Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PERKEBUTUHAN

DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK


DI RUANGAN IRINA C (NEURO)

DISUSUN OLEH:

NAMA : NUR LATIFA, S.Kep

NIM : C03123034

MENGETAHUI:

PRESEPTOR
Ns. Yunike Manengkey, S.Kep TTD :
KLINIK

Ns. Harismayanti, M.Kep TTD :


PRESEPTOR
AKADEMIK
Ns. Sofiyah Tri Indrianingsih, M.Kep TTD :

TANGGAL 1. TGL :........................................


PENGUMPULAN 2. TEPAT WAKTU
3. TERLAMBAT

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

TAHUN 2022

A. Konsep Dasar
1.1 Pengertian

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak


secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya
dengan bantuan alat (Widuri, 2010). Gangguan mobilitas atau imobilitas merupakan
keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas,dan sebagainya (Wulandari, 2018).

1.2 Etiologi

Tim Pokja DPP PPNI (2017), ada beberapa faktor yang Menurut menyebabkan
terjadinya gangguan mobilitas fisik, yaitu:

1. Penurunan kendali otot


2. Penurunan kekuatan otot
3. Kekakuan sendi
4. Kontraktur
5. Gangguan muskuloskletal
6. Gangguan neuromuskular
7. Keengganan melakukan pergerakan

1.3 Manifestasi Klinis

Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik menurut Tim Pokja DPP
PPNI (2017) yaitu:

1. Gejala dan Tanda Mayor

a. Subjektif

1) Mengeluh sulit menggerakkan extremitas

b. Objektif
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun.

2. Gejala dan Tanda Minor

a. Subjektif

1) Nyeri saat bergerak


2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
b. Objektif
1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerak terbatas
4) Fisik lemah

1.4 Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi system otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai
sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.
Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontraindikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi parukronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan
tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan
mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan
tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari
empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan
kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

1.5 Komplikasi
Menurut Garrison (dalam Bakara DM & Warsito S, 2016) gangguan mobilitas
fisik dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abnormalitas tonus. orthostatic hypotension,
deep vein thrombosis, serta kontraktur. Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi adalah
pembekuan darah yang mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan
penimbunan cairan dan pembengkaan. Kemudian, juga menyebabkan embolisme paru
yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru. Selanjutnya
yaitu dekubitus. Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi. Atrofi dan kekakuan sendi
juga menjadi salah satu komplikasi dari gangguan mobilitas fisik. Hal itu disebabkan
karena kurang gerak dan mobilisasi. Komplikasi lainnya, seperti disritmia, peningkatan
tekanan intra cranial, kontraktur, gagal nafas, dan kematian (Andra, Wijaya, Putri, 2013).

.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yaitu CT-Scan mengidentifikasi jika adanya area
perdarahan (biasanya untuk pemakaian darurat) dan MRI (Magnetik Resonance Imaging)
mengidentifikasi lokasi iskemik (Basuki, 2018).
1. Laboratorium yaitu mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol,
dan bila perlu analisa gas darah dan glukosa darah untuk melihat DM, hipoglikemia,
atau hiperglikemia.
2. Rontgen yaitu untuk mendiagnosa masalah kesehatan dan pemantauan kondisi
kesehatan klien.
3. Analisis urine mencakup penghitungan sel dan kimia urine untuk mengidentifikasi
infeksi dan penyakit ginjal (Kusuma & Nada, 2021).

1.7 Penatalaksanaan
Saputra (2013) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan mobilitas
fisik, antara lain:
1) Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti memiringkan pasien,
posisi fowler, posisi sims, posisi trendelenburg, posisi genupectoral, posisi dorsal
recumbent, dan posisi litotomi.
2) Ambulasi dini Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara
melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda,
dan yang lainnya.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari. Melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, dan kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
mingkatkan fungsi kardiovaskular. 4. Latihan Range of Motion (ROM) aktif atau pasif.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan (sekarang dan dahulu)
3) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pola pengkajian ADL
1. Pola nutrisi
2. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien tidak akan mampu melakukan aktivitas dan perawatan diri
secara mandiri karena kelemahan anggota gerak, kekuatan otot berkurang, mengalami
gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan mudah lelah. Aktivitas fisik yang kurang
dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi sehingga otot
jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Otot jantung yang bekerja
semakin keras dan sering memompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri sehingga dapat menyebabkan tekanan darah meningkat (Adha,
3. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien lebih banyak tidur dan istirahan karena semua sistem tubuhnya
akan mengalami penurunan kerja dan penurunan kesadaran sehingga lebih banyak diam
(Adha, 2017).
4. Pola eliminasi
Kemungkinan terjadi retensi urin dan inkontinensia akibat kurang aktivitas dan
pengontrolan urinasi menurun, dan terjadi konstipasi dan diare akibat impaksifekal
(Adha,2017).

d. Pemeriksaan Fisik Pengkajian pada mobilisaasi berfokus pada ROM, gaya berjalan,
latihan dan toleransi aktivitas, serta keseimbangan tubuh. Pemeriksaan fisikpada
pasien dengan ganguan mobilisasi bertujuan untuk menilai adanya fraktur terbuka
tertutup, dislokasi sendi, paralisis/paresismotorik: hemiplegia hemiperesis, kelemahan
otot wajah, tangan, gangguan sensorik: kehilangan sensasi pada wajah, lengan, dan
ekstermitas bawah, disphagia: kesulitan mengunyah, menelan, paralisis lidah, dan
laring. gangguan visual: pandangan ganda, lapang padang menyempit, kesulitan
berkomunikasi: kesulitan menulis, kesulitan membaca, disatria (kesulitan
mengucapkan artikulasi pelo, cadel), kelemahan, otot wajah, lidah, langit-langit atas,
pharing, dan bibir, kemampuan emosi: perasaan, ekspresi wajah, penerimaan terhadap
kondisi dirinya, memori: pengenalan terhadap lingkungan, orang, tempat, waktu,
tingkat kesadaran, fungsi bladder dan fungsi bowel.

2. Penyimpangan KDM

Faktor pencetus
Kondisi fisik (panjang perjalanan penyakit atau kelemahan)

Sress emosional kesulitan dalam memenuhi kebutuhan


Dasar aktivitas
Tegang
Penurunan fungsi motorik
sering dan muskuloskeletal
Terbangun saat siklus tidur
immobilisasi
stress berlanjut
Penurunan massa otot
Kekacauan irama sirkardian
Penurunan Stabilitas
Kekacauan keluarnya neurotransmiter serotonin
Dan kartisol Kerusakan
muskuloskeletal
Gangguan Pola Tidur
Kekuatan otot menurun

Gangguan Mobilitasa Fisik

3. Diagnosis keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan massa otot
2. Gangguan Pola Tidur b.d gangguan faktor eksternal

4. Intervensi Keperawatan
no Diagnosa keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Definisi
( D,0054) intervensi keperawatan Memfasilitas pasien
Definisi selama 1x 24 jam maka untuk meningkatkan
Keterbatasan dalam gerakan tingkat mobilitas fisik aktivitas pergerakan
fisik dari satu atau lebih meningkat dengan kriteria fisik.
ekstremitas secara mandiri. hasil :
1. pergerakan ekstremitas Tindakan
Penyebab meningkat Observasi
1.Kerusakan integritas struktur 2. kekuatan otot meningkat - Identifikasi adanya
tulang 3. rentang gerak (ROM) nyeri atau keluhan fisik
2. Perubahan metabolisme meningkat lainnya
3. Ketidak bugaran fisik 4. nyeri menurun - Identifikasi toleransi
4. Penurunan kendali otot fisik melakukan
5. Penurunan massa otot pergerakan
6. Penurunan kekuatan otot -Monitor frekuensi
7.keterlambatan perkembangan jantung dan tekanan
8. Kekakuan sendi darah sebelum memulai
9. Kontraktur mobilisasi
10. Malnutrisi - Monitor kondisi umum
11.Gangguan muskuloskeletal selama melakukan
12. Gangguan neuromuskular mobilisasi
13. Indeks masa tubuh diatas
persentil ke-75 sesuai usia Terapeutik
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak - Fasilitasi aktivitas
16. Nyeri mobilisasi dengan
17. Kurang terpapar informasi alat bantu (mis.
tentang aktivitas fisik pagar tempat tidur)
18. Kecemasan - Fasilitasi melakukan
19. Gangguan kognitif pergerakan, jika
20.Keengganan melakukan perlu
pergerakan
21. Gangguan sensoripersepsi Edukasi

Gejala dan Tanda Mayor - Libatkan keluarga


untuk membantu pasien
Data Subjektif dalam meningkatkan
1.Mengeluh sulit pergerakan
menggerakkan ekstremitas - Jelaskan tujuan
dan prosedur mobilisasi
Data Objektif - Anjurkan
1. Kekuatan otot menurun melakukan mobilisasi
2. Rentang gerak (ROM) dini
menurun - Ajarkan
mobilisasi sederhana
Gejala dan Tanda Minor yang harus tempat tidur,
pindah dari tempat tidur
Data Subjektif ke kursi)dilakukan (mis.
1. Nyeri saat bergerak duduk di tempat tidur,
2.Enggan melakukan duduk di sisi tempat
pergerakan tidur, pindah dari tempat
3. Merasa cemas saat bergerak tidur ke kursi)

Data Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
2. Gangguan pola tidur (D,0055) Setelah dilakukan Definisi Memfasilitasi
intervensi keperawatn siklus tidur dan terjaga
Definisi selama 1x 4 jam, maka yang teratur
Gangguan kualitas dan pola tidur membaik
kuantitas waktu tidur akibat dengan kriteria hasil: Tindakan
faktor eksternal. 1. keluhan tidur meningkat Observasi
2. sering terjaga meningkat - Identifikasi pola
Penyebab 3.keluhan tidak puas tidur aktivitas dan tidur
1. Hambatan lingkungan (mis. meningkat - Identifikasi faktor
kelembapan lingkungan 4. keluhan pola tidur pengganggu tidur
sekitar, suhu lingkungan, berubah meningkat (fisik dan/atau
pencahayaan, kebisingan, bau 5. keluhan istirahat tidak psikologis)
tidak sedap, Jadwal cukup meningkat - Identifikasi
pemantauan/pemeriksaan/tind makanan dan
kan) minuman yang
2. Kurangnya kontrol tidur mengganggu tidur
3. Kurangnya privasi (mis. kopi, teh,
4. Restraint fisik alkohol, makan
5. Ketiadaan teman tidur mendekati waktu
6.Tidak familiar dengan tidur, minum banyak
peralatan tidur air sebelum tidur)
- Identifikasi obat
Gejala dan Tanda Mayor tidur yang
dikonsumsi
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur Terapeutik
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur - Modifikasi lingkungan
4. Mengeluh pola tidur berubah (mis. pencahayaan,
5. Mengeluh istirahat tidak kebisingan, suhu, matras,
cukup dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur
Gejala dan Tanda Minor siang, jika perlu Fasilitasi
Subjektif menghilangkan stres
1.Mengeluh kemampuan sebelum tidur
beraktivitas menurun - Tetapkan jadwal tidur
rutin.
Kondisi Kima Terkait - Lakukan prosedur
1. Nyeri/kolik untuk meningkatkan
2. Hipertiroidisme kenyamanan (mis. pijat,
3. Kecemasan pengaturan posisi, terapi
4.Penyakit paru obstruktif akupresur)
kronis - Sesuaikan jadwal
5. Kehamilan pemberian obat dan/atau
6. Periode pasca partum tindakan untuk
7. Kondisi pasca operasi menunjang siklus tidur-
terjaga

Edukasi

- jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis,
gaya hidup, sering
berubah shift bekerja).
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi
lainnya

Anda mungkin juga menyukai