Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GLOMERULONEFRITIS AKUT

POST STREPTOCOCCUS

Disusun oleh:
Dina Wiffida (102081801)
Salisatullutfiah (102081804)
Yurida Ananda Aprillia (102081805)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien
Glomerulonefritis Akut Post Streptococcus”. Makalah ilmiah ini telah disusun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas Keperawatan Medikal Bedah III.
Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini. Penulis harap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 14 Agustus 2020


Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................
D. Manfaat Penulisan................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Pengertian......................................................................................
2. Etiologi...........................................................................................
3. Patofisiologi...................................................................................
4. Manifestasi Klinik..........................................................................
5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................
6. Penatalaksanaan Medik..................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian......................................................................................
2. Diagnosa........................................................................................
3. Intervensi.......................................................................................
4. Implementasi..................................................................................
5. Evaluasi..........................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada
dewasa. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis
(Widayati, 2017). Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS)
adalah bagian dari acute nephritic syndrome yang ditandai dengan gross
hematuria, edema, hipertensi dan insufisiensi ginjal. GNAPS sering terjadi
pada anak-anak, di sebabkan oleh infeksi kuman Streptokokus β-hemoliticus
grup A strain nephritogenic dan sering terjadi pada anak usia 5-12 tahun,
jarang pada anak di bawah 3 tahun. Penyebabnya karena pada usia 5-12
tahun merupakan usia sekolah, di mana mudah terpapar dengan agen infeksi
selain itu pasien yang berjenis kelamin laki-laki memiliki perbandingan
yang lebih tinggi di bandingkan perempuan. Hal ini mungkin disebabkan
karena anak laki-laki lebih sering berada di luar rumah sehingga rentan
terpapar dengan kuman penyebab infeksi.
WHO memperkirakan kasus GNAPS terjadi kirakira 472 000 kasus setiap
tahunnya secara global dengan 5000 kematian setiap tahunnya. Kira-kira 404
000 kasus di laporakan terjadi pada anak-anak dan 456 terjadi pada negara
berkembang. Penelitian yang dilakukan di Sri Manakula Vinayagar Medical
College and Hospital India pada periode waktu Januari 2012– Desember 2014
ditemukan 52 anak dengan diagnosis GNAPS. Dari 52 pasien ditemukan 46
anak (88,4%) dengan GNAPS, usia pasien berkisar antara 2,6– 13 tahun, 27
anak (52%) pada kelompok usia 5-10 tahun. Di Indonesia pengamatan
mengenai GNA pada anakdi sebelas universitas di Indonesia pada tahun
1997-2002, lebih dari 80% dari 509 anak dengan GNA mengalami efusi
pleura, kardiomegali serta efusi perikardial, dan 9,2% mengalami ensefalopati
hipertensif.
Umumnya GNAPS terjadi pada daerah beriklim tropis dan biasanya
berdampak pada anak-anak dengan tingkat ekonomi yang rendah. Penyakit

1
ini biasanya terjadi secara sporadik tetapi peningkatan insidensi kasus terjadi
secara epidemik pada tempat dengan komunitas yang memiliki populasi
tempat tinggal di lingkungan yang padat penduduk, higiene kurang baik,
kondisi dengan insidens malnutrisi yang tinggi. Indonesia merupakan negara
beriklim tropis. Sebanyak 68,9% penderita GNAPS berasal dari keluarga
dengan sosial ekonomi yang rendah dan 82% pada keluarga berpendidikan
rendah (Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2017).
Berdasarkan uraian di atas kelompok kami membuat makalah ini untuk
memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III dan untuk dapat mengetahui
dan memahami penyakit Glomerulonefritis  serta agar dapat memberikan
pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan
Glomerulonefritis Akut Post Streptokokus .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yakni :
1. Apakah definisi dari Glomerulonefritis?
2. Apakah etiologi dari Glomerulonefritis?
3. Apakah patofisiologi Glomerulonefritis?
4. Apakah manifestasi klinis Glomerulonefritis?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang Glomerulonefritis?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien Glomerulonefritis?
7. Bagaimanakah Asuhan keperawatan Glomerulonefritis Akut Post
Streptokokus?
C. Tujuan Penulisan
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III diharapkan mahasiswa semester 5 dapat mengerti dan memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan Glomerulonefrosis Akut Post Streptokokus
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pembaca
Semoga dengan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta

2
upaya pencegahan penyakit glomerulonefritis agar terciptanya kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi penulis
Diharapkan agar dapat mengetahui tentang glomerulonefritis lebih
dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit
glomerulonefritis.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah bahan pembelajaran dan informasi tentang
penyakit glomerulonefritis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Definisi
Glomerulonefritis merupakan suatu terminologi umum yang
menggambarkan adanya inflamasi pada glomerulus, ditandai oleh
poliferasi sel-sel glomerulus akibat proses imunologi yang menimbulkan
kelainan patologis glomerulus dengan mekanisme yang masih belum
jelas (Arsid, 2019).
Glomerulonefritis akut merupakan suatu reaksi imunologis pada
ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu yang karakterisitiknya berupa
cedera glomerular dengan onset mendadak (Rachmadi, 2010).
Glomerulonefritis akut yang paling sering terjadi pada anak di negara
berkembang setelah infeksi bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A
yaitu glomerulonefritis akut pasca infeksi streptokokus (Jayanti, 2017).
2. Etiologi
Penyakit ini sering di temukan pada anak berumur antara 3-7 tahun
dan lebih sering mengenai anak pria di bandingkan anak wanita.
Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra-renal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman Streptococcus beta
hemolyticus golongan A, tipe 12,4,16,25 dan 49. Hubungan antara GNA
dan infeksi streptococcus ini di kemukakan pertama kali oleh Lohlein
pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina.
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A.
3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten
selama lebih kurang 10 hari. Dari pada tipe tersebut di atas tipe12 dan 25
lebih bersifat nefritogen dari pada yang lain. Mengapa tipe yang satu
lebih bersifat nefritogen dari pada yang lain tidaklah di ketahui.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi
mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman
Streptococcus. GNA dapat juga di sebabkan oleh sifilis, keracunan

4
(timah hitam, tridion), penyakit amiloid, trombosis vena renalis,
purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.
3. Patofisiologi
Patogenesis GNAPS belum diketahui dengan pasti. Faktor genetik
diduga berperan dalam terjadinya penyakit dengan ditemukannya HLA-D
dan HLA-DR. Dugaan hubungan antara glomerulonefritis akut dan
infeksi streptokokus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun
1907 dengan alasan timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi
skarlatina, diisolasinya kuman Streptococcus β haemolyticus golongan
A, dan meningkatnya titer antistreptolisin pada serum penderita.
4. Manifestasi Klinis
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut)
atau secara menahun (kronis), seringkali tidak diketahui karena tidak
menimbulkan gejala. Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah asimtomatik
(Pasek, 2013). Bentuk simtomatik diketahui apabila terdapat kelainan
sedimem urin terutama hematuri mikroskopis yang disertai riwayat
kontak dengan penderita GNAPS simtomatik (UKN IDAI, 2012).
Tanda dan gejala yang mungkin terjadi pada penyakit GNAPS
sebagai berikut:
a. Hematuria (kencing berwarna seperti air cucian daging). Hematuria
dapat terjadi karena kerusakan pada rumbai kapiler glomerulus.
b. Proinuria (protein dalam urine) adalah suatu kondisi dimana urine
mengandung jumlah protein yang tidak normal
c. Oliguria dan anuria
Selama fase akut terdapat vasokonstriksi arteriol glomerulus yang
mengakibatkan tekanan filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini
kecepatan filtrasi glomerulus juga berkurang. Filtrasi air, garam,
ureum dan zat-zat lainnya berkurang dan sebagai akibatnya kadar
ureum dan kreatinin dalam darah meningkat. Fungsi tubulus relatif
kurang terganggu, ion natrium dan air diresorbsi kembali sehingga
diuresis berkurang maka timbul oliguria dan anuria.
d. Edema

5
Edema yang biasanya dimulai pada kelopak mata dan bisa ke seluruh
tubuh. Edema dapat terjadi karena adanya akumulasi cairan akibat
penurunan fungsi ginjal, dimana terjadi penurunan laju filtrasi
glomerulus yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen
mungkin berkurang, sehingga terjadi edema.
e. Hipertensi
Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap
tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan
penyakitnya menjadi kronis. Hal ini disebabkan akibat terinduksinya
sistem renninangiotensin.
f. Hipertermi dikarenakan adanya inflamasi oleh streptokokus
g. Menurunnya output urine adalah keadaan dimana produksi urine
kurang dari 500 ml dalam 24 jam
h. Pucat dan lesu
i. Mual muntah
j. Fatigue adalah suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya
kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja dan mengurangi
efisiensi prestasi dan biasanya hal ini disertai perasaan letih dan lemah
k. Sesak nafas
l. Anoreksia (penurunan nafsu makan)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urin sangat penting untuk menegakkan diagnosis nefritis
akut. Volume urin sering berkurang dengan warna gelap atau
kecoklatan seperti air cucian daging.
b. Tes darah: BUN dan kreatinin meningkat, kreatinin serum meningkat
bila fungsi ginjal mulai menurun.
c. Laju endap darah meninggi, kadar Hb menuurn sebagai akibat dari
hipervolemia (retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urin di
dapatkan jumlah urin mengurang, berat jenis meninggi. Hematuria
makroskopis ditemukan pada 50% penderita. Ditemukan pula albumin
(+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit dan hialin.

6
d. Biopsi ginjal dapat di indikasikan jila dilakukan kemungkinan temuan
adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap.
6. Penatalaksanaan Medis
Penangan pasien adalah suportif dan simtomatik. Pengobatan
ditujukan terhadap penyakit yang mendasarinya dan komplikasi yang
ditimbulkannya. Tindakan umum pasien glomerolunefritis akut adalah
istirahat di tempat tidur sampai gejala edema dan kongesti vaskuler
(dispneu, edema paru, kardiomegali, hipertensi) menghilang, kira-kira
selama 3-4 minggu. Diit yang berupa pembatasan masukan garam (0,5-1
gr/hari) dan cairan selama edema, oligouria atau gejala vaskuler
dijumpai. Protein dibatasi (0,5/KgBB/hari) bila kadar ureum diatas 50
gr/dL. Pengobatan dengan diuretika untuk penanggulangan edema dan
hipertensi ringan disamping diit rendah garam, diberikan furosemide (1-
2) mg/KgBB/hari oral dibagi atas 2 dosis sampai edema dan tekanan
darah turun. Pemakaian antibiotik untuk eradikasi organisme dan
mencegah penyebaran ke individu lain. Diberikan antimikroba berupa
injeksi benzathine penisilin 50.000 U/kg BB IM atau eritromisin oral 40
mg/kgBB/hari selama 10 hari bila pasien alergi penisilin. GNAPS
dengan komplikasi berat seperti kongesti vaskuler (edema paru,
kardiomegali) perlu diberikan diuretika furosemide parenteral (1-2
mg/KgBB/kali). Pasien disarankan kontrol tiap 4-6 minggu dalam 6
bulan pertama setelah awitan nefritis. Pengukuran fisik dan lab yang
meliputi tekanan darah, pemeriksaan eritrosit dan protein urin selama 1
tahun lebih bermanfaat untuk menilai perbaikan (Pasek, 2013).
B. WOC

Streptokokus

Menyerang dinding kapiler glomerulus

Kerusakan dinding kapiler

Filtrasi glomerulus meningkat

GNAPS

S.Sirkulasi S.Pencernaan S.Pernafasan S.Perkemihan

Filtrasi plasma Retensi cairan Retensi cairan Fagosit pada


menurun abdomen paru-paru membran glomerulus
7
Penumpukan Asites Ekspansi dada Kebocoran kapiler
cairan meningkat dan paru glomerulus
Tekanan pada
adekuat, sesak
Edema anasarka Mual muntah
Gangguan eliminasi
Takipneu, sesak urine
Anoreksia napas
Perfusi jaringan
renal tidak Ketidakseimb Hambatan
efektif angan nutrisi pertukaran gas

Edema pada wajah


C. Tinjauan
dan seluruh tubuh, Asuhan Keperawatan
pitting >2 detik
Pengkajian
1. Identitas
Kelebihan volume cairanPasien
Glomerulus nefritis akut biasanya ditemukan pada anak usia 2-15 tahun
dan lebih sering terjadi pada anak laki – laki dibanding anak perempuan
( Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016.
2. Keluhan Utama
Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya memiliki keluhan
seperti edema, urin berwarna teh (air cucian daging) dan hipertensi.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang. Yang perlu dikaji seperti hematuria,
gejalah gangguan saluran kemih, penurunan berat badan, mual,
muntah, anoreksia, bengkak pada tungkai, mata, kencing berwarna
seperti cucian daging, peningkatan tekanan darah dan peningkatan
suhu badan.
b. Riwayat kesehatan dahulu. Kaji apakah pasien pernah dirawat di RS
sebelumnya, obat yang digunakan sebelumnya, riwayat alergi, riwayat
operasi atau kecelakaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal
dalam keluarga dan penyakit turunan dalam keluarga seperti DM,
Hipertensi, dll.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran dan tanda-tanda
vital.
b) Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kulit. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya tampak
pucat, timbul edema karena penurunan fungsi ginjal, dimana terjadi
penurunan laju filtrasi glomerulus yang mengakibatkan ekskresi air,
natrium, zat-zat nitrogen berkurang, sehingga terjadi edema, pitting
edema lebih dari 2 detik

8
2) Kepala. Pada anak dengan glomerulonefritis akut biasanya ubun-
ubun cekung, rambut kering.
3) Wajah. Pada anak biasanya terdapat edema
4) Mata. Pada anak biasanya nampak edema pada kelopak mata,
konjungtiva anemis, pupil isokor dan sklera anemis.
5) Telinga. Bentuk, ukuran telinga,kesimetrisan telinga, warna, ada
serumen atau tidak dan tanda infeksi.
6) Hidung. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi,
sumbatan, pernapasan cuping hidung, dan tanda infeksi
7) Mulut. Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis.
8) Dada. Kesimetrisan dada, retraksi dada, bunyi nafas tambahan,
bunyi jantung tambahan.
9) Abdomen. Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya
nyeri tekan, palpasi hepar, bunyi bising usus, palpasi seluruh
kuadran abdomen.
10) Genetalia dan rektum. Lubang anus ada atau tidak. Pada laki-laki
inspeksi uretra dan testis, adanya edema skrotum atau terjadi hernia
serta kebersihan preputium. Pada wanita inspeksi labia dan klitoris
adanya edema, ada sekret atau bercak darah.
11) Ekstremitas. Tangan: telapak tangan pucat, edema, pitting lebih dari
2 detik. Kaki: udem pada kaki pitting lebih dari 2 detik.
Diagnosa
1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia
2. Kelebihan colume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan makan
4. Gangguan eliminasi urine b/d obstruksi anatomik
5. Hambatan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi
Intervensi
1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia
Intervensi :
a. Kaji adanya edema pada area tergantung pada pasien.

9
b. Pantau dan dokumentasikan asupan dan haluaran pasien setiap 2 hingga 4
jam.
c. Pantau dan dokumentasikan warna dan karakteristik urine pasien.
d. Pantau berat jenis urine, kadar elektrolit serum, BUN, dan kreatinin pasien
e. Observasi pola berkemih pasien
f. Kolaborasi pemberian dopamin dosis rendah, sesuai program.
g. Jelaskan kepada pasien, anggota keluarga atau pasangan tentang alasan
terapi dan efek yang diharapkan.
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
Intervensi :
a. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran serta ukur dan catat masukan
keluaran dengan akurat.
b. Timbang berat badan setiap hari (atau lebih, bila diindikasikan)
c. Kaji perubahan edema, ukur lingkar abdomen pada umbilicus
d. Observasi edema disekitar mata dan area dependen.
e. Atur masukan cairan dengan cermat
f. Pantau infus intravena
g. Kolaborasi pemberian kortikosteroid sesuai ketentuan
h. Kolaborasi pemberian diuretik bila di indikasikan
i. Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota keluarga
atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan makan
Intervensi :
a. Catat status nutrisi pasien, BB, integritas mukosa oral, kemampuan
menelan, tonus otot, mual muntah.
b. Perhatikan diet
c. Awasi masukan serta BB secara periodic
d. Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya
e. Beri makanan dengan cara yang menarik
f. Kolaborasi dengan ahli gizi diet rendah garam
4. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik

10
Intervensi :
a. Berikan perawatan yang tepat untuk kondisi perkemihan pasien (contoh
menyaring spesimen urine untuk melihat adanya batu atau fragmen batu)
b. Pantau status neuromuskular dan pola berkemih pasien: dokumentasikan
dan laporkan asupan dan haluaran
c. Observasi pola berkemih pasien
d. Dokumentasikan warna dan karakteristik urine, asupan dan haluaran
e. Kolaborasi pemberian obat nyeri yang diprogramkan dan pantau
keefektifannya
f. Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota keluarga
atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan.
5. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk menyelingi periode istirahat dan aktivitas.
b. Rencanakan aktivitas pasien dalam tingkatan yang masih dapat ditoleransi
c. Observasi pemeriksaan laboratorium urine dan feses
d. Pantau tanda – tanda vital, irama jantung, GDA serta hemoglobin.
e. Jelaskan kondisi pernapasan pasien, kepada pasien dan anggota keluarga
atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan.
Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, dibanyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

11
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassesment) secara umum evaluasi ditunjukan untuk:
1.Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2.Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3.Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan,
mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilakukan, dan biasanya berupa
catatan perkembangan. Evaluasi sumatif: menggunakan rekapan terakhir
secara paripurna, menggunakan catatan naratif, dan pada saat pasien pulang
atau pindah.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Nama : An. J
2) Umur : 7 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Agama : Kristen
5) Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
6) Alamat : BTN
7) Pekerjaan : Sekolah
8) Tanggal MRS : 22 Mei 2019
9) Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2019
10) Diagnosa Medis : Glomerulonefritis akut pasca streptokokus
b. Biodata Penanggung Jawab
1) Nama : Tn. Y
2) Umur : 52 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Agama : Kristen
5) Pekerjaan : Wiraswasta
6) Pendidikan : SMA

12
7) Status Perkawinan : Kawin
8) Suku Bangsa : Bali/Indonesia
9) Alamat : BTN
c. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
1) Keluhan MRS
Wajah dan kaki terdapat bengkak sudah lebih dari 3 hari
2) Keluhan Saat Pengkajian
Sakit ringan, pusing, wajah dan kaki bengkak, orangtua pasien
mengatakan warna urin pasien gelap (coklat)
d. Riwayat Penyakit Sekarang
e. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Klien tidak menderita penyakit yang serius, hanya sakit batuk, pilek dan
demam biasa. Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit, tidak memiliki
riwayat alergi obat, tidak pernah mengalami kecelakaan dan sudah
mendapat imunisasi lengkap.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan
penyakit yang sama seperti An. J
g. Riwayat Psikososial dan Status Spiritual
1) Riwayat Psikologis
Kondisi klien dirumah sakit baik hanya saja tidak dapat bermain
seperti biasanya dengan teman sebaya
2) Aspek Sosial
Hubungan klien dengan keluarga, teman sebaya dan masyarakat
sekitar rumah baik.
3) Aspek Spiritual/ Sistem Nilai Kpercayaan
Klien dan keluarga rajin beribadah ke gereja seminggu sekali
h. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum Sakit
Makan 3x sehari porsi sedang
b) Saat Sakit

13
Makan 3x sehari porsi sedang dan habis
2) Pola Eliminasi
a) Buang Air Besar
(1) Sebelum sakit, sehari sekali
(2) Saat sakit, sehari sekali
b) Buang Air Kecil
(1) Sebelum sakit, 5x sehari
(2) Saat sakit, 3x sehari dengan urine berwarna kecoklatan
3) Pola Kebersihan Diri
a) Sebelum Sakit
Mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, sikat gigi 2x sehari,
potong kuku 1x seminggu
b) Saat Sakit
Mandi 1x sehari, keramas 3 hari sekali, sikat gigi 2x sehari.
4) Pola Aktivitas, Latihan dan Bermain
a) Sebelum Sakit
Klien aktif bermain dan bersekolah
b) Saat Sakit
Klien tidak dapat melakukan kegiatan bermain dan sekolah
seperti biasanya saat sakit
5) Pola Istirahat dan Tidur
a) Sebelum Sakit
Tidur malam klien 7 jam, tidur siang 1-2 jam sehari
b) Saat Sakit
Tidur malam klien 8 jam, tidur siang 1-2 jam sehari
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Keadaan Sakit: wajah pucat
b) Tanda-Tanda Vital
TD :130/70mmHg Nadi :96x/m
RR :22x/m Suhu :36,7oC
BB :25 kg TB : 126 cm

14
c) Pemeriksaan Cepalo Caudal
(1) Kepala dan Rambut
Normocephal, rambut bersih tidak rontok,
(2) Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat sekret, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada odem, tidak ada pernafasan cuping hidung
(3) Telinga
Telinga bersih, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada
serumen,tidak adanyeri tekan pada telinga.
(4) Mata
Konjungtiva anemis, sklera putih
(5) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
Mukosa lembab, lidah bersih, gigi bersih, tidak ada stomatitis,
tidak ada karies gigi, tidak bau mulut
(6) Leher dan Tenggorokan
Tidak ada kaku kuduk, itdak ada pembesaran limfe dan
kelenjar getah bening
(7) Dada/Thorak
(a) Pemeriksaan Paru
Inspeksi: dada simetris
Palpasi: tidak ada edema
Perkusi:
Auskultasi: suara nafas vesikuler
(b) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi: bunyi jantung normal
(c) Payudara
Inspeksi: simetris
Palpasi: tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
(d) Pemeriksaan Abdomen

15
Inspeksi: perut terlihat rata
Auskultasi: bising usus 22x/m
Palpasi: tidak terdapat asites
Perkusi:
(e) Ekstremitas, Kuku dan Kekuatan Otot
Pergerakan sendi bebas, kuku bersih dan terpotong rapi,
pasien berjalan normal, kekuatan otot normal, tidak
terdapat frkatur
(f) Genetalia dan Anus
Genetelia bersih, tidak ada pembengkakan skrotum. Anus
bersih, tidak terdapat hemoroid.
(g) Pemeriksaan Neurologi
Refleks pattela (+)
j. Pemeriksaan Penunjang
Darah samar: (+)3, protein urin: (+) 2, eritrosit sediment: 50-75,
albumin:3,1 L, BUN:19 mg/dL, kreatinin darah: 0,83 mg/dL, STO: 400
IV/ml
k. Penatalaksanaan
Obat yang didapat pasien saat ini erythromycin 500mg 3x sehari 1/2
tablet dan captopril 2x sehari 1/2 tablet. Saat ini pasien dianjurkan oleh
dokter untuk membatasi aktivitas dan harus lebih banyak berbaring
diatas tempat tidur
l. Harapan Klien/Keluarga Sehubungan dengan Penyakitnya
Penyakit yang diderita pasien semog bisa disembuhkan dan ditangani
dengan baik
m. Genogram
n. Analisa Data
2. Diagnosa
a. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia
b. Kelebihan volume cairan bd gangguan mekanisme regulasi
3. Intervensi
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
D

16
X
1 Keseimbangan Tekanan sistole dan 1.observasi status hidrasi
elektrolit asam diastole dalam batas 2.observasi tanda-tanda
dan basa. normal cairan berlebih/retensi
Keseimbangan Tidak ada distensi 3.pertahanan intake dan
cairan. vena leher output
Eliminasi urin. Tidak ada bunyi paru 4.monitor TTV
tambahan 5.observasi dehidrasi,
Membran mukosa aktivitas kejangg
lembab 6.Monitor TD, BUN,
Warna dan bau uin HMT
dalam batas normal 7.Monitor adanya
Tidak ada oedem respiratory distress
oerider dan asites 8.Monitor banyaknya dan
penampakan cairan
9.Monitor tanda-tanda
infeksi
2 Keseimbangan Terbebas dari edema, 1.pertahankan cairan
asam basa. efusi, anskara intake dan output yang
Keseimbangan Bunyi nafas bersih, akuat
cairan. Hidrasi tidak 2.pasang urin kateter jika
dispneu/ortopneu diperlukan
Terbebas dari 3.monitor hasil lab yang
kelelahan, kecemasan sesuai dengan retensi
atau bingung cairan (BUN,HMT)
4.Monitor TTV
5.Monitor status nutrisi
6.Kaji lokasi dan luas
edema
7.Berikan diuretik sesuai
interuksi
8.Monitor berat badan
9.Monitor indikasi
kelebihan cairan (VCP,
edema, distensi vena
leher, asites)
4. Implementasi
Diagnose implementasi
Perfusi jaringan renal tidak efektif 1. Mengkaji status hidrasi pasien
b/d hipervolemia 2. Mengkaji tanda-tanda cairan
berlebih
3. Memeriksa TTV
4. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
dan aktifitas kejang
5. Memeriksa TD, BUN, HMT
6. Memeriksa banyaknya dan
penampakan cairan

17
Kelebihan volume cairan b/d 1. Mempertahankan cairan intake
gangguan mekanisme regulasi dan output yang adekuat
2. Memeriksa monitor hasil lab
3. Memeriksa TTV
4. Memeriksa status nutrisi
5. Mengkaji lokasi dan luas edema
6. Memeriksa berat badan
7. Memeriksa indikasi kelebihan
cairan

5. Evaluasi
DX Evaluasi
1 S : Ibu pasien mengatakan bengkak di wajah dan kaki sudah
tidak ada
O : terlihat bengkak pada wajah dan kaki berkurang, warna
urine kuning jernih, TTD 110/70 mmHg, S 36,6c, N
88x/mnt, RR 20x/mnt
A : masalah teratasi
P : inplementasi dihentikan
2 S : ibu pasien mengatakan bengkak sudah tida ada
O : bengkak pada wajah dan kaki sudah tidak ada
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan di atas, maka kami selaku penulis menarik kesimpulan,
Glomerulonefritis akut merupakan suatu reaksi imunologis pada ginjal
terhadap bakteri atau virus tertentu yang karakterisitiknya berupa cedera
glomerular dengan onset mendadak. Glomerulonefritis akut yang paling
sering terjadi pada anak di negara berkembang setelah infeksi bakteri
streptokokus beta hemolitikus grup A yaitu glomerulonefritis akut pasca
infeksi streptokokus. Penyakit ini sering di temukan pada anak berumur
antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak pria di bandingkan anak
wanita. Tanda dan gejala yang terjadi pada penderita GNAPS yaitu
hematuria, proinuria, oliguria dan anuria, edema, hipertensi, hipertermi, mual
muntah, pucat lesu, fatigue, sesak nafas, anoreksia
Penangan pasien adalah suportif dan simtomatik. Pengobatan ditujukan
terhadap penyakit yang mendasarinya dan komplikasi yang ditimbulkannya.
Tindakan umum pasien glomerolunefritis akut adalah istirahat di tempat
tidur sampai gejala edema dan kongesti vaskuler menghilang, diit, pemberian
antibiotic.
Diagnose yang mungkin muncul pada penderita GNAPS yaitu Perfusi
jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia, Kelebihan colume cairan b/d
gangguan mekanisme regulasi, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan makan, Gangguan eliminasi urine b/d
obstruksi anatomik, Hambatan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan
ventilasi.
B. Saran
1. Bagi penulis
a. Dapat lebih memahami teori tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan glomerulusnefritis akut post streptokokus sehingga mampu
melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif
b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru (inovatif)
dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada.

19
2. Bagi pembaca
a. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab dan bagaimana cara
mencegahnya
b. Meningkatkan kebiasaan menjaga lingkungan tetap bersih, istirahat
yang cukup, menjaga pola makan serta control ke pelayanan kesehatan
secara teratur

20
DAFTAR PUSTAKA
Arsid, Rachayu., Praja, Amsyar., Sabir.M., Diana, T. (2019) Glomerulonefritis
Akut Pasca Streptococcus. Jurnal Medical Profession (MedPro), 1(2), 98-
104.
Jayanti, Ria Rizki., Wisyastuti, Etty., Kurniawan, Betta. (2017). Acute
Glomerulonephritis Post Streptococcal Infection with Hypertension in
Children. JagromedUnila, 4(2), 379-383.
Pasek, Made Suadnyani. (2013). Glomerulonefritis Akut Pada Anak Pasca Infeksi
Streptokokus. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013.
Rachmadi D. Diagnosis dan penatalaksanaan glomerulonefritis akut. Simp Nas
II IDAI Cab Lampung;2010.
UKN IDAI. (2012). Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

21

Anda mungkin juga menyukai