B. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses peradangan yang disebabkan oleh virus,
infeksi bakteri, atipikal (Mycoplasma) atau aspirasi zat asing, yang melibatkan salah
satu atau seluruh bagian saluran pernafasan (Wilson & Hockenberry, 2008).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,
ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme distruktur saluran nafas atas
yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring, dan laring,
yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis (radang tenggorokan), laringitis,
dan influenza tanpa komplikasi (Elizabeth J. Cormin, 2009).
ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari yang dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara pernafasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang
tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari yang
dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis (radang tenggorokan), laringitis, dan
influenza tanpa komplikasi yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin
maupun udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat.
C. Epidemiologi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian
utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat
dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah lima tahun pada setiap tahunnya,
sebanyak dua per tiga kematian tersebut adalah bayi. Hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98% nya disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan bawah. Tingkat mortalitas akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut
usia tergolong tinggi terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah
dan menengah. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat
inap di sarana pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO,
2008).
ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di
negara berkembang. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali per tahun. ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan klien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-
60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di rawat jalan
dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI, 2009).
D. Etiologi
Penyebab ISPA menurut Widoyono (2010) terdiri dari :
Bakteri :Diplococcus Pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae dan lain-lain.
Virus : Influenza, Adenovirus, Sitomegalovirus
Jamur : Aspergilus sp, Candidad albicans, Histoplasma, dan lain-lain
Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (Bahan Bakar
Minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda
asing (biji-bijian, mainan plastik kecil)
Faktor yang beresiko untuk terjadinya infeksi saluran pernafasan akut, yaitu gizi
kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, tingkat
sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, dan tingkat pelayanan
kesehatan rendah (Depkes RI, 2010). Virus penyebab ISPA berkisar 90-95% terutama
ISPA atas, penyebab infeksi ini dapat sendirian atau bersama-sama secara simultan.
Menurut Ditjen PP & PL (2012) faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi
peningkatan morbiditas dan mortalitas ISPA antara lain:
1) Status gizi balita
Asupan gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap infeksi.
Balita merupakan kelompok yang rentan terhadap berbagai permasalahan
kesehatan dan apabila asupan gizinya kurang maka akan sangat mudah terserang
oleh infeksi.
2) Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kekebalan tubuh agar
terhindar dari infeksi. Imunisasi yang lengkap terdiri dari vaksin polio, vaksin
campak, vaksin BCG, vaksin DPT, dan vaksin Toxoid Difteri. Imunisasi yang tidak
lengkap dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit ISPA karena
tubuh balita menjadi lebih rentan (Riyadi, 2009).
3) Polusi udara lingkungan
Polusi udara dapat menimbulkan penyakit ISPA dan dapat memperberat kondisi
seseorang yang sudah menderita pneumonia, terutama pada balita. Asap dapur yang
masih menggunakan kayu bakar dapat menjadi faktor penyebab polusi apabila
ventilasi rumah kurang baik dan tata letak rumah yang kurang sesuai. Selain itu
asap rokok yang terdapat pada udara rumah juga dapat menjadi salah satu faktor
penyebab ISPA. Pajanan di dalam ruangan terhadap polusi udara sangat penting
karena anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah (WHO, 2012).
4) Perilaku hidup bersih dan sehat
Menurut Proverawati (2012) perilaku hidup bersih dan sehat menjadi salah satu
kebutuhan dasar yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Keluarga yang
melaksanakan PHBS dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga tersebut dan
anggota keluarganya menjadi tidah mudah sakit.
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu
badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia,
mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
menunjukkan adanya penyulit. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan
sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi
buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing,
demam dan dingin.
F. Patofisiologi
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya.
Kemudian terjadi infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri, sehingga menimbulkan
mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi dirongga hidung,
refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis, karena
menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati
mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah
saluran pernapasan atas maupun bawah (Fuath, 2008).
H. Klasifikasi
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2009):
1. ISPA ringan adalah seorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.
2. ISPA sedang apabila timbul gejala-gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39%C0
dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
3. ISPA berat apabila kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan
menurun.
I. Gejala Klinis
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan menurut Depkes RI (2010)
dapat berupa :
1. Batuk
2. Kesulitan bernapas
3. Sakit tenggorokan
4. Pilek
5. Demam
6. Sakit kepala
Menurut Ditjen PP&PL (2012) menyebutkan tanda dan gejala penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) adalah sebagai berikut:
1) Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan mengalami ISPA ringan apabila ditemuan satu atau lebih
dari gejala-gejala sebagai berikut:
a) Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
b) Tidak ada napas cepat, frekuensi napas kurang dari 50 kali/menit pada anak
umur 2 - <12 bulan, dan kurang dari 40 kali/menit pada umur 12 bulan - <5
tahun
2) Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan mengalami ISPA sedang apabila ditemukan satu atau
lebih dari gejala-gejala sebagai berikut:
a) Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
b) Adanya napas cepat yakni 50 kali/menit atau lebih pada anak umur 2 - <12
bulan, dan 40 kali/menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun
3) Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan mengalami ISPA berat apabila ditemuan satu atau lebih
dari gejala-gejala sebagai berikut:
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun atau sukar dibangunkan
d) Stridor pada waktu anak tenang
e) Gizi buruk
f) Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
J. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ISPA adalah :
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S. 2009)
K. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus,
serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena
bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
Diagnosis ISPA sering dilakukan secara klinis. Namun apabila terjadi komplikasi
seperti pneumonia berat, biasanya diperlukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen.
Pada kondisi tertentu seperti demam yang berkepanjangan mungkin diperlukan
pemeriksaan laboratorium. Diskusikan dengan dokter anda mengenai pemeriksaan
ISPA.
L. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
a. Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Imunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b. Prinsip perawatan ISPA antara lain :
1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2. Meningkatkan makanan bergizi
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih.
5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
c. Pengobatan antara lain :
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
b) Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
c) Menurut WHO :
Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin,
Penisillin Prokain,
Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin,
gentamisin.
Bukan pneumonia : tanpa memberikan antibiotik, diberikan perawatan
dirumah. Untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lainnya yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan antihistamin, bila disertai demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol.
Antibiotik lain : Sefalosforin, quinolon dll.
Pengobatan pada ISPA menurut Depkes RI (2010) adalah sebagai berikut :
1. Pneumonia berat, dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotika melalui jalur infus
diberi oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia, diberi obat antibiotik melalui mulut. Pilihan obatnya kotrimoksazol
jika terjadi alergi atau tidak cocok dapat diberikan amoxilin, penisilin dan ampisilin.
3. Bukan pneumonia, tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan di dapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus
dan harus diberi antibiotic selama 10 hari.
Beberapa perawatan yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA di rumah menurut Depkes RI (2010) yaitu :
1. Mengatasi Panas (Demam)
Anak usia 2 bulan-5 tahun, demam diatasi dengan memberikan paracetamol atau
dengan kompres, bayi di bawah 2 bulan dengan demam harus segera di rujuk.
Paracetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
2. Mengatasi Batuk
Anjurkan memberi obat batuk yang aman dengan ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh diberikan tiga
kali sehari.
3. Pemberian Makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tapi berulang-ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang
menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian Minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
5. Lain-Lain
Mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, tidak dianjurkan
lebih-lebih pada anak yang demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna
untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan
tidak berasap. Apabila selama perawatan di rumah keadaan memburuk maka
dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan, untuk penderita
yang mendapat obat antibiotic, selain tindakan di atas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotic, usahakan agar setelah 2 hari anak di bawa
kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
II. KONSEP TUMBUH KEMBANG & HOSPITALISASI
A. Konsep Pertumbuhan Usia
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran
dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan struktur
organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan otak, anak
tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untukbelajar, mengingat dan
berpikir.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel yang berarti ada pertambahan secara kuantitatif seperti
bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.(IDAI, 2010).
Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki.Kematangan
pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian
secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.Pada masa fetal
pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu
merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian
bawah akan bertambah secara teratur.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan dan
perkembangan anak.
a Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi
5, yaitu :
1. 0 – 2 tahun adalah masa bayi
2. 1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
3. 6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar
4. 12 – 14 adalah masa remaja
5. 14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal
b Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 3,
yaitu :
1. 0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil
2. 7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah
rendah
3. 14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak
menjadi dewasa.
2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami pertumbuhan
bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat
badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada,
perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang
muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara
perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila,
pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan
seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks
tertentu.
D. Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas kembali efektif, dengan kriteria hasil :
Status pernafasan :
a. Frekuensi pernafasan (5) Tidak ada deviasi dari kisaran normal
b. Irama pernapasan (5) Tidak ada deviasi dari kisaran normal
c. Kedalaman inspirasi (5) Tidak ada deviasi dari kisaran normal
d. Kemampuan untuk mengeluarkan secret (5) Tidak ada deviasi dari kisaran
normal
e. Ansietas (5) Tidak ada
f. Suara Nafas tambahan (5) Tidak ada
g. Pernapasan cuping hidung (5) Tidak ada
2. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas, dengan kriteria hasil :
Kognisi
a. Komunikasi jelas sesuai usia dipertahankan pada skala 1 ( sangat terganggu)
dapat ditingkatkan ke skala 4 ( sedikit terganggu ).
b. Komunikasi sesuai usia dipertahankan pada skala 3 (cukup terganggu) dapat
ditingkatkan pada skala 5 (tidak terganggu).
c. Pemahaman tentang makna situasi dipertahankan pada skala 4 (sedikit
terganggu) dapat ditingkatkan pada skala 5 (tidak terganggu).
d. Perhatian dipertahankan pada skala 3 (cukup terganggu) dapat ditingkatkan
pada skala 4 (sedikit terganggu).
e. Konsentrasi dipertahankan pada skala 1 (sangat terganggu) dapat
ditingkatkan pada skala 4 (sedikit terganggu).
Tingkat Delirium
DepKes RI. 2007. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta
Ditjen PP&PL. 2012. Modul Tatalaksana Standar Pneumonia. Jakarta
Ditjen PP&PL. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta
Manurung, Santa. 2009. Asuhan Keperawatan gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi.
Jakarta Timur : CV. Trans Indo Media.
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Whalley & Wong. 2010. Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1, USA : CV.
Mosby-Year book. In
Soegijanto, S. 2009. Ilmu Penyakit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba
medika
Somantri, Irman.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika
Wilson, D & Hockenberry, M. 2008. Wong’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, 7Th edition.
New York: Elsevier.
Wong, Donna L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC