Anda di halaman 1dari 11

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Prodi D3
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang

Oleh Kelompok 2 :
1. Essa Novita Sari 202303101039
2. Nova Alfinah Damayanti 202303101094
3. Heni fitrianingsih 202303101027
4. Ninis anggun prastiwi 202303101037
5. Desca Delina Joise Fereira 202303101031
6. Khoirun Nisak 202303101034
7. Istiariningsih 202303101050
8. Dinda Miftakhur Rofida 202303101042
9. Rovika Dwi S 202303101064
10. Faisal Akbar 202303101028
11. Dadang hawari 192303101030
12. Azzhara Nanda W 202303101048
13. Silfiyah 202303101092
14. Ivander Muhammad Angwyn 202303101086
PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
2

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal MRS dan pengkajian, nomor register, diagnose medik, alamat.

2. Usia

Usia yang semakin bertambah dapat menjadi pencetus osteoporosis karena pada
individu yang berusia lebi dari 50 tahun, setiap tahunnya kehilangan sekitar 5% dari
massa tulang (Andarini, 2020).

3. Jenis Kelamin

Wanita lebih mudah terkena osteoporosis daripada laki- laki karena terjadi
penurunan estrogen pada saat menopause.

4. Keluhan utama

Klien dengan osteoporosis sering mengeluh adanya nyeri pada tulang punggung,
leher dan pinggang .

5. Pola Nutrisi

Klien dengan osteoporosis kurang mengonsumsi kalsium. Klien juga banyak


mengonsumsi kafein yang dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin atau
pun tinja. Klien juga kekurangan vitamin D.

6. Pola Aktivitas

Klien dengan osteoporosis jarang melakukan aktivitas yang melibatkan beban tubuh
karena aktivitas dengan beban tubuh dapat meningkatkan kesehatan tulang
(Situmorang, 2020).

7. Pola Tidur dan Istirahat

Klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri pinggang yang dialaminya.

8. Pola Eliminasi

Klien dengan osteoporosis jarang melakukan aktivitas sehingga meningkatkan


resiko konstipasi (Sari, 2016).
3

9. Pola Seksual dan Reproduksi

Wanita yang sudah menopause dua kali lebih rentan terkena osteoporosis karena
penurunan kadar estrogen.

10. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda- tanda vital

 Tekanan darah : Normal (S : 90-120, D : 60-80 mmHg).

 Nadi : Normal (60-100 x/ menit).

 RR : Normal

 Suhu : Normal (36,5- 37,5℃ ).

 SpO2 : Normal (>95%).

b. Keadaan Umum

Pasien tampak lelah.

c. Sistem perkemihan

Sistem perkemihan terganggu karena kurangnya aktivitas seperti dysuria,


oliguria.

d. Sistem muskuloskeletal

Klien yang memiliki osteoporosis biasanya ditemukan kondisi kifosis vertebra


torakalis, pemendekan badan, nyeri tulang.

11. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan radiologi

Gambaran khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah


trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra
yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.

b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai


densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila
nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan dikatakan
mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD
4

berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.

c. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai


nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas
110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan,
sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien
yang mengalami fraktur.

d. Pemeriksaan Laboratorium

 Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

 Kadar HPT (pada pasca menoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct


(terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)

 Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

 Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Utama:

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal ditandai


dengan nyeri saat bergerak, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik lemah, enggan
melakukan pergerakan .

Diagnosa lain :

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (osteoporosis) ditandai


dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, sulit tidur, berfokus pada diri sendiri (PPNI,
2017).

C. INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (PPNI T. P., 2017)

Intervensi Utama :

Dukungan Mobilisasi (I.05173)

Definisi : Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik.

Observasi

 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.


5

 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi.

 Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi.

Terapeutik

 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu.

 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu.

 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan.

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.

 Anjurkan melakukan mobilisasi dini.

 Anjurkan mobilisasi sederhana seperti duduk ditempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi.

 Anjurkan klien melakukan latihan fisik resisten untuk meningkatkan kepadatan


massa tulang seperti melompat, berlari dan mengangkat beban (Audy K. Bella,
2021).

Intervensi lain :

Manajemen Nyeri (I.08238)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

Observasi

 Identifikasi lokasi, durasi, kualitas, skala nyeri.

 Identifikasi respons nyeri non verbal.

 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.

 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.

 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.


6

 Monitor efek samping penggunaan analgetik.

Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. kompres


hangat, herbal compress ball (Baeha, 2018)).

 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,


pencahayaan, kebisingan).

 Fasilitas istirahat dan tidur.

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

 Jelaskan strategi meredakan nyeri.

 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

D. IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Implementasi Utama :

Dukungan Mobilisasi (I.05173)

Definisi : Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik.

Observasi

 Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.

 Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

 Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi.

 Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi.

Terapeutik

 Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu.

 Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu.

 Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan.

Edukasi
7

 Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.

 Menganjurkan melakukan mobilisasi dini.

 Menganjurkan mobilisasi sederhana seperti duduk ditempat tidur, pindah dari


tempat tidur ke kursi.

 Menganjurkan klien melakukan latihan fisik resisten untuk meningkatkan


kepadatan massa tulang seperti melompat, berlari dan mengangkat beban (Audy
K. Bella, 2021).

Kriteria Hasil (PPNI T. P., 2017)

Mobilitas Fisik (L.05042)

Definisi : Kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri.

Ekspektasi : Meningkat

Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat

Pergerakan
1 2 3 4 5
ekstremitas

Kekuatan otot 1 2 3 4 5

Rentang gerak (ROM) 1 2 3 4 5

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun

Nyeri 1 2 3 4 5

Kecemasan 1 2 3 4 5

Kaku sendi 1 2 3 4 5

Gerakan tidak
1 2 3 4 5
terkoordinasi

Gerakan terbatas 1 2 3 4 5

Kelemahan fisik 1 2 3 4 5
8

Intervensi lain :

Manajemen Nyeri (I.08238)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

Observasi

 Mengidentifikasi lokasi, durasi, kualitas, skala nyeri.

 Mengidentifikasi respons nyeri non verbal.

 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.

 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.

 Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.

 Memonitor efek samping penggunaan analgetik.

Terapeutik

 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.


kompres hangat, herbal compress ball (Baeha, 2018)).

 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,


pencahayaan, kebisingan).

 Memfasilitas istirahat dan tidur.

Edukasi

 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

 Menjelaskan strategi meredakan nyeri.

 Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kriteria Hasil
9

Tingkat Nyeri (L.08066)

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan.

Ekspektasi : Menurun

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun

Keluhan Nyeri 1 2 3 4 5

Meringis 1 2 3 4 5

Kesulitan tidur 1 2 3 4 5

Menarik diri 1 2 3 4 5

Berfokus pada diri


1 2 3 4 5
sendiri

E. EVALUASI KEPERAWATAN

1. Evaluasi terhadap diagnosa keperawatan nyeri yaitu, keluhan nyeri tampak menurun,
klien tidak meringis, kesulitan tidur klien menurun, klien tidak menarik diri, klien
tidak berfokus pada diri sendiri.

2. Evaluasi terhadap diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik yaitu, pergerakan


ekstremitas tampak meningkat, kekuatan otot tampak meningkat, rentang gerak
(ROM) tampak meningkat, nyeri klien menurun, kecemasan klien menurun, sendi
klien tampak tidak, gerakan klien telah terkoordinasi, gerakan terbatas tampak
menurun, klien tidak mengalami kelemahan fisik.
10

Daftar Pustaka

Andarini, S. S. (2020). Hubungan Antara Usia, Body Mass Index dan Jenis Kelamin
dengan Osteoporosis. Repository UB, 34-40.

Audy K. Bella, H. P. (2021). Pengaruh Latihan Resisten terhadap Kepadatan Tulang.


Jurnal eBiomedik, 229-239.

Baeha, L. P. (2018). Pengaruh Herbal Compress Ball terhadap Penurunan Nyeri Otot pada
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018. Jurnal Mutiara Ners, 81-89.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Sari, A. W. (2016). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Konstipasi pada Lansia di
Kota Madiun. Jurnal Media Gizi Indonesia, 40-47.

Situmorang, H. (2020). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Osteoporosis.


Indonesian Trust Health Journal, 337-343.

Andri, Juli.,dkk. 2020. Tingkat pengetahuan terhadap penanganan


penyakit ………Osteoporosis pada lansia.

Depkes RI, 2017, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta. ………<www.depkes.go.id>
Fatmah, 2011, Gizi Kebugaran dan Olahraga, Bandung, Lubuk Agung
Istianah,Umi. 2017. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem ………Muskuloskeletal, Yogyakarta, Pustaka Baru Press.
McInnes B dan Schett G, 2011 Dec. The Pathogenesis of Osteoporosis, N ………Engl J
Med.; 365: 2205-2219.
Rubenstein, D., Wayne, D.,Bradley, J., 2013, Lecture Notes Kedokteran Klinis, ………6th
ed, Jakarta, Erlangga.
Buku Ajar Ilmu Penyakit ed V, Jakarta, Interna Publishing, Hal. 657-………88 Suarjana, I
Nyoman, 2016, Osteoporosis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit ed ………V, Sudoyo, A.W.,
11

Setiyohadi, B., Alwi, Idrus, et al. Interna Publishing. ………Jakarta. Tarwoto, Wartonah. 2015.
Kebutuhan DasarManusia dan Proses Keperawatan ………Ed 3, Jakarta, Salemba Medika.
World Health Organization (WHO). 2016. Osteoporosis, diakses pada ………Januari
2021, <http://eprints.ums.ac.id/81699/3/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai