Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Dasar Medis

A. Definisi
Penyakit Parkinson adalah penyakit gangguan saraf kronis dan progresif
yang ditandai dengan gemetar, kekakuan, berkurangnya kecepatan
gerakan, dan ekspresi wajah kosong seperti topeng dengan salvias
berlebihan (Prof Zullies).
B. Etiologi
Parkinson merupakan suatu kondisi neurodegeneratif yang progresif akibat
kematian sel-sel dopaminergik / sel-sel otak pada substansia nigra (Prof
Zullies). Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Dan
penyebab kematian sel-sel SNc belum diketahuo dengan pasti tetapi
faktor-faktor yang kemungkinan menjadi penyebab adalah: genetic,
lingkungan, umur, ras, cedera kranioserebal, stress emosional. (Sudoyo
Aru)
Parkinson diklasifikasikan sebagai berikut: (Sudoyo Aru)
1. Primer atau idiopatik
- Penyebab tidak diketahui
- Sebagian besar merupakan penyakit Parkinson
- Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan
- Ada peran faktor genetic, bersifat sporadis
2. Sekunder atau akuisita
- Timbul setelah terpajan suatu penyakit/zat
- Infeksi dan paksa infeksi otak (ensefalitis)
- Terpapar kronis oleh toksin
- Efek obat
- Paska strok (vascular)
- Lain-lain: hipotiroid, hipoparatiroid, tumor/trauma otak,
hidrosefalus, bertekanan normal.
3. Sindrom Parkinson plus: timbul bersama dengan gejala neurologi
4. Kelainan degenerative diturunkan (heredode generative disorders)

C. Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia
basalis. Jika otak memerintahkan suatu aktifitas (mis: mengangkat lengan),
maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan
gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis
mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke thalamus, yang akan
menyampaikan informasi yang telah di olah kembali ke cortex otak besar
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neuro
transmitter sebagai inklus listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara
saraf-saraf. Neurotransmitter yang utama pada ganglia basalis adalah
dopamine.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis
mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamine berkurang
dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari
kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamine terkadang tidak
diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor
genetic tidak memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson
merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus(
suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasusu lainnya terjadi
jika penyakit degenerative lainnya, obat obatan atau racun mempengaruhi
atau menghalangi kerja dopamine didalam otak. Misalnya obat anti
pisokosa yang digunakan untuk mengobati paranuia berat dan skizofrenia
menghambat kerja dopamine pada sel saraf.
D. Manifestasi Klinis

Gejala parkinson dapat muncul pada usia berapa pun, tetapi onset
rata-rata gejala terjadi pada usia 60 tahun dan jarang ditemukan pada usai
30 tahun. Penyakit parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut :

1. Tremor pada saat istirahat dengan tingkat keparahan relevan stabil


2. Bradikinesia (pergerakan lambat), huilang secara spontan
3. Hypokinesia (berkurangnya gerakan)
4. Tindakan dan pergerakan tidak terkontrol
5. Gangguan saraf otonom (sulit tidur,berkeringat,hipotensi
ortostatik)
6. Dysathria (kesulitan bicara karena kelumpuhan otot)
7. Dysphagia (kesulitan menelan)
8. Perubahan status mental
(depresi,demensia,ansietas,apatis,halusinasi/psikosis)
9. Wajah seperti topeng.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (Biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasnya terjadi atrofi kortikal difuse,sulki
melebar,hidrosefalua eks.vakuo). Penyakit parkinson merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan penangan secara holistik meliputi
berbagai bidang. Untuk saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
ini, tetapi pengobatan dan oprasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
F. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari parkinson antara lain:
1. Gangguan motorik.
2. Kerusakan berjalan, keseimbangan, dan postur.
3. Demensia.
4. Gangguan autonom.
5. Depersi.
G. Penatalaksanaan

Penyakit parkinson merupan penyakit kronis yang membutuhkan


penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada ssat in tidak
ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan
operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.

Pengobtan penyakit parkison bersifat individual dan simtomatik, obat2an


yang bisa di berikan adalah untunk pengobatan penyakit atau
menggantikan atau meniru dipamin yang akan memperbaikin tremor,
rigidita, dan slownes perawatan pada penderita penyakit parkinson
bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari
penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan
terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap
melalukan kegiatan sehari-hari.

Terapi obat-obatan

Beberapa obat yang diberikan kepada penderita penyakit parkinson

a. Antikolinergik
Contohnya benzotropine (cogentin), trihexyphenidyi (artane) berguna
untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson dan untuk
menghaluskan pergerakan.
b. Carbidopa/ levodopa
Levodopa merupakan pengobatan pertama untuk penyakit parkinson.
c. COMT inhibitors
Contohnya entacapone (comtan), tolcapone (tasmar). Untuk
mengontrol ferkuensi motor pada pasien yang menggunakan obat
levodopa.
1. Deep nrain stimulation (DBS)
DBS adalah tindakan minimal invasif yang dioperasikan melalui
panduan komputer dengan tingkat kerusakan minimal untuk
mencangkokkan alat medis disebut neurostimulator untuk
menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target didalam otak yang
terlibat dalam pengendalian gerakan.
Pengobatan dengan cara memasukkan elektroda yang memancar
implus listik frekunsi tinggi terus-menerus kedalam otak.
2. Terapi fisik
Sebagian terbesar penderita parkison akan merasa efek baik dari
terapi fisik. Pasien akan termotivasi sehingga terapi ini bisa dilakukan
di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi
fisik.
3. Terapi suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacaun suara yang
diakibatkan oleh penyakit parkinson adalah dengan lee silverman voice
treatment (LSVT) LSVT fokus untuk meningkat volume suara.
4. Terapi gen
Pada saat sekarang ini, menyelidikan yang telah dilakukan
sehingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus yang
tidak berbahya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic
nucleus (STN).
5. Pencakokan saraf
Cengkok sel sistem secara genetik untuk memproduksi dopamine
atau sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah
mulai dilakukan.
6. Operasi
Operasi untuk penderita parkinson jarang dilakukan ditemukannya
levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan parkinson yang sudah
parah dimana terapi dengan obat tidak mencukupi.
7. Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel
yang diinduksi progresifitas penyakit. Adapun yang sering digunakan
di klik inhibitors (selegiline andrasagiline), dopamine agonis, dan
complek i mitochondrial fortifier coenzyme Q10.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1. Data Dasar
Identitas

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,


status perkawinan, pendidkan, agama, suku, alamat, tanggal dan jam
masuk rumah sakit, no. register, rungan, serta identitas orang yang
bertanggung jawab selama klien di rawat di RS.

Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan klien adalah gangguan gerakan,


kaku otot, tremor menyeluruh dan kelemahan otot.

Riwayat Penyakit

Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit


yang menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat
benda-benda berat, riwayat penyakit menular dan atau penyakit
keturunan, serta riwayat operasi sebelumnya pada daerah abdomen
atau operasi hernia yang pernah dialami klien sebelumnya.

2. Pola Fungsi

Pola Persepsi Kesehatan

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan


dan pemeliharaan kesehatan, khususnya pengetahuan mengenai
penyakit parkinson yang dialami klien.
b. Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya.
c. Kaji upaya untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit.
d. Kaji yang dilakukan klien bila mengalami gangguan kesehatan.
3. Pola Nutrisi Metabolik
a. Tanyakan makanan dan minuman sehari-hari dalam 24 jam.
b. Kaji makanan kesukaan atau yang tidak disukai klien serta alergi
makanan.
c. Kaji adanya gangguan menelan, mual, dan muntah, karena klien
dengan hernia biasanya akan mengalami mual dan muntah
berhubungan dengan proses patofisiologi parkinson. Kaji juga nafsu
makan klien akibat keadaan mual dan muntah tersebut.
4. Pola Eliminasi

Tanyakan kebiasaan buang air besar, teratur atau tidak, frekuensinya


dalam sehari, warna dan konsistensinya, adakah sulit saat membuang air
besar dan bagaimana klien mengatasinya.

5. Pola Aktivitas Latihan


a. Kaji tingkat aktivitas klien setiap hari, riwayat pekerjaan yang
perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu
lama.
b. Klien dengan parkinaon, biasanya mengalami penurunan rentang
gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
6. Pola Istirahat dan Tidur
a. Tanyakan kebiasaan dan jumlah tidur pada siang hari.
b. Tanyakan kebiasaan sebelum tidur.
c. Tanyakan jumlah tidur semalam, apakah tetap cukup seperti
biasanya atau terganggu.
7. Pola Kognitif Perseptual

Kaji adakah kekhawatiran karena pusing, kesemutan, gangguan


penglihatan, penglihatan ganda, gangguan koordinasi, pikiran sukar
berkonsentrasi.

8. Pola Persepsi Diri


a. Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya terhadap gangguan yang
dialaminya saat ini.
b. Bagaimana masalah ini dapat membuat pandangan klien terhadap diri
sendiri.
c. Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya tentang operasi yang
dialaminya.
9. Pola Peran-Hubungan

Tanyakan apakah penyakit ini mempengaruhi klien dengan keluarga,


teman dan orang-orang sekitar klien.

Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,


pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-
B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan
dihubungkan dengan keluhan klien. Klien dengan penyakit Parkinson umumnya
tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital,
yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.

a. B1 (Breathing)

Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi,


inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan
saluran nafas.

Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk


batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot
bantu napas.

Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor,


ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.
b. B2 (Blood)

Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.

c. B3 (Brain)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap


dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.Pada inspeksi umum ditemukan
perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku
pada seluruh gerakan.

1) Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada
penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien.

2) Pemeriksaan fungsi serebri

Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan


penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik
jangka pendek dan memori jangka panjang.

3) Pemeriksaan saraf kranial

a. Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan
dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.

b. Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat
usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan
ketajaman penglihatan.

c. Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan
konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan
kontraksi otot- otot bola mata.
d. Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan
pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah
klien mengalami penurunan , saat bicara wajah seperti topeng (sering
mengedipkan mata).

e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.

f. Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional.

g. Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.

h. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

i. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.

4) Sistem Motorik

a. Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami
rigiditas deserebrasi.

b. Tonus otot ditemukan meningkat.

c. Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya


kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

5) Pemeriksaan Refleks

Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,


klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan
(salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
6) Sistem Sensorik

Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami


penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang
ada merupakan hasil dari neuropati.

d. B4 (Bladder)

Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi


kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia
urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan
untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

e. B5 (Bowel)

Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi


kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor
menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.

f. B6 ( Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot,


tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-
hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan
memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan


kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi
dan penurunan aktivitas.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan
disfungsi karena perkembangan penyakit.
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur
perawatan rumah yang tidak adekuat.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Hambatan mobilitas fisik yang klien mampu 1.Kaji mobilitas
berhubungan dengan kekakuan dan melaksanakan yang ada dan
kelemahan otot. aktivitas fisik observasi
sesuai kemampuannya. peningkatan
Dengan Kriteria Hasil: kerusakan. Kaji
1.Klien dapat ikut secara teratur fungsi
serta dalam program motorik.
latihan, tidak terjadi 2. Lakukan program
kontraktur sendi. latihan yang
2.Bertambahnya meningkatkan
kekuatan otot. kekuatan otot.
3.Klien menunjukkan 3. Lakukan latihan
tindakan untuk postural.
meningkatkan Ajarkan teknik
mobilitas. berjalan khusus :
Ajarkan untuk
berkosentrasi pada
berjalan tegak,
memandang lurus
kedepan, dan
menggunakan cara
berjalan dengan
dasar lebar (misalnya
berjalan dengan kaki
terpisah).
Klien dianjurkan
untuk latihan
berjalan dengan
diiringi musik
marching band atau
lagu, karena hal ini
memberikan
rangsangan sensorik.
Latihan bernapas
sambil berjalan
membantu untuk
menggerakan rangka
tulang rusuk dan
transpor oksigen
untuk mengisi
bagian paru-paru
yang kadar
oksigennya rendah.
4. Melakukan
periode istirahat
yang sering untuk
membantu
pencegahan frustasi
dan kelelahan.
5. Bantu klien
melakukan latihan
ROM, perawatan
diri, sesuai toleransi.
6. Kolaborasi dengan
ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien.
2. Defisit perawatan diri yang perawatan diri klien 1. Kaji kemampuan
berhubungan dengan kelemahan terpenuhi dengan dan tingkat
neuromuskular, menurunnya kriteria Hasil: 1.Klien penurunan dalam
kekuatan, kehilangan kontrol dapat menunjukkan skala 0-4 untuk
otot/koordinasi. perubahan gaya hidup melakukan ADL.
untuk memenuhi 2. Hindari apa yang
kebutuhan merawat tidak dapat
diri dilakukan klien dan
2.klien mampu bantu bila perlu.
melakukan aktivitas 3. Ajarkan dan
perawatan diri sesuai dukung klien selama
dengan tingkat aktivitas.
kemampuannya 4. Rencanakan
tindakan untuk
mengatasi
keterbatasan
penglihatan seperti
tempatkan makanan
dan peralatan dalam
suatu tempat,
dekatkan tempat
tidur kedinding.
5. Modifikasi
lingkungan.
6. Gunakan pagar
disekeliling tempat
tidur.
7. Kaji kemampuan
komunikasi untuk
buang air kecil,
kemampuan
menggunakan urinal,
pispot. Antarkan
kekamar mandi bila
kondisi
memungkinkan.
8. Pemberian
supositoria dan
pelumas
feses/pencahar.
9. Konsultasi
kedokter terapi
okupasi.
3. Gangguan eliminasi(konstipasi) yang kebutuhan eliminasi 1. Monitor adanya
berhubungan dengan medikasi dan terpenuhi. Dengan konstipasi.
penurunan aktivitas. kriteria Hasil: 2. Berikan
1.klien dapat defekasi penjelasan pada
secara spontan dan klien dan keluarga
lancar tanpa penyebab konstipasi.
menggunakan obat. 2. 3. Modifikasi
konsistensi feses defekasi yang
lembek, tidak teraba teratur. Anjurkan
massa pada kolon, pada klien untuk
bising usus normal(15- makan makanan
30x/mnt). yang mengandung
serat.
4. Bila klien mampu
minum, berikan
asupan cairan yang
cukup (2liter/hari)
jika tidak ada
kontraindikasi.
5. Kolaborasi dengan
tim dokter dalam
pemberian pelunak
feses (laksatif,
supositoria, enema).
4. Perubahan nutrisi: kurang kebutuhan nutrisi klien 1. Evaluasi
darikebutuhan tubuhyang terpenuhi. kemampuan makan
berhubungan dengan tremor, Dengan kriteria Hasil: klien.
pelambatan dalam proses makan, 1. pasien mengerti 2. Observasi/timbang
kesulitan menguyah dan menelan. tentang pentingnya berat badan jika
nutrisi bagi tubuh, 2. memungkinkan.
Pasien 3. Berikan makanan
memperlihatkan kecil dan lunak dan
kenaikan berat badan monitor pemakaian
sesuai dengan hasil alat bantu.
pemeriksaan 4. Kaji fungsi sistem
laboratorium. gastrointestinal
meliputi suara bising
usus, catat terjadinya
perubahan didalam
lambung seperti
mual, muntah.
Observasi perubahan
pergerakan usus
misalnya diare,
konstipasi.
5. Anjurkan
pemberian cairan
2500 cc/hari selama
tidak terjadi
gangguan jantung.
6. Lakukan
pemeriksaan
laboratorium yang
diindikasikan, seperti
serum, transferin,
BUN/ kreatinin, dan
glukosa.
5. Hambatan komunikasi verbal yang klien mampu membuat 1. Kaji kemampuan
berhubungan dengan penurunan teknik/metode klien untuk
volume bicara, pelambatan komunikasi yang berkomunikasi.
bicara,ketidakmampuanmenggerakan dapat dimengerti 2. Menentukan cara-
otot-otot wajah. sesuai kebutuhan dan cara komunikasi
meningkatkan seperti
kemampuan mempertahankan
berkomunikasi. kontak mata,
Dengan kriteria hasil: memberikan
klien dapat pertanyaan dengan
berkomunikasi dengan jawaban ya atau
sumber yang ada. tidak, menggunakan
kertas dan
pensil/bolpoin,
gambar, atau papan
tulis, bahasa isyarat,
perjelas arti dari
komunikasi yang
disampaikan.
3. Pertimbangkan
bentuk komunikasi
bila terpasang kateter
intravena.
4. Letakkan bel
pemanggil dalam
jangkauan klien dan
berikan penjelasan
cara
menggunakannya.
Jawab panggilan
tersebut dengan
segera. Penuhi
kebutuhan klien.
Katakan kepada
klien bahwa perawat
siap membantu jika
dibutuhkan.
5. Buatlah rekaman
pembicaraan klien.
6. Anjurkan
keluarga/orang lain
yang dekat dengan
klien untuk berbicara
dengan klien,
memberikan
informasi tentang
keluarganya, dan
keadaan yang sedang
terjadi.
7. Kolaborasi dengan
ahli wicara bahasa.
6. Koping individu tidak efektif yang koping individu 1. Kaji perubahan
berhubungan dengan depresi dan menjadi efektif. gangguan persepsi
disfungsi karena perkembangan Dengan kriteria Hasil: dan hubungan
penyakit. 1. mampu dengan derajat
menyatakan atau ketidakmampuan,
mengomunikasikan dukung kemampuan
dengan orang terdekat koping klien.
tentang situasi dan 2. Catat ketika klien
perubahan yang menyatakan sekarat
sedang terjadi, atau mengingkari
2. mampu menyatakan dan menyatakan
penerimaan diri inilah kematian.
terhadap situasi, 3. Pernyataan
mengakui, dan pengakuan terhadap
menggabungkan penolakan tubuh,
perubahan kedalam mengingatkan
konsep diri dengan kembali fakta
cara yang akurat tanpa kejadian tentang
harga diri yang realitas bahwa masih
negatif. dapat menggunakan
sisi yang sakit dan
belajar mengontrol
sisi yang sehat.
4. Bantu dan ajarkan
perawatan yang baik
dengan memperbaiki
kebiasaan.
5. Buat rencana
program aktivitas
harian pada
keseluruhan hari.
6. Anjurkan orang
terdekat untuk
mengizinkan klien
melakukan sebanyak
mungkin hal untuk
dirinya.
7. Monitor gangguan
tidur, peningkatan
kesulitan
konsentrasi, letargi
dan penolakan.
8. Kolaborasi: rujuk
pada ahli
neuropsikologi dan
konseling bila ada
indikasi.
7. Defisit pengetahuan yang Dengan kriteria Hasil : 9. Kaji pengetahuan
berhubungan dengan sumber klien mampu klien dan keluarga
informasi prosedur perawatan rumah mengulang informasi tentang perawatan
yang tidak adekuat. tentang prosedur kesehatan dirumah
perawatan rumah. serta jelaskan
pentingnya
perawatan kesehatan
dirumah pada klien
dan keluarga.
10. Beri dukungan
pada keluarga dalam
merawat klien
Parkinson.
11. Fasilitasi anggota
keluarga untuk
mengekspresikan
perasaannya
terhadap frustasi,
marah, dan perasaan
bersalah, karena hal
ini sering membantu
mereka.
12. Berikan mereka
informasi tentang
pengobatan dan
perawatan yang
mencegah masalah
yang tidak perlu ada.

Implementasi

Adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang


sudah disusun secara matang dan terperinci, biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap selesai.

Evaluasi

Evaluasi adalah Tindakan intelektual untuk mekengkapai proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitir kealpaan yang terjadi
dalam tahap pengkajian , analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
(Nursalam, 2001)
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E, Marylin. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 : Jakarta :


EGC
Doenges. E. Marylin. 1992.Nursing Care Plan. EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Vol.3, Edisi 8, EGC : Jakarta.
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 3
tahun 2015

Lukitomemo.blogspot.co.id/2014/11/asuhan-keperawatan-pasien-parkinson.html

Anda mungkin juga menyukai