Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOPOROSIS

A. Definisi

Osteoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan


ketidak seimbangan resorpsi tulang dan pembentukkan tulang. Pada
osteoporosis terjadi peningkatan resorporsi tulang atau penurunan
pembentukan tulang (Asikin;dkk 2016: 101).
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut
WHO adalah penyakit sekeletal sistemik dengan karakteristik masa masa
tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang
dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan
terhadap patah tulang (Lukman, ningsih 2013: 141).

B. Etiologi
Osteoporosis dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor menurut
(Asikin;dkk 2016: 103). Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi
osteoporosis yaitu :
1. Defesiensi kalsium yaitu dapat disebabkan oleh :
a. Asupan kalsium dalam makanan yang tidak adekuat sehinga mudah
mempercepat penurunan masa tulang.
b. Tidak adekuatnya asupan vitamin D.
c. Pengunaan obat tertentu, misalnya pengunaan kortikoteroid dalam
jangka panjang.
2. Kurangnya latihan teratur yaitu mobilitas dapat menyebabkan proses
penurunannya massa tulang. Sedangkan olahraga yang teratur dapat
mencegah penurunan masa tulang. Tekanan mekanisme pada latihan akan
membuat otot berkonstrasi yang dapat merangsang formasi tulang.
3. Perbedaan jenis kelamin yaitu kekuatan tulang dipengaruhi oleh horman
reproduksi. Pada perempuan postmenopause, hormon reproduksi dan
timbunan kalsium tulang menurun.hormon reproduksi yang dimaksud
yaitu estrogen. Hal ini menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan tanpa
disertai pembentukan tulang yang cukup. Oleh karena itu, perempuan
lebih cepat mengalami osteoporosis dibandingkan dengan laki-laki.
Selain tiga hal tesebut, gangguan pada kelenjar endokrin; kurangnya
terkena sinar matahari: banyak mengonsumsi alkohol, nikotin atau kafein.
1. Faktor yang mempengaruhi penurunan masa tulang pada usia lanjut
sebagai berikut menurut (Asikin;dkk 2016: 103) :
a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang.pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat
dibandingkan dengan bangsa kaukasia.
b. Faktor mekanis
Selain faktor genetik, beban mekanisme juga berpengaruhi terhadap
massa tulang. Penambahan beban akan mengakibatkan
bertambahnya masa tulang, sedangkan pengurangan beban akan
mengakibatkan berkurangnya masa tulang.
c. Faktor mekanisme
Selain faktor genetik, beban mekanisme juga berpengaruh terhadap
massa tulang. Penambahan akan mengakibatkan bertambahnya
massa tulang, sedangkan pengurangan beban akan mengakibatkan
berkurangnya masa tulang.
d. Faktor makanan dan hormone :
1) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tulang.
Perempuan pada masa perimenopause dengan asupan kalsium
yang rendah dan absorpsinya tidak baik, akan mengakibatkan
keseimbangan kalsium menjadi negatif, sedangkan bagi mereka
yang asupan kalsiumnya baik dan asbsorpsinya juga baik akan
menunjukkan keseimbangan kalsium positif
2) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium.
3) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan masa tulang, terlebih jika disertai
asupan kalsium yang rendah
4) Alkohol
Alkoholisme merupakan masalah yang sering kali ditemukan
pada saat ini.

C. Manifestasi Klinis

Kepadatan tulang berkurang secara berlahan (terutama pada penderita


osteoporosis senilis), sehinga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan
gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang
yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul
nyeri tulang dan kelainan bentuk (Lukman, ningsih 2013: 144).

D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan proses pembentukkan
tulang(remodeling) terjadi secara terus-menerus dan seimbang. Jika terdapat
perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorpsi lebih besar
dibandingkan dengan proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan
massa tulang. Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan
meningkatkan masa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Sementara itu,
proses pembentukan secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun
untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trebekula. Setelah itu,
secara berlahan resorpsi tulang akan lebih cepat dibandingkan dengan
pembentukan tulang. Pucak masa tulang akan dipengaruhi oleh faktor
genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup, serta aktivitas fisik (Asikin;dkk 2016:
106).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Asikin;dkk 2016: 107) yaitu, sejumlah pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada osteoporosis yaitu :
1. Pemeriksaan sinar X
2. CT scan densitas tulang
3. Rontgen
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Penilaian masa tulang.

F. Penatalaksanaan
Menurut (Asikin;dkk 2016: 109) :
1. Penatalaksanaa farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu:
a. Meningkatkan pembentukkan tulang. Obat-obatan yang dapat
meningkatkan pembentuka tulang, misalnya steroid anabolik.
b. Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat
resorpsi tulang yaitu estrogen, kalsitonim, difosfat, dan modulator
Reseptor selektif. Seluruh pengobatan iniharus ditambah dengan
konsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup.
c. Pencegahan. Terapi pencegahan osteoporosis dapat dilakukan sedini
mungkin yaitu sejak masa kanak-kanak. Pencegahan osteoporosis
pada usia muda mempunyai tujuan mencapai masa tulang dewasa
(proses konsolidasi yang) yang optimal. Sejumlah pencegahan yang
dapat dilakukan di antaranya:
1) Mengonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup
2) Latihan/olah raga secara teratur setiap hari
3) Mengonsumsi protein hewani
4) Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko
osteoporosis, misalnya merokok, alkohol, dan kafein
G. Pengkajian
a. Anamnesa
Menurut (Asikin;dkk 2016: 109)Anamnesa, tanyakan klien tentang :
1) Apakah terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga
2) Apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya
3) Apakah klien mengonsumsi kalsium diet harian sesesuai dengan
kebutuhan
4) Bagaimana pola latihan klien
5) Kapankah terjadinya dan faktor yang mempengaruhi terjadinya
menopause
6) Apakah klien mengunakan kortikostroid selain mengonsumsi
alkohol, rokok, dan kafein
7) Apakah klien mengalami gejala lain, misalnya nyeri pinggang,
konstipasi, atau gangguann citra diri
b. Pemeriksaan fisik
Menurut (Asikin;dkk 2012: 109) pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1) Adanya “punuk dowager” (kifosis)
2) Nyeri punggung: thoracic dan lumbar
3) Penurunan tinggi badan
4) Gaya berjalan bungkuk
5) Nyeri sendi
6) Kelemahan otot
7) Masalah mobilitas dan penafasan akibat perubahan postur
8) Adanya konstipasi yang disebabkan oleh aktivitas

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada osteoporosis menurut
(Asikin;dkk 2016: 109) dan (Istianah, umi 2017: 125) :
a. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan
program terapi
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan integritas
struktur tulang
d. Resiko terhadap cedera: fraktu berhubungan dengan tulang osteooporosis

I. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis di bawah ini
disusun meliputi pdiagnosa keperawatan, tindakkan keperawatan, dan kriteria
keberhasilan tindakan (kriteria hasil).Rencana keperawatan berdasarkan
NANDA NIC-NOC SIKI , dan menurut (Asikin;dkk 2012: 109).

No Dx. Keperawatan NOC NIC

1 2 3 4
1 Nyeri akut kontrol nyeri Manajement nyeri
berhubungan 1. Lakukan pengkajian
dengan fraktur dengan kriteria hasil:
nyeri komprehensif
1. Mengenali kapan yang meliputi lokasi,
terjadi nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi
2. Mengunakan factor 2. Gali pengetahuan dan
penyebab kepercayaan pasien
mengenai nyeri

3. Mengunakan tindakan 3. Berikan informasi


pencegahan men genai nyeri,
seperti penyebab
nyeri
4. Mengunakan tindakan 4. Ajarkan prinsip-
pengurangan nyeri prinsip manajement
tanpa analgesic nyeri

5. Mengunaka sumber 5. Dukung istirahat


daya yang tersedia dan tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri

6. Mengenali apa yang 6. Ajarkan pengunaan


terkait dengan gejala non farmakologi
nyeri seperti: relaksasi,
aplikasi
panas/dingin, terapi
music
7. Melaporkan nyeri
yang terkontrol 7. Evaluasi
keefektifan dari
tindakan
pengontrol nyeri
yang dipakai
selama pengkajian
nyeri dilakukan
2 Kurang Pengetahuan : manajemen Pengajaran proses
pengetahuan osteoporosis penyakit
berhubungan 1. Kaji tingkat
dengan Dengan kriteria hasil:
pengetahuan pasien
osteoporosis dan 1. Faktor-faktor terkait dengan proses
program terapi penyebab dan factor penyakit yang
berkonstribusi spesifik
2. Tanda dan gejala 2. Jelaskan fatofisiologi
osteoporosis penyakit dan
Hubungan bagaimana
metebolisme tulang hubungannya
dan osteoporosis
dengan anatomi dan
fisiologis
3. Risiko fraktur 3. Jelaskan tanda dan
gejala yang umum
dari penyakit
4. Suplemen vitamin D 4. Jelaskan mengenai
harian yang proses penyakit
rekomendasikan
5. Manfaat terpapar 5. Beri informasi
matahari sebebagai kepada keluarga
vitamin d yang penting bagi
pasien menegenai
perkembangan
pasien
6. Diet yang 6. Diskusikan pilihan
dianjurkan terapi/penangan
3 Gangguan Ambulasi Dukungan ambulasi
mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya
berhubungan Dengan kriteria hasil :
nyeri atau keluhan fisik
dengan 1. Menompang berat lainnya
Kerusakkan badan
integritas struktur
tulang 2. Identifikasi toleransi
2. Berjalan dengan fisik melakukan
langkah yang efektif ambulasi
3. Berjalan dengan 3. Fasilitasi aktivitas
pelan ambulasi denga alat
bantu(mis. Tongkat,
kruk)

4. Fasilitasi aktivitas
4. Berjalan dengan ambulasi fisik
kecepatan sedang

5. Berjalan mengeliling 5. Jelasksan tujuan dan


rumah prosedur ambulasi
Ajurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat
tidur ke kursi)
4 Resiko terhadap Keseimbangan Pencegahan jatuh
cedera: Dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi perilaku
fraktuberhubunga 1. Mempertahankan dan faktor yang
n dengan tulang keseimbangan saat mempengaruhi risiko
osteoporosis duduk tanpa jatuh
sokongan pada 2. Monitor gaya
punggung berjalan,
2. Mempertahankan keseimbangan dan
keseimbangan dari tingkat kelelahan
posisi duduk
keposisi berdiri
3. Bantu ambulasi
3. Mempertahankan
individu yang
keseimbangan
memiliki
ketika berdri
ketidakseimbangan
4. Mempertahankan 4. Anjurkan adaptasi
keseimbanga dirumah untuk
ketika berjalan meningkatkan
keamanan
5. Mempertahankan 5. Sarankan
keseimbangan mengunakan alas
ketika berdiri kaki yang aman
dengan satu kaki
6. Postur 6. Lakukan latihan
fisik rutin yang
meliputi berjalan

J. Implementasi

Implementasi merupakan tindakkan yang sudah direncanakan dalam


rencana keperawatan. Tindakkan keperawatan mencakup tindakkan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi (interdependent), dan
tindakan rujukan/ketergantungan (dependent)(Tarwoto, 2015).

K. Evaluasi

Menurut Potter, Perry (2010:501)Untuk eveluasi hasil yang


diharapkan dan respons terhadap asuhan keperawatan, dibandingkan hasil
yang didapatkan pada klien saat ini dengan hasil yang diharapkan saat
perencanaan: seperti kemampuan klien untuk mempertahankan atau
memperbaiki kesejajaran tubuh, meningkatkan mobilisasi, dan melindungi
klien dari bahaya imobilisasi.

Menurut (Tarwoto 2015), evaluasi adalah proses yang berkelanjutan


unntuk menilai efek dari tindakkan keperawatan pada klien : evaluasi terus
menerus dilakukan pada respon klien terhadap tindakkan keperawatan yang
telah dilaksanakan, diguunakan komponen SOAP :

S : data subjektif, data yang didapatkan dari keluhan klien


langsung.

O : data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi


perawat secara langsung.

A : analisa, merupakan intervensi dari subjektif dan objektif.


Analisanmerupakan diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau juga dapat dituliskan masalah baru yang
terjadi akibat perubahan status kesehatan klien.

P : planning, dari perencanaan keperawatan yang akan


dilakukan, dilanjutkan,dimodifikasi dari rencana
tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M,. Nasir, M,. Podding, I Takko. 2016. Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Istianah, Umi. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Lukman, Ningsih, Nurna. 2013. Asuhan Keperawatan pada Klien.
Potter, P.A, dan Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 5. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai