Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI KEPALA TENSION TYPE HEADACHE

1. DEFINISI

Nyeri kepala (headache atau chepalgia) merupakan keluhan yang sangat umum pada
pasien. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama pada
manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi
(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut.
Karena nyeri kepala sering menyertai pada penyakit-penyakit lainnya, terkadang pasien
mengobati sendiri nyeri kepalanya, padahal banyak nyeri kepala yang disebabkan karena
penyakit serius seperti infeksi dan tumor intracranial, meningitis, infeksi akut, cedera
kepala, hipoksia serebral, atau penyakit kronis dan akut pada mata, hidung, dan
tenggorokan. Nyeri kepala terjadi ketika area sensitif pada kepala distimulus kemudian
diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi syaraf yang bersangkutan.
Area-area tersebut diantaranya kulit kepala, periosteum, syaraf kranial V, IX, X, daerah
meningen(Tarwono,2007)

Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman yang
mnyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan belakang kepala.
dan daerah wajah. IHS tahun 1988 menyatakan bahwa nyeri pada wajah termasuk juga
dalam sakit kepala. Dalam buku-buku teks dan jurnal banyak memakai klasifikasi 1962,
dan klasifikasi terbaru adalah INS 1988 yang akan dipakai dalam ICD-WHO ke-X ada
beberapa terminologi yang harus dibedakan seperti : Pusing = vertigo, ringan kepala=
like headedness, pening = dizziness, rasa ingin pingsan = faintness, kepala berdenyut
tujuh keliling dan sebagainya. Definisi menurut IASP (International assosiation for the
study of pain), nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan
kerusakan jaringan.
2. ANATOMI

Walaupun merupakan keseluruhan fungsi, otak disusun menjadi beberapa daerah yang
berbeda. Bagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam berbagai cara
berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan perkembangan evolusi. Otak
terdiri dari (1) batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla, (2) serebelum, (3) otak
depan (forebrain) yang terdiri atas diensefalon dan serebrum. Diensefalon terdiri dari
hipotalamus dan talamus. Serebrum terdiri dari nukleus basal dan korteks serebrum.

Masing-masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi sebagai
berikut: (1) asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, (2) pusat pengaturan
kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan, (3) pengaturan refleks otot yang terlibat dalam
keseimbangan dan postur, (4) penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps dari korda
spinalis, keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum, (5) pusat tidur. Serebellum
berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan
perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih.
Hipotalamus berfungsi sebagai berikut: (1) mengatur banyak fungsi homeostatik, misalnya
kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan makanan, (2) penghubung penting
antara sistem saraf dan endokrin, (3) sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar.
Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar
terhadap sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik.

Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan
menetap, penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna. Korteks serebrum berfungsi
untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental
canggih misalnya berpikir, mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri.

Korteks serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus, parietalis, lobus
temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing-masing lobus ini memiliki fungsi yang berbeda-
beda.

Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang
penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. Semua aferen nosiseptif dari saraf
trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari C1 - 3 beramifikasi pada grey matter
area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars oralis yang
berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio orofasial, pars
interpolaris yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi,
pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu.

Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2 selain
beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga akan
beramifikasi ke C1 dan C2. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada
kepala dan leher bagian atas.

Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital dari kepala dan yang
jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris dan mandibularis. Ini
disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yang meluas ke arah kaudal.
Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal.

3. PENYEBAB

Patofisiologi sakit kepala tension-type kurang dipahami, sakit kepala tension-type


episodik mungkin terutama akibat gangguan mekanisme perifer, sementara sakit kepala
tension-type kronis mencerminkan gangguan sakit di pusat. (4)

Nama sebelumnya untuk sakit kepala tension-type mencerminkan penyebab dugaannya,


termasuk sakit kepala kontraksi otot, sakit kepala psikogenik, sakit kepala stres, dan sakit
kepala harian kronis. Istilah “sakit kepala kontraksi otot” telah ditinggalkan karena bukti
elektromiografi
gagal menunjukkan perubahan yang konsisten pada tonus otot pasien yang terkena.
Selanjutnya, diusulkan mekanisme patofisiologis sakit kepala yang belum pernah
terbukti. (4)

Konsep bahwa sakit kepala tension-type adalah psikogenik juga telah dipertanyakan.
Pasien dengan sakit kepala tension-type kronis, seperti halnya pasien dengan gangguan
sakit kronis lainnya, memiliki sekitar 25% kemungkinan berkembangnya depresi
sekunder. Setengah dari pasien mengalami depresi bersamaan dengan rasa sakit,
sedangkan pada semester lain, depresi berkembang lebih tersembunyi. Sakit kepala
tension-type mungkin muncul pada hampir semua gangguan kejiwaan. Namun tidak
seharusnya  diduga, bahwa sebagian besar sakit kepala tension-type berhubungan dengan
gangguan psikologis atau kejiwaan. (4)

Sakit kepala tension-type kronis, seperti gangguan nyeri kronis lainnya, dikaitkan dengan
hipofungsi sistem opioid pusat. Penelitian sedang berlangsung untuk menentukan
kontribusi relatif sensitisasi nociceptor perifer, sensitisasi neuronal sentral (nukleus
kaudal trigeminal), dan cacatsistem pusat antinosiseptif pada patogenesisnya. (4)
4. PATOFISIOLOGI

Meskipun nyeri kepala tegang otot ini sangat umum ditemukan, patofisiologinya masih
tetap tidak jelas. Penelitian menunjukkan bahwa mekanisme nyeri kepala ini tergantung
terhadap otot yang terlibat yakni otot wajah,leher dan bahu. Patomekanisme nyeri kepala
tegang otot ini masih menjadi bahan penilitian tetapi telah ada beberapa teori-teori yang
diduga menyebabkan nyeri kepala jenis ini.1,9

Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini adalah kontraksi
otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat antara lain m. splenius
capitis, m. temporalis, m. masseter, m. sternocleidomastoideus, m. trapezius, m.
cervicalis posterior, dan m. levator scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita
nyeri kepala  ini mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar
daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit kepala
setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi tubuh yang
dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada otot ataupun posisi tidur
yang salah. Ada juga yang mengatakan bahwa pasien dengan sakit kepala kronis bisa
sangat sensitif terhadap nyeri secara umum atau terjadi peningkatan nyeri terhadap
kontraksi otot.
5. MANIFESTASI KLINIS

A. Migren

Tanda dan gejala migren bervariasi di antara penderita. Terdapat 4 fase yang umum terjadi
pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus selalu dialami oleh penderita.
(Wikipedia)

 Fase-fase tersebut antara lain:

1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, iritabel, depresi atau euforia, perasaan lemah, letih, lesu, tidur
berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (coklat) dan gejala lainnya. Gejala
ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase in memberi
pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan  migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau
menyertai serangan migren. Fase ini mucul bertahap selama 5-20 menit, dan bertahan
kurang dari 60 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau
kombinasi dari aura-aura tersebut.

Aura visual muncul pada 64% kasus dan merupakan gejala neurologis yang paling umum
terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma: tampak bintik-bintik kecil yang
banyak, gangguan visual homonim, gangguan salah satu sisi lapangan pandang, persepsi
adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual
lainnya adalah adnya skotoma ( fenomena negatif) yang bisa timbul pada salah satu mata
atau kedua mata. Kedua fenomena ini bisa timbul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura
pada migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode
laten sebelum timbul nyeri kepala. Walaupun ada juga yang melaporkan tanpa periode laten.

1. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan awalnya
berlokasi di daerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar
secara difus ke arah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang
dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung pada 1-48 jam. Intensitas nyeri
nerkisar dari sedang sampai berat dan dapat mengganggu pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
2. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, iritabel, konsentrasi terganggu, dan
perubahan mood. Akan tetapi, beberapa orang merasa ‘segar’ atau euforia setelah
serangan, sedangkan yang lainnya merasa depresi dan lemas.

B. Tension type headache (Nyeri kepala tegang)

            Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-typeheadache adalah:

1. Tidak ada gejala prodnormal atupun aura.


2. Nyeri dapat ringan hingga sedang maupun berat.
3. Tumpul, seperti ditekan atau diikat. Tidak berdenyut.
4. Menyeluruh atau difus (tidak hanya pada satu titik atau satu sisi), nyeri lebih hebat di
daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher.
5. Terjadi secara spontan.
6. Memburuk atau dicetuskan oleh stres dan kelelahan.
7. Adanya insomnia.
8. Iritabilitas.
9. Gangguan konsentrasi.
10.  Kadang-kadang disertai vertigo.
11. Beberapa orang mengeluh rasa tidak nyaman didaerah leher, rahang, dan
temporomandibular.
1. Cluster

Tanda dan gejala kususnya adalah :

1. Sakit yang mengerikan, biasanya terdapat pada atau sekitar mata, tapi dapat
merambat pada area lain di wajah, kepala, leher dan pundak.
2. Sakit pada satu sisi
3. Kegelisahan
4. Keluar air mata secara berlebihan
5. Mata merah sebagai efek samping
6. Lendir atau basah pada lubang hidung sebagai efek samping pada wajah
7. Berkeringat, kulit pucat pada wajah
8. Bengkak di sekitar mata sebagai efek samping pada wajah
9. Ukuran pupil yang mengecil
10. Kelopak mata yang layu

6. KOMPLIKASI

Rebound headache

Nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat analgesia (aspirin, asetaminofen,
dll) secara berlebihan.

7. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan tekanan darah


- Pemeriksaan neurologik
- Pemeriksaan nyeri tekan kepala
- Gerakan kepala ke segala arah
- Palpasi arteri temporalis
- Spasme otot pericranial

b. Pemeriksaan Penunjang

- Foto rontgen kepala


- EEG
- CT Scan
- MRI
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan psikologi (jarang dilakukan)

8. Penatalaksanaan

Non farmakologi

- istirahat total
- fisioterapi
- psikoterapi

Farmakologi

- aspirin atau asetaminofen


- paracetamol dan asam mefanamat

9. Prognosis

- TTH menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak membahayakan.

- Nyeri dapat sembuh dengan perawatan, istirahat, dan dengan menyelesaikan masalah
pasien (apabila disebabkan faktor psiskis).

- Dapat sembuh dengan terapi obat analgesia dan mudah diobati sendiri.

- Prognosis penyakit baik, dengan penatalaksanaan yang baik, maka > 90% pasien dapat
disembuhkan.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Pasien A datang dengan keluhan utama nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan sudah 2 bulan
kambuh- kambuhan. Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah
kiri, dahi hingga belakang kepala, timbul tidak tiap hari dirasakan paling berat dan mengganggu
saat datang ke rumah sakit. Nyeri kepala bertambah saat beraktivitas sehingga aktivitas sehari-
hari terganggu. Keluhan berkurang saat pasien memejamkan mata. Nyeri kepala setiap kali
kambuh dirasakan tidak makin memberat. Timbul terutama saat siang hari dan kelelahan. Nyeri
berlangsung kurang lebih 30 menit disertai mata nrocoh. Mata tidak merah, penglihatan tidak
kabur dan berkunang- kunang, tidak  mual muntah. Pasien memiliki beberapa gigi berlubang.

Pengkajian:

Tanggal Pengkajian     : 12 april 2010

Tanggal Masuk RS      : 10 April 2010

No. Register                : 6290901

IDENTITAS :

Nama                                     : Ny. A

Umur                                     : 23 tahun

Suku/Bangsa                          : Jawa / Indonesia

Agama                                   : Islam

Pendidikan                            : Ibu rumah tangga

Alamat                                   : Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya

Penanggung jawab biaya       : Bpk. D

Alamat                                   : Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya

Diagnosis Medis                    : Nyeri kepala migren

KELUHAN UTAMA:

Nyeri kepala
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

      Ny. A merasa nyeri kepala sudah sejak dua bulan yang lalu, timbul tidak tiap hari, sifatnya
kambuh-kambuhan. Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah
kiri, dahi hingga belakang kepala. Nyeri kepala bertambah saat beraktivitas sehingga aktivitas
sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang saat Ny. A memejamkan mata. Nyeri kepala setiap
kali kambuh dirasakan tidak makin memberat. Timbul terutama saat siang hari dan kelelahan.
Nyeri berlangsung kurang lebih 30 menit disertai mata nrocoh. Dirasakan paling berat dan
mengganggu saat datang ke rumah sakit. Sebelum sesaat Ny A merasakan nyeri kepala yang
berdenyut, Ny A melihat kilatan cahaya yang menjadi tanda awal sebelum Ny A migren.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:

Pasien pernah mengalami serangan seperti ini namun tidak sesering akhir-akhir ini.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Pasien mengaku bahwa pada beberapa keluarga juga mengeluh penyakit migren.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital:

Suhu: 36,60C

Nadi: 88 x/menit

RR: 22 x/menit

Tensi: 120/80 mmHg

Keadaran: Compos Mentis

B1 (breathing)     : Normal

B2 (blood)           : Normal

B3 (brain)            : Ny. A compos mentis, GCS 4-5-6, nyeri terasa berdenyut dari sekitar mata
sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala. Mata mengalami lakrimasi.
B4 (bladder)        : Normal

B5 (bowel)           : porsi makan menurun

B6 (bone)             : kelemahan otot dan malaise

DATA PENUNJANG

1. Hematologi Paket tanggal 10 april 2010

Hb : 13, 10 g/dl (12-15)

Ht : 40,3 % (35-47)

Eritrosit : 4,74 juta/mm3 (3,9-5,6)

Leukosit : 15,4 ribu/mm3 (4-11)

Trombosit : 285 ribu/mm3 (150-400)

GDS : 281mg/dl (80-110)

2. RFT tanggal 10 april 2010

Ureum : 21 mg/dl (15-39)

Creatinin : 0,9 mg/dl (0,6-1,3)

3. Elektrolit tanggal 10 april 2010

Natrium : 128 mmol/l (136-145)

Chorida : 98 mmol/l (98-107)

Kalium : 3,5 mmol/l (3,5-5,1)

Calsium : 2,42 mmol/l (2,12-2,52)

4. CT-Scan tanggal 12 april 2010

Kesan : Peningkatan TIK

5. Foto thoraks tanggal 12 april 2010


Kesan : kardiomegali (suspek LV), pulmo tak tampak kelainan.

6. EKG tanggal 12 april 2010

Irama : sinus

HR : 88 x/mnt

Kesan : normal sinus Rythem

ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Pasien mengeluh nyeri kepala Beban berat Nyeri
saat melakukan aktifitas berat dan
nyeri mereda setelah klien minum  
obat. Nyeri terasa di kepala bagian
frontalis (dahi) dan menjalar ke
oksipital (belakang)
Tegangan otot
DO :

-  Ekspresi wajah  pasien tampak


kesakitan terutama saat bergerak.   Syaraf
terganggu
-  Gelisah

S: skala 6
  Nyeri
0
Suhu: 36,6 C

Nadi: 88 x/menit

RR: 22 x/menit

Tensi: 120/80 mmHg

 
2. DS : Pasien mengungkapkan malu Banyak sresor datang Ketidakefektifan
meminta bantuan saat sakit kepala koping individu
muncul, karena di rasa masalah
biasa.
 
DO : Konsentrasi yang lemah Stres

Tidak mampu membuat


penilaian yang tepat
terhadap stresor
3. DS : Pasien mengeluh cepat lelah Nyeri Intoleransi 
saat melakukan aktivitas dan aktivitas
bertambah pusing

DO :   Anoreksia

GCS = 4,5,6

Lemah, letih, lesu   Suplai O2 ke


otak
Hb : 15

  CO2

Pernafasan anaerob

  Lemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan nyeri kepala


2. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan nyeri   dan perubahan gaya hidup
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai   O2 di seluruh tubuh

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa         : Nyeri berhubungan dengan nyeri kepala

Tujuan             : Rasa nyeri berkurang

Kriteria hasil   : Pasien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri

                                                       Ekspresi wajah pasien tidak nampak kesakitan

                                                       Skala nyeri = 0

                                                       TTV (Nadi 60-100 x/menit, RR 16-20x/menit)

No Intervensi Rasional
1 Pantau dan catat tanda-tanda awal nyeri Adanya tanda awal nyeri sering
kepala, penurunan, lokasi, lamanya, terjadi pada pasien migren sehingga
dan tanda-tanda lainnya dapat diidentifikasi upaya
pencegahan
2 Anjurkan pasien untuk mencatat Mengetahui reaksi pemberian obat
perkembangan tingkat nyeri apakah ada perubahan penurunan
tingkat nyeri
3 Anjurkan pada klien untuk mengurangi Menghindari stimulus nyeri dan
aktivitas yang berat dan menambah meningkatkan rasa nyaman.
waktu istirahat
4 Massage kepala dan leher Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan ketegangan otot
5 Kompres hangat atau dingin pada Kompres dingin dapat
daerah kepala mengakibatkan vasodilatasi,
sehingga dapat menurunkan nyeri
kepala. Kompres hangat dapat
meningkatkan sirkulasi darah dan
menurunkan tegangan otot
6 Kolaborasi pemberian obat: Mengurangi rasa nyeri skala ringan
hingga sedang dan rasa mual
aspirin dengan metoklopramid

1. Diagnosa         : Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan nyeri   dan


perubahan gaya hidup

Tujuan             :  Koping individpu menjadi efektif

Kriteria hasil    : Pasien menyatakan mengerti cara mengatasi nyeri kepala yang benar
                                                     Perubahan perilaku pasien kearah positif

                                                     Pasien mengatakan lebih nyaman

No Intervensi Rasional
1 Observasi perilaku pasien dan Pasien dengan nyeri kepala akan
perubahan yang terjadi saat nyeri terjadi perubahan prilaku, seperti
sensitive, marah, depresi
2 Pantau mekanisme koping pasien saat Menentukan efektifitas koping
terjadi serangan
3 Dorong pasien untuk mengekspresikan Menyampaikan perasaan dapat
masalah yang dihadapi sekarang seperti mengurangi masalah
rasa takut
4 Berikan support dan berikan informasi Membangkitkan kemampuan untuk
yang realistik mengurangi rasa nyeri

1. Diagnosis        : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai   O2 di


seluruh tubuh

Tujuan             : Toleransi aktifitas

Kriteria hasil    : Kelemahan berkurang

                          Toleransi terhadap aktifitas meningkat

                          Mampu beraktifitas secara mandiri

No Intervensi Rasional
1 Rancang jadwal harian pasien Mencegah aktivitas pasien yang
berlebihan
2 Tingkatkan aktifitas secara Meningkatkan tingkat toleransi
bertahap dengan periode istirahat aktivitas pasien
diantara dua aktifitas misalnya
duduk dulu sebelum berjalan
setelah tidur
3 Observasi respon individu Evaluasi kelemahan dan tingkat
terhadap aktivitas toleransi aktivitas pasien
4 Bantu aktivitas dan motivasi Motivasi dapat meningkatkan
klien untuk melakukan aktivitas keinginan sehingga pasien lebih
sesuai kemampuan percaya diri dalam
melaksanakan aktivitasnya
secara mandiri.

BAB 4

PENUTUP

1.1  Kesimpulan

Sakit Kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Beberapa orang sering
mengalami sakit kepala, sedangkan yang lainnya hampir tidak pernah merasakan sakit kepala.

Sekarang ini banyak sekali obat-obat sakit kepala yang dijual bebas di toko-toko obat atau
apotik. Di televisi juga banyak iklan yang menawarkan obat sebagai solusi sakit kepala. Namun
hampir semua obat tersebut tidaklah mampu mengatasi sakit kepala dengan sebenar-benarnya.
Memang untuk reaksinya sangat cepat dalam meredakan sakit kepala, namun di lain waktu ia
akan kambuh kembali. Akibatnya kita menjadi ketergantungan dan bila dikonsumsi terus penerus
dapat menyebabkan pembuluh darah kian tersumbat.

Untuk itu kita sebagai calon tenaga kesehatan, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan
gejala berbagai penyakit khususnya di sini sakit kepala.

Daftar Pustaka

            Wartonah,Tarwono.2007.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan


SistemPersyarafan.Jakarta: Sagung Seto

            Dewanto,George.2007.Panduan Praktik Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit


Syaraf.Jakarta: ECG

            Anonim.http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu%20Penyakit
%20Saraf/Chepalgia%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf (09 Des 2010, 19:30)

           
Anonim.http://www.jawaban.com/index.php/money/detail/id/67/news/090328230810/limit/0/ 
(09 Des 2010, 20:15)

            Anonim. http://www.scumdoctor.com/Indonesian/pain/headache/cluster-


headaches/Home-Remedies-For-Cluster-Headaches.html. (06 Des 2010,11:10)

            Anonim. http://traditionalmedicine.m


DAFTAR PUSTAKA

 Blanda, Michelle. 2008. Headache, tension. Available from : http://www.emedicine.com


 Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid kedua. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
 Mardjono, Mahar, Prof, dr. 2004. Neurologi klinis dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
 Millea, Paul J, MD. 2008. Tension type Headache. Available from : http://www.aafp.com

 Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 4. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai