Anda di halaman 1dari 32

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Cephalgia
Cephalgia merupakan nyeri dikepala. Cepha berarti kepala dan ischialgia artinya nyeri.
Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab.
Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari
struktur sensitif terhadap rasa sakit. 1
Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari,
meskipun sebenarnya terutama dari jenis menahun jarang sekali disebabkan oleh gangguan
organik.
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman yang
menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan belakang kepala. dan
daerah wajah. Definisi menurut IASP (International assosiation for the study of pain), nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah
terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan.
B. Etiologi
Cephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari

berbagai macam

penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ dikepala, jaringan sistem
persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine,
ketegangan, atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan
spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular, hipertensi,
sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam gangguan medis umum
lainnya. 7
C. Epidemiologi
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin,
umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.Prevalensi sakit kepala
di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik
dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension
headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %.
Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita, migren
sering terjadi pada usia besar dari 12 tahun. HIS juga mengemukakan cluster headache 80 90 %
terjadi pada pria dan prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.5
D. Anatomi Otak
Bagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam berbagai cara berdasarkan
perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan perkembangan evolusi. Otak terdiri dari batang
otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla, serebelum, otak depan(forebrain) yang terdiri atas
diensefalon dan serebrum. 1

Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum terdiri dari nukleus basal dan korteks
serebrum. Masing-masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi sebagai
berikut: asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi
dan pencernaan, pengaturan refleks otot yangterlibat dalam keseimbangan dan postur, penerimaaan
dan integrasi semuamasukan sinaps dari korda spinalis; keadaan terjaga dan pengaktifan korteks
serebrum, pusat tidur. 1
Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot,
koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yangterlatih.Hipotalamus berfungsi sebagai
berikut: mengatur banyak fungsihomeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin,
dan asupanmakanan, penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, sangat terlibatdalam
emosi dan pola perilaku dasar. 1
Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran
kasar terhadap sensasi, beberapa tingkatkesadaran, berperan dalam kontrol motorik. Nukleus basal
berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola
pola gerakan yang tidak berguna. 1
Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa,
sifat pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir, mengingat, membuat keputusan,kreativitas
dan kesadaran diri.Korteks serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus,
parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing-masing lobus ini memilikifungsi yang
berbeda-beda. Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan
nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. 1
Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari
C1 3 beramifikasi padagrey matter area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian
yaitu pars oralis yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio
orofasial, pars interpolaris yang berhubungan dengantransmisi sensasi taktil diskriminatif seperti
sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu. 1
Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2 selain
beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferenC3 juga akan beramifikasi
ke C1 dan C2. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada kepala dan leher
bagian atas. Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital darikepala dan
yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris danmandibularis. Ini
disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yangmeluas ke arah kaudal. 1
Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal. Saraf
trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2 dan V3. V1, oftalmikus,menginervasi daerah orbita dan
mata, sinus frontalis, duramater dari fossa kranial danfalx cerebriserta pembuluh darah yang
berhubungan dengan bagian duramater ini.V2, maksilaris, menginervasi daerah hidung, sinus
paranasal, gigi bagian atas, danduramater bagian fossa kranial medial. V3, mandibularis,
menginervasi daerahduramater bagian fossa cranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga,
senditemporomandibular dan otot menguyah. 1

Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi meatus auditorius
eksterna dan membran timpani. Saraf kranial IX menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu
saraf kranial IX dan X innervasi faring dan laring.Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala
adalah C1, C2, dan C3. Ramusdorsalis dari C1 menginnervasi ototsuboccipital triangle - obliquus
superior,obliquus inferior dan rectus capitis posterior major dan minor. Ramus dorsalis dari C2
memiliki cabang lateral yang masuk ke otot leher superfisial posterior, Longissimus capitis dan
splenius sedangkan cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. 1
Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dariobliquus inferior ,dan balik ke bagian
atas serta ke bagian belakang melalui semispinalis capitis yang mana saraf ini di suplai dan masuk
ke kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior nuchal linedan the aponeurosis
of trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital yang mana
merupakancabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala melalui pinggiran posterior
dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3 memberi cabang lateral kelongissimus
capitisdansplenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial. 1
Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi sendi C2-3
zygapophysial bagian lateral dan posterior. Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaituintrakranial dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks
serebrum, arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior.
Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian dariorbita, membran mukosa
dari rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan luar,gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang
tidak sensitif terhadap nyeri adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan pleksus koroideus. 1
E. Fisiologi Cephalgia
Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada
jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan
bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.4
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri.
Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot
merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke
jaringan (iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan
langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik. 4
Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan
jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan
yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi,
iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 0C, jaringanjaringan dalam tubuh akan
mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.4
Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin,
histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik.Dua zat lainnya yang diidentifikasi
adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free
nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari

berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang
menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat
dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan
karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion. Iskemia
jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam
laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.4
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri
banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti
periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falks, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal
lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada
organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan
dirasakan sebagai slow-chronic-aching type pain.
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu nyeri akut (fast pain) dan nyeri kronik (slow pain).
Nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 detik setelah stimulus diberikan.
Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan
dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui

serat A dengan kecepatan mencapai 6-30

m/detik. Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan
neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya
memiliki durasi kerja selama beberapa milidetik.4
Nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu lebih dari 1 detik setelah
stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal
tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf
perifer menuju korda spinalis melalui

serat C dengan kecepatan mencapai 0,5-2 m/detik.

Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.4


Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang ditempuh dapat
dibagi menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway dan slow- chronic pain pathway.
Setelah mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay
neuron pada kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya akan
menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk fast pain dan paleospinotalamikus
untuk slow pain.4
Traktus neospinotalamikus untuk

fastpain, pada traktus ini, serat A yang

mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I
(lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus
spinotalamikus. Neuron ini memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui
kolumn anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada, area retikular dari batang
otak (sebagian kecil), nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), kompleks ventrobasal
(sebagian besar). Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga
berakhir pada daerah ventrobasal.Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan
memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.4

Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal
dai serat C, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. traktus ini , saraf perifer
akan hampir seluruhnya berakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan,
sering disebut dengan substansia gelatinosa.Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah
ataubeberapa neuron pendek yangmenghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian
kebanyakan serabut saraf iniakan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway.
Setelah itu, neuronterakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras antero
lateral. Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir padabatangotak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akanlangsungditeruskan ke talamus. Kebanyakan
sinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu nukleus retikularis dari medulla, pons, dan
mesensefalon, area tektum dari mesensefalon, regio abu-abu dari peraquaductus yang mengelilingi
aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri.Dari area
batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal kearah atasmelalui
intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu darihipotalamus dan
bagian basal otak.4
G. Teori Mekanisme Nyeri Kepala
Ada beberapa teori mengenai mekanisme nyeri kepala :
- Teori Melzack & Wall (1985): Teori gerbang nyeri
Nyeri diteruskan dari perifer melalui saraf kecil A delta dan C rasa raba, mekanik dan termal
melalui A delta A beta dan C ( serabut besar, kecepatan hantar serabut besar lebih tinggi dari
serabut kecil ).
Disubstamtia Gelatinosa (SG) ada sel-sel gerbang yang dapat bekerja menutup dan membuka sel T
(targaet). Serabut besar aktif merangsang sel gerbang di SG, sel gerbang aktif dan sel T tertutup,
maka nyeri tidak dirasa. Serabut kecil aktif, sel SG tidak aktif, dan sel T terbuka maka nyeri dirasa.
Bila dirangsang bersama-sama, misal antara rasa raba, mekanik,vibrasi,dll dengan rangsang nyeri
maka

nyeri

tidak

dirasa

(seperti

pada

teknik

tens,

DCS,

koyo,

dll.)

Didapatkan kontrol desenden ke medulla spinalis dari pusat2 supra spinal (emosi,pikiran, dll).
- Konsep II: Central Biasing mekanism
Diduga ada daerah batang otak jadi CBM yang menyebarkan impuls nyeri keberbagai tempat
diotak dan dapat menimbulkan inhibisi ke medulla spinalis. Ternyata formatioreticularis
periacuaductus dan peri-ventriculer kaya akan reseptor2 morpin dan serotonin.
- Konsep III ; Pembangkit pola
Bila nyeri khronik telah membuat pola (gambar diotak), yang dapat dicetuskan oleh input sensorik
lain.
Struktur kepala yang sensitive terhadap nyeri

Struktur kepala tertentu sensitif terhadap nyeri, sedangkan otak sendiri tidak sensitif
terhadap nyeri, strutur kepala tersebut adalah :

Kulit kepala

Aliran darah ke kulit kepala

Otot kepala dan leher

Pembuluh darah di rongga sinus

Pembuluh darah di daerah selaput otak

Serabut saraf otak ( saraf cranial V,IX,X )

Pembuluh darah besar di otak besar

Bagian dari selaput otak yang merupakan dasar dari otak

Beberapa sakit kepala bisa disebabkan oleh suatu penyakit serius :


1. Sakit kepala berat yang datangnya tiba-tiba.
2. Sakit kepala yang disertai oleh gangguan mental, demam, kejang atau tanda gangguan
saraf.
3. Sakit kepala yang baru diderita di usia lebih dari 50 tahun.
Penyakit-penyakit serius yang dapat menyebabkan sakit kepala :

Tumor otak

Meningitis

Metastase Tumor otak

Arteritis temporalis

Abses

Hipertensi

Hematoma subdural

Hidrochepalus

Perdarahan Otak

Glaucoma

Perdarahan subarachnoid

H.

Klasifikasi Cephalgia

Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer, sakit kepala sekunder, dan

neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya. Sakit kepala primer dapat dibagi menjadi
migraine,tension type headache,cluster head ache dengan sefalgia trigeminal/autonomik, dan sakit kepala primer
lainnya. Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada
kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan
kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit
kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher,telinga,
hidung, dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepalaakibat kelainan psikiatri. 7

I. Nyeri kepala PRIMER


a.

Migren

b.

Tension Type Headache

c.

Cluster headache

d.

Other primary headaches

II.Nyeri kepala SEKUNDER


a.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.

b.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau servikal

c.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial.

d.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.

e.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.

f.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis

g.

Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata,
telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau struktur facial atau kranial lainnya.

Nyeri kepala merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai kelainan baik struktural

maupun fungsional, maka diperlukan klasifikasi dan kriteria diagnosis dan masing-masing jenis nyeri kepala
agar didapatkan kesamaan pengertian. Usaha klasifikasi tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun,
melibatkan para pakar dari seluruh dunia, dan pada tahun 1988 dihasilkan klasifikasi nyeri kepala oleh
International Headache Society (IHS).

1.

Sakit kepala bisa merupakan keluhan primer atau sekunder:


Primer : suatu nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural organik merupakan diagnosis
utama, bukan disebabkan karena adanya penyakit lain.

2.

Sekunder : sakit kepala merupakan gejala ikutan karena adanya penyakit lain hipertensi, radang sinus,
premenstrual disorder, dll.

1.
2.
3.
4.

Klasifikasi IHS

PRIMER
Migraine
nyeri kepala tension
nyeri kepala cluster dan hemicrania
kronik paroksismal
nyeri
kepala
yang
tidak
berhubungan lesi structural

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

SEKUNDER
nyeri kepala berhubungan dengan cedera kepala
nyeri kepala berhubungan dengan gangguan
vaskuler
nyeri kepala berhubungan denagn gangguan
intrakranial non vaskuler
nyeri kepala berhubungan dengan zat-zat atau putus
zat obat
nyeri kepela berhubunggan dengan infeksi non
cephalic
nyeri kepala berhubungan dengan gangguan
metabolic
nyeri kepala atau nyeri wajah dengan gangguan
tengkorak, leher, mata, hidung, gigi, mulut, atau
struktur-struktur wajah kranium
neuralgia cranialis, nyeri batang syaraf dan nyeri
deafness
nyeri kepala yang terklasifikasi

I. Patofisiologi Cephalgia
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri kepala yaitu
(Lance, 2000) peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau ekstrakranium, traksi
pembuluh darah, kontraksi otot kepala dan leher (kerja berlebihan otot), peregangan periosteum(nyeri
lokal), degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya, arteritis
vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin). 2

Cephalgia Primer

Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri yang merupakan penyakit utama atau nyeri

kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural-organik. Menurut ICHD-2 nyeri kepala primer dibagi ke dalam
4 kelompok besar yaitu :7
1) Migraine
2) Tension Type Headache
3) Cluster Headache dan Chronic Paroxysmal Hemicrania
4) Other primary headaches
J. Diagnosis

Diagnosis nyeri kepala sebagian besar didasarkan atas keluhan, maka anamnesis memegang

peranan penting. Dalam praktek sehari-hari, jenis yang paling sering dijumpai ialah nyeri kepala tipe tegang
(tension-type headache) dan migren (migraine), baru kemudian nyeri kepala yang dikaitkan dengan penyakit
sistemik, atau gangguan di sekitar wajah, telinga, mata, gigi dan sinus paranasal. Nyeri kepala akibat radang,
aneurisma, tumor atau abses otak jarang ditemukan, meskipun harus tetap merupakan perhatian karena
penatalaksanaan yang berbeda.

Lokasi

Nyeri kepala migren dapat dirasakan di manapun, paling sering di daerah temporal (pelipis),

bisa unilateral, bilateral atau berganti-ganti. Nyeri kepala unilateral di sekitar orbita dapat disebabkan oleh nyeri
kepala klaster. Nyeri kepala akibat gangguan gigi-geligi, sinus atau mata biasanya dirasakan di daerah frontal,
dapat menjalar ke oksipital dan Jeher, sedangkan nyeri bitemporal dapat disebabkan oleh tumor sella/parasella.
Nyeri kepala akibat tumor, bergantung letaknya, bila supratentorial umumnya dirasakan di frontal atau vertex,
sedangkan bila letaknya infratentorial/fossa posterior biasanya dirasakan di oksipital. Bila tumor itu melibatkan
dura atau tulang, maka nyerinya dirasakan setempat. Hematoma subdural dapat menyebabkan nyeri kepala yang
sedang, dirasakan di sekitar lesi, umumnya di daerah frontoparietal, bersifat kronis, intermiten, dimulai sejak
trauma terjadi. Meskipun nyeri kepala tipe tegang terutama dirasakan di daerah oksipital, leher dan sekitar bahu,
kadang-kadang juga bisa dirasakan di frontal, bisa unilateral maupun bilateral. Nyeri daerah leher dan/atau bahu
harus dibedakan dengan yang disebabkan oleh gangguan diafragma atau iskemi miokard.

Frekuensi

Pola serangan nyeri dapat merupakan petunjuk diagnosis, terutama tipe klaster yang khas,

berupa serangan-serangan singkat antara 3090 menit, berulang 26 kali sehari selama beberapa hari, kemudian
dapat remisi selama beberapa minggu sampai beberapa tahun. Migren juga dapat bersifat sporadik, sedangkan
nyeri kepala tipe tegang umumnya bersifat menetap, berangsur-angsur memberat atau berfluktuasi selama
berhari-hari.

Sifat

Nyeri berdenyut dapat disebabkan oleh demam, migren, hipertensi atau tumor hemangioma.

Nyeri kepala akibat tumor atau meningitis biasanya menetap dan nyeri, kadang-kadang juga terasa berdenyut.
Nyeri kepala tipe tegang dirasakan menekan, persisten dan kadang-kadang dirasakan seperti diikat. Nyeri paling
hebat disebabkan oleh pecahnya aneurisma, meningitis, demam, migren atau yang berhubungan dengan
hipentensi maligna, nyeri hebat dan mendadak (thunderclap), apalagi bila disusul dengan rasa lemah dan

penurunan kesadaran harus dicurigai disebabkan oleh aneunisma intrakranial yang pecah, di lain pihak,
perdarahan yang terlokalisasi di parenkim otak tidak akan menyebabkan nyeri kepala, kecuali bila bocor ke
ruang ventrikel atau subanakhnoid. Nyeri kepala akibat tumor atau abses biasanya bersifat sedang, demikian
juga dengan nyeri yang disebabkan oleh proses di daerah sinus, gigi geligi atau mata. Nyeri kepala migren
jarang berlangsung lebih dari 14 jam, yang khas ialah adanya periode bebas keluhan di antara serangan;
sedangkan nyeri kepala tipe tegang dapat berlangsung berhari-hari, bahkan bertahun-tahun. Nyeri yang terutama
dirasakan di pagi hari, selain yang disebabkan oleh tumor, juga dapat ditimbulkan oleh hipertensi, atau migren
biasa. Mignen timbul di saat ketegangan emosional, cuaca panas, kesibukan yang meningkat, sedangkan nyeri
kepala yang berhubungan dengan sinus muncul saat infeksi saluran napas, di saat pergantian musim atau
berkaitan dengan alergi.

Gejala penyerta

Gejala prodromal berupa perubahan suasana hati atau nafsu makan dapat dirasakan 1 2 hari

sebelum serangan migren, selain itu juga migren kadang-kadang didahului semacam aura berupa skotoma
dan/atau parestesi. Pembengkakan mukosa hidung dan/atau injeksi konjungtiva, selain disebabkan oleh alergi
juga dapat ditemukan pada serangan migren, tetapi bila unilateral, umumnya berkaitan dengan nyeri kepala
klaster. Keluhan gastrointestinal berupa anoreksia, mual, muntah biasanya dikaitkan dengan migren, meskipun
demikian sebenarnya dapat ditemukan pada setiap jenis nyeri kepala; makin berat nyeri kepala, makin sering
gejala-gejala tersebut dirasakan. Muntah tanpa didahului mual dapat merupakan gejala tumor intrakranial,
terutama yang terletak di fossa posterior, pada migren dapat ditemukan gejala mual dan/atau muntah saja tanpa
nyeri kepala yang berarti, selain itu pernah dijumpai keluhan-keluhan lain seperti diare, konstipasi dan rasa
kembung. Poliuri merupakan gejala yang berkaitan dengan migren, sedangkan pada tipe tegang, yang meningkat
adalah frekuensinya. Gejala-gejala psikik seperti insomnia, rasa lelah, anoreksi, malaise dan gangguan libido
merupakan gejala-gejala depresi yang umum menyertai penyakit-penyakit kronis, perlu diwaspadai adanya
gangguan kebiasaan atau pola pikir yang dapat berkaitan dengan tumor intrakranial, seperti apati, keadaan
gelisah atau euforia. Pasien yang sedang menderita migren biasanya lebih suka tidak diganggu, sedangkan nyeri
kepala tipe tegang dapat diringankan dengan massage. Keluhan-keluhan neurologik yang mungkin ditemukan
berupa rasa lemah, parestesi, afasi, diplopi, gangguan visus, vertigo, adanya gejala-gejala tersebut, selain dapat
merupakan bagian dari serangan migren, juga dapat menandakan adanya lesi organik. Vertigo juga kadangkadang dirasakan, dapat menyertai nyeri kepala pasca trauma atau tipe tegang.

Faktor pencetus

Migren dapat dicetuskan oleh banyak hal, seperti alkohol, obat-obatan, cahaya terang, rasa

lelah, kurang tidur, stres, hipoglikemi, selain itu juga sering berkaitan dengan menstruasi dan dalam banyak
kasus sembuh selama hamil. Nyeri kepala yang dicetuskan oleh exercise atau orgasme dapat disebabkan oleh
pecahnya aneurisma. Penderita migren lebih suka duduk tegak, berbeda dengan nyeri kepala akibat tumor yang
penderitanya lebih suka berbaring dan menghindari perubahan posisi, terutama bangkit dari tidur. Mengejan
atau batuk dapat mencetuskan semuajenis nyeri kepala, kecuali tipe tegang. Pasien nyeri kepala kiaster tidak
dapat tenang selama serangan, bahkan dapat kelihatan panik, tanda ini khas karena tidak

ditemui pada nyeri kepala jenis lain. Guncangan kepala (head jolt) memperberat nyeri kepala, terutama
akibat tumor, kadang- kadang dijumpai juga pada nyeri kepala di saat demam, pasca

trauma atau meningitis, nyeri kepala tipe tegang tidak banyak dipengaruhi. Gangguan tidur yang
menyertai nyeri kepala biasanya disebabkan oleh anxietas atau depresi. Riwayat keluarga umumnya
dijumpai di kalangan pasien migren.

PEMERIKSAAN FISIK

Meliputi pemeriksaan umum berupa pencatatan fungsi vital tekanan darah, frekuensi nadi,

pernapasan, suhu tubuh untuk menyingkirkan penyakit-penyakit sistemik, funduskopi penting untuk mendeteksi
adanya papiledema dan/atau tanda-tanda hipertensi. Palpasi daerah kepala dan leher dilakukan untuk mendeteksi
kelainan lokal. Rasa nyeri di daerah kepala, sinus dan/atau gigi geligi bisa menyertai serangan migren dan
beberapa saat sesudahnya, otot-ototjuga bisa terasa nyeri, baik pada migren maupun pada nyeri kepala tipe
tegang, kadang-kadang nyeri ditimbulkan saat menyisir rambut. Rasa nyeri ini perlu dibedakan dengan yang
disebabkan oleh miositis. Pada tumor atau hematoma subdural, kadang-kadang nyeri dapat dibangkitkan oleh
perkusi di daerah yang terkena. Nyeri fokal dapat dijumpai di daerah bekas luka kepala. Penekanan daerah arteri
seperti di daerah temporal, supraorbital atau oksipital dapat mengurangi nyeri kepala migren atau yang berkaitan
dengan hipertensi. Nyeri kepala tipe tegang dapat dikurangi dengan massage dan/atau kompres hangat di daerah
otot-otot kepala/leher, sebaliknya memberat bila otot/ daerah tersebut dimanipulasi terlalu keras. Pemeriksaan
neurologik, selain funduskopi, meliputi pemeriksaan tanda rangsang meningeal (Kernig, Brudzinsky, kaku
kuduk), fungsi saraf otak (pupil, gerak bola mata, sensibilitas wajah), kekuatan motorik dan refleks, fungsi
sensorik/sensibilitas dan fungsi mental terutama perubahan tingkah laku dan kebiasaan. Ptosis dapat menyertai
serangan migren (oftalmoplegik), tetapi harus diwaspadai kemungkinan disebabkan oleh tumor, aneurisma,
terutama bila disertai midriasis dan refleks cahaya melambat. Nyeri kepala tipe klaster kadang-kadang dapat
menyebabkan sindrom Homer (miosis, ptosis, enoftalmus), sedangkan fotofobia dapat disertai injeksi
sklera/konjungtiva pada meningitis, kelainan sinus/mata, tumor, migren atau nyeri kepala tipe tegang.
Papiledema merupakan tanda adanya massa intrakranial (tumor, hematom) kadang-kadang ditemukan pada
ensefalopati nipertensif.

Sebagian besar sakit kepala merupakan ketegangan otot, migren atau nyeri kepala tanpa

penyebab yang jelas. Sakit kepala banyak yang berhubungan dengan kelainan di mata, hidung, tenggorokan,
gigi dan telinga. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan perasaan berdenyut di kepala, tetapi tekanan darah
tinggi jarang menyebabkan sakit kepala menahun. Biasanya dokter bisa menentukan penyebab sakit kepala dari
riwayat kesehatan penderita dan hasil pemeriksaan fisik. Kadang dilakukan pemeriksaan darah untuk
menentukan penyebabnya. Pungsi lumbal (pengambilan sejumlah kecil cairan dari kolumna spinalis untuk
diperiksa dibawah mikroskop) dilakukan jika diduga penyebabnya adalah suatu infeksi (misalnya meningitis).
Hanya sebagian kecil sakit kepala yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak atau berkurangnya oksigen ke
otak. Jika diduga suatu tumor, stroke atau kelainan otak lainnya, maka dilakukan pemeriksaan CT scan atau
MRI.

Jenis

Ciri Khas

Pemeriksaan
Diagnostik

Kete
gang
an
otot

Pemeriksaan
untuk
menyingkirkan
penyakit
fisik
Penilaian faktor psikis
& kepribadian

Jika
diagnosisnya
masih meragukan &
sakit
kepala
baru
terjari, dilakukan CT
scan atau MRI atau
diberikan obat migren
untuk melihat efeknya

Obat migren diberikan


untuk melihat efeknya
(misalnya sumatriptan,
metisergid atau obat
vasokonstriktor,
kortikosteroid,
indometasin
atau
menghirup oksigen

Analisa kimia darah,


pemeriksaan ginjal

Nyeri dirasakan di kepala bagian depat atau di


dalam & di seluruh mata, bersifat sedang
sampai berat & seringkali memburuk jika mata
dalam keadaan lelah

Pemeriksaan mata

Nyeri bersifat akut atau subakut (tidak


menahun), dirasakan di kepala bagian depan,
bersifat tumpul atau berat & biasanya
memburuk di pagi hari, membaik di siang hari
& memburuk dalam keadaan dingin atau
lembab

Rontgen sinus

Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul, bersifat


ringan sampai berat, dirasakan di satu titik atau
di
seluruh
kepala
Kelemahan di salah satu sisi tubuh semakin
meningkat, kejang, gangguan penglihatan,
kemampuan
berbicara
hilang,
muntah,
perubahan mental

MRI atau CT scan

MRI atau CT scan

Sakit
kepala
sering
terjadi
Nyeri hilang timbul, tidak terlalu berat &
dirasakan di kepala bagian depan & belakang,
atau penderita merasakan kekakuan menyeluruh

Nyeri dimulai di dalam & di sekitar mata atau


pelipis, menyebar ke satu atau kedua sisi
kepala, biasanya mengenai seluruh kepala tetapi
bisa hanya pada satu sisi kepala, berdenyut &
disertai dengan hilangnya nafsu makan, mual &
muntah

Migr
en

Sakit
kepal
a
clust
er

Serangannya
singkat
(1
jam)
Nyeri sangat hebat & dirasakan di satu sisi kepala
Serangan terjadi secara periodik dalam sebuah
kelompok (diselingi periode bebas sakit kepala) &
terutama menyerang pria
Disertai dengan pembengkakan mata, hidung meler
& mata berair pada sisi yg sama dengan nyeri

Teka
nan
darah
tingg
i

(hipe
rtens
i)

Jarang menyebabkan sakit kepala, kecuali pada


tekanan darah tinggi yg berat karena adanya tumor di
kelenjar adrenal
Nyerinya berdenyut & dirasakan di kepala bagian
belakang atau di puncak kepala

Kelai
nan
mata
(iriti
s,
glau
koma
)

Kelai
nan
sinus

Tum
or
otak

Infek
si
otak

Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul, bersifat


ringan sampai berat, dirasakan di satu titik atau
di
seluruh
kepala

Sebelumnya penderita mengalami infeksi


telinga, sinus atau paru-paru atau penyakit
jantung rematik atau penyakit jantung bawaan

(abse
s)

Infek
si
pada
jarin
gan
di

sekit
ar
otak
(men
ingiti
s)
Hem
atom
a
subd
ural

Perda
rahan
subar
aknoi
d

Sifili
s
Tube
rkulo

sis
Kript
okok
osis
Sark
oidos
is
Kank
er

Nyeri baru dirasakan, menetap, berat & dirasakan di


seluruh kepala, menjalar ke leher
Penderita tampak sakit, disertai demam, muntah &
sebelumnya mengalami nyeri tenggorokan atau
infeksi pernafasan, leher sulit ditekuk

Nyeri baru dirasakan, menyebar, hebat &


menetap, kadang dirasakan di dalam & di
sekitar mata, kelopak mata turun

Nyeri bersifat tumpul sampai berat & dirasakan di


seluruh kepala atau di puncah kepala
Demam tidak terlalu tinggi dan terdapat riwayat
sifilis, tuberkulosis, kriptokokosis, sarkoidosis aatau
kanker

A.

Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul atau terus


menerus, bersifat ringan sampai berat, bisa
dirasakan di satu titik atau di seluruh kepala,
menjalar
ke
leher
Sebelumnya telah terjadi cedera, bisa disertai
penurunan kesadaran

Sakit kepala tipe cluster

Pemeriksaan
pungsi lumbal

MRI atau CT scan

MRI atau CT scan, jika


hasilnya
negatif
dilakukan
pungsi
lumbal

Pungsi lumbal

darah,

Kemungkinan penyakit dari sakit kepala

tipe

cluster
1.
2.
3.
4.

Neuralgia trigeminal
Migrain siklik
Infeksi sinus
Neuralgia paratrigeminal Readers

Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular yang juga dikenal sebagai
nyeri kepala Horton,sfenopalatinaneuralgia,nyeri kepala histamine, sindrom Bing,erythrosophalgia,
neuralgiamigrenosa, atau migren merah (red migraine) karena pada waktu seranganakan tampak merah

pada sisi wajah yang mengalami nyeri.6


Sakit kepala yang tanpa disertai aura , lokasi disekitar dan dibelakang salah satu mata. Sakitnya sangat
berat , lamanya sekitar 20-60 menit . Sakit kepala ini kadang dapat disertai hidung mampet , hidung

seperti flu dan salah satu mata merah, sakit sampai kepala
Epidemiologi
Cluster headacheadalah penyakit yang langka. Dibandingkan denganmigren, cluster headache 100 kali
lebih lebih jarang ditemui. Di Perancis prevalensinya tidak diketahui dengan pasti, diperkirakan sekitar
1/10.000 penduduk, berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara lainnya. Serangan pertama
muncul antara usia 10 sampai 30 tahun pada 2/3 total seluruh pasien. Namun kisaran usia 1 sampai 73
tahun pernah dilaporkan. Cluster headachesering didapatkan terutama pada dewasa muda, laki-laki,
dengan rasio jeniskelamin laki-laki dan wanita 4:1. Serangan terjadi pada waktu-waktu tertentu,
biasanya dini hari menjelang pagi yang akan membangunkan penderita dari tidurnya. 6

Etiologi cluster headache


Etiologicluster headacheadalah sebagai berikut:6
a) Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi pembuluhdarah sekitar.
b) Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
c) Pelepasan histamin
d) Letupan paroxysmal parasimpatis.
e) Abnormalitas hipotalamus.
f) Penurunan kadar oksigen.

Positron emision tomografi (PET) scanning dan Magnetic resonanceimaging (MRI) membantu untuk
memperjelas penyebab cluster headache yangmasih kurang dipahami. Patofisiologi dasar dalam
hipotalamus gray matter.Pada beberapa keluarga, suatu gen autosom dominan mungkin terlibat, tipe

alel-alel sensitif aktivitas kalsium channel atau nitrit oksida masih belumteridentifikasi.
Vasodilatasi arteri karotis dan arteri oftalmika dan peningkatansensitivitas terhadap rangsangan
vasodilator dapat dipicu oleh refleks parasimpatetik trigeminus. Variasi abnormal denyut jantung dan
peningkatanlipolisis nokturnal selama serangan dan selama remisi memperkuat teoriabnormalitas
fungsi otonom dengan peningkatan fungsi parasimpatis dan penurunan fungsi simpatis. Serangan
sering dimulai saat tidur, yang melibatkangangguan irama sirkadian. Peningkatan insidensi sleep apneu
pada pasien- pasien dengan cluster headache menunjukan periode oksigenasi pada jaringanvital

berkurang yang dapat memicu suatu serangan.6

Patofisiologi
Patofisiologicluster headachemasih belum diketahui dengan jelas akan tetapi teori yang masih banyak
dianut sampai saat ini antara lain:Cluster headache, timbul karena vasodilatasi pada salah satu
cabangarteri karotis eksterna yang diperantarai olehhistamine intrinsic(TeoriHorton). Serangancluster
headachemerupakan suatu gangguan kondisifisiologis otak dan struktur yang berkaitan dengannya,
yang ditandaioleh disfungsi hipotalamus yang menyebabkan kelainan kronobiologisdan fungsi otonom.
Hal ini menimbulkan defisiensi autoregulasi darivasomotor dan gangguan respon kemoreseptor pada
korpus karotikusterhadap kadar oksigen yang turun. Pada kondisi ini, serangan dapatdipicu oleh kadar
oksigen yang terus menurun. Batang otak yangterlibat adalah setinggi pons dan medulla oblongata
serta nervus V, VII,IX, dan X. Perubahan pembuluh darah diperantarai oleh beberapamacam

neuropeptida (substansi P, dll) terutama pada sinus kavernosus(teoriLee Kudrow) 5

Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh InternationalHeadache Society (IHS) adalah

sebagai berikut:8,9,10
a.Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b.Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeritemporal selama 15-180 menit

bila tidak di tatalaksana.


c.Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
1.Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2.Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3.Edema kelopak mata ipsilateral
4.Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5.Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6.Kesadaran gelisah atau agitasi
d.Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e.Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
Pada tahun 2004American Headache Society menerbitkan kriteria baru untuk mendiagnosa cluster
headache. Untuk memenuhi kriteria diagnosis tersebut, pasien setidaknya harus mengalami sekurangkurangnya lima serangan nyeri kepala yang terjadi setiap hari selama delapan hari, yang

bukandisebabkan oleh gangguan lainnya.


Selain itu, nyeri kepala yang terjadi parahatau sangat parah pada orbita unilateral, supraorbital atau
temporal, dan nyeri berlansung antara 18 sampai 150 menit jika tidak diobati, dan disertai satu

ataulebih gejala-gejala berikut ini: injeksi konjungtiva atau lakrimasi ipsilateral,hidung tersumbat atau
rinore ipsilateral, edema kelopak mata ipsilateral, wajahdan dahi berkeringat ipsilateral, ptosis atau

miosis ipsilateral, atau kesadaran gelisah atau agitasi.


Cluster headacheepisodik didefinisikan sebagai setidak-tidaknya terdapat dua periode cluster yang
berlangsung tujuh sampai 365 hari dan dipisahkan periode remisi bebas nyeri selama satu bulan atau
lebih.Sedangkancluster headachekronis adalah serangan yang kambuh lebih dari satu tahuun periode
remisi atau dengan periode remisi yang berlangsung kurang dari satu bulan.6

Penatalaksanaan Cluster headache


Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit sering memberat secara cepat,
sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat. Berikan oksigen inhalasi dengan kadar 100%

sebanyak 10-12 liter/menit.


Triptan: Sumatriptan 20 mg intranasal efektif pada pengobatan akut cluster headache.Dihidroergotamin
1 mg intarmuskularefektif pada pengobatan akut cluster headache.Lidokain: tetes hidung topikal
lidokain dapat digunakan untuk mengobati serangan akut cluster headache. Pasien tidur
telentangdengan kepala dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30 dan beralihke sisi sakit kepala.

Tetes nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 mllidokain 4% yang dapat diulang setekah 15 menit. 7,10

Pencegahan Clusterheadache
Pilihan pengobatan pencegahan pada cluster headache ditentukan olehlamanya serangan, bukan oleh
jenis episodik atau kronis. Preventif dianggap jangka pendek, atau jangka panjang, berdasarkan pada
seberapa cepat efeknyadan berapa lama dapat digunakan dengan aman. Banyak ahli sekarang
inimengajukan verapamil sebagai pilihan pengobatan lini pertama, walaupun pada beberapa pasien
dengan serangan yang singkat hanya perlu kortikosteroid oralatau injeksi nervus oksipital mungkin

lebih tepat.
Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik dibandingkan dengan
lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan dosis verapamil yang relatif lebih tinggi pada

cluster headache.
Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama empat hari yang diturunkan
bertahap selama tiga minggu diterimasebagai pendekatan pengobatan perventif jangka pendek.

Pengobatanini sering menghentikan periode cluster, dan digunakan tidak lebih dari sekali setahun.
Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster headache. Dosis biasanya adalah 100-200 mg
perhari, dengan efek samping yang samaseperti penggunaannya pada migraine.
Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif dansalah satu penelitian terkontrol
menunjukan lebih baik dibandingkan placebo. Dosis biasa yang digunakan adalah 9 mg perhari.Obatobat pencegahan lainnya termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari).7

B. Tension Headache
Tension type headache merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terusmenerus otot-

otot kepala dan tengkuk (M.splenius kapitis, M.temporalis,M.masseter,M.sternokleidomastoid, M.trapezius,


M.servikalis posterior, dan M.levator scapula) 6

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)


Tension Type Headache(TTH) adalah stress,depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu
lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya

aliran darah, dan

ketidakseimbanganneurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.6

Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)


TTH terjadi 78% sepanjang hidup dimanaTension Type Headacheepisodik terjadi 63% danTension
Type Headachekronik terjadi 3%.Tension Type Headacheepisodik lebih banyak mengenai pasien
wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56%. Biasanya mengenai umur 20 40
tahun.7

Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)


Klasifikasi TTH adalahTension Type Headache episodik dan TensionType Headachekronik.Tension
Type Headacheepisodik, apabila frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan.Tension Type
Headacheepisodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit 7 hari.Tension Type Headachekronik
(CTTH)apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan. 6

Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)


Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil penelitian disebutkan
beberapa keadaan yang berhubungan denganterjadinya TTH sebagai berikut, yaitu: (1) disfungsi sistem
saraf pusat yang lebih berperandaripada sistem saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih
mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi
saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpadisertai iskemia otot, transmisi
nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasisecond order
neuron.(3) Pada nukleus trigeminaldan kornu dorsalis (aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan
input nosiseptif pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer
yang akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan
neurotransmitter pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentralnosiseptif pada nukleus
trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikutihipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap
nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri (tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan
ekstrasefalik. Selain itu,terdapat juga penurunansupraspinal decending paininhibit activity, (5)
kelainanfungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak
yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat hubungan jalur serotonergik danmonoaminergik pada batang
otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensikadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan
juga abnormal serotonin platelet.penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot
temporal danmaseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological motor stress
pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer danaktivasi struktur persepsi
nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi danansietas akan meningkatkan frekuensi TTH
dengan mempertahankan sensitisasisentral pada jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric Oxide
Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala.
Ada beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan)akan
menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah16menurun yang akan
mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akanmenyebabkan terjadinya alkalosis

yang selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsiummasuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot
yang berlebihan sehinggaterjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi
dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferengamma
trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P). Neuropeptidaini akan merangsang
ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi menjadi 3tahap yaitualarm reaction,stage of

resistance, dan stage of exhausted.6


Alarm reactiondimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkankekurangan
asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolismeanaerob akan mengakibatkan
penumpukan asam laktat sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang

selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.


Stage of resistance, dimana sumber energi yang digunakan berasal dariglikogen yang akan merangsang

peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akanmenjaga simpanan ion kalium.


Stage of exhausted, dimana sumber energi yangdigunakan berasal dari protein dan aldosteron pun
menurun sehingga terjadi deplesiK+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf. 6

Diagnosa Tension Type Headache (TTH)


Tension Type Headacheharus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya dua dariberikut ini : (1)
adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan-sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk
aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan
fonofobia.Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang-berat, tumpul sepertiditekan atau diikat,
tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulitkepala, oksipital, dan belakang leher,
terjadi spontan, memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi,
kadang vertigo, danrasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.6

Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)


Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak
ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan
kepala maupun MRI.6
Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosisdeformans, sakit kepala pasca

trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal,migren klasik, migren komplikata,cluster headache, sakit kepala
pada arteritistemporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakitkardiovasikular, dan
sakit kepala pada anemia.6

Terapi Tension Type Headache (TTH)

Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk mengetahui arti dari
relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest ,massage, dan atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi
adalah simpel analgesia dan ataumuclesrelaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif
untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia(asetaminofen, aspirin,ibuprofen, dll.) gagal maka
dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas
pengobatan.6

Menurut consensus IX PERDOSSI , terapi farmakologis pada TTH 10

I.1 Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 minggu

1. Analgetik: Aspirin 1000 mg/hari, Acetaminofen 1000

mg/hari, NSAID ( Naproxen 660-750

mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, Tolfenamic 200-400 mg/hari, Asam mefenamat, Fenoprofen, Ibuprofen 800
mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari) Pemberian analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi
Gastrointestinal, Penyakit ginjal dan hati, serta gangguan fungsi platelet.

2. Kafein (Analgetik Adjuvant) 65 mg

3. Kombinasi 325 aspirin , acetaminophen + 40 mg kafein.

I.2 Pada type kronis

1. Antidepresan

Jenis trisiklik : amitryptilin , sebagai obat teurapetik maupun

penceggahan TTH.

2. Anti anxietas

Baik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada penderita dengan komorbid anxietas.
Golongan yang sering dipakai benzodiazepine dan butalbutal , namun obat ini bersifat adikktif. 10

Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)


TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri

yang

menyakitkan

tetapi

tidak

membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah
yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat
sembuh dengan terapi obat berupa analgesia.TTh biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini
baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka >90% pasien dapat disembuhkan.Komplikasi TTH
adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia
seperti aspirin, asetaminofen, dan lain-lain yang berlebihan.6

Pencegahan Tension Type Headache (TTH)


Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress denganolahraga teratur, istirahat yang

cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching),meditasi, dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah
kecemasan atau depresi makadapat dilakukanbehavioral therapy.Selain itu, TTH dapat dicegah dengan
mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.6

Nyeri kepala tegang otot merupakan nyeri kepala yang timbul karena kontraksi terus-menerus

otot-otot kepala dan tengkuk (m. Splenius kapitis, m. Temporalis, m. Masseter, m. Sternokleidomastoideus, m.
Trapezius, m. Servikalis posterior, dan m. Levator skapulae).

Sakit kepala biasanya menetap dan biasanya terjadi didaerah temporal seperti ada band dan

dapat menjalar ke daerah dahi atau belakang kepala. Hal ini juga sering disebut sebagai sakit kepala kontraksi
otot. Sampai sekarang penyebabnya masih dalam perdebatan, ada yang mengatakan adanya faktor psikologi.

Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, seperti diikat tali yang melingkari kepala,

kencang dan menekan. Kadang-kadang disertai nyeri kepala berdenyut. Sakit kepala dapat terjadi 30 menit
sampai 7 hari. Bila berlangsung lama, pada palpasi dapat diketemukan daerah-daerah yang membenjol, keras
dan nyeri tekan.

Nyeri kepala yang timbuk akibat kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk karena
ketegangan jiwa, misalnya kecemasan kronik atau depresi: nyeri kepala kontraksi/tegang otot primer,
atau karena rangsangan langsung striktur peka nyeri, nyeri acuan (refered pain), secara refleks: nyeri
kepala kontraksi otot sekunder, misalnya karena perangsangan fisik, kelainan pada mata, THT, leher,
gigi dan mulut.

Penatalaksanaan: Analgetikum, anxiolitik, antidepresan, latihan pengendoran otot-otot, misalnya


latihan relaksasi, akupuntur, yoga, psikoterapi, semedi, dll

C.

Migraine

Definisi

Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyerikepala dengan serangan nyeri yang
berlansung 4 72 jam. Nyeri biasanya unilateral,sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan
diperhebat olehaktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.3
Etiologi dan Faktor Resiko Migren

Etiologi migren yaitu perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi esterogen dan progesteron
pada fase luteal siklus menstruasi, makanan (26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah,
natriumnitrat), vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan padamakanan (MSG),
stress (79,7%), rangsangan sensorik seperti sinar yang terangmenyilaukan(38,1%) dan bau yang menyengat baik
menyenangkan maupun tidak menyenangkan, faktor fisik seperti aktifitas fisik yang berlebihan (aktifitasseksual)
dan perubahan pola tidur, perubahan lingkungan (53,2%), alcohol (37,8%), merokok (35,7%).Faktor resiko
migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga,wanita, dan usia muda. 3

Epidemiologi Migren

Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75%diantaranya adalah wanita.
Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanyamuncul pada usia 10 40 tahun dan angka kejadiannya
menurun setelah usia 50tahun. Migren tanpa aura lebih sering dibandingkan migren yang disertai aura dengan
persentasi 9 : 1.4

Klasifikasi Migren

Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa aura,dan migren kronik (transformed

). Migren dengan aura adalah migren dengan satu ataulebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi
serebral korteks dan atau tanpadisfungsi batang otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur angsur
lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit kepala mengikutiaura dalam interval bebas
waktu tidak mencapai 60 menit. Migren tanpa aura adalahmigren tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral dan
terkena pada periorbital.Migren kronik adalah migren episodik yang tampilan klinisnya dapat berubah berbulanbulan sampai bertahun- tahun dan berkembang menjadi sindrom nyerikepala kronik dengan nyeri setiap hari. 4

Patofisiologi Migren
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teorivaskular, adanya gangguan
vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang
dimulai pada korteks visual danmenyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjut dan menyebabkan

fase nyerikepala dimulai.


Teoricortical spread depression,dimana pada orang migrain nilaiambang saraf menurun sehingga
mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlakushort-lasting wavedepolarization oleh pottasium-liberating
depression(penurunan pelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi neuron
yangmemanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas neuron
ketika melewati korteks serebri.Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya vasodilatasi akibat
aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf trigeminus pada pembuluh darah
sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene related). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel
mast meningens dan akan merangsang pengeluaran mediator inflamasi sehingga menimbulkan
inflamasi neuron. CGRP juga bekerja padaarteri serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan
peningkatan aliran darah.Selain itu, CGRP akan bekerja pada post junctional site second order neuron

yang bertindak sebagai transmisi impuls nyeri.4


Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus sereleus sehingga terjadi
peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini jugamengaktifkan nukleus dorsal rafe sehingga
terjadi peningkatan kadar serotonin.Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan menyebabkan
konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah
diotak akan merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka dapat
terjadi aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin maka akanmenyebabkan dilatasi pembuluh
darah intrakranial dan ekstrakranial yang akanmenyebabkan nyeri kepala pada migrain.4

Diagnosa Migren
Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda-tandakhas migren. Kriteria
diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwaharus terdapat paling tidak tiga dari
empat karakteristik berikut, yaitu migren dengansatu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan
disfungsi serebral korteks danatau tanpa disfungsi batang otak, paling tidak ada satu aura yang
terbentuk berangsur-angsur lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, sakit kepala
mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit.5

Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwaharus terdapat paling sedikit lima

kali serangan nyeri kepala seumur hidup yangmemenuhi kriteria berikut :


a. Berlangsung 4 72 jam
b. Paling sedikit memenuhi dua dari:
1. unilateral
2. Sensasi berdenyut
3. Intensitas sedang berat
4. Diperburuk oleh aktifitas
5. Bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
Sedangkan menurut Konsensus nasional IV, Kelompok studi Nyeri Kepala , Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI) tahun 2013, ktriteria diagnostic migrain tanpa aura :
A. Sekurang-kurangnya nyeri kepal berlangsung 4- 72 jam (belum diobati atau tidak berhasil
diobati)
B. Nyeri kepla memiliki sedikitnya dua diantar karakteristik berikut :
1. Lokasi Unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan diperberat oleh aktifitas fisik atau diluar kebiasaan aktivitas rutin

(seperti berjalan atau naik tangga)


C. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
1. Nausea atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
D. Tidak berkaitan dengan penyakit lain10
Pemeriksaan Penunjang Migren
Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain (jika ada indikasi) adalah pencitraan (CT scan dan

MRI) dan punksi lumbal.


Diferensial diagnosa Migren
Diferensial diagnosa migren adalah malformasi arteriovenus, aneurismaserebri, glioblastoma,
ensefalitis, meningitis, meningioma, sindrom lupuseritematosus, poliarteritis nodosa, dan cluster

headache.5
Terapi Migren
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis dan fisiologis, mencegah berlanjutnya
dilatasi ekstrakranial, menghambat aksi mediahumoral (misalnya serotonin dan histamin), dan
mencegah vasokonstriksi arteri intrakranial untuk memperbaiki aliran darah otak.Terapi tahap akut
adalah ergotamin tatrat, secara subkutan atau IM diberikan sebanyak 0,25-0,5 mg. Dosis tidak boleh
melewati 1mg/24 jam. Secaraoral atau sublingual dapat diberikan 2 mg segera setelah nyeri timbul.
Dosis tidak boleh melewati 10 mg/minggu. Dosis untuk pemberian nasal adalah 0,5 mg (sekali

semprot). Dosis tidak boleh melewati 2 mg (4 semprotan).


Kontraindikasi adalah sepsis, penyakit pembuluh darah, trombofebilitis, wanita haid, hamil atau
sedangmenggunakan pil anti hamil. Pada wanita hamil, haid atau sedang menggunakan pilanti hamil
berikan pethidin 50 mg IM. Pada penderita penyakit jantung iskemik gunakan pizotifen 3 sampai 5 kali
0,5 mg sehari. Selain ergotamin juga bisa obat obat lain (lihat tabel 6). Terapi profilaksis
menggunakan metilgliserid malead,siproheptidin hidroklorida, pizotifen, dan propanolol (lihat tabel
7)Selain menggunakan obat obatan, migren dapat diatasi denganmenghindari aktor penyebab,
manajemen lingkungan, memperkirakan siklusmenstruasi, yoga, meditasi, dan hipnotis. 5

Komplikasi Migren

Komplikasi Migren adalah rebound headache,nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat

obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.5


Pencegahan Migren
Pencegahan migren adalah dengan mencegah kelelahan fisik, tidur cukup,mengatasi hipertensi,
menggunakan kacamata hitam untuk menghindari cahayamatahari, mengurangi makanan (seperti keju,
coklat, alkohol, dll.), makan teratur, dan menghindari stress.5

Migren adalah nyeri kepala vaskular yang paroksismal dan berulang, berlangsung 2-72 jam, serta bebas
dari nyeri kepala dan kelainan neurologik antar serangan. Sering ada faktor keturunan.

Gejala Klinis

Migrain mempunyai variabel serangan yang bervariasi tapi biasanya 1-2 kali per bulan. Beberapa
migrain mempunyai keluhan sakit kepala 3-4 kali setahun . Pada beberapa wanita dilaporkan keluhan
migrain biasanya dihubungkan dengan menstruasi.

Serangan nyeri kepala timbul secara tiba-tiba dan biasanya unilateral (80%), paroksismal dan
rekuren. Nyeri kepala dirasakan sebagai nyeri kepala yang berdenyut, menusuk-nusuk rasa kepala mau
pecah, rasa mual dan terkadang hingga muntah. Migrain biasanya mulai pada usia pubertas dan jarang
mulai terjadi setelah usia 40 tahun.

Fase-fase komplit

1.

Prodromal : pada fase ini dapat terjadi beberapa jam sampai beberapa hari dan terdapat perubahan
mood , tingkah laku , nafsu makan dan kognitif .

2.

Aura : dapat terjadi dalam 1 jam sakit kepala dan sering terdapat gangguan penglihatan dan sensoris.

3.

Sakit kepala : Sakit kepala sering terjadi sebelah dan berdenyut

4.

Sakit kepala terminasi

5.

Postdromal : sesudah fase sakit kepala terminasi , serangan komplit migraine telah selesai.

Gejala prodromal atau aura yang dapat terjadi bersamaan atau mendahului serangan migren, berupa :

1.

Fenomena visual positif (penglihatan berkunang-kunang seperti melihat kembang api, bulatanbulatan terang kecil yang melebar sampai gejala fortifikasi yang berupa gambaran benteng dari atas)

2.

Fenomena visual negatif (penglihatan semakin kabur, seperti berawan sampai semuanya tampak
gelap).

3.

Anoreksia, mual, muntah, diare, takut cahaya, dan atau kelainan otonom lainnya.
Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik (misalnya gangguan motorik, sensorik, kejiwaan) yang
menyertai, timbul kemudian atau mendahului serangan migren dan biasanya berlangsung sepintas atau
revesibel.

Faktor pencetus meliputi stres, kejutan emosional, kesibukan atau relaksasi setelah kesibukan,

musim panas, selama haid, sebelum haid, atau terlambat haid, makanan tertentu atau alergen yang spesifik,
kelelahan fisik dan mental, kontrasepsi oral, dll.

Beberapa makanan yang diidentifikasi menjadi pencetus migraine adalah makanan yang

banyak mengandung Thyramine (keju), makanan yang mengandung Monosodium Glutamate (MSG), makanan
yang mengandung Nitrat (bologna, mi, daging, rokok), makanan yang difermentasi, alcohol, caffein (softdrink,
teh, kopi)

Penatalaksanaan
1.

Istirahat total, mengurangi atau menghindari faktor pencetus dan kompres dingin.

2.

Simtomatik : misalnya metoklopramid 10 mg peroral atau parenteral atau bisa juga


domperidon 10 mg peroral bila mengeluh mual.

3.

Abortif : asetosal tablet dosis 600-1500mg/hari, ergotamin 1mg/ kofein 100mg tablet.

4.

Sedativum hipnotikum, golongan benzodiazepin atau barbiturat peroral atau parenteral.

5.

Preventif

6.

Latihan pengendoran otot-otot misalnya latihan relaksasi, psikoterapi, yoga, semedi,


biofeedback, manipulasi servikal, tusuk jarum, dll.

K.

Nyeri Kepala Primer Lainnya10


Nyeri kepala primer lainnya dapat dibagi menjai
1. Primary Stabbing Headache
Merupakan sakit kepala seperti ditusuk-tusuk timbul spontan, sepintas, terlokalisasi, tanpa didasari

penyakit organic atau gangguan saraf otak. Terapi pencegahan menggunakan indometasin 25-150 mg
secara teratur, dan bila intoleran terhadap indometasin dapat diberikan COX-2 inhibitor, melatonin,

gabapentin.
1. Primary Cough Headache
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh batuk atau mengejan, tanpa dijumpai gangguan
intracranial. Terapi pencegahan menggunakan indometasin 25-150 mg/hari, naproxen, propanolol.
1. Primary Exertional Headache

Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas fisik. Terapi abortif menggunakan
indometasin atau aspirin, pencegahan ergotamine tartat, metisergin atau propanolol yng dapat diminum

sebelum aktifitas. Pemanasan sebelum olahraga atau latihan bertahap dan progresif.
1. Nyeri kepala primer yang berhubungan dengan aktifitas sexual
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas sexual yang diawali dengan nyeri tumpu
bilateral saat terjadi peningkatan kenikmatan sexual dan mendadak intensitas nyeri meningkat saat

orgasme tanpa dijumpai gangguan intracranial, dapat dibagi menjadi dua yaitu :
-Nyeri kepala pre orgasmic/ Nyeri kepala orgasmic
Terapi dapat diberikan analgesic spesifik (ergotamine, triptan), NSAID diminum sebelum
melakukan aktifitas sexual, propanolol dan diltiazem juga sangat baik diberikan karena dapat
menurunkan hipertensi yang sering menjadi komorbiditas. Atau nyeri kepala dapat diredakan dengan

menghentikan aktifitas sexual sebelum orgasme tercapai atau lebih pasif saat berhubungan sexual.
1. Hypnic Headache
Merupakan nyeri kepala yang bersifat tumpul dan selalu menyebabkan pasien terbangun dari
tidurnya .Terapi dapat diberikan kafein 50-60 mg sebelum tidur, litium karbonat 300-600 mg,

alternative lain dapat diberikan indometasin, flunarizin,atenolol, verapamil, prednisone, gabapentin.


1. Primary thunderclap headache
Merupakan nyeri kepala yang memiliki internsitas nyeri yang sangat hebat, timbul mendadak dan
menyerupai rupture aneurisma serebral. Terapi yang dapat diberikan kortikosteroid , hindari

vasokonstriktor seperti triptan , ergot, dan kokain. Untuk preventif dapat nimodipin selama 2-3 bulan.
1. Hemikrania kontinua
Merupakan nyeri kepala unilateral yang selalu persisten dn responsive terhadap indometasin.Nyeri
kepala akan hilang jika diberikan indometasin 50-100 mg IM , reda dalam 2 jam. Dosis efektif 25-300
mg.
1.

New daily persistent headache


Merupakan nyeri kepala yang dirasakan sepanjang hari tanpa mereda sejak awal serangan

(pada umumnya dalam 3 hari) . Nyerinya khas bersifat bilateral, seperti ditekan atau ketat dengan
intensitas nyeri derajat ringan sampai sedang. Dapat dijumpai fotofobia, fonofobia, atau nausea
ringan.Terapi dapat diberikan analgetika minimal, dapat pula diberi pencegahan migren kronis , dan
blok saraf N.Oksipitalis magnus.

Gambar. Gambaran Karakteristik Cephalgia


Tabel Karakteristik Cephalgia
Ce

pha

Si

Lokasi

fat

lgi

Frekuens

Gejala
ikutan

n
y
er
i

Mi

gre

er

Unilateral/

bilateral

Sporadik,

<

de

serangan

fotofobia,fon

tan

ny

nyeri

ofobia

pa

ut

ja

aur

Mual
muntah

Mi

Unilateral

<

Sporadik,

Gangguan

gre

er

visual,

de

serangan

gangguan

den

ny

didahului

sensorik,

gan

ut

gejala

gangguan

aur

ni

neurologi

bicara

fokal 5-

20 menit

Te

Bilateral

nsi

on

Tip

pu

l,

He

te

ar

ada

ka

che

Terus

menerus

Depresi
ansietas
stress

dii
ka
t

Clu

Ta

Unilateral

Periodik

Lakrimasi

ster

ja

orbita,

1 x tiap 2

ipsilateral.,

He

m,

supraorbita

hari 8x

rhinorrhoea

ada

perhari

ipsilatral,

che

en

miosis/ptosis

us

ipsilatral,

uk

dahi

wajah

ni

berkeringat

&

Ne

Di

ura

tu

lgi

Dermatom

saraf V

Beberapa

kali

su

sehari

k-

trig

tu

em

su

inu

et

ALGORITMA DIAGNOSIS NYERI KEPALA

ik

Zona pemicu
nyeri

Tabel Red Flag Cephalgia

Red Flag

Sudden
Headache

Onset

Possible
Investigation

SAH, Bleed into a


mass

Neuroimagin
g

AV
Malformaion,
Mass lesion

Lumbal
Pucture

(especially posterior
fossa)

Consider

Worsening
Headache

Pattern

Mass Lesion, SDH

Medical Overuse

Neuroimagin
g

Meningitis,
Encephalitis

Neuroimagin
g

Lyme
Disease,Collagen

Lumbal
Pucture

Vascular
systemic

Blood Test

Infection

Headache
systemic illness

with

disease,

Focal
Neurological
signs other

Mass Lesion,
Malformation

than typical visual or


sensorial

Collagen
Disease

Aura

Papiloedema

1.

AV

Neuroimagin
g

Vascular

Collagen
Vascular

Evaluation

Mass
Lesion,
Pseudotumor

Neuroimagin
g

Encephalitis,
Meningitis

Lumbal
Pucture

Nyeri Kepala Pasca Trauma Kepala


Kontusio atau komosio serebri bahkan trauma kapitis ringan seringkali dihubungkan dengan

sakit kepala, pusingn kepala dan keluhan lainnya yang mnyangkut kepala.

Bila dari anamnesa diketahui benar bahwa keluhan-keluhan itu timbul setelah mengidap
trauma kapitis, maka perhatian dan analisa harus diarahkan kepada kemungkinan adanya perdarahan subdural
akut, shunt arteriovenosa post traumatik, whiplash injury dan kerusakan kulit kepala setempat. Apabila masih
diragukan, bahkan terungkap bahwa sebelum kecelakaan memang sakit kepala, sering kali menjadi pendorong

untuk mengunjungi dokter, maka sakit kepala ini merupakan gejala-gejala bagian dari sindroma pasca trauma
kapitis yang bersifat neurotik. Pemeriksaan: Foto tulang tengkorak AP dan lateral, EEG.

1. Nyeri Kepala Pada Trombosis Arteri Karotis Interna

Kira-kira 50% dari orang-orang dengan trombosis arteri karotis interna (TAKI) sesisi

mendapat sakit kepala ipsilateral. Sebaliknya, korelasi antara sakit kepala dengan trombosis arteri serebri jauh
lebih rendah daripada dengan TAKI.

Gambaran klinis klinisnya dikenal sebagai TIA (Transient Ischemic Attack) yang dapat berupa

hemiparesis, hemiparestesia, afasia atau hemianopia yang semuanya cepat sembuh kembali. Selama keadaankeadaan tersebut diatas berlangsung atau sebelumnya sakit kepala sesisi (ipsilateral) seringkali sudah dirasakan.
Sifatnya ialah berdenyut. Adakalanya sakit kepala itu dirasakan beberapa bulan sebelum suatu stroke terjadi.
Bahwasanya sakit kepala itu harus dianggap sebagai manifestasi dari TAKI, dapat dibuktikan oleh adanya
kelainan vaskular pada konjungtiva bulbi/ palpebrale ipsilateral. Disitu terlihat arteri dan vena yang berukuran
sedang dalam keadaan vasodilatasi. Hal demikian merupakan reaksi vaskular terhadap hipoksia iskemik.

Penatalaksaan

1.

Pemberian obat untuk mencegah terjadinya embolisasi dari trombus didalam arteri karotis interna.

2.

Pemeberian obat untuk mencegah oklusi arteri karotis interna (dapat diberikan aspirin dosis 2 x 300mg/
hari).
1.

Nyeri Kepala Pasca Pungsi Lumbal


Sakit kepala ini mungkin disebabkan oleh penurunan tekanan intrakranial akibat bocornya

selaput arakhnoid, sehingga likuor serenrospinalis tetap merembes keluar ruang subarakhnoidal. Sifat sakit
kepala pasca pungsi lumbal ialah bukan nyeri tetapi perasaan tidak enak dikepala, kadang bersifat nyeri tumpul
berdenyut. Lokasinya ialah bitemporal atau suboksipital, bahkan servikal bagian atas. Duduk dan berdiri dapat
membangkitkan sakit kepala akan tetapi dengan berbaring akan meredakan nyeri kepala tersebut. Jika
menggelengkan kepala dapat memperberat sakit kepala.

Pencegahan ialah dengan mempergunakan jarum pungsi lumbal yang halus dan tajam (18G).

Selain itu, setelah pungsi lumbal penderita disuruh berbaring telungkup selama 4 jam dan kemudian beristirahat
mutlak ditempat tidur selama 24 jam.

Penatalaksanaan:
1.

Istirahat total ditempat tidur selama 3 sampai 5 hari dan minum sebanyak mungkin.

2.

Dapat diberikan analgetika.

3.

Mobilisasi diatur secara bertahap.

1. Nyeri Kepala Pada Meningitis Dan Ensefalitis

Nyeri kepala pada ensefalitis dan mengitis merupakan salah satu gejala prodormal dan juga

gejala utama diantara gejala-gejala serebral lainnya. Sebagai manifestasi prodormal sakit kepala itu bersifat
umum, seperti sakit kepalasewaktu mengidap flu.

Gejala klinis pada penderita biasanya adanya sakit kepala yang berat, demam tinggi, muntah-

muntah dan nyeri kuduk, dapat juga disertai adanya penurunan kesadaran (delirium). Gejala-gejala lain yang
dapat ditemukan ialah adanya, fotofobia, paresis saraf otak (pada meningitis), hemiparesis, monoparesis (pada

ensefalitis), kejang fokal (pada ensefalitis dan meningoensefalitis), kejang umum (meningitis dan ensefalitis),
dan papiledema bilateral.

Penatalaksanaan
1.

Dengan segera dirawat di Rumah Sakit.

2.

Dilakukan pungsi lumbal.

3.

Pemberian antibiotika, antivirus.

4.

Pada penderita yang mengalami kejang dapat diberikan antikonvulsan.

Anda mungkin juga menyukai