Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. DEFINISI
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat
menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh
serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat &
Wim de Jong : 2011)
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana
ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2013)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Menurut Tarwoto (2010: 262) Sistem pencernaan merupakan saluran panjang
(kurang lebih 9 meter) yang terlibat dalam proses mencerna makanan, mulai dari
mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh
dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair
melalui proses pencernaan, baik dengan cara pengunyahan, menelan dan
mencampur menjadi zat-zat gizi dan energi.
Dalam melakukan fungsi dari sistem pencernaan di atas maka sistem pencernaan
dilengkapi dengan saluran pencernaan dan asesoris pencernaan.
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk
sistem pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi
dan lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan,
mulut terdiri dari 2 bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu ruang di antara
gusi, gigi, bibir dan pipi dan rongga mulut bagian dalam. Palatum terdiri atas
palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari
sebelah depan tulang maksilaris.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantara lubang yang disebut ismus fausium
Bagian-bagian faring adalah:
1) Superior (nasofaring): setinggi dengan hidung, bermuara tuba yang
menghubungkan faring dengfan gendang telinga.
2) Media (orofarin); setinggi dengan mulut, berbatas ke depan sampai di
akar lidah
3) Interior (laringofaring): setinggi dengan laring, menghubungkan
orofaring dengan laring
c. Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan diameter 2 cm.
Dinding esofagus tersusun atas epitelium berlapis pipih.Selain itu, pada
kerongkongan terdapat pula beberapa otot, yakni otot melingkar dan otot
longitudinal. Apabila otot tersebut berkontraksi, kerongkongan akan bergerak.
d. Lambung
Lambung merupakan organ pencernan yang paling fleksibel karena dapat
menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau
kubah dan terletak di kuaran kiri bawah abdomen.
e. Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara
spingter pylorus lambung dengan valve ileosekal yang merupakan bagian
awal usus besar, posisinya terletak di sentral bawah abdomen yang disuport
dengan lapisan mesenterika (berbentuk seperti kipas) yang memungkinkan
usus halus ini mengalami perubahan bentuk (seperti berkelok-kelok).
Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan dengan
panjang sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap orang memiliki
ukuran yang berbeda-beda. Usus halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu
duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m).
f. Usus besar
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Ia
memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus
besar terbagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon asenden, kolon transversum, dan
kolon desenden.
g. Rektum
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang
lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila
feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan
penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos
dan otot lurik.
h. Anus
Merupakan bagian saluran pencernaan dengan dunia luar terletak di dasar
pelvis dan dindingnya diperkuat oleh sfinghter ani yang terdiri dari sfinhter
ani internus, sfighter levator ani, sfinghter ani elksternus.

Fisiologi sistem pencernaan


Fungsi dari sistem penceranaan menurut Tarwoto (2010: 261) ialah sebagai
berikut:
a. Mulut
Memecah makanan menjadi zat-zat gizi, sekresi mulut berfungsi untuk
meningkatkan pencernaan zat tepung, mengatur pemasukan cairan,
mrerangsang nafs makan dengan cara melarutkan bahan makanan sehingga
kontak bintik-bintik rasa dilidah dan melicinkan makanan sehingga mudah
ditelan (Suratun, 2010: 3).
b. Faring
Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal yang Berfungsi mencegah
makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang terdapat didalam
lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi (Suratun, 2010:
3).
c. Esofagus
Fungsi esofagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar makanan
dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga
makanan dapat ber-jalan menuju lambung.
d. Lambung
Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah
bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).
e. Usus halus
Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan pangkreas, mengabsorbsi sari
pati makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus besar.
f. Usus besar
Fungsi usus besar antara lain adalah Menyerap air selama prose
pencernaan. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai
hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli. Membentuk massa
feses. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
g. Rektum
Fungsi dari rektum untuk menampung feses terlebih dahulu pada bagian
rektum, apabila feses sudah siap dibuang maka oto spinkter rektum mengatur
pembukaan dan penutupan anus.
h. Anus
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi
utama anus.

C. ETIOLOGI
Menurut Suratun (2010: 318) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia yaitu :
Defek dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) atau
didapat seperti karena usia, keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.
Peningkatan tekanan intraabdominal: Penyakit paru obtruksi menahun (batuk
kronik), obesitas, adanya Benigna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan
saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan
tekanan intraabdominal.

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Adanya benjolan di daerah inguinal
b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
c. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
d. Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.
e. Sebagian besar tidak memberikan keluhan.

E. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosessus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun beberapa hal, sering
kali kanalis ini belum menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya
yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi ), akan
timbul hernia Inguinalis lateralis kongenital. Pada ortu kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka keadaan
yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkatkan kanal tesebut dapat
terbuka kembali dan timbul hermiaingunalis lateralis akuisita. Keadaan yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan,
batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi &
mengejan saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat. Kanal yang tertutup
dapat membuka kembali dan timbulah hernia inguinalis lateralis akvista karena
terdorongnya suatu alat tubuh dan keluar melalui defek tersebut akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas oleh trauma, kehamilan,obesitas.
Bila faktor-faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan
mengalami hernia. Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin
inguinal dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya
terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil.
Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Hernia
inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih
umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang
lemah ini karena defisiensi kongenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih
umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang
tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada
wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada
klien gemuk dan wanita multipara.
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk
menutup
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh

protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi

terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus

ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah.


Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko

tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan

menjepit defek di dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan,

edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan

hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan

pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu

mengurangi nyeri.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suratun, (2010: 321). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia
dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan peningkatan sel darah putih, serum
elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokkrit),
dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin
memanjang, mempengaruhi homeostatis intra operasi atau post oprasi.
b. Pemeriksaan urine; Munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengindikasikan infeksi.
c. Elektro kardiografi (EKG) Penemuan akan sesuatu yang tidak normal
menberikan prioritas perhatian untuk menberikan anestesi.
d. Sinar X abdomen menunjukkan abnormal kadar gas dalam usus/ obtruksi
usus.

H. PENATALAKSANAAN
1. Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan.
Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip
pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
a. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak
karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding
perut.
b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang
kanalis inguinalis.
c. Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak
dilakukan pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia
(truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas
pada waktu istirahat (malam).
2. Manajemen keperawatan.
1. Pre operasi :
Pengkajian: ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan
daerahinguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan pe
nanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan: masalah keperawatan yang bisa muncul adalah
gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko
tinggi terjadi infeksi.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat
tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara
manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai
advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra
abdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan
anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
2. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah
resikotinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan lukaoperasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.
Hernia inguinalis lateralis reponibilis dilakuakn tindakan bedah elektif
karena di takutkan akan terjadi komlikasi yaitu Herniatomy dan
Herniagrafi.
Bedah elektif adalah kanalis di buka, isi hernia di masukkan kantong di
ikat dan di lakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis.
Hernia inkarserata dan strangulasi dilakukan bedah darurat yaitu cincin
hernia di cari dan di potong usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital
dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak di lakukan reseksi usus dan
Anastomisis.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas
Pembatasan aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen seperti
bersin, mengangkat benda berat, batuk mengejan.
2. Istirahat
Ansietas, nyeri sebagai manifestasi obstruksi usus, pembatasan aktifitas kerja
sehubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.
3. Integritas ego
Ansietas, takut, emosi (kesal), perasaan tidak berdaya
4. Sirkulasi
Takikardi (akibat dari nyeri, infeksi, dehidrasi), hipotensi, kulit atau membran
mukosa pecah, sianosis, takipnea, asidosis berhubungan dengan hilangnya
cairan dan Na mengakibatkan syock hipovolemik.
5. Eliminasi
Pada awalnya feses dapat keluar, fase lanjut terjadi konstipasi, obstipasi,
terjadi inkontinensia uri, kebiasaan mengejan pada waktu BAB.
6. Makanan dan Cairan
Mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi hernia.
Muntah peroral mengandung makanan tak dicerna selanjutnya muntah air dan
empedu hitam dan fekal.
7. Higiene
Tidak mampu melakukan perawatan diri, bau badan berhubungan dengan
keterbataan aktifitas akibat nyeri.
8. Nyeri /kenyamanan
Nyeri pada lokasi, pada selakangan dan daerah sekitarnya.
9. Pengkajian fokus
a. Pre operasi
B1 (breath) Pernafasan
 Bentuk dada : normal
 RR : 16 x/mnt
 Pola napas : teratur
 Suara napas : vesikuler
 Sesak napas : tidak ada
 Batuk : tidak ada
 Retraksi otot bantu napas : tidak
 Alat bantu pernapasan : tidak ada
B2 (blood) Kardiovaskular
 Irama jantung : regular
 Nyeri dada : tidak ada
 Bunyi jantung : sonor
 Akral : hangat
 Nadi : 110 x/mnt
B3 (brain) Saraf
 Penglihatan (mata) : normal
 Pendengaran (telinga) : normal
 Penciuman (hidung) : normal
 Pengecapan (lidah) : normal
 PCS : 15, Kesadaran composmentis.
B4 (bladder) Perkemihan
 Kebersihan : bersih
 Bentuk alat kelamin : normal
 Produksi urin : ± 250 cc
B5 (bowel) Pencernaan
 Puasa
 Mulut : bersih
 Mukosa : lembab
 Pasien menangis saat dilakukan palpasi abdomen, skala nyeri 4
(skala gambar).
 Pasien gelisah
B6 (bone) Muskuloskeletal
 Kemampuan pergerakan sendi : lemah
 Kondisi tubuh : lemas
b. Intra operasi
B1 (breath) Pernafasan
 Bentuk dada : normal
 RR : 16 x/mnt
 Pola napas : teratur
 Retraksi otot bantu napas : tidak
 Alat bantu pernapasan : OPA dan OTT dengan oksigen 2 lpm
B2 (blood) Kardiovaskular
 Irama jantung : regular
 Akral : hangat
 Nadi : 105 x/mnt
B3 (brain) Saraf
 Dalam pengaruh general anastesi
B4 (bladder) Perkemihan
 Kebersihan : bersih
 Bentuk alat kelamin : normal
 Uretra : normal
B5 (bowel) Pencernaan
 Kontak langsung usus dengan lingkungan eksternal akibat incisi
 Port the entry kuman ke usus akibat incisi
 Terdapat luka pada kuadran 3 abdomen (kuadran kanan bawah)
 Hasil Lab. WBC 11,7
B6 (bone) Muskuloskeletal/integument
 Dalam pengaruh general anastesi
c. Post operasi
B1 (breath) Pernafasan
 Bentuk dada : normal
 RR : 16 x/mnt
 Pola napas : teratur
 Suara napas : vesikuler
 Sesak napas : tidak ada
 Batuk : tidak ada
 Retraksi otot bantu napas : tidak
 Alat bantu pernapasan : Sungkup non rebreathing O2 2 lpm
B2 (blood) Kardiovaskular
 Irama jantung : regular
 Nyeri dada : tidak ada
 Bunyi jantung : sonor
 Akral : hangat
 Nadi : 105 x/mnt
B3 (brain) Saraf
 Ekstremitas : kelemahan
 Pasien tampak lemas
 Pergerakan pasien lemas dan lesu
 PCS : 12
B4 (bladder) Perkemihan
 Kebersihan : bersih
 Bentuk alat kelamin : normal
 Uretra : normal
 Produksi urin : ± 20 cc
B5 (bowel) Pencernaan
 Puasa
 Mulut : bersih
 Mukosa : lembab
B6 (bone) Muskuloskeletal/integument
 Kemampuan pergerakan sendi : lemah
 Kondisi tubuh : lemas
B. DIAGNOSA
Pre op
1. Ansietas berhubungan dengan stresor
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan
Intra op
1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
2. Ketidakefketifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kimia kulit
Post op
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan efek obat anastesi
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan luka post op
DAFTAR PUSTAKA

Lewis, S.M., Heitkemper, M.M, Dirksen, S.R. (2013). Medical Surgical Nursing :
Assesment and Management of Clinical Problem. Pennsylvania: W.B
Saunders.

Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L. 2010. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta:
EGC.

Sjamsuhidajat and Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed.; 2011:95- 98.

Tarwoto. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3.,
Jakarta: Salemba Medika.

Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai