.000 sel/ml; bila jumlahnya menurun drastis, berarti kekebalan tubuh sangat
rendah, sehingga memungkinkan berkembangnya infeksi oportunistik. 7 Viral
load adalah kandungan atau jumlah virus dalam darah. Pada infeksi HIV, viral
load dapat diukur dengan alat tertentu, misalnya dengan tehnik PCR (polymerase
chain reaction). Semakin besar jumlah viral load pada penderita HIV, semakin
besar pula kemungkinan penularan HIV kepada orang lain.
2.2 ETIOLOGI
Penularan HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, diantaranya;
Penularan melalui darah dengan melakukan tranfusi darah dengan orang
yang positif terinfeksi HIV
Penularan cairan vagina dan sperma melalui hubungan seksual, berganti-ganti
pasangan atau melakukan hubungan seksual yang positif terinfeksi HIV,
Memakai peralatan tajam secara bergantian ( jarum suntik, jarum tato, jarum
tindik, pisau cukur).
Penular ibu kejanin atau bayi melalui asi.
2.3 PELAKSANAAN INTERVENSI KEBIDANAN PADA KASUS HIV/AIDS
2.3.1 Penanganan Antepartum
Konseling
Pada konseling, ibu hamil diajak berkomunikasi dua arah , dengan
memberikan informasi mengenai HIV dan hubungannya dengan
6
kehamilan, tanpa mengarahkan , di mana kemudian ibu hamil ini dapat
mengambil keputusan mengenai kehamilannya dan persalinannya. Pada
kehamilan trimester pertama, konseling perlu dilakukan dengan intensif
untuk memutuskan apakah kehamilan akan diteruskan atau tidak.
Informasi yang perlu diberikan antara lain;
- Apa arti anti-HIV positif, Wester Blot positif.
- Apa HIV, AIDS dan bagaimana prognosenya.
- Pengaruh HIV pada kehamilan dan sebaliknya.
- Risiko terjadinya penularan perinatal HIV terhadap bayi baru lahir.
- Pemberian obat anti virus (AZT)
Pemeriksaan penunjang
Selain pemeriksaan yang umum dilakukan pada ibu hamil , perlu dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui adanya infeksi oportunis dan pemeriksaan
imunologik untuk mengetahui progresifitas infeksi HIV. Sebagai seorang
bidan kita dapat menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang tersebut. Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain;
- Thorak foto untuk mengetahui adanya pneumonia
- Pemeriksaan imunologik
- Pemeriksaan; TOCH, GO, Candida,Chlamydia, VHB.
7
Pemberian obat anti virus
Pemberian obat anti virus pada ibu hamil dengan HIV akan menurunkan
jumlah virus sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya penularan
perinatal. Ada beberapa macam obat anti virus tetapi yang banyak dipakai
adalah Zidovudin 3’ Azido 2’,3’Dideoxy Thymidine (AZT). Dosis yang
dianjurkan adalah 100 mg 4 kali sehari mulai dari kehamilan 14 – 34
minggu. Pada persalinan diberikan secara bolus 2 mg /kg BB, diteruskan
dengan infus 1mg/kgBB/hari sampai terjadi persalinan. Bayi yang baru
lahir diberikan syrup AZT 2mg/kgBB 12 jam post partum, setiap 6 jam
sampai 6 minggu umur 6 minggu. Dengan cara ini penularan perinatal
dapat diturnkan dari 25,5 % menjadi 8,3 % ( Anderson J.R.,1995)
8
operasi yang tidak tembus air dan sering kali membersihkan atau mencuci
tangan. Membersihkan lendir atau air ketuban dari mulut bayi harus memakai
mesin isap, tidak dengan catheter yang diisap dengan mulut (Crombleholme
W.R., 1990). Bayi yang baru lahir segera dimandikan dengan dengan air yang
mengandung dasinfectan yang tidak mengganggu bayi (Roongpisuthipong
A., 1995).
9
langkah untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dilakukan dengan
beberapa cara berikut ini:
Berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk menentukan metode
persalinan, yaitu operasi caesar atau persalinan normal
Menjalani terapi kombinasi antiretroviral atau highly active antiretroviral
therapy (HAART) selama hamil.
Tidak memberikan ASI ke bayi. Pemberian susu formula sebagai penganti asi
sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV.
2.4.1 Peran Perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP
Perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP terkait
lainnya :
Menganjurkan tes skrining HIV pada saat pelayanan antenatal dan
merujuk ibu hamil ke Puskesmas yang telah mampu melakukannya.
Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV-AIDS, KDS ODHA
dan LSM HIV yang ada, serta kelompok masyarakat peduli HIV-AIDS
lainnya dalam jejaring LKB.
Melaksanakan rujukan kasus ke Puskesmas pengampu atau rumah sakit,
berjejaring dan memantau mutu pemeriksaan laboratorium HIV.
Memberikan konseling menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil
dengan HIV.
Memantau kepatuhan minum obat ARV pada ibu hamil dengan HIV dan
mencegah atau memberi perawatan dasar infeksi oportunistik bila
terjangkit. 6. Melakukan pemantauan pengobatan dan tumbuh kembang
bagi bayi lahir dari ibu dengan HIV .
Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan alur yang disetujui.
Melaksanakan pemantapan mutu internal untuk pemeriksaan laboratorium
HIV dan berjejaring dengan Puskesmas pengampu untuk rujukan dan/atau
pemantauan mutu pemeriksaan laboratorium HIV
10
Penegakkan status HIV pada ibu hamil sedini mungkin sangat penting untuk
mencegah penularan HIV kepada bayi, karena ibu dapat segera memperoleh
pengobatan ARV, dukungan psikologis, dan informasi tentang HIV/AIDS
(Kemenkes RI, 2011b).ARV perinatal yang diberikan bagi ibu hamil yang
terinfeksi HIV selama periode 2007 hingga 2011 terdiri dari dua jenis, yaitu
terapi ARV dan ARV profilaksis. Terapi ARV merupakan ARV yang diberikan
bagi ibu hamil yang terinfeksi HIV yang telah layak menerima ARV untuk
kesehatan pribadinya sekaligus untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak, sedangkan ARV profilaksis adalah ARV yang diberikan pada ibu hanya
untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dan tidak untuk menjaga
morbiditas dan mortalitas bagi ibu itu sendiri (WHO, 2010d). Dalam pedoman
nasional terapi ARV yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI tahun 2007 mengacu
pada rekomendasi WHO (2006b), pemberian terapi ARV disarankan bagi ibu
hamil jika berada dalam salah satu dari ketiga situasi berikut, yaitu stadium klinis
1 atau 2 dengan CD4 kurang dari 200 sel/mm3 , atau stadium klinis 3 dengan
CD4 kurang dari 350 sel/mm3 , atau stadium klinis 4 tanpa mempertimbangkan
jumlah CD4 (WHO, 2006b; Kemenkes RI, 2011c). Bagi ibu yang tidak termasuk
dalam situasi di atas dapat diberikan regimen ARV profilaksis untuk tujuan
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (WHO, 2006b; WHO, 2010d).
11
“semua zat kecuafi makanan, air atau oksigen yang jika dimasukkan dalam tubuh
dapat mengubah fungsi tubuh secara fisik dan atau psikologis”.
Secara garis besar narkoba dapat digolongkan menjadi tiga golongan utama
sesuai dengan efek yang ditimbulkan:
a. Stimulants {meningkatkan emosi, perilaku dan cara berpikir)
- Meningkatkan kegiatan pada sistem saraf pusat
- Mempercepat proses mental, lebih awas dan bersemangat
- Contoh : kafein, nikotin , amfetamin dan kokain
b. Depresants (menekan emosi, perilaku dan cara berpikir)
- Menurunkan kegiatan pada sistem saraf pusat Membuat pemakai lebih
relaks dan kurang sadar terhadap sekelilingnya
- Contoh : analgesik (obat anti nyeri), alkohol, benzodiazepin, dan golongan
narkotika seperti heroin, martin dan metadon
c. Hafusinogen (menimbulkan halusinasi)
- Mengubah persepsi dan pandangan terhadap waktu dan tempat
- Membuat pemakainya mendengar atau mendengar sesuatu yang
sebenarnya tidak ada, melihat atau mendengar sesuai dengan persepsi
yang berbeda
- Termasuk dalam kelompok ini: LSD (Asam Lisergik), berbagai jenis
jamur, berbagai jenis tumbuhan seperti meskalin, peyote dan ganja
12
morfin,tetapi kemudian terbukti bahwa kecanduan heroin justru lebih hebat
Morfin atau heroin
Kokain
Efek dari penggunaan kokain dapat menyebabkan paranoid, halusinasi serta
berkurang rasa percaya diri. Pemakaian obat ini akan merusak saraf di
otak.Selain memperburuk sistem pernafasan, penggunaan yang berlebihan
sangat membahayakan dan bisa membawa kematian. Kokain yang
turunannya putaw sangat berbahaya bagi kesehatan manusia
Ganja
Ganja yang dikenal juga dengan nama cannabis sativa pada mulanya banyak
digunakan sebagai obat relaksan untuk mengatasi intoksikasi (keracunan
ringan).Bahan yang digunakan dapat berupa daun, batang dan biji,namun
kemudian di salah gunakan pemakaiannya. Ganja dapat membuat ketagihan
secara mental dan berfikir menjadi lamban dan pecandunya nampak bodoh
karena zat tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi dan ingatan serta
kemampuan berfikir menjadi menurun.
2.6.2 Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan sertamempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
Morfin
Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil pencampuran getah
poppy (papaver sormary ferum) dengan bahan kimia lain, sifatnya jadi
semisintetik. Morfin merupakan zat aktif dari opium. Di dalam dunia
kedokteran, zatini digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada waktu
dilakukannya pembedahan atau operasi.Ketika pecah perang saudara di
Amerika Serikat pada tahun 1856, zat ini digunakan untuk serdadu yang
luka, yang mengurangi rasa sakit. Akan tetapi efeknya yang negatif maka
penggunanya diganti dengan obat-obatan sintetik lainnya.
13
2.6.3 Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
Kodein
Kodein adalah sejenis obat yang digunakan untuk mengobati nyeri sedang
hingga berat. Efek sampingnya yaitu cemas, rasa ngantuk, sakit kepala,
pusing, gangguan penglihatan dan gangguan keseimbangan
14
2.8 PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM TARAF COBA-COBA
Mengenali individu yang mulai coba-coba menggunakan narkoba bukanlah
hal yang terlalu sulit. Namun untuk sampai kepada suatu pembuktian baik anak
tertangkap basah menggunakan ataupun pengakuan yang datang dari dirinya,
justru bukan hal yang mudah untuk dilakukan. lndikasi dini dar! seseorang yang
mulai menggunakan narkoba adalah:
a) Perubahan yang berarti pada pola tingkahlakunya, misalnya prestasi
sekolah yang makin memburuk, sering membolos, berbohong, banyak
melamun, seringkali tidak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana, dan
lain-lain.
b) Perubahan dalam memilih ternan
c) Anak lebih sering keluar rumah bersama temannya , menghindar dari
orangtua dalam bentuk apapun.
d) Bersifat agresif, tanpa sebab yang jelas
e) Sering emosional bila menghadapi masalah sedikit saja. Perlu diketahui
bahwa setiap penyalahguna Narkoba mempunyai latarbelakang alasan
yang berbeda-beda. Sering masalah utamanya bukan pada pemakaian
Narkoba nya, melainkan pada hal-hal yang pribadi, seperti ditolak
cintanya, sering diejek, sulit bergaul dan sulit menyatakan pendapatnya,
dan lain-lain.
15
mulai perkawinan, mempunyai anak pertama kali, masa memasuki pensiun.
Banyak peristiwa dan kejadian yang dapat menimbulkan krisis, misalnya bencana
alam, peperangan, perkosaan, diberhentikan dari pekerjaan, meninggalnya
anggota keluarga, perceraian. Kemampuan setiap orang untuk menghadapi
perubahan keadaan hidup tidak sama, ada yang mempunyai kemampuan
psikososial lebih, ada orang yang kurang mampu. Bila orang tidak mampu
menguasai keseimbangan emosinya, maka ia akan mengalami goncangan jiwa,
sampai pada gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang timbul dapat berupa reaksi
kecemasan, reaksi panik, reaksi psikotik. depresi sampai pada bunuh diri.
menyalahgunakan zat, gangguan tingkah laku agresif dan gangguan penyesuaian
diri lainnya.
16
membantu anak dalam menghadapi pengaruh lingkungannya. Ketahuilah
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak, baik dalam bidang pelajarannya
maupun dalam hal bersosialisasi. Bantuan orangtua pada saat krisis seperti
ini akan semakin meningkatkan kepercayaan anak terhadap orangtuanya.
- Memenuhi rasa ingin tahu anak. Beri kemungkinan dialog terhadap
pertanyaan-pertanyaan anak, termasuk hal-hal yang sedang menjadi trend
akhir-akhir ini.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
HIV/AIDS dapat ditularkan dari seseorang yang terinfeksi
HIV(pengidap HIV) bilsa seseorang yang masih sehat terpapar atau
berhubungan dengan cairan tubuh pengidap HIV seperti darah,air mani dan
cairan vagina. Penularan HIV/AIDS dari ibu kebayi bisa di cegah melalui
saat hamil, saat melahirkan dan saat post partum, Untuk peran bidan dalam
pencegahan dan penularan HIV/AIDS dengan cara membina hubungan saling
percaya, penyuluhan dan menganjurkan untuk ke RS yang mengadakan
fasilitas untuk penangan HIV/AIDS untuk berkonsultasi pemberian obat untuk
hiv/aids dan penangana dan pencegahan penularan ke HIV/AIDS.
Deteksi dini merupakan langkah dalam penyalahgunaan NAPZA,
diperlukan ketrampilan, dan kepesulian khususnya keluarga dan lingkungan
terdekat untuk pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Intervensi kebidanan
khususnya masa krisis merupakan hal yang sangat penting sebagai tindak
lanjut deteksi dini.
3.2 SARAN
Sebagai seorang bidan sebaikanya melakukan intervensi sesuai
kewenangan yang berlaku. Jika menemui kasus dengan HIV/AIDS segera
anjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut di RS. Dan sebagai
seorang bidan hendaknya memberi edukasi kepada masyarakat dan
lingkungan sekitar tentang penyalahgunaan NAPZA.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan RI. 2015 ISBN 978-602-235-869-5 1. PREVENTION AND CONTROL II.
SYPHILIS CONGENITAL PREVENTION AND CONTROL III. SPREADING
FACTOR Pedoman manajemen program pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari
ibu ke bayi. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI
19