Anda di halaman 1dari 15

Praktik Keperawatan Klinik Daring KMB 2

Laporan Pendahuluan Osteoporosis

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat:

Untuk melengkapi nilai Praktik Klinik KMB 2

Disusun Oleh :

Suci Nur Islami

1803 23075

Program Studi DIII Keperawatan TK 3B

Stikes Abdi Nusantara Jakarta

Jl. Kubah putih No.7 rt 001/014 Kel. Jatibening Kec.

Pondok Gede Kota Bekasi, Jawa Barat 17412

Tahun 2021
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOPOROSIS
1. Pengertian
Osteoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan ketidak
seimbangan resorpsi tulang dan pembentukkan tulang. Pada osteoporosis terjadi
peningkatan resorporsi tulang atau penurunan pembentukan tulang (Asikin;dkk
2012: 101).
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah
penyakit sekeletal sistemik dengan karakteristik masa masa tulang yang rendah
dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya
fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang (Lukman,
ningsih 2013: 141).
2. Etiologi
Osteoporosis dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor menurut (Asikin;dkk
2012: 103). Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis yaitu :

a. Defesiensi kalsium yaitu dapat disebabkan oleh :

1) Asupan kalsium dalam makanan yang tidak adekuat sehinga mudah


mempercepat penurunan masa tulang.

2) Tidak adekuatnya asupan vitamin D.

3) Pengunaan obat tertentu, misalnya pengunaan kortikoteroid dalam jangka


panjang.

b. Kurangnya latihan teratur yaitu mobilitas dapat menyebabkan proses


penurunannya massa tulang. Sedangkan olahraga yang teratur dapat mencegah
penurunan masa tulang. Tekanan mekanisme pada latihan akan membuat otot
berkonstrasi yang dapat merangsang formasi tulang.
c. Perbedaan jenis kelamin yaitu kekuatan tulang dipengaruhi oleh horman
reproduksi. Pada perempuan postmenopause, hormon reproduksi dan timbunan
kalsium tulang menurun.hormon reproduksi yang dimaksud yaitu estrogen.
Hal ini menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan tanpa disertai
pembentukan tulang yang cukup. Oleh karena itu, perempuan lebih cepat
mengalami osteoporosis dibandingkan dengan laki-laki.

Selain tiga hal tesebut, gangguan pada kelenjar endokrin; kurangnya terkena
sinar matahari: banyak mengonsumsi alkohol, nikotin atau kafein.

3. Gejala-gejala osteoporosis menurut (umi 2017: 120);


a. Kekuatan otot tulang melemah. Klien merasa kekuatan melemah sehingga tak
mampu mengankat beban atau naik tangga.
b. Penurunan tinggi badan. Pengukuran tinggi badan menunjukkan penurunan
dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, misalnya tubuh memendek 3cm
selama tiga tahun. Hal ini munkin disebabkan adanya frraktur pada vertebra.
c. Bungkuk. Osteoporosis menimbulkan fraktur kompresi atau terjadinya kolaps.
Kondisi ini menyebabkan tulang menjadi bungkuk.
d. Tulang rapuh. Kondisi tulang yang semakin rapuh walaupun belum pernah
mengalami post traumatic(patah atau retak).
e. Patah tulang. Kasus umum penyebab osteoporosis yang sering kali tidak
menyadari adalah ketika pasien pernah mengalami patah tulang.
f. Dowager’ hump. Kondisi ketika tulang belakang menjadi condong ke arah
depan dan memunculkan punuk diatas punggung.
g. Stress fratures. Kondisi tress facture umumnya jarang disadari penderita.
4. Manifestasi klinis
Kepadatan tulang berkurang secara berlahan (terutama pada penderita
osteoporosis senilis), sehinga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan
gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang

menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang
dan kelainan bentuk (Lukman, ningsih 2013: 144).

5. Patofisiolgi
Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan proses pembentukkan
tulang(remodeling) terjadi secara terus-menerus dan seimbang. Jika terdapat
perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorpsi lebih besar
dibandingkan dengan proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa
tulang. Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan masa
tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Sementara itu, proses pembentukan secara
maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan
lebih dini pada bagian trebekula. Setelah itu, secara berlahan resorpsi tulang akan
lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan tulang. Pucak masa tulang akan
dipengaruhi oleh faktor genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup, serta aktivitas fisik
(Asikin;dkk 2012: 106).
6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang

Menurut (Asikin;dkk 2012: 107) yaitu, sejumlah pemeriksaan penunjang yang


dilakukan pada osteoporosis yaitu :

a. Pemeriksaan sinar X

b. CT scan densitas tulang

c. Rontgen

d. Pemeriksaan laboratorium

e. Penilaian masa tulang.

8. Komplikasi

Adapun komplikasi yang bisa ditimbulkan dari osteoporosis yaitu :

a. Fraktur tulang panggul

b. Fraktur pergelangan tangan.

c. Fraktur columna vertebaralis dan paha.

d. Fraktur tulang iga.

e. Fraktur radius.
9. Penatalaksanaan dan pencegahan

Menurut (Asikin;dkk 2012: 109) :

a. Penatalaksanaa farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu:

1) Meningkatkan pembentukkan tulang. Obat-obatan yang dapat


meningkatkan pembentuka tulang, misalnya steroid anabolik.
2) Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat
resorpsi tulang yaitu estrogen, kalsitonim, difosfat, dan modulator Reseptor
selektif. Seluruh pengobatan iniharus ditambah dengan konsumsi kalsium
dan vitamin D yang cukup.

b. Pencegahan. Terapi pencegahan osteoporosis dapat dilakukan sedini mungkin


yaitu sejak masa kanak-kanak. Pencegahan osteoporosis pada usia muda
mempunyai tujuan mencapai masa tulang dewasa (proses konsolidasi yang)
yang optimal. Sejumlah pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya:
1) Mengonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup

2) Latihan/olah raga secara teratur setiap hari

3) Mengonsumsi protein hewani

4) Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko osteoporosis,


misalnya merokok, alkohol, dan kafein.

10. Askep Teori

1. Pengkajian

1. Apakah terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga


2 Apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya
3. Apakah klien mengonsumsi kalsium diet harian sesesuai dengan
kebutuhan
4. Bagaimana pola latihan klien
5. Kapankah terjadinya dan faktor yang mempengaruhi terjadinya
menopause
6. Apakah klien mengunakan kortikostroid selain mengonsumsi alkohol,
rokok, dan kafein
7. Apakah klien mengalami gejala lain, misalnya nyeri pinggang,
konstipasi, atau gangguann citra diri

2. Pemeriksaan fisik

Menurut (Asikin;dkk 2012: 109) pada pemeriksaan fisik ditemukan:


5) Adanya “punuk dowager” (kifosis)
6) Nyeri punggung: thoracic dan lumbar
7) Penurunan tinggi badan
8) Gaya berjalan bungkuk
9) Nyeri sendi
10) Kelemahan otot
11) Masalah mobilitas dan penafasan akibat perubahan postur
12) Adanya konstipasi yang disebabkan oleh aktivitas

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada osteoporosis menurut


(Asikin;dkk 2012: 109) dan (umi 2017: 125) :
c. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan program
terapi
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan integritas struktur
tulang
c. Resiko terhadap cedera: fraktu berhubungan dengan tulang osteooporosis
4. Rencana keperawatan

Rencana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis di bawah ini disusun


meliputi pdiagnosa keperawatan, tindakkan keperawatan, dan kriteria keberhasilan
tindakan (kriteria hasil).
Rencana keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC SIKI , dan menurut
(Asikin;dkk 2012: 109).

No Dx. Keperawatan NOC NIC

1 2 3 4
1 Nyeri akut kontrol nyeri Manajement nyeri
berhubungan 1. Lakukan pengkajian
dengan fraktur dengan kriteria hasil:
nyeri komprehensif
1. Mengenali kapan yang meliputi lokasi,
terjadi nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi
2. Mengunakan factor
penyebab
2. Gali pengetahuan dan
3. Mengunakan tindakan kepercayaan pasien
pencegahan mengenai nyeri

4. Mengunakan tindakan 3. Berikan informasi


pengurangan nyeri men genai nyeri,
tanpa analgesic seperti penyebab
nyeri
5. Mengunaka sumber
daya yang tersedia
4. Ajarkan prinsip-
6. Mengenali apa yang prinsip manajement
terkait dengan gejala nyeri
nyeri
1 2 3 4
1 Nyeri akut kontrol nyeri Manajement nyeri
berhubungan 5. Lakukan pengkajian
dengan fraktur dengan kriteria hasil:
nyeri komprehensif
7. Mengenali kapan yang meliputi lokasi,
terjadi nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi
8. Mengunakan factor
penyebab
6. Gali pengetahuan dan
9. Mengunakan tindakan kepercayaan pasien
pencegahan mengenai nyeri

10. Mengunakan tindakan 7. Berikan informasi


pengurangan nyeri men genai nyeri,
tanpa analgesic seperti penyebab
nyeri
11. Mengunaka sumber
daya yang tersedia
8. Ajarkan prinsip-
12. Mengenali apa yang prinsip manajement
terkait dengan gejala nyeri
nyeri
No Dx. Keperawatan NOC NIC

1 2 3 4
1 Nyeri akut kontrol nyeri Manajement nyeri
berhubungan 9. Lakukan pengkajian
dengan fraktur dengan kriteria hasil:
nyeri komprehensif
13. Mengenali kapan yang meliputi lokasi,
terjadi nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi
14. Mengunakan factor
penyebab
10. Gali pengetahuan dan
15. Mengunakan tindakan kepercayaan pasien
pencegahan mengenai nyeri

16. Mengunakan tindakan 11. Berikan informasi


pengurangan nyeri men genai nyeri,
tanpa analgesic seperti penyebab
nyeri
17. Mengunaka sumber
daya yang tersedia
12. Ajarkan prinsip-
18. Mengenali apa yang prinsip manajement
terkait dengan gejala nyeri
nyeri
1 2 3 4
7. Melaporkan nyeri 5. Dukung istirahat dan
yang terkontrol tidur yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri

6. Ajarkan pengunaan
non farmakologi
seperti: relaksasi,
aplikasi panas/dingin,
terapi music

7. Evaluasi keefektifan
dari tindakan
pengontrol nyeri yang
dipakai selama
pengkajian nyeri
dilakukan

2 Kurang Pengetahuan : manajemen Pengajaran proses


pengetahuan osteoporosis penyakit
berhubungan 1. Kaji tingkat
dengan Dengan kriteria hasil:
pengetahuan pasien
osteoporosis dan 1. Faktor-faktor terkait dengan proses
program terapi penyebab dan factor penyakit yang
berkonstribusi spesifik

2. Tanda dan gejala


2. Jelaskan fatofisiologi
osteoporosis
penyakit dan
Hubungan
bagaimana
metebolisme tulang
dan osteoporosis hubungannya
dengan anatomi
3. Risiko fraktur dan fisiologis
4. Suplemen vitamin D
harian yang 3. Jelaskan tanda dan
rekomendasikan gejala yang umum
dari penyakit
5. Manfaat terpapar
matahari sebebagai
vitamin d 4. Jelaskan mengenai
proses penyakit
6. Diet yang dianjurkan
1 2 3 4
5. Beri informasi
kepada keluarga
yang penting bagi
pasien menegenai
perkembangan
pasien

6. Diskusikan pilihan
terapi/penangan

3 Gangguan Ambulasi Dukungan ambulasi


mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya
berhubungan Dengan kriteria hasil :
nyeri atau keluhan fisik
dengan 1. Menompang berat lainnya
Kerusakkan badan
integritas struktur
tulang 2. Identifikasi toleransi
2. Berjalan dengan fisik melakukan
langkah yang efektif ambulasi
3. Berjalan dengan
pelan 3. Fasilitasi aktivitas
ambulasi denga alat
4. Berjalan dengan bantu(mis. Tongkat,
kecepatan sedang kruk)

5. Berjalan mengeliling 4. Fasilitasi aktivitas


rumah ambulasi fisik.

5. Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi
Ajurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat
tidur ke kursi)
4 Resiko terhadap Keseimbangan Pencegahan jatuh
cedera: 1. Identifikasi perilaku
Dengan kriteria hasil:
fraktuberhubunga dan faktor yang
n dengan tulang 1. Mempertahankan mempengaruhi risiko
osteoporosis keseimbangan saat jatuh
duduk tanpa 2. Monitor gaya
sokongan pada
1 2 3 4
punggung berjalan,
keseimbangan dan
2. Mempertahankan tingkat kelelahan
keseimbangan dari
posisi duduk keposisi 3. Bantu ambulasi
berdiri individu yang
memiliki
3. Mempertahankan ketidakseimbangan
keseimbangan ketika
berdri
4. Anjurkan adaptasi
4. Mempertahankan dirumah untuk
keseimbanga ketika meningkatkan
berjalan keamanan

5. Mempertahankan 5. Sarankan
keseimbangan ketika mengunakan alas kaki
berdiri dengan satu yang aman
kaki
6. Lakukan latihan fisik
6. Postur rutin yang meliputi
berjalan

5. Implementasi
Implementasi merupakan tindakkan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakkan keperawatan mencakup tindakkan mandiri (independent),
saling ketergantungan/kolaborasi (interdependent), dan tindakan
rujukan/ketergantungan (dependent)(Tarwoto, 2015).

6. Evaluasi
Menurut Potter, Perry (2010:501)Untuk eveluasi hasil yang diharapkan dan
respons terhadap asuhan keperawatan, dibandingkan hasil yang didapatkan pada
klien saat ini dengan hasil yang diharapkan saat perencanaan: seperti kemampuan
klien untuk mempertahankan atau memperbaiki kesejajaran tubuh, meningkatkan
mobilisasi, dan melindungi klien dari bahaya imobilisasi.
Menurut (Nurjannah 2005), evaluasi adalah proses yang berkelanjutan unntuk
menilai efek dari tindakkan keperawatan pada klien : evaluasi terus menerus
dilakukan pada respon klien terhadap tindakkan keperawatan yang telah
dilaksanakan, diguunakan komponen SOAP :

S : data subjektif, data yang didapatkan dari keluhan klien langsung.

O : data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi perawat secara
langsung.

A : analisa, merupakan intervensi dari subjektif dan objektif.


Analisanmerupakan diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga
dapat dituliskan masalah baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien.

P : planning, dari perencanaan keperawatan yang akan dilakukan,


dilanjutkan,dimodifikasi dari rencana tindakan yang telah dilakukan
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/912/5/6.%20BAB%20II-dikonversi.pdf

https://bangsalsehat.blogspot.com/2018/06/laporan-pendahuluan-lp-osteoporosis.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai