Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL “NYERI KEPALA”

BLOK NEUROPSIKIATRI

KELOMPOK 2

MAWAR TRIS FEBRIANI K1A1 14 056


VENTI VIOLITA HENDRA K1A1 14 046
FIFIN SAMUDRA INDAH SARI K1A1 15 013
FADEL RAJAB NUGRAHA K1A1 15 011
PUTRI MAHARANI K1A1 15 107
NURMILA PURNAMA SARI K1A1 15 102
NURLINA K1A1 15 101
NURDIYANA SALIM K1A1 15 099
ABDA FIKHI FADHILLAH K1A1 17 001
SULASTRI K1A1 17 027
SITTI MUJAHIDAH K1A1 17 025
RASTUAJI BAGAS KHAIRUL UMAM K1A1 17 024
LA ODE MUH. ALBAR K1A1 17 071
HANDRIANI K1A117 069
FITRI DWI WAHYUNI K1A1 17 067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
MODUL 2 : NYERI KEPALA

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan patomekanisme terjadinya berbagai jenis kepala (NK)
berdasarkan etiologinya, gambaran kliniknya, cara mendiagnosis, serta
menatalaksana nyeri kepala tertentu.

KASUS

SKENARIO 1A
Seorang perempuan berusia 21 tahun datang kepoliklinik dengan keluhan nyeri
kepala berdenyut. Yang dialami sejak 4 bulan yang lalu, hilang timbul. Dengan
nyeri kepala hampir sama sejak awal, terutama dibagian kepala sisi kanan. Saat
nyeri kepala pasien tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Durasi sakit
kepala sekita 4 sampai 5 jam. Keluhan kadang disertai mual tetapi tidak disertai
demam.

A. Identifikasi Kata Sulit


-
B. Identifikasi Kata/Kalimat Kunci
 Perempuan 21 tahun
 Nyeri kepala berdenyut
 Dialami sejak 4 bulan lalu, hilang timbul
 Terutama kepala sisi kanan
 Durasi sakit kepala 4-5 jam
 Tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
 Disertai mual & tidak demam

C. Pertanyaan Penting
1. Sebutkan struktur-struktur peka nyeri (intracranium & ekstracranium)!
2. Jelaskan definisi dan patomekanisme nyeri kepala!
3. Jelaskan etiologi nyeri kepala!
4. Jelaskan klasifikasi nyeri kepala!
5. Sebutkan penilaian derajat nyeri kepala!
6. Jelaskan hubungan nyeri kepala dan mual!
7. Jelaskan langkah-langkah diagnosis!
8. Jelaskan DD dan DS
 Cluster
 Migren
 Tumor otak

D. Jawaban

1. Sebutkan struktur-struktur peka nyeri (intracranium & ekstracranium)!


Rangsang nyeri kepala disebabkan oleh adanya tekanan, traksi,
displacement maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-
nosiseptor pada struktur peka nyeri di kepala. Jika struktur tersebut yang
terletak pada atau pun diatas tentorium serebelli dirangsang maka rasa nyeri
akan timbul terasa menjalar pada daerah didepan batas garis vertikal yang
ditarik dari kedua telinga kiri dan kanan melewati puncak kepala (daerah
frontotemporal dan parietal anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf
trigeminus. Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri
dibawah tentorium (pada fossa kranii posterior) radiks servikalis bagian
atas dengan cabang-cabang saraf perifernya akan menimbulkan nyeri pada
daerah dibelakang garis tersebut, yaitu daerah oksipital, suboksipital dan
servikal bagian atas. Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf kranial IX, X dan
saraf spinal C-1, C-2, dan C-3. Akan tetapi kadang-kadang bisa juga radiks
servikalis bagian atas dan N. oksipitalis mayor akan menjalarkan nyerinya ke
frontal dan mata pada sisi ipsilateral.(1)

