Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)

KEBUTUHAN DASAR FISIOLOGIS OKSIGENASI

Oleh :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS dr.SOEBANDI JEMBER
2022
PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan pada kasus Oksigenasi


Telah dibuat pada tanggal 06 Februari 2022
Pada pasien di RSU Koesnadi

........................., ……………2022
Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

(……………………………………………..) (……………………………………………..)
NIP/NIK. NIP/NIK.

Kepala Ruangan,

(……………………………………………..)
NIP/NIK
LEMBAR KONSULTASI

TANGGAL MATERI YANG DIKONSULKAN DAN NAMA dan TANDA


URAIAN PEMBIMBING TANGAN
PEMBIMBING
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI
1.1 Pengertian
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel (Mubarak, 2017).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2016).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam
udara ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport
oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stress pada miokardium (Muttaqin, 2015).
1.2 Anatomi Fisiologis

Respirasi atau pernapasan merupakan suatu mekanisme pertukaran gas


oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dengan
karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme. Sistem respirasi terdiri
dari dua bagian yaitu:

1) saluran nafas bagian atas, udara yang masuk pada bagian ini dihangatkan,
disaring dan dilembabkan.

2) saluran nafas bagian bawah (paru), merupakan tempat pertukaran gas.


Pertukaran gas terjadi di paru. Alveoli merupakan tempat terjadinya
pertukaran gas antara O2 dan CO2 di paru. Pompa muskuloskeletal yang
mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi terdapat pada rongga pleura
dan dinding dada. Rongga pleura terbentuk dari dua selaput serosa, yang
meliputi dinding dalam rongga dada yang disebut pleura parietalis, dan yang
meliputi paru atau pleura veseralis (Brunner’s & Suddarth, 2013)
a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu,
dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung (Syaifuddin, 2013).
b. Faring
Tekak atau faring merupakan saluran otot yang terletak tegak lurus antara
dasar tengkorak (basis kranii) dan vertebra servikalis VI (Syaifuddin,
2012). Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan. Letaknya berada dibawah dasar tengkorak, dibelakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher, ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang
bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat
hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat dua lubang, ke
depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Dibawah selaput
lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah
bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Di sebelahnya
terdapat 2 buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang
terdapat epiglottis (empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring
pada waktu menelan makanan.
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorokan berupa saluran udara, yang
terletak di depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trakea dibawahnya mempunyai fungsi untuk pembentukan
suara. Bagian ini dapat ditutup oleh epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan
makanan. Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:

1) Kartilago tiroid (1 buah) terletak di depan jakun sangat jelas terlihat


pada pria.

2) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker

3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin; dan 4)Kartilago


epiglotis (1 buah). Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita
suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis
(Syaifuddin, 2013; Anderson, 2013).
d. Trakea
Trakea merupakan batang tenggorokan lanjutan dari laring, terbentuk
oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan. Panjang trakea 9-
11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Dinding-dinding trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang
menghasilkan lendir. Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan
udara yang masuk, menjerat partikel-partikel debu, serbuk sari dan
kontaminan lainnya. Sel silia berdenyut akan menggerakan mukus
sehingga naik ke faring yang dapat ditelan atau dikeluarkan melalui
rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk membersihkan saluran
pernapasaan. Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami
percabangan di bagian ujung menuju ke paru-paru, yang memisahkan
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina ( Graaff, 2013;
Silvertho, 2013; Syaifuddin, 2013).
e. Bronkus
Bronkus merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat
percabangan ini disebut karina. Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan
dan kiri, bronkus lobaris kanan terdiri 3 lobus dan bronkus lobaris kiri
terdiri 2 lobus. Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri,
limfatik dan syaraf. Berikut adalah organ percabangan dari bronkus yaitu
1) Bronkiolus, merupakan cabang-cabang dari bronkus segmental.
Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir
yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam
jalan nafas.

2) Bronkiolus terminalis, merupakan percabagan dari bronkiolus.


Bronkiolus terminalismempunyai kelenjar lendir dan silia.

3) Bronkiolus respiratori, merupakan cabang dari bronkiolus


terminalis.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara lain
jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas. 4)Duktus alveolar
dan sakus alveolar. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam
duktus alveolar dan sakus alveolar, kemudian menjadi alvioli ( Anderson,
1999; Syaifuddin, 2013).
f. Paru-Paru
Letak paru-paru di rongga dada, menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus
oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, pleura
visceral (selaput pembungkus) yang langsung membungkus paru-paru
dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-
paru dapat mengembang mengempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat) yang berguna untuk melumasi permukaanya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernapas (Silverthon, 2013; Syaifuddin, 2013).

1.3 Cara Menghitung Kebutuhan Oksigen

MV : Minute Ventilasi Rumus Pemberian O2


RR : Respiratory rate
VT : Tidal Volume MV = VTxRR Keterangan:MV= Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem
pernapasan setiap menit
VT= Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb
RR= Respiration Rate
Misalnya : Berat Badan 50 kg, RR 30x/menit
MV= VTxRR
= (50 kg x (6-8 ml)) x 30
= 9000-12000 ml/mnt
= 9-12 L/menit
1.4 Macam-Macam Masker Oksigenasi
a. Nasal kanul
b. Simple face mask 40-60%
c. Rebirthing mask 80-90%
d. Non-rebrithing mask 40-60%
e. Venture mask 24, 28, 35, 40, 50, 60%
f. Ambubag 100%

1.5 Etiologi
a. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-
waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita
anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan
kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya,
tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan
massa otot.
b. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi
perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam
rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
c. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan
Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal
di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan
dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain
pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak
tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat
berbahaya.
1.6 Manifestasi klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dipsnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukkan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi.
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas.

1.7 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi, dan transportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dank e paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mucus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli
ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas.
Selain keruskaan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2013).

1.8 Pemeriksaan penunjang


(Menurut Mutaqin.,2013) untuk memastikan diagnosa pasien TB paru dengan
gangguan kebutuhan oksigenasi diantaranya:
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala awal dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan kelanan paru.
2. CT – Scan (Computerized Tomography Scanner)
Pemeriksaan CT – Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukan dengan adanya gambar garis-garis fibrotik.
Sebagaimana pemeriksaan rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif
dapat hanya berdasarkan pada temuan CT- Scanpada pemeriksaan tunggal,
namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan periksaan
secara serial setiap hari.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Bahan pemeriksaan untuk bakteri mycrobacterium tuberculosis berupa
sputum pasien. Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari dan yang pertama
keluar. Jika sulit didapatkan maka sputum dikumpulkan selama 24 jam.
4. Analisis gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes untuk
mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di
dalam darah. Analisis gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi
organ paru yang menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

1.9 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan/ Farmakologi dan Non


Farmakologi/ Konvensional dan Komplementer
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Pembersihan jalan nafas
- Latihan batuk efektif
- Suctioning
- Jalan nafas buatan
2. Pola nafas tidak efektif
- Atur posisi pasien (semi fowler)
- Pemberian oksigen
- Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan pertukaran gas
- Atur posisi pasien (posisi fowler)
- Pemberian oksigen
- Suctioning
4. Terapi tambahan komplementer yaitu Bekam pada titik Tsadyu yang terletak di bawah
payudara. Berfungsi untuk perasaan nyeri dan penuh pada uluh hati, batuk, sakit dada,
mastitis akut, dan asma bronkeale.

1.10 Konsep Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian pada kebutuhan oksigenasi meliputi riwayat keperawatan,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik.
1) Riwayat kesehatan
a. Masalah pada pernafasan (dulu dan sekarang) yang meliputi ada atau
tidak gangguan dalam keadaan lain yang menyebabkan gangguan
pernafasan.
b. Suara nafas tambahan
- Rales ( suara yang dihasilkan pada saat udara melewati jalan nafas
yang penuh eksudet, biasanya terdengar saat inspirasi).
- Ronchi ( suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas
yang penuh mucus, terdengar saat inspirasi dan ekspirasi).
- Wheezing (bunyi ngik, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi
karena penyempitan bronkus).
c. Adanya batuk, septum, nyeri. Perhatikan jenis batuknya dan keadaan
pada saat pasien batuk. Apabila berbatuk septum maka perhatikan
warnanya.
d. Adanya infksi kronis dari hidung, sakit pada sinus otitis media, nyeri
tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hanya sekitar 38,5 oc, sekitar kepala
lemas.
B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Gangguan penyapihan ventilator (D.0002)
3. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
4. Gangguan ventilasi spontan (D.0004)
5. Pola nafas tidak efekti (D.0005)
6. Risiko aspirasi (D.0006)

C. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Bersihan jalan nafas telah dilakukan asuhan Latihan batuk efektif (I.01006)
keperawatan 1x24 jam masalah
tidak efektif O : Identifikasi kemampuan
dapat teratasi.
berhubungan batuk
Bersihan jalan nafas (L.01001)
dengan spasme T: Buang sekret pada sputum
Indikator SA ST
jalan nafas ditandai E:Jelaskan tujuan pada prosedur
Batuk efektif 2 5
dengan batuk tidak batuk efektif
Frekuensi nafas 3 5
efektif, mengi, K: Kolaborasi pemberian
Pola nafas 3 5
wheezing dan atau mukolitik atau ekspektoran, jika
ronki kering. perlu.
Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Meningkat
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Terapi oksigen (I.01026)
pertukaran gas keperawatan 1x24 jam masalah
O: Monitor tingkat kecemasan
dapat teratasi.
berhubungan dengan
ketidakseimbangan – akibat terapi oksigen
perfusi ditandai dengan Pertukaran gas (L.01003) T:Pertahankan kepatenan jalan
PO2 menurun, Indikator SA ST nafas
takikardi, bunyi nafas Dispnea 4 1 E:Ajarkan pasien dan keluarga
tambahan. Bunyi nafas 3 1 cara menggunakan oksigen
tambahan dirumah
PO2 3 4 K:Kolaborasi penentuan dosis
Keterangan : oksigen.
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Meurun
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi (I.01014)
keperawatan 1x24 jam masalah
efektif berhubungan
dapat teratasi.
dengan hambatan -Monitor frekuensi, irama,
upaya nafas (misal : Pola nafas (L.01004) kedalaman, dan upaya nafas.
nyeri saat bernafas) Indikator SA ST - Monitor pola nafas (seperti:
ditandai dengan fase Dispnea 4 1 bradipnea,takipnea,hiperventilasi)
ekspirasi Pernafasan cuping 5 1 - Monitor kemampuan
memanjang, pola hidung batuk efektif.
nafas abnormal Frekuensi nafas 2 5 - Atur interval pemantauan
(mis: takipnea, respirasi sesuai kondisi
bradipnea, Keterangan : pasien.
hiperventilasi). 1. Meningkat - Jelaskan tujuan dan
2. Cukup meningkat prosedur pemantauan.
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.


Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC, 2013
Carpenito, Lynda Juall, 2013, Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta
Doenges, Moorhouse, Geissler, 2013, Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Elisabeth J.Corwin, 2013 Buku Saku Patofisiologi.jakarta EGC.
Johnson Marion , Meridean Maas, Sue Moorhead, 2019, NOC. Edisi 2.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2013. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.
Nanda. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika : Jakarta
Perry & Potter, 2013, Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St.
Louis
Wilkinson, Judith. M. 2013. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai