LAPORAN PENDAHULUAN
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
a. Migren
Tanda dan gejala migren bervariasi di antara penderita. Terdapat 4 fase yang
umum terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus selalu dialami
oleh penderita. Fase-fase tersebut antara lain:
1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, iritabel, depresi atau euforia, perasaan lemah, letih, lesu,
tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (coklat) dan gejala
lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala.
Fase in memberi pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi
serangan migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului
atau menyertai serangan migren. Fase ini mucul bertahap selama 5-20 menit,
dan bertahan kurang dari 60 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual,
sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% kasus dan merupakan gejala neurologis yang
paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma:
tampak bintik-bintik kecil yang banyak, gangguan visual homonim, gangguan
salah satu sisi lapangan pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang
bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adnya skotoma
( fenomena negatif) yang bisa timbul pada salah satu mata atau kedua mata.
Kedua fenomena ini bisa timbul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada
migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudian diikuti dengan
periode laten sebelum timbul nyeri kepala. Walaupun ada juga yang melaporkan
tanpa periode laten.
1. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan
awalnya berlokasi di daerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-
2 jam menyebar secara difus ke arah posterior. Serangan berlangsung selama
4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung pada 1-
48 jam. Intensitas nyeri nerkisar dari sedang sampai berat dan dapat
mengganggu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, iritabel, konsentrasi
terganggu, dan perubahan mood. Akan tetapi, beberapa orang merasa ‘segar’
atau euforia setelah serangan, sedangkan yang lainnya merasa depresi dan
lemas.
6. Komplikasi
Rebound headache
Nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat analgesia (aspirin,
asetaminofen, dll) secara berlebihan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan neurologik
Pemeriksaan nyeri tekan kepala
Gerakan kepala ke segala arah
Palpasi arteri temporalis
Spasme otot pericranial
b. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen kepala
EEG
CT Scan
MRI
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan psikologi (jarang dilakukan)
8. Penatalaksanaan
Menurut Haryani (2018), penatalaksanaan nyeri kepala adalah sebagai
berikut.
a. Non farmakologi
istirahat total
fisioterapi
psikoterapi
b. Farmakologi
aspirin atau asetaminofen
paracetamol dan asam mefanamat
9. Phatway
Trauma
Tumpul Tajam
Kerusakan saraf
motorik
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid kedua. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Mardjono, Mahar, Prof, dr. 2014. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.