2. Jelaskan definisi dan patomekanisme nyeri kepala!


a. Definisi
Menurut The International Association for the Study of Pain
(AISP) nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan atau berpotensi akan menyebabkan kerusakan
jaringan(2)
Nyeri kepala dalam bahasan kedokteran di sebut sefalgia. Sefalgia
diambil dari bahasa yunani “cephalgia” yang berarti nyeri dimana saja di
wilayah kepala dan leher(3)
b. Patomekanisme
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nociceptor
atau stimulus noxious pada jaringan, yang kemudian akan
mengakibatkan stimulasi nosiseptor dimana disini stimulus noxious
tersebut akan berubah menjadi potensial aksi. Proses ini disebut
transduksi atau aktivitas reseptor. Selanjutnya potensial aksi tersebut
akan ditransmisikan menuju neuron susunan saraf pusat yang
berhubungan dengan nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi
impuls dari neuron aferen primer ke kornu dorsalis medula spinalis,
pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer bersinap dengan neuron
susunan. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik ke atas di medula
spinalis menuju batang otak dan talamus. Selanjutnya terjadi hubungan
timbal balik antara talamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak
yang mengurusi reseptor persepsi dan afektif yang berhubungan dengan
nyari. Tetapi rangsangan nosiseptif tidak selalu menimbulkan presepsi
nyeri dan sebaliknya presepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi
nosiseptif. Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi
proses nyeri tersebut, tempat modulasi sinya yang paling diketahui
adalah pada kornu dorsalis medula spinalis. Proses terakhir adalah
persepsi, dimana pesan nyeri di relai menuju ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan.(2)
Inflamasi steril pada bangunan peka nyeri intrakranial maupun
ekstrakranial menyebabkan pelepasan berbagai mediator inflamasi oleh
makrofag seperti IL-1 IL-6, TNFalfa, dan NGF.selain itu sel saraf yang
rusak menyebabkan ATP dan proton, dan sel mast melepaskan histamin,
prostaglandin E2, serotonin, asam arakidonat, PACAP, nitrit oxide,
bradikinin dan ATP. Adanya inflamasi ini menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah yang memicu keluarnya protein plasma, peptida
vasoaktif CGRP, substansia P dan neurokinin A dan L glutamat dari
ujung saraf. Semua substansi ini dapat menyebabkan sensitisasi
nosiseptor meningeal dan saraf trigeminal.(3)
Rangsangan pada bangunan peka nyeri yang terletak di tentorium
serebeli maupun diatasnya akan menimbulkan rasa nyeri menjalar pada
daerah di depan batas garis vertical yang ditarik dari kedua telinga kiri
dan kanan melewati puncak kepala (frontotemporal dan parietal inferior)
sedangkan rangsangan bangunan peka nyeri dibawah tentorium
serebeli,yaitu pada fossa karnii posterior, radix servikalis bagian atas
dna cabang-cabang perifernya akan menimbulkan nyeri pada bagian
oksipital, suboksipital dan servikal bagian atas. Nyeri ini ditransmisikan
oleh saraf V,VII,IX,X dan sarafspinal C1,C2 dan C3. Kadang-kadang
radiks servikal menjalarka nyeri ke frontal dan mata ipsilateral melalui
refleks trigeminoservikal.(3)
Refleks trigeminoserfikal merupakan refleks polisinaptik melalui
nukleus spinalis N.trigeminal yang mencapai motor neuron saraf
servical, sehingga rasa nyeri di daerah leher dapat dirasakan sampai ke
kepala atau sebaliknya. (3)

Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab


memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut : (4)
 Perengangan atau pergeseran pembuluh darah: intrakranium atau
ekstrakranium
 Traksi pembuluh darah
 Kontraks otot kepala dan leher (kerja berlebih otot)
 Perengangan periosteum ( nyeri lokal)
 Degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar
nervus servikalis 9 misalnya,arthritis vertebra servikalis)
 Defisiensi enkefalin ( peptide otak mirip-opiat,bahan aktif pada
endorphin )
3. Jelaskan etiologi nyeri kepala!
Menurut papdi (2012) nyeri kepala sering berkembang dari sejumlah
factor resiko yang umum, yaitu : (5)
- Penggunaan obat berlebihan
Konsumsi obat berlebihan dapat memicu sakit kepala bertambah parah
setiap diobati.
- Stress
Pemicu paling utama nyeri kepala, karena stress bisa menyebabkan
pembuluh darah di bagian otot mengalami penegangan sehingga
menyebabkan sakit kepala.
- Masalah tidur
Merupakan salah satu factor terjadinya sakit kepala karena saat tidur
seluruh anggota tubuh termasuk otak dapat beristirahat.
- Kegiatan berlebihan
Dapat mengakibatkan pembuluh darah di kepala dan leher mengalami
pembengkakan, sehingga efek dari pembengkakan akan terasa nyeri.
- Rokok
Nikotin di dalam rokok dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit
sehingga aliran darah akan berkurangdan menyebabkan nyeri kepala.

