Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


(Osteoporosit)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan medikal bedah 1

Di susun oleh :

NAMA : ATRI WAHYUNI S. Kep


NIM : 14420202189

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020/ 2021
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Osteoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan
ketidak seimbangan resorpsi tulang dan pembentukkan tulang. Pada
osteoporosis terjadi peningkatan resorporsi tulang atau penurunan
pembentukan tulang (Asikin;dkk 2016).
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut
WHO adalah penyakit sekeletal sistemik dengan karakteristik masa masa
tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang
dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan
terhadap patah tulang (Putri A.S, 2013: 141).
2. Etiologi
Osteoporosis dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor menurut (Asikin;dkk
2016)Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis yaitu :
a. Defesiensi kalsium yaitu dapat disebabkan oleh :
1) Asupan kalsium dalam makanan yang tidak adekuat sehinga mudah
mempercepat penurunan masa tulang.
2) Tidak adekuatnya asupan vitamin D.
3) Pengunaan obat tertentu, misalnya pengunaan kortikoteroid dalam
jangka panjang.
b. Kurangnya latihan teratur yaitu mobilitas dapat menyebabkan proses
penurunannya massa tulang. Sedangkan olahraga yang teratur dapat
mencegah penurunan masa tulang. Tekanan mekanisme pada latihan
akan membuat otot berkonstrasi yang dapat merangsang formasi tulang.

c. Perbedaan jenis kelamin yaitu kekuatan tulang dipengaruhi oleh horman


reproduksi. Pada perempuan postmenopause, hormon reproduksi dan
timbunan kalsium tulang menurun.hormon reproduksi yang dimaksud
yaitu estrogen. Hal ini menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan
tanpa disertai pembentukan tulang yang cukup. Oleh karena itu,
perempuan lebih cepat mengalami osteoporosis dibandingkan dengan
laki-laki.

Selain tiga hal tesebut, gangguan pada kelenjar endokrin; kurangnya


terkena sinar matahari: banyak mengonsumsi alkohol, nikotin atau
kafein.

3. Faktor yang mempeng aruhi penurunan masa tulang


Adapun faktor-faktor yang memengaruhi masa tulang pada usia lanjut
sebagai berikut menurut (Asikin, 2016) :
a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang.pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat
dibandingkan dengan bangsa kaukasia.
b. Faktor mekanis
Selain faktor genetik, beban mekanisme juga berpengaruhi terhadap
massa tulang. Penambahan beban akan mengakibatkan bertambahnya
masa tulang, sedangkan pengurangan beban akan mengakibatkan
berkurangnya masa tulang.
c. Faktor makanan dan hormone :
1) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tulang.
Perempuan pada masa perimenopause dengan asupan kalsium yang
rendah dan absorpsinya tidak baik, akan mengakibatkan
keseimbangan kalsium menjadi negatif, sedangkan bagi mereka yang
asupan kalsiumnya baik dan asbsorpsinya juga baik akan
menunjukkan keseimbangan kalsium positif.
2) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium.
3) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan masa tulang, terlebih jika disertai asupan
kalsium yang rendah.
4) Alkohol
Alkoholisme merupakan masalah yang sering kali ditemukan pada saat
ini.
4. Patofisiolgi
Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan proses pembentukkan
tulang(remodeling) terjadi secara terus-menerus dan seimbang. Jika terdapat
perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorpsi lebih besar
dibandingkan dengan proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan
massa tulang. Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan
meningkatkan masa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Sementara itu,
proses pembentukan secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun
untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trebekula. Setelah
itu, secara berlahan resorpsi tulang akan lebih cepat dibandingkan dengan
pembentukan tulang. Pucak masa tulang akan dipengaruhi oleh faktor
genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup, serta aktivitas fisik (Asikin, 2016).
5. Gejala-gejala osteoporosis
Ada beberapa gejala dari ostioporosit menurut (Utami R.H.2019: 120);
a. Kekuatan otot tulang melemah. Klien merasa kekuatan melemah
sehingga tak mampu mengankat beban atau naik tangga.

b. Penurunan tinggi badan. Pengukuran tinggi badan menunjukkan


penurunan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, misalnya tubuh
memendek 3cm selama tiga tahun. Hal ini munkin disebabkan adanya
frraktur pada vertebra.

c. Bungkuk. Osteoporosis menimbulkan fraktur kompresi atau terjadinya


kolaps. Kondisi ini menyebabkan tulang menjadi bungkuk.

d. Tulang rapuh. Kondisi tulang yang semakin rapuh walaupun belum


pernah mengalami post traumatic(patah atau retak).
e. Patah tulang. Kasus umum penyebab osteoporosis yang sering kali tidak
menyadari adalah ketika pasien pernah mengalami patah tulang.

f. Dowager’ hump. Kondisi ketika tulang belakang menjadi condong ke


arah depan dan memunculkan punuk diatas punggung

g. Stress fratures. Kondisi tress facture


h. Nyeri pungggung. Rasa nyeri pada bagian punggung juga mungkin
menjadi gejala osteoporosis, terutama jika nyeri muncul akibat fraktur
vertebra
6. Manifestasi klinis
Kepadatan tulang berkurang secara berlahan (terutama pada penderita
osteoporosis senilis), sehinga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan
gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang
yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul
nyeri tulang dan kelainan bentuk (Lukman, ningsih 2013: 144).
7.Diagnosis
Pada seorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis
ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan rontgen tulang.
Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirnya keadaan
lainnya yang menyebabkan osteoporosis.
Pemeriksaan yang paling akurat adalah dual-energy x-ray
absorptimetri((DXA). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri
bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit (Lukman, ningsih 2013: 145).
8. Penatalaksanaan dan pencegahan
Menurut (Asikin,2016) :
a. Penatalaksanaa farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu:
1) Meningkatkan pembentukkan tulang. Obat-obatan yang dapat
meningkatkan pembentuka tulang, misalnya steroid anabolik.

2) Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat


resorpsi tulang yaitu estrogen, kalsitonim, difosfat, dan modulator
Reseptor selektif. Seluruh pengobatan iniharus ditambah dengan
konsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup.
b. Pencegahan. Terapi pencegahan osteoporosis dapat dilakukan sedini
mungkin yaitu sejak masa kanak-kanak. Pencegahan osteoporosis pada
usia muda mempunyai tujuan mencapai masa tulang dewasa (proses
konsolidasi yang) yang optimal. Sejumlah pencegahan yang dapat
dilakukan di anta anya:
1) Mengonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup

2) Latihan/olah raga secara teratur setiap hari

3) Mengonsumsi protein hewani

4) Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko osteoporosis,


misalnya merokok, alkohol, dan kafein

9.Pemeriksaan penunjang
Menurut (Asikin,2016) yaitu, sejumlah pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada osteoporosis yaitu pemeriksaan sinar X, CT scan densitas
tulang, rontgen, pemeriksaan laboratorium, dan penilaian masa tulang.
10.Dampak psikologis
Dampak psikologis osteoporosis pada wanita, merupakan bahasan
yang banyak disampaikan dan akan diuraikan secara singkat pada buku ini.
Menurut Pudiastuti (2011), fraktur osteoporosis menimbulkan banyak
kesulitan bagi penderitanya. Perubahan bentuk tubuh(deformitas, kifosis),
kehilangan kemampuan aktivitas mandiri, gangguan nyeri kronis, dan
keterbatasan aktivitas. Depresi , ansietas, gangguan tidur, dan ketakutan
akan jatuh (Suarni L. & Heni A.2017).
11. Terapi Komplementer
pengobatan alternatif.terapi komplementer tidak dilakukan dengan
tindakan Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan
untuk menangani berbagai penyakit dengan tehnik tradisional , yang juga
dikenal sebagai bedah dan obat komersial yang diproduksi secara masal
namun biasanya menggunakan berbagai jenis terapi dan obat herbal
(https://www.docdoc.com/id/info/specialty/pengobatan-alternatif)
Ada bebera jenis terapi komplementer yang bisa digunakan untuk
pasien osteoporosis yang mengalami nyeri antara lain :
1. Akupuntur
Akupuntur adalah tehnik pengobatan cina kuno dengan menggunakan
jarum yng sangat tipis untuk merangsang titik tertentu dalam tubuh
2. Kiropraktik
Kiropraktik adalah bidang ilmu kesehatan yang dapat memperbaiki atau
mengembalikan susunan rangka tubuh.terapi ini dapat mengobati nyeri
pada bagian bawah punggung.
12. Penyimpangan KDM

Defisiensi kalsium

Kecepatan reabsorsi tulang lebih cepat

Penurunan masa tulang

Tulang menjadi rapuh/mudah Resiko cedera


patah

Spasme otot

fraktur

Pengeluaran zat kimia Deformitas


(postaglandin,
histamin,bradikinin) Bungkuk

Dihantar ke sum-sum Gangguan mobilitas


tulng belakang
fisik

Thalamus

Korteks cerebri
Perubahan status
dipersepsi kesehatan

Nyeri Kurang informasi

Kurang pengetahuan
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Apakah terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga
2) Apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya
3) Apakah klien mengonsumsi kalsium diet harian sesesuai dengan
kebutuhan
4) Bagaimana pola latihan klien
5) Apakah klien mengunakan kortikostroid selain mengonsumsi
alkohol, rokok, dan kafein
6) Apakah klien mengalami gejala lain, misalnya nyeri pinggang,
konstipasi, atau gangguann citra diri
b. Pemeriksaan fisik
Menurut (Asikin,2016) pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1) Adanya “punuk dowager” (kifosis)
2) Nyeri punggung: thoracic dan lumbar
3) Penurunan tinggi badan
4) Gaya berjalan bungkuk
5) Nyeri sendi
6) Kelemahan otot
7) Masalah mobilitas dan penafasan akibat perubahan postur
8) Adanya konstipasi yang disebabkan oleh aktivitas
c. Pemeriksaan penunjang
1). Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah desintas atau massa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada ruas tulang belakang,dinding dekat
korpus ruas biasanya merupakan lokasi yang paling berat,penipisan
korteks dan organ trabekula. Lintang merupakan kelainan yang
sering ditemukan.lemahnya korpus tulang belakang menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari inti pilpousus kedalam ruang
intervertabralis dan menyebabkan deformitas bikonkaf,dll.
2). CT-Scan
Dapat mengukur tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi mengikuti naik. Mineral ruas
diatas 110 mg/cm biasnya tidak menimbulkan fraktur ruas atau
penonjolan sedangkan mineral ruas dibawah 65 mg/cm ada pada
semua klien yang hampir mengalami fraktur.
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan (PPNI, 2016)
a. Nyeri akut berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebras
pasme otot
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan
program terapi
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan integritas
struktur tulang
d. Resiko terhadap cedera: fraktu berhubungan dengan tulang osteooporosis

3. Rencana keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis di bawah ini
disusun meliputi pdiagnosa keperawatan, tindakkan keperawatan, dan kriteria
keberhasilan tindakan (kriteria hasil).
Rencana keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC SIKI , dan
menurut (Asikin;dkk 2012: 109).
DX.KEP Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Pantau tingkat nyeri 1. Tulang dalam
berhubungan tindakan pada pungung,nyeri peningkatan jumlah
dengan keperawatan 1x24 terlokalisasi atau trabekular akan pergi
dampak jam diharapkan menyebar pada perut bergeraka ke tulang
sekunder dai nyeri berkurang atau pinggang belakang
fraktur Dengan kriteria 2. Ajarkan pada klien 2. Alternatif lain untuk
vertebra hasil : tentag alternatif lain mmengatasi nyeri
pasme otot 1. Klien akan untuk mengatasi dan pengaturan
mengekspresika mengurangi rasa posisi,kompres
n nyerinya nyerinya hangat,dll
2. Klien dapat 3. Kaji obat-obatan 3. Keyakinan klien tidak
tenang dan untuk mengatasi dapat menoleransi obat
istirahat yang nyeri yang adekuat atau tidak
cukup 4. Rencanakan pada adekuat untuk
3. Klien dapat klien tentang periode mengatasi nyerinya
mandiri dalam istirahat adekuat 4. Kelelahan dan
perawatan dan dengan berbaring keletihan dapat
penanganan dalam posisi menurunkan minat
secara terlentang selama untuk aktivitas sehari-
sederhana kurang lebih 15 hari
menit

Kurang Setelah diberikan 1. Kaji ulang proses 1. Memberikan dasar


pengetahuan perawatan 1x 24 penyakit dan harapan pengetahuan dimana
berhubungan jam diharapkan yang akan datang klien dapat membuat
dengan klien mengerti 2. Ajarkan pada klien pilihan berdasarkan
osteoporosis tentag prnyakit tentang faktor-faktor informasi
dan program osteoporosis dan yang mempengaruhi 2. Informasi yang
terapi program terapi pelaksanaan diberikan dapat
Dengan kriteria osteoporosis membuat klien lebih
hasil : 3. Berikan edukasi pada mengerti tentang
1. Klien mampu klien mengenai efek penyakitnya
menjelaskan samping penggunaan 3. Suplemen kalsium
tentang obat sering mengakibatkan
penyakitnya nyeri lambung maka
2. Mampu klien baik memakan
menyebutkan kalsium bersama
program terapi makanan untuk
yang diberikan mengurangi
3. Klien tampak pelaksanaan efek
tenang samping
Gangguan Seteah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Dasar untuk
mobilitas tindakan kemampuan klien memberikan alternatif
fisik keperawatan 1x24 yang masih ada dan latihan gerak yang
berhubungan jam diharapkan 2. Rencanakan tentang sesuai dengan
dengan klien mampu program latihan kemampuannya
Kerusakkan melakukan (bantu klien jika 2. Latihan akan
integritas mobilitas fisik diperlukan meningkatkan
struktur Dengan kriteria latihan,ajarkan klien pergerakan otot dan
tulang hasil : tentang aktivitas stimulasi sirkulasi
1. Klien dapat hidup sehari-hari yang darah
meningkatkan dapat 3. Agar dapat melakukan
mobilitas fisik dikerjakan,ajarkan aktivitas hidup sehari-
2. Klien mampu pentingnya latihan) hari secara mandiri
melakukan 3. Bantu kebutuhan 4. Dengan latihan fisik
aktivitas sehari- untuk beradaptasi dan dapat membuat massa
hari secara melakukan aktivitas otot lebih besar
mandiri hidup sehari-hari sehingga memberikan
4. Peningkatan latihan perlindungan pada
fisik secara adekuat osteoporosis
5. Fasilitasi aktivitas 5. Pemebrian alat bantu
ambulasi denga alat jalan dapat memberi
bantu(mis. Tongkat, keseimnagan pada saat
kruk) berjalan.

Resiko Setelah dilakukan 1. Menciptakan 1. Menciptakan


cedera tindakan lingkugan yang lingkungan yang aman
berhubunga keperawatan 1x24 nyaman (tempatkan dapat mengurangi
n dengan jam diharapkan klien pada tempat resiko pelaksanaan
dampak cedera tidak tidur rendah,amati kecelakaan
sekunder terjadi lantai yang dapat 2. Ambulansi yang
perubahan Dengan kriteria membahayakan dilakukan tergesa-gesa
skeletal dan hasil : klien,berikan dapat menyebabkan
ketidakseim 1. Klien tidak penerangan yang mudah jatuh
bangan jatuh dan cukup) 3. Penarikan yang terlalu
tubuh fraktur tidak 2. Berikan dukungan keras akan
terjadi ambulansi sesuai menyebabkan
2. Klien dapat dengan kebutuhan pelakasaanaan fraktur
menghindari 3. Bantu klien untuk 4. Diet kalsium
aktivitas yang melakukan aktivitas dibutuhkan untuk
dapat sehari-hari secara mempertahankan
mengakibatkan hati-hati kalsium,mencegah
fraktur 4. Anjarkan pentingnya bertambahnya
diet untuk mencegah kehilangan tulang
osteoporosis 5. Obat-obatan seperti
5. Ajarkan efek samping diuretic,fenotiazin
obat-obatan yang dapat menyebabkan
digunakan pusing,mengantuk dan
lemah yang merupakan
predisposisi klien untuk
jatuh

C. MIND MAPPING

Etiologi ANAMNASE

PENGKJAN
PEMERIKSAAN
Penurunan masa Definisi FISIK
tulang
Faktor yang OSTEOPOROSIS ASUHAN
mempengaruhi KEPERAWATAN

Gnetik
DIAGNOSA
makananan

Mekanis

GANGGUN
NYERI RESIKO CEDERA MOBILITAS FISIK

INTERVENSI INTERVENSI

Manajemen nyeri Pencegahan jatuh Dukungan


ambulansi

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, dkk, (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta : Erlangga
PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Moorhead, Sue.Dkk. (2016) Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Kelima Edisi Nahasa Indonesia, diterjemahkan oleh Nurjannah,
Intansari.Yogyakarta : Moco Media
M.Bulechek,Gloria.Dkk.(2016) Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Kelima Edisi Bahasa Indonesia, Diterjemahkan Oleh Nurjanah, Intansari
Yogyakarta: Moco Media
Suarni ,L.,& Heni, A .(2017). Metodologi Keperawatan . Yogyakarta : Pustaka
Panasea
Junaidi, d. I. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya Panduan stroke Paling
Lengkap. Yogyakarta.
Pudiastuti, R. D. (2011). Penyakit Pemicu STROKE ( DILENGKAPI POSYANDU
LANSIA DAN POSBINDU PTM ). Yogyakarta.
Putri, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta.
Utami, R. H. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakart

Anda mungkin juga menyukai