Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN AKTIVITAS FISIK


DI RUANG BOUGENVILLE

NAM : Video lesmana


A
NIM : 180100018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2022
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN
Dikutip dalam buku ajar ilmu keperawatan dasar (Mubarak,2015) kebanyakan
orang menilai tingkat kesehatannya berdasarkan kemampuannya untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang
diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja
dan sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, seluruh sistem tubuh dapat
berfungsi dengan baik dan metabolisme tubuh dapat menjadi lebih optimal. Disamping itu,
kemampuan bergerak (mobilisasi) juga dapat mempengaruhi harga diri dan citra tubuh.
Dalam hal ini, kemampuan aktivitas tubuh tidak lepas dari sistem muskuloskeletal dan
persarafan yang adekuat.

1.2 Etiologi
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
6. Pengobatan
7. Terapi pembatasan gerak
8. Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
9. IMT diatas 75% sesuai dengan usia
10. Kerusakan sensori persepsi
11. Nyeri, tidak nyaman
12. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
13. Depresi mood dan cemas
14. Keengganan untuk memulai gerak
15. Gaya hidup menetap, tidak fit
16. Malnutrisi umum dan spesifik
17. Kehilangan integrasi struktur tulang
18. Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
19. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
20. Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan
dengan umur (NANDA, 2014)
1.3 Tanda dan Gejala
Seseorang yang mengalami gangguan aktivitas mengalami beberapa tanda dan gejala
antara lain (Herdman dan Kamitsuru, 2015):
1. Tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan orang lain
2. Memiliki hambatan dalam berdiri dan berjalan
3. Kerusakan sensori persepsi
4. Ketidaknyaman, nyeri
5. Intoleransi aktivitas / penurunan kekuatan dan stamina
6. Depresi mood dan cemas
7. Keengganan untuk memulai gerak
8. Gaya hidup menetap, tidak fit
9. Malnutrisi umum dan spesifik
10. Kehilangan integritas struktur tulang
11. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
1.4 Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi.
Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis
otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan
jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot
terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh
benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament,
radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat
terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau
mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun
fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan
sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak.
Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota
gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian
impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan
mengakibatkan gangguan mobilisasi.
1.5 Pemeriksaan Diagnostic
Menurut (Rasjad, Chairuddin. 2013), pemeriksaan penunjang fraktur berupa:
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus
mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
- Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
- Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
- Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera
maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang
normal)
- Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
- Darah rutin,
- Faktor pembekuan darah,
- Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),
- Urinalisa,
- Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren
ginjal).
3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler
akibat fraktur tersebut.
1.6 Pathway

Hipertensi

Vasokontriksi
pembuluh darah

arterosklerosis

Peningkatan Peningkatan
tekanan intra arterosklerosis tekanan intra
kranial kranial

Pembukuh darah
Disfungsi N,II
cedera kaku dan pecah Disfungsi N, XI

Stroke Penurunan fungsi


Aliran darah ke hemoragic motoric dan
retina menurun muskuloskeletal

Peningkatan Kelemahan pada


Kemampuan retina volume cairan
untuk menangkap satu/keempat
bayangan menurun anggota gerak

Edema
Resiko jatuh Gangguan
mobilitas fisik

Resiko perfusi
jaringan tidak
efektif
1.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan gangguan aktivitas fisik
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien dan keluarga
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama, pentingnya
latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan pembuatan
rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai target
terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi penyetara
lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat menyebabkan
kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau dihentkan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung serat,
serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi
meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan
bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/
keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri dan
ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan toilet. (Nanda, 2014)
1.8 Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian primer:

a) Airway (jalan napas)


Kaji adanya sumbatan jalan napas terjadi karena adanya oenurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b) Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersegal sengal, sianosis.
c) Circulation (sirkulasi)
Kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun.
d) Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
e) Exposure
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena
hipoglikemi adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita
menemukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien/pasien.

2. Pengkajian sekunder
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan sekarang
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Kaji SAMPLE
S: tanda dan gejala yang dirasakan klien
A:alergi yang dipunyai klien
M: tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P: riwayat penyakit yang diderita klien
L: makan minum terakhir,jenis yang dikonsumsi, penurunan dan
peningkatan napsu makan
E pencetus atau kejadian penyebab keluhan

g. Tanda-tanda vital
Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi , irama kedalaman pernapasan,
dan penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh.

h. Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah  bengkak  bengkak dan
berdarah, berdarah, apakah penglihatan penglihatan kabur /
ganda, diplopia, diplopia, lensa mata keruh.
2. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan kelembaban dan suhu kulit di suhu kulit di
daerah sekitar ulkus dan sekitar ulkus dan gangren, kem gangren,
kemerahan  pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuk  pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/brakikardi. Hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

5. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase,  perubahan berat badan, peningkatan ling  perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen kar abdomen,
obesitas. , obesitas.
6. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
7. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
9. Riwayat psikososiaMeliputi informasi mengenai perilaku,
perasaan dan emosi yang dialami  penderita  penderita
sehubungan sehubungan dengan penyakitnya penyakitnya serta
tanggapan tanggapan keluarga keluarga terhadap terhadap
penyakit penderita. (Manurung 2015)

1.9 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot dan massa otot (D.0054)
2. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektik b.d infark pada jaringan otak dan hipertensi
(D.0017)
3. Resiko Jatuh b.d kekuatan otot menurun dan penurunan tingkat kesadaran (D.0143)
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Bulechek, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Oxford:
Elsevier.
Herdman, T.H. & Kamitsuru S. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification. Oxford: Wiley Blackwell.
Moorhead, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford:
Elsevier.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisis keempat.
Jakarta: Internal Publishing

Anda mungkin juga menyukai