Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PARKINSON

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas KMB IV


Dosen Pengampu: Ni Komang Winda Dwi Latri,
S.Tr.,Kep.,M.Tr.Kep

Disusun oleh:
1. Rahmawati Ririn Ardilla (102081803)
2. Sallisatullutfiah (102081804)
3. Yurida Ananda Aprillia (102081805)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2021

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Askep Parkinson”. Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah IV.
Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Jembrana, 25 Desember 2020


Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi.............................................................................................3
2. Klasifikasi.........................................................................................3
3. Etiologi.............................................................................................4
4. Patofisiologi.....................................................................................5
5. Manifestasi Klinis............................................................................6
6. Komplikasi.......................................................................................8
7. Penatalaksanaan...............................................................................8
8. Pemeriksaan penunjang....................................................................10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian........................................................................................11
2. Diagnosa...........................................................................................16
3. Intervensi..........................................................................................16
4. Implementasi....................................................................................19
5. Evaluasi............................................................................................20
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................21
B. Saran...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif yang
bersifat kronis progresif terbanyak kedua setelah penyakit demensia
Alzheimer (Bahrudin, 2017). PP paling sering didapatkan pada
kelompok usia dekade ke enam dan dekade ke tujuh (Hauser, 2017).
Akan tetapi pada penelitian lain menyatakan bahwa PP dapat
ditemukan pada usia setidaknya 40 tahun (Su X, Federoff HJ, 2104).
Penyakit Parkinson menyerang penduduk dari berbagai etnis dan
status sosial ekonomi diperkirakan sebanyak 876.665 orang
Indonesia dari total jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Total
kasus kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia menempati
peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan
prevalensi mencapai 1.100 kematian pada tahun 2002. Prevalensi
dan insidensi penyakit Parkinson meningkat seiring dengan
bertambahnya usia (Noviani, 2010).
Manifestasi klinis utama pada penyakit Parkinson yaitu
perlambatan gerak (bradikinesia), resting tremor, rigiditas, serta
ketidakstabilan postur tubuh. Selain gejala motorik adapun gejala
non motorik yang muncul yaitu seperti depresi, cemas, konstipasi,
hiposmia, dan gangguan tidur (Fahn, 2013). Namun gejala motor
dan neuropsikiatri yang timbul perlu digolongkan pada stadium-
stadium tertentu tergantung pada ringan-berat gejala yang ada.
Penyebab dan patogenesis PP sampai saat ini belum dapat
dijelaskan. Beberapa teori telah dikemukakan dan teori
neurodegenatif bisa menjadi pilihan dalam menjelaskan penyebab
dan patogenesis PP (More SV, Kumar H, Kim IS, Song SY, Choi
DK, 2013). Biaya pembuatan obat yang mahal dan proses perawatan
yang lama membuat penyakit ini menjadi salah satu penyakit dengan
biaya pengobatan termahal (Hanifah, 2012). Oleh karena itu,

1
penyakit parkinson ini akan menjadi beban baik secara sosial
maupun ekonomi yang serius bagi masyarakat di masa depan
(Winter et al., 2010).
Berdasarkan uraian di atas penulis membuat makalah ini
untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah IV dan untuk
dapat mengetahui dan memahami tentang Parkinson serta agar dapat
memberikan pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi
klien dengan penyakit Parkinson.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari parkinson?
2. Apa saja klasifikasi dari parkinson?
3. Apakah etiologi dari parkinson?
4. Apakah patofisiologi dari parkinson?
5. Apakah manifestasi klinis parkinson?
6. Apakah komplikasi dari parkinson?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien parkinson?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari parkinson?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan parkinson?
C. Tujuan Penulisan
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah IV diharapkan mahasiswa semester 6 dapat mengerti dan
memahami asuhan keperawatan pada klien dengan parkinson dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif
yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk
mengontrol dan mengatur gerakan (Muttaqin, 2011).
Penyakit parkinson merupakan kelainan sel saraf pada otak
yang menyebabkan hlangnya dopamin pada otak, yang dicirikan
dengan gejala motorik klasik yaitu bradikinesia, rigiditas, dan
tremor. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif
tersering kedua setelah demensia alzheimer (Desinaini, 2019).
Penyakit Parkinson disebabkan oleh adanya penurunan
jumlah dopamin di otak yang berperan dalam mengendalikan
gerakan akibat kerusakan sel saraf di substansia nigra
pars compacta (SNc) di batang otak (Oktariza, 2019).
Jadi, Parkinson adalah penyakit degenerasi atau gangguan
neurologis progresif yang menyerang otak yang menyebabkan
penipisan dopamin dalam substansi nigra dan korpus striatum
yang ditandai dengan kondisi bradikinestisia (melambatnya
gerakan), tremor (bergetar), dan rigiditas (kekakuan otot).  
2. Klasifikasi
Parkinson dapat di klasifikasikan berdasarkan proses terjadinya
yaitu (Ari, 2014):
a. Parkinson primer, disebabkan berkurangnya dopamine
karena bertambahnya usia.
b. Parkinson postencephalitis, penyebabnya karena virus
encephalitis
c. Parkinson latrogenik, Parkinson karena obat obatan seperti
obat psikotropik dan antipsikotik

3
d. Parkinson juvenile, Parkinson yang terjadi usia di bawah 40
tahun.
e. Parkinson sekunder di sebabkan karena kerusakan substansia
nigra akibat trauma iskhemik.
Berdasarkan tingkatannya Parkinson dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Tingkat awal/ dini
pada tingkat ini pasien masih dapat melakukan tugas sehari-
hari tanpa gangguan, terjadi kerusakan pada sebelah tungkai
dan lengan, kelemahan sedikit, dan kaki gemetar.
b. Tingkat ringan sedang
pada tingkat ini terjadi kerusakan pada kedua tungkai dan
lengan, wajah seperti bertopeng, gaya jalan diseret dan pelan.
Pada keadaan ini pasien sudah terasa terganggu dan sukar
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tingkat berat
pasien terjadi akinesia (melambatnya gerakan), rigiditas
(kekakuan otot), dimana pasien tidak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari sehingga pasien mengalami
ketergantungan penuh.
3. Etiologi
Beberapa keadaan yang bisa menyebabkan Parkinson (Aris,
2011):
a. Faktor usia: terjadinya penurunan dopamin pada usia lanjut.
lebih rentan menyerang pria dibanding wanita, dan individu
berusia 60 tahun ke atas.
b. Faktor keturunan: Sekitar 15 persen penderita penyakit
Parkinson memiliki anggota keluarga dengan riwayat
penyakit yang sama. Pada kasus tersebut, penyakit Parkinson
dapat disebabkan oleh mutasi pada gen.
c. Encephalitis virus: peradangan otak yang langka yang diikuti
infeksi seperti flu.
d. Gangguan struktur otak seperti tumor otak dan stroke.

4
e. Luka kepala atau trauma kepala.
f. Obat-obatan seperti psikotropik dan antipsikotis dan racun
tertentu seperti keracunan Karbonmonoksida (CO)
menganggu atau menghambat aksi dopamin dan
neurotransmiter aksi dopamin.
4. Patofisiologi
Penyakit Parkinson terkait dengan kerusakan atau kematian sel
saraf di bagian otak yang disebut susbstantia nigra. Sel saraf
tersebut berfungsi memproduksi dopamin, senyawa kimia yang
mengirim pesan dari otak ke sistem saraf, dan membantu
mengontrol gerak tubuh. Pada penderita penyakit Parkinson, sel
saraf di susbstantia nigra rusak atau mati, sehingga jumlah
dopamin dalam otak berkurang. Akibatnya, gerak tubuh menjadi
lambat dan tidak normal. Kondisi sel saraf yang mati dan
menyebabkan berkurangnya dopamin, merupakan proses yang
berlangsung perlahan.

5
5. Manifestasi klinis
Awalnya, gejala tergolong ringan, tidak disadari penderita, dan
muncul pada satu bagian tubuh, kemudian berangsur-angsur
memburuk.
Terdapat 3 gejala utama yang dialami oleh penderita Penyakit
Parkinson, yaitu:
a. Tremor

6
biasanya merupakan gejala pertama pada penyakit parkinson
dan bermula pada satu tangan kemudian meluas pada tungkai
sisi yang sama kemudian sisi yang lain juga akan turut
terkena. frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan per
detik dan terutama timbul pada keadaan istirahat dan
berkurang bila ekstremitas digerakan. Tremor akan
bertambah pada keadaan emosi dan hilang pada waktu tidur.
b. Gerak tubuh melambat
Seiring waktu, penyakit Parkinson akan membuat gerak
tubuh menjadi lambat (bradikinesia), sehingga aktivitas
sederhana menjadi sulit untuk dilakukan. Misalnya, langkah
kaki menjadi lebih pendek saat berjalan, dan sulit bangkit
dari duduk.
c. Kaku otot
Kaku otot atau rigiditas dapat terjadi di bagian tubuh
manapun. Kondisi ini dapat memicu kram otot (distonia),
dan membatasi gerak tubuh.
Di samping tiga gejala utama di atas, penyakit Parkinson juga
disertai dengan gangguan fisik dan mental, seperti:
a. Gangguan keseimbangan, yang dapat meningkatkan risiko
jatuh dan cedera.
b. Menurunnya kemampuan gerak otomatis, misalnya kedipan
mata dan ayunan tangan ketika berjalan.
c. Perubahan cara dan nada bicara menjadi lambat dan tidak
jelas.
d. Kesulitan menulis, dan tulisan yang tampak mengecil.
e. Pusing, penglihatan buram, hingga pingsan, akibat tekanan
darah yang turun secara mendadak.
f. Sulit menahan buang air kecil.
g. Keringat berlebih atau hiperhidrosis.
h. Produksi air liur berlebih.

7
i. Kesulitan menelan makanan (disfagia), yang dapat
menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi dan dehidrasi.
j. Konstipasi atau sembelit.
k. Insomnia.
l. Depresi dan serangan kecemasan.
m. Demensia, yaitu sekelompok gejala yang menyebabkan
gangguan dalam mengingat, memengaruhi kepribadian
penderita, serta memicu halusinasi (merasa melihat sesuatu
yang sebenarnya tidak ada) dan delusi (meyakini sesuatu
yang tidak nyata).
6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari Parkinson antara lain :
a. Gangguan motoric
b. Gangguan tidur
c. Gangguan usus dan kandung kemih
d. Demensia
e. Gangguan autonom
f. Depresi
7. Penatalaksanaan
Sampai saat ini, penyakit Parkinson belum bisa disembuhkan
sepenuhnya. Namun demikian, ada beberapa metode pengobatan
yang dapat dilakukan untuk membantu meredakan gejala dan
meningkatkan kualitas hidup pasien, yaitu:
a. Suportif
1) Fisioterapi
Fisioterapi bertujuan untuk membantu pasien mengatasi
kaku otot dan sakit pada persendian, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan gerak dan kelenturan
tubuh. Fisioterapi juga bertujuan meningkatkan stamina
dan kemampuan pasien untuk beraktivitas tanpa
bergantung kepada orang lain.
2) Perubahan menu makanan

8
Salah satu gejala penyakit Parkinson adalah sembelit atau
konstipasi. Kondisi ini dapat diatasi dengan banyak
minum air dan konsumsi makanan berserat tinggi. 
3) Terapi wicara
Penderita penyakit Parkinson cenderung mengalami
kesulitan dalam berbicara, sehingga diperlukan terapi
wicara agar bisa membantu meningkatkan cara berbicara.
b. Obat-obatan
1) Antikolinergik
Antikolinergik digunakan untuk membantu mengatasi
tremor. Salah satu obat antikolinergik yang dapat
digunakan adalah trihexyphenidyl.
2) Levodopa
Obat ini diserap oleh sel saraf di dalam otak, dan diubah
menjadi dopamin. Meningkatnya kadar dopamin akan
membantu mengatasi gangguan gerak tubuh.
3) Agonis dopamine
Obat ini memiliki efek yang sama
seperti levodopa, namun tidak menghasilkan dopamin,
melainkan hanya menggantikan fungsi dopamin di dalam
otak. Agonis dopamin digunakan pada tahap awal
Parkinson, karena efek samping yang ditimbulkan tidak
sekuat levodopa. Contoh obat golongan agonis dopamin
adalah pramipexole, rotigotine, dan ropinirole.
4) Entacapone
Entacapone hanya diberikan kepada pasien penyakit
Parkinson tahap lanjut. Obat ini adalah
pelengkap levodopa untuk memperpanjang efek
dari levodopa.
c. Prosedur bedah
Pasien penyakit Parkinson biasanya hanya akan ditangani
dengan obat-obatan. Akan tetapi, prosedur bedah kadang

9
dilakukan pada pasien yang sudah menderita penyakit
Parkinson dalam waktu yang lama. Beberapa prosedur yang
dapat dilakukan adalah:
1) Deep brain stimulation (DBS)
Pada metode stimulasi otak dalam atau deep
brain stimulation (DBS), dokter akan menanamkan
elektroda di bagian otak yang terganggu. Elektroda ini
terhubung ke generator yang ditanam di dada, yang
berfungsi mengirim arus listrik ke otak. DBS disarankan
pada pasien yang tidak merespons obat-obatan dengan
baik. DBS mampu mengurangi atau menghentikan
diskinesia, mengurangi tremor dan rigiditas, serta
memperbaiki kemampuan gerak.
2) Bedah pisau gamma
Pada pasien yang tidak dapat menjalani prosedur DBS,
bedah pisau gamma dapat menjadi pilihan. Prosedur ini
dilakukan selama 15-40 menit, dengan memfokuskan
sinar radiasi kuat ke area otak yang terdampak.
8. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada
hasil klinis,karena tidak memiliki sensitifitas dan spesifitas
yang tinggi untuk penyakit Parkinson. Pengukuran kadar NT
dopamine atau metabolitnya dalam air kencing, darah
maupun cairan otak akan menurun pada penyakit Parkinson.
Apabila tidak ada tanda biologis yang spesifik tentang
penyakit, maka diagnosis definitif terhadap penyakit
Parkinson dapat ditegakkan dengan otopsi.
b. Magnetik Resonance Imaging ( MRI )
MRI merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi
untuk melihat kwantifikasi perubahan volume jaringan otak
pada penderita alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini

10
berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya
penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti
multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh
danpembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran
marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini.
Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia lainnya
seperti multiinfark, parkinson, binswanger sehingga kita
sukar untuk membedakan dengan penyakit Alzheimer. Pada
sebuah artikel tentang MRI, didapati bahwa hanya pasien
yang dianggap mempunyai atropi multi sistem
memperlihatkan signal di striatum.
c. Positron Emission Tomography (PET)
Ini merupakan teknik imaging yang digunakan melihat
kedalam sistem dopamine nigrostriatal dan peranannya
dalam patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan
karakteristik pada pengambilan fluorodopa, khususnya di
putamen, dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita
penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini. Pada saat awitan
gejala, penderita penyakit Parkinson telah memperlihatkan
penurunan 30% pada pengambilan fluorodopa putamen.
Tetapi PET tidak dapat membedakan antara penyakit
Parkinson dengan parkinsonisme atipikal. PET juga
merupakan suatu alat untuk secara obyektif memonitor
progresi penyakit , maupun secara obyektif memperlihatkan
fungsi implantasi jaringan mesensefalon fetus.
d. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada
kelompok usia lanjut, pada usia 50-an dan 60-an), jenis
kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat,

11
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, nomer register, diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan
keluarga untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
gangguan gerakan, penurunan daya ingat.
c. Riwayat penyakit saat ini
Biasanya klien mengeluhkan adanya gangguan gerak,
tremor, kesulitan melakukan ADL. Pada beberapa kasus,
keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami
gemetaran, gangguan berjalan, serta resiko jatuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya
riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, penggunaan obat-
obatan dalam jangka waktu lama
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang mengalami
parkinson, karena adanya riwayat parkinson pada keluarga
meningkatkan resiko menderita penyakit parkinson.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien
perlu dilakukan untuk menilai respon emosi klien terhadap
penyakit yang di deritanya,perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat, dan respons atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ata pun
dalam masyarakat. Apakah klien mengalami dampak yang
timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan citra tubuh).
g. Pemeriksaan fisik

12
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada
keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna
untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem
(B1-B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.
1) B1 (Breath)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan
dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau
saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran
nafas. Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami
penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan
produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu
napas. Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan
dan kiri. Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada
seluruh lapangan paru. Auskultasi, ditemukan bunyi
napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan
pada klien dengan inaktivitas.
2) B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek
samping pemberian obat dan juga gangguan pada
pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
3) B3 (Brain)
Pengkaji B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya. Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada
gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan
kaku pada seluruh gerakan.
a) Tingkat kesadaran

13
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan
juga bergantung pada penurunan aliran darah serebri
regional mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien
b) Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental: biasanya mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif,
penurunan persepsi, dan penurunan memori baik
jangka pendek dan memori jangka panjang
c) Pemeriksaan saraf kranial
1) Saraf I: biasanya pada klien cedera tulang
belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan
2) Saraf II: hasil uji ketajaman penglihatan
mengalami perubahan sesuai tingkat usia,
biasanya klien lanjut usia dengan penyakit
parkinson mengalami penurunan ketajaman
penglihatan
3) Saraf III, IV, VI: gangguan saraf okulomotorius:
sewaktu melakukan konvergensi penglihatan
menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraki otot-otot bola mata
4) Saraf V: pada klien dengan penyakit Parkinson
umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah,
adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan
ekspresi wajah klien mengalami penurunan, saat
bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan
mata).
5) Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas
normal

14
6) Saraf VIII: adanya tuli konduksi dan tuli persepsi
yang berhubungan dengan proses senilis dan
penurunan aliran darah regional
7) Saraf IX, X: ditemukan kesulitan dalam menelan
makanan
8) Saraf XI: tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius
9) Saraf XII: lidah simetris, tidak ditemukan deviasi
pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra
pengecap normal.
4) B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer di hubungkan
dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara
umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,
ketidak mampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidak mampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan control motorik dan postural. Selama priode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
5) B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan
asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik
umum, kelelahan otot, dan adanya tremor menyeluruh.
Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan
aktivitas.
6) B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kelelahan otot, tremor secara umum pada seluruh otot
dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Adanya gannguan keseimbangan dan koordinasi dalam
melakukan pergerakan Karena perubahan pada gaya

15
berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan
risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
2. Diagnosa
a. Hambatan mobilits fisik yang berhubungan dengan ketakutan
dan kelemahan otot
b. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol
otot/koordinasi
c. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan
dengan medikasi penurunan aktivitas
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh
e. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit
f. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber
informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat
3. Intervensi
Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 Tujuan: klien mampu  Kaji mobilitas yang ada dan
melaksanakan aktivitas fisik observasi peningkatan
sesuai dengan kemampuannya kerusakan. Kaji secara teratur
dalam waktu 2x 24 jam fungsi motorik.
kriteria hasil: klien dapat ikut  Lakukan program Latihan yang
serta dalam program latihan, meningkatkan kekuatan otot
tidak terjadi kontraktur sendi,  lakukan latihan postural
bertambahnya kekuatan otot,  ajarkan teknik berjalan khusus:
klien menunjukan tindakan -ajarkan untuk berkonsentrasi
untuk meningkatkan mobilitas. pada berjalan tegak,
memandang lurus kedepan
-klien dianjurkan unruk latihan
berjalan dengan diiringi musik
-latihan bernapas sambil
berjalan membantu untuk
menggerakkan rangka tulang
rusuk dan transpor oksigen
untuk mengisi bagian paru-paru
yang kadar oksigennya rendah
-melakukan periode istirahat
yang sering untuk membantu

16
pencegahan frustasi dan
kelelahan
 anjurkan mandi hangat dan
masase otot
 bantu klien melakukan latihan
ROM, perawatan diri, sesuai
toleransi
 kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik
klien
2 Tujuan: dalam waktu 2x24  kaji kemampuan dan tingkat
jam perawatan diri klien penurunan dalam melakukan
terpenuhi ADL
Kh: klien dapat menunjukkan  ajarkan dan dukung klien
perubahan gaya hidup untuk selama aktivitas
memenuhi kebutuhan merawat  rencanakan tindakan untuk
diri, klien mampu melakukan mengatasi keterbaasan
aktivitas perawatan diri sesuai penglihatan seperti tempatkan
dengan tingkat makanan dan peralatan dalam
kemampuannya, suatu tempat
 modifikasi lingkungan
 gunakan pagar di sekeliling
tempat tidur
 kaji kemampuan komunikasi
untuk buang air kecil,
kemampuan menggunakan
urinal, pispot, antarkan ke
kamar mandi bila kondisi
memungkinkan
 identifikasi kebiasaan buang air
besar, anjurkan minum dan
meningkatkan aktivitas
3 Tujuan: dalam waktu 2x24  monitor adanya konstipasi
jam, kebutuhan eliminasi alvi  berikan penjelasan pad aklien
terpenuhi dan keluarga penyebab
KH: klien dapat defekasi konstipasi
secara spontan dan lancar  modifikasi defekasi yang
tanpa menggunakan obat, teratur. Anjurkan pada klien
konsistensi feses lembek, tidak untuk makan teratur serta sehat
teraba massa pad akolon,  atur posisi duduk toilet
bising usus normal (15-  anjurkan klien minum banyak
30x/menit) cairan
 kolaborasi pemberian obat
pencahar
4 Tujuan: dalam waktu 2x24  Kaji secara verbal dan non
jam, citra tubuh klien baik verbal respon klien terhadap
KH: body image positif, tubuhnya

17
mampu mengidentifikasi  Monitor frekuensi mengkritik
kekuatan personal, dirinya
mendiskripsikan secara faktual  Jelaskan tentang pengobatan,
perubahan fungsi tubuh dan perawatan, kemajuan dan
mempertahankan interaksi prognosis penyakit
sosial  Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
 Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
 Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil
5 Tujuan: dalam waktu 2x24  Menginformasikan pasien
jam klien dapat membuat alternatif atau solusi lain
keputusan, dapat sosial penanganan
support  Memfasilitasi pasien untuk
KH: mengidentifikasi pola membuat keputusan
koping yang efektif,  Bantu pasien mengidentifikasi,
mengungkapkan secara verbal keuntungan, kerugian dari
tentang koping yang efektif, keadaan
mengatakan penurunan stres,  Bantu pasien untuk identifikasi
klien mengatakan telah bermacam-macam nilai
menerima keadaan dan kehidupan
mampu mengidentifikasi  Bantu pasien identifikasi
strategi tentang koping strategi positif untuk mengatur
pola nilai yang dimiliki
 Anjurkan pasien untuk
mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realistis
 Gunakan pendekatan tenang dan
menyakinkan
 Hindari pengambilan keputusan
pada saat pasien berada dalam
stress berat
 Berikan informasi actual yang
terkait dengan diagnosis, terapi
dan prognosis
6 Tujuan: dalam waktu 2x24  Berikan penilaian tentang
jam, klien dapat mengetahui tingkat pengetahuan pasien
tentang penyakitnya tentang proses penyakit yang
KH: pasien dan keluarga spesifik
menyatakan pemahamn  Jelaskan patofisiologi dari
tentang penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini
prognosis dan program berhubungan dengan anatomi
pengobatan dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
 Gambarkan tanda dan gejala

18
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
 Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
 Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
 Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara
yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang sesuai
dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri
dan kolaborasi. Tindakan keperawatan mandiri merupakan
tindakan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan
atas petunjuk tenaga kesehatan lainnya. Sedangkan tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan berdasarkan hasil
keputusan bersama dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Implementasi keperawatan pada studi kasus ini disesuaikan

19
dengan intervensi keperawatan yang telah disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan prioritas.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah hasil perkembangan
berdasarkan tujuan keperawatan yang hendak dicapai
sebelumnya. Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian
yaitu evalusi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan
evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan terus
menerus terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi keperawatan pada studi kasus ini disesuaikan dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan prioritas.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sistem
ekstra pyramidal yang merupakan bagian dari parkinsonism yang
secara patologis ditandai oleh adanya degenerasi ganglia basalis
terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang disertai
adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies). Biasa
menyerang orang yang lebih tua dari 60 tahun dan lebih sering
terjadi pada pria dibandingkan wanita. penyakit Parkinson ini yang
ditandai dengan gejala motorik utama seperti tremor pada
waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural
Pengobatan penyakit Parkinson bisa dilakkan dengan fisioterapi,
obat-obatan dan prosedur bedah sementara pemeriksaan Parkinson
dilakukan dengan laboratorium, MRI, PET, SPECT.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca
tentang trauma kepala, serta mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan trauma kepala mulai dari
perumusan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, hingga melakukan evaluasi keperawatan

21
DAFTAR PUSTAKA

Ari Ardianti. 2014. Uji Farmakologi Ekstrak Akar Landep (Barleria


Prionitis Linn) Asal Indonesia Sebagai Antiparkinson Universitas
Pendidikan Indonesia
Aris Purnomo. 2011. Artikel Ilimiah Konsep Penyakit Parkinson.
Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat
Desinaini, L.N., Mualimah, A., Novitasari, D.C.R., & Hafiyusholeh, M.
(2019). Application of Fuzzy K-Nearest Neighbor (FKNN) To Detect
the Parkinson’s Disease. Indonesian Journal of Pure and Applied
Mathematics, 1(1), 8-16.
Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
National Parkinson Foundation. 2014. http://www.parkinson.org/parkinson-
s-disease/diagnosis/how-does-your-doctor-make-a-penyakit
parkinson-diagnosis-. diakses pada tanggal 12 desember 2020 pukul
19.15
Oktariza, Y., Amalia, L., Sobaryati., Kurniawati, M.Y. (2019). Evaluasi
Kualitas Hidup Pasien Parkinson Berdasarkan Terapi Bebasis
Levodopa. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 8(4), 246-255.

22

Anda mungkin juga menyukai