4. Jelaskan klasifikasi nyeri kepala!


a) Migrain yaitu suatu sindrom klinis akibat disfungsi integrasi sistem
saraf pusat dengan manifestasi klinis berupa gangguan kepribadian
tubuh yang luas, dapat dengan atau tanpa rasa sakit. Manifestasi klinis
yang oaling sering adalah sakit kepala yang timbul periodik (rekuren),
pada awal serangan unilateral (asal kata migren yaitu migren-
hemikranial) tetapi pada suatu waktu dapat bilateral atau menyeluruh.
Seranga sakit dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari,
rasa sakit dapat hanya samar-samar saja, tetapi dapat sangat berat
sampai tidak tertahankan. Sindrom migren ini umumnya terdapat pada
anak, usia dewasa muda yang dapat berlangsung dan menyembuh
dengan bertambahnya usia.(6)
b) Cluster headache disebut juga neurakgia migrenosa dan
sefalgiahistaminik yaitu sakit kepala unilateral yang rekuren yang
hampir selalu pada sisi kepala yang sama, sakit kepala yang khas
dirasakan pada regio okulomotor atau akulotemporal dan kadang-
kadang menjalar ke rahang atas, rasa sakit terus-menerus, tidak
berdenyut an sering pula disertai dengan gangguan saraf otonom yang
ipsilateral. Umumnya rasa sakit berlangsung antara 30-90 menit, dan
timbul beberapa kali dalam sehari selama 6-12 minggu atau kadang-
kadang lebih lama lagi. Fase bebas serangan sakit kepala ini dapat
berlangsung sekitar 12 bulan. (6)
c) Tension headache disebut pula muscle contraction headache
merupakan sakit kepala yang biasanya bilateral, seringkali dirasakan
pada puncak kepala atau di regio tengkuk-oksipital. Sakit kepala tipe
ini banyak terdapat pada masa monopause atau premenstrual. Rasa
sakit mungkin dirasakan seperti terjerat, tertekan atau rasa penuh di
kepala. Rasa sakit umumnya dirasakan berangsur-angsur, makin lama
makin berat dan mungkin berlangsung kronik dan dirasakan siang dan
malam, disertai kelelahan, ngantuk. Umumnya pasien tension
headache mempunyai gangguan kepribadian berupa anksietas,
hipokondria dan kadang-kadang depresi. (6)

5. Sebutkan penilaian derajat nyeri kepala!


a) Pengkuran Nyeri secara Kategorikal
Pengukuran nyeri tipe ini disebut sebagai pengukuran satu
dimensi (one dimensional) : (7)
 Tidak terdapat nyeri : Diartikan pasien sebagai tidak
merasakan nyeri
 Nyeri Ringan : Diartikan sebagai nyeri yang bersifat
siklik dan tidak menganggu aktivitas keseharian.
Analgetikum biasanya efektif dalam mengatasi nyeri
ini.
 Nyeri Sedang : Dikatakan nyeri sedang bilanyeribersifat
episodic, terdapat masa eksaserbasi. Umumnya nyeri
masih dapat di tolerir walaupun pasien membutuhkan
analgetikum. Pengobatan dengan analgetikum ini
umumnya tidaklah menghilangkan nyeri secara total.
Rasa nyeri yang terjadi akan meningkat apabila terjadi
peningkatan ativitas keseharian atau aktivitas yang
tidak biasa dilakukan pasien.
 Nyeri Hebat : Apabila pasien dalam melakukan
aktivitas kesehariannya merasa nyeri dan rasa nyeri
tersebut menganggu aktivitas. Nyeri hebat tidak dapat
diatasi dengan analgetikum sederhana atau hanya
memberikan respon yang minimal.
b) Pengukuran nyeri secara Numerikal

Numerial Rating Scale (NSR) merupakan pengukuran nyeri


dimana pasien dimintakan untuk memberikan angka 1-10. Nol
diartikan sebagai tidak ada nyeri sedangkan angka 10 diartikan sebagai
rasa nyeri yang hebat dan tidak tertahankan oleh pasien.
Pengukurannya ini lebih mudah dipahami pasien baik bila kepada
pasien tersebut dimintakan secara lisan atau mengisi form kuisioner. (7)
 Skala nyeri 1-3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan
tidak menganggu pola aktivitas penderita.
 Skala nyeri 4-6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat
menganggu pola aktivitas penderita.
 Skala nyeri 7-10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga
memerlukan therapy medis dan tidak dapat melakukan pola
aktivitas mandiri.
c) Visual Analogue Scale

VAS adalah intrumen pengukuran nyeri yang paling


banyak dipakai dalam berbagai studi klinis dan diterapkan terhadap
berbagai jenis nyeri. Terdiri dari satu garis lurus sepanjang 10 cm.
Garis paling kiri menunjukkan tidak ada rasa nyeri sama sekali,
sedangkan garis paling kanan menandakan rasa nyeri yang paling
buruk. Sebagai contoh bila pasien tidak merasakan nyeri apapun,
maka ia harus menggariskannya pada ujung sisi kiri dari garis VAS
tersebut. Pengukuran dengan VAS pada nilai dibawah 4 dikatakan
sebagai nyeri ringan, nilai diantara 4-7 dinyatakan sebagai nyeri
sedang dan diatas 7 dianggap sebagai nyeri hebat. (7)
Masih dalam kategori ini terdapat skala pengukuran nyeri
yang lebih banyak dipakai pada anak-anak dan dikenal sebagai
faces scale. Intensitas nyeri digambarkan oleh karikatur wajah
dengan berbagai bentuk mulut. (7)

6. Jelaskan hubungan nyeri kepala dan mual!


Di dalam tubuh manusia, terdapat dua pusat mual muntah. Yaitu chemo
trigger receptor yang berada diventrikel 4, dan medulla oblongata yang mana
terdapat nervus vagus yang persarafannya hingga kesaluran cerna.(8)
Apabila dihubungkan dengan migren disebabkan karna adanya gangguan
motilitas gastrointestinal yang dapat menyebabkan mual muntah serta
kesulitan mengkonsumsi obat anti migren oral. (8)

7. Jelaskan langkah-langkah diagnosis!


1) Anamnesis
Anamnesis wawancara dengan pasien dimula dengan menanyakan
nama, umur, pekerjaan, alamat. Kemudian ditanyakan keluhan utamanya,
yaitu keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter. Pada tiap
keluhan atau kelaianan perlu di telusuri : (9)

- Sejak kapan mulainya


- Sifat serta beratnya
- Lokasi perjalanannya
- Hubungannya dengan waktu
- Keluhan lain yang ada hubungannyaa dengan keluhan
tersebut
- Pengobatan sebelumnya
- Faktor yang membuat keluhan lebih berat atau lebih ringan
- Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat atau
ringan, datang dalam bentuk serangan dan lain sebagainya

2) Pemeriksaan fisik
Sebagian besar pasien dengan nyeri kepala padapemeriksaan
fisiknya ditemukan normal. Hanya sebagian kecil saja yang tidak normal.
Apabila ditemukan ketidaknormalan pada pemeriksaan fisik pasien dengan
nyeri kepala, maka hal ini merupakan tanda bahaya (red flags). Red flags
adalah tanda bahaya atau kondisi yang harus diwaspadai. Beberapa hal
yang terkategori sebagai red flags pada kasus nyeri kepala yaitu : (10)
Red Flags (Tanda Bahaya) untuk Nyeri Kepala: “SNOOP” (10)
S • Systemic symptoms (symptom sistemik)
S • Secondary headache risk factors (faltor risiko nyerikepala
sekunder)
S • Seizures (kejang)
N • Neurologic symptoms or abnormal signs (symptom neurologi/
tanda abnormal)
O • Onset (onset)
O • Older (usia tua)
P • Progression of headache (nyeri kepala progresif)
P • Positional change (perubahan posisi)
P • Papilledema (papil edema)
P • Precipitated factors (factor pencetus)

3) Pemeriksaan fisik umum


Perubahan kulit dapat dikaitkan dengan berbagai etiologi nyeri
kepala. Bintik café-au-lait merupakan tanda neurofibromatosis.
Neurofibromatosis ini terkait dengan meningioma intrakranial dan
schwannoma. Kulit kering, alopesia (kebotakan), dan pembengkakan
terlihat pada hipotiroidisme. Lesi melanotik ganas mungkin berhubungan
dengan penyakit metastasis ke otak.(10)

4) Pemeriksaan Fisik Neurologi


Auskultasi bising di daerah karotis dan arteri vertebral dan orbit
dapat memperingatkan klinisi akan potensi stenosis arteri atau diseksi, atau
malformasi arteriovenous.1 Pemeriksaan saraf kranial dapat menjadi
petunjuk etiologi nyeri kepala. Gangguan penciuman tersering disebabkan
oleh trauma kepala.(10)
Gangguan penciuman menunjukkan adanya gangguan pada alur
penciuman (olfactory groove), misalnya tumor frontotemporal. Pada
pemeriksaan funduskopi, adanya perdarahan atau papilledema
mengharuskan dilakukannya imejing yang cepat untuk menyingkirkan
kemungkinan lesi desak ruang. Pemeriksaan lapang pandang yang
menunjukkan defek lapang pandang bitemporal ditemukan pada tumor
hipofisis. Selama serangan nyeri kepala klaster, dokter dapat menemukan
adanya lakrimasi ipsilateral, rhinorrhea, ptosis, miosis, dan wajah
berkeringat pada pasien. Kelainan gerakan mata bisa disebabkan oleh
gangguan saraf okulomotor akibat peningkatan tekanan intrakranial. Saraf
cranial lainnya dapat dipengaruhi oleh berbagai penyebab. Jika
keterlibatan bersifat tidak menyeluruh, asimetris, dan progresif, maka
penyebab infiltratif seperti neoplasma, meningitis TB, dan sarkoidosis
harus dipertimbangkan.(10)

8. Jelaskan DD dan DS dari skenario!


a) Cluster type Headache
1) Definisi
Nyeri kepala klaster adalah nyeri kepala hebat, nyeri selalu
unilateral di orbita, supraorbita, temporal, atau kombinasi dari tempat-
tempat tersebut, berlangsung 15-180 menit dan terjadi dengan frekuensi
satu kali tiap 2 hari hingga 8 kali sehari. Setiap serangannya disertai satu
atau lebih gejala-gejala berikut, semua ipsilateral: injeksi konjungtiva,
lakrimasi, kongesti nasal, rinorea, berkeringat dikening dan wajah, miosis,
ptosis, dan edema palpebra. Selama serangan sebagian besar pasien gelisah
atau agitasi.(11)

2) Epidemiologi
Kejadian nyeri kepala klaster menempati proporsi <1% dari semua
keluhan nyeri kepala. Nyeri kepala jenis ini biasanya terjadi pada usia 20-
40 tahun dan lebih sering dialami laki-laki daripada perempuan, dengan
rasio 2:1. (11)

3) Etiologi
Etiologi nyeri kepala klaster diduga berkaitan dengan
neurovascular, irama sirkadian, vasodilatasi arteri, dan peningkatan
aktivitas system otonom parasimpatis. (11)

4) Patofisiologi
Patofisiologi nyeri kepala klaster tidak dimengerti secara
menyeluruh. Beberapa faktor yang mungkin mendasari terjadinya nyeri
kepala klaster adalah vasodilatasi, sinyal dari nervus trigeminus, saraf
otonom, irama sirkadian, serotonin, histamine, dan sel mast. (11)

5) Manifestasi Klinis
 Nyeri retroorbita yang berlangsung selama 10 menit hingga 2 jam.
Serangan ini dapat terjadi setiap hari selama berminggu-
minggu/bulan. Kualitas nyeri konstan dan seperti ditusuk. Intensitas
nyeri berat (hingga dapat membangunkan pasien dari tidur).
Pencetus nyeri adalah cahaya dan konsumsi alcohol. Nyeri mereda
dengan berjalan-jalan santai. (11)
 Gejala penyerta berupa mata merah berair, kongesti nasal atau
rinorea, dan sindrom horner unilateral (miosis, ptosis parsial, dan
anhidrosis) (11)
Terdapat 2 bentuk nyeri kepala klaster: (11)

 Nyeri kepala klaster episodic dengan setidaknya 2 fase nyeri


kepala yang berlangsung selama 7 hari hingga 1 tahun yang
dipisahkan oleh interval bebas selama 1 bulan atau lebih.
 Nyeri kepala klaster kronik, dimana nyeri kepala terjadi lebih dari
setahun tanpa remisi atau interval bebas kurang dari 1 bulan.

6) Diagnosis
Kirteria diagnostik nyeri kepala klaster: (11)
1. Setidaknya 5 serangan yang memenuhi kriteria poin 2-4;
2. Nyeri hebat atau sangat hebat diorbita, supraorbita, dan/atau temporal
yang unilateral, berlangsung selama 15-180 menit bila tidak diobati;
3. Nyeri kepala setidaknya disertai oleh 1 dari gejala berikut:
 Injeksi konjungtiva, dan/atau lakrimasi ipsilateral;
 Kongesti nasal dan/atau rinorea ipsilateral;
 Edema kelopak mata ipsilateral;
 Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral;
 Miosis dan/atau ptosis ipsilateral;Perasaan gelisah atau agitasi.
4. Serangan-serangan mempunyai frekuensi dari 1 kali setiap 2 hari
sampai 8 kali perhari;
5. Tidak berhubungan dengan kelainan lain.

7) Tata laksana

Tujuan tata laksana adalah menekan periode klaster, menghentikan


serangan akut, mengurangi frekuensi nyeri, dan mengurangi intensitas
(11)
nyeri :

1. Terapi pada serangan akut (terapi abortif)


 Oksigen (7 L/menit selama 15 menit dengan sungkup)
merupakan pilihan utama dalam mengatasi nyeri kepala
klaster apabila diberikan pada awal serangan.
 Dihidroergotamin 0,5-1,5 mg IV dapat mengurangi nyeri
dalam waktu 10 menit; Pemberian intramuscular atau/dan
nasal memiliki awitan lebih lama.
 Sumatriptan (nasal 20 mg atau injeksi subkutan 6 mg) akan
mengurangi nyeri dalam 10 menit, dapat diulang setelah 24
jam. Sumatriptan tidak boleh diberikan pada pasien dengan
hipertensi tidak terkontrol atau penyakit jantung iskemik.
 Lidokain: 1 ml dari solusio 4% lidokain ditempatkan pada
kapas ditiap lubang hidung (intranasal) selama 5 menit
dapat membantu mengurangi nyeri.
2. Profilaksis
 Verapamil (pilihan pertama) 120-160 mg PO 3-4x/hari,
selain itu juga dapat digunakan nimodipin 240 mg/hari atau
nifedipin 40-120 mg/hari.
 Litium 300-1500 mg/hari PO.
 Methylsergid 4-10 mg/hari PO.
 Prednisolon 50-75 mg/hari. Tidak boleh diberikan dalam
jangka waktu lama. Efektif pada 80-90% kasus dalam
mencegah serangan.

b) Migren
1) Definisi
Migren merupakan kelainan kompleks yang ditandai dengan sakit
kepala berulang, unilateral, dan beberapa kasus dikaitkan dengan adanya
aura yang timbul sebelum nyeri kepala atau setelahnya. Klasifikasi migren
berdasarkan konsensus PERDOSSI tahun 2013(adaptasi dari Kriteria
IHS): (12)

 Migren tanpa aura


 Migren dengan aura
 Sindrom periodik pada anak yang pada umumnya menjadi prekursor
migren
 Cylical vomiting
 Migren Abdominal
 Vertigo paroksismal beningna pada anak
 Migen Retinal
 Komplikasi Migren
 Migren kronis
 Status migrenosus(serangan migren> 72 jam)
 Aura persisten tanpa infark
 Migrenous infark
 Migrene triggered seizure
 Probable migren

2) Epidemiologi
Prevalensi migrain adalah 18% lebih sering terjadi pada wanita dan
6% terjadi pada pria, awitan sering terjadi di usia belasan dengan
prevalensi puncak pada usia 35-45 tahun. (12)

3) Etiologi
Beberapa faktor seperti hormon, nutrisi, cuaca, stres, tekanan,
emosional, masalah sensori (asap rokok, parfum dan lainlain), kurang
tidur, tidur berlebihan, kelelahan dan aktivitas fisik. Serangan migrain
kebanyakan disebabkan oleh berbagai faktor yang beragam. (12)

4) Patofisiologi
Terdapat keadaan dasar neuron yang sangat mudah terangsang
(hyper-exability) terhadap pencetus tertentu yang menyebabkan
vasodilatasi dan pelepasan prostaglandin. Adanya prostaglandin akan
merangsang pelepasan sitokin proinflamasi seperti CGRP dan
Neuropeptida Y yang menyebabkan vasodilatasiberikutnya sehingga
terjadi peregangan dan perangsangan reseptor nyeri. Terjadi gelombang
eksitasi neuronal diikuti gelombang depresi, yang diasosiasikan dengan
vasokonstriksi dan vasodilatasi. Kejadiaan awal mungkin dapat terjadi
pada batang otak danmemicu pusat muntah. (12)
Migren dapat dicetus dengan stress, kelebihan/kekurangan tidur,
obat-obatan ( estrogen nitrogliserin), perubahan hormon. (12)

5) Manifestasi klinis
Terdapat 4 stadium migren : (12)

1) Prodromal ( gatal atau rasa nyeri pada daerah dermaom )


2) Aura ( merupakan gejalah disfungsi serebral focal yang pulih
menyeluruh dalan <60 mnt .)
3) Nyeri kepala ( nyeri kepala berdwnyut unilateral, terutama pada
daerah fronto-temporal, dapat berlangsung dalam hitungan jam-
hari.
4) Postdromal ( berupa perubahan nafsu makan , gejalah otonomik ,
perubahan mood , serta agitasi/retardasi psikomotor .

6) Diagnosis
Diagnosis migren ditegakkan berdasarkan anamnesis. Berdasarkan
international Headache Society (IHS). Migren dibagi menjadi migren
tanpa dan dengan aura : (12)
1. Kriteria migren tanpa aura berdsarkan IHS ada lah :
 Sekurang kurangnya lima nyeri kepala berlangsung selama 4-
72 jam (belum diobati atau sudah diobati namun belum
berhasil). Dan
 Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 hari gejala gejala
berikut:
- Lokasi unilateral
- Kualitas berdenyut
- Intensitas nyeri sedang –berat
- Keadaan diperberat oleh aktivitas fisik atau diluar
kebiasaan rutin ( seperti berjalan atau naik tangga)
 Selama nyeri kepala disertai 1 dari gejala berikut : mual dan
muntah atau fotofobia dan fonofobia
 Tidak berkaitan dengan penyakit yang lain

2. Kriteria migren dengan aura berdasarkan IHS :


Aura tipikal terdiri atas gejala visual dan atau sensoris dan atau
berbahasa yang berkembang secara bertahap, durasi tidak boleh lebih
dari 1 jam. Pulih sempurna dan berhubungan engan timbulnya nyeri
kepala yang memenuhi kriteria migren tanpa aura.
7) Tata laksana
Tata laksana pengobatan migren dapat dibagi menjadi 3 kategori : (12)
1. Non Medikamentosa
Hindari pencetus nyeri seperti perubahan pola tidur , makanan ,
stress dan rutinitas sehari hari , cahaya terang, kelap kelip
perubahan cuaca, berada ditempat tinggi seperti digunung atau
pesawat udara.
2. Terapi Abortif non spesifik pