Anda di halaman 1dari 12

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi Severe Headache

Nyeri kepala (headache atau chepalgia) merupakan keluhan yang sangat


umum pada pasien. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik
paling utama pada manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan
penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain),
respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang)
atau kombinasi respon tersebut. Karena nyeri kepala sering menyertai pada
penyakit-penyakit lainnya, terkadang pasien mengobati sendiri nyeri kepalanya,
padahal banyak nyeri kepala yang disebabkan karena penyakit serius seperti
infeksi dan tumor intracranial, meningitis, infeksi akut, cedera kepala, hipoksia
serebral, atau penyakit kronis dan akut pada mata, hidung, dan tenggorokan. Nyeri
kepala terjadi ketika area sensitif pada kepala distimulus kemudian diproyeksikan
ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi syaraf yang bersangkutan. Area-
area tersebut diantaranya kulit kepala, periosteum, syaraf kranial V, IX, X, daerah
meningen (Tarwono, 2017).
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman
yang mnyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan
belakang kepala. dan daerah wajah. IHS tahun 1988 menyatakan bahwa nyeri
pada wajah termasuk juga dalam sakit kepala. Dalam buku-buku teks dan jurnal
banyak memakai klasifikasi 1962, dan klasifikasi terbaru adalah INS 1988 yang
akan dipakai dalam ICD-WHO ke-X ada beberapa terminologi yang harus
dibedakan seperti : Pusing = vertigo, ringan kepala= like headedness, pening =
dizziness, rasa ingin pingsan = faintness, kepala berdenyut tujuh keliling dan
sebagainya. Definisi menurut IASP (International assosiation for the study of
pain), nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan
jaringan (Tarwono, 2017).
2. Anatomi Nyeri Kepala

Menurut Blanda (2008) anatomi fisiologi severe headache (nyeri kepala)


adalah sebagai berikut.

Walaupun merupakan keseluruhan fungsi, otak disusun menjadi beberapa


daerah yang berbeda. Bagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke
dalam berbagai cara berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan
perkembangan evolusi. Otak terdiri dari (1) batang otak terdiri atas otak tengah,
pons, dan medulla, (2) serebelum, (3) otak depan (forebrain) yang terdiri atas
diensefalon dan serebrum. Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus.
Serebrum terdiri dari nukleus basal dan korteks serebrum. Masing-masing bagian
otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi sebagai berikut: (1) asal
dari sebagian besar saraf kranialis perifer, (2) pusat pengaturan kardiovaskuler,
respirasi dan pencernaan, (3) pengaturan refleks otot yang terlibat dalam
keseimbangan dan postur, (4) penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps
dari korda spinalis, keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum, (5) pusat
tidur. Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus
otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih.
Hipotalamus berfungsi sebagai berikut: (1) mengatur banyak fungsi
homeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan
makanan, (2) penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, (3) sangat
terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar. Talamus berfungsi sebagai stasiun
pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap sensasi,
beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik. Nukleus basal
berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap,
penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna. Korteks serebrum berfungsi
untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses
mental canggih misalnya berpikir, mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan
kesadaran diri. Korteks serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus
frontalis, lobus, parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing-masing
lobus ini memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan
nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. Semua
aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari
C1 - 3 beramifikasi pada grey matter area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri
dari tiga bagian yaitu pars oralis yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil
diskriminatif dari regio orofasial, pars interpolaris yang berhubungan dengan
transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi, pars kaudalis yang
berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu. Terdapat overlapping dari
proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2 selain beramifikasi ke
C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga akan beramifikasi
ke C1 dan C2. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada
kepala dan leher bagian atas. Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio
fronto orbital dari kepala dan yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh
nervus maksiliaris dan mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut
tidak atau hanya sedikit yang meluas ke arah kaudal. Lain halnya dengan saraf
oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal.
3. Penyebab Nyeri Kepala

Patofisiologi sakit kepala tension-type kurang dipahami, sakit kepala


tension-type episodik mungkin terutama akibat gangguan mekanisme perifer,
sementara sakit kepala tension-type kronis mencerminkan gangguan sakit di pusat.
Konsep bahwa sakit kepala tension-type adalah psikogenik juga telah
dipertanyakan. Pasien dengan sakit kepala tension-type kronis, seperti halnya
pasien dengan gangguan sakit kronis lainnya, memiliki sekitar 25% kemungkinan
berkembangnya depresi sekunder. Setengah dari pasien mengalami depresi
bersamaan dengan rasa sakit, sedangkan pada semester lain, depresi berkembang
lebih tersembunyi. Sakit kepala tension-type mungkin muncul pada hampir semua
gangguan kejiwaan. Namun tidak seharusnya  diduga, bahwa sebagian besar sakit
kepala tension-type berhubungan dengan gangguan psikologis atau kejiwaan.Sakit
kepala tension-type kronis, seperti gangguan nyeri kronis lainnya, dikaitkan
dengan hipofungsi sistem opioid pusat. Penelitian sedang berlangsung untuk
menentukan kontribusi relatif sensitisasi nociceptor perifer, sensitisasi neuronal
sentral (nukleus kaudal trigeminal), dan cacatsistem pusat antinosiseptif pada
patogenesisnya.

4. Patofisiologi

Meskipun nyeri kepala tegang otot ini sangat umum ditemukan,


patofisiologinya masih tetap tidak jelas. Penelitian menunjukkan bahwa
mekanisme nyeri kepala ini tergantung terhadap otot yang terlibat yakni otot
wajah,leher dan bahu. Patomekanisme nyeri kepala tegang otot ini masih menjadi
bahan penilitian tetapi telah ada beberapa teori-teori yang diduga menyebabkan
nyeri kepala jenis ini. Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab
nyeri kepala ini adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang
biasanya terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m.
sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator
scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala  ini mungkin
mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar daripada orang
lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit kepala setelah adanya
kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi tubuh yang dipertahankan
lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot ataupun posisi tidur yang
salah. Ada juga yang mengatakan bahwa pasien dengan sakit kepala kronis bisa
sangat sensitif terhadap nyeri secara umum atau terjadi peningkatan nyeri
terhadap kontraksi otot (Price, 2012).

5. Manifestasi Klinis
a. Migren

Tanda dan gejala migren bervariasi di antara penderita. Terdapat 4 fase yang
umum terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus selalu dialami
oleh penderita. Fase-fase tersebut antara lain:
1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, iritabel, depresi atau euforia, perasaan lemah, letih, lesu,
tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (coklat) dan gejala
lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala.
Fase in memberi pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi
serangan  migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului
atau menyertai serangan migren. Fase ini mucul bertahap selama 5-20 menit,
dan bertahan kurang dari 60 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual,
sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% kasus dan merupakan gejala neurologis yang
paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma:
tampak bintik-bintik kecil yang banyak, gangguan visual homonim, gangguan
salah satu sisi lapangan pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang
bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adnya skotoma
( fenomena negatif) yang bisa timbul pada salah satu mata atau kedua mata.
Kedua fenomena ini bisa timbul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada
migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudian diikuti dengan
periode laten sebelum timbul nyeri kepala. Walaupun ada juga yang melaporkan
tanpa periode laten.
1. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan
awalnya berlokasi di daerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-
2 jam menyebar secara difus ke arah posterior. Serangan berlangsung selama
4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung pada 1-
48 jam. Intensitas nyeri nerkisar dari sedang sampai berat dan dapat
mengganggu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, iritabel, konsentrasi
terganggu, dan perubahan mood. Akan tetapi, beberapa orang merasa ‘segar’
atau euforia setelah serangan, sedangkan yang lainnya merasa depresi dan
lemas.

b. Tension type headache (Nyeri kepala tegang)


Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-typeheadache adalah:
1. Tidak ada gejala prodnormal atupun aura.
2. Nyeri dapat ringan hingga sedang maupun berat.
3. Tumpul, seperti ditekan atau diikat. Tidak berdenyut.
4. Menyeluruh atau difus (tidak hanya pada satu titik atau satu sisi), nyeri lebih
hebat di daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher.
5. Terjadi secara spontan.
6. Memburuk atau dicetuskan oleh stres dan kelelahan.
7. Adanya insomnia.
8. Iritabilitas.
9. Gangguan konsentrasi.
10.  Kadang-kadang disertai vertigo.
11. Beberapa orang mengeluh rasa tidak nyaman didaerah leher, rahang, dan
temporomandibular.

6. Komplikasi
Rebound headache
Nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat analgesia (aspirin,
asetaminofen, dll) secara berlebihan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan tekanan darah
 Pemeriksaan neurologik
 Pemeriksaan nyeri tekan kepala
 Gerakan kepala ke segala arah
 Palpasi arteri temporalis
 Spasme otot pericranial

b. Pemeriksaan Penunjang
 Foto rontgen kepala
 EEG
 CT Scan
 MRI
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan psikologi (jarang dilakukan)

8. Penatalaksanaan
Menurut Haryani (2018), penatalaksanaan nyeri kepala adalah sebagai
berikut.
a. Non farmakologi
 istirahat total
 fisioterapi
 psikoterapi

b. Farmakologi
 aspirin atau asetaminofen
 paracetamol dan asam mefanamat
9. Phatway
Trauma

Tumpul Tajam

Ekstra kranial Intra kranial Non trauma

Terputusnya kontinuitas Jaringan otak Beban pikiran


jaringan kulit, otot rusak

Perubahan Stress psikologis


Perdarahan Gangguan outoregulasi
hematoma suplai darah
Meningkatnya
Kejang hormon kortisol
Perubahan Penekanan
sirkulasi CSS jaringan otak Ketidakadekuatan
suplai darah O2 ke Vasokonstriksi
otak pembuluh darah
Peningkatan Hipoksia otak
TIK
Ketidakseimbangan
Nekrosis perfusi jaringan otak Gangguan pola
jaringan otak tidur
Mual-muntah,
Mesensefalon papilodema,
pandangan kabur
Gangguan
fungsi otak Ketidakseimba
ngan nutrisi
Gangguan kurang dari
kesadaran kebutuhan Resiko jatuh

Kerusakan saraf
motorik

Nyeri kepala Disfungsi batang


(CHEPALGIA) otak

Sumber dari: Andarmoyo (2013)


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Fokus Pengkajian meliputi:
1) Aktivitas/Istirahat: Lelah, letih, malaise, ketegangan mata, kesulitan
membaca, insomnia.
2) Sirkulasi: Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal pucat, wajah
tampak kemerahan.
3) Integritas ego: Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala.
4) Makanan/Cairan: Mual/muntah , anoreksia selama nyeri.
5) Neuro sensori: Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
6) Kenyamanan: Respon emosional/perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah
7) Interaksi social: Perubahan dalam tanggung jawab peran.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut dibuktikan dengan stess agen cedera (fisiologis, zatkimia, fisik
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, hospitalisasi.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.
d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah.
3. Intervensi dan Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang digunakan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan
dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
4. Evaluasi
Merupakan langka terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang di capai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
Evaluasi menentukan respon klien terhadap tindakan keperawatan dan seberapa
jauh tujuan perawatan telah dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2013. Konsep Dan Perawatan Nyeri Kepala. Yogyakarta: Ruzz


Media.

Blanda, Michelle. 2008. Headache, tension. Available from


http://www.emedicine.com.

Haryani, S. 2018. Penatalaksanaan Nyeri Kepala Pada Layanan Primer. Callosum


Neurologi. 1(3). 80-88. https://doi.org/10.29342/cnj.v1i3.16

Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid kedua. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Mardjono, Mahar, Prof, dr. 2014. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.

Millea, Paul J, MD. 2017. Tension type Headache. Available from :


http://www.aafp.com.

Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi


4. Jakarta : EGC.

Tarwono. 2017. Keperawatan Medical Bedah Gangguan Sistem Persyarafan.


Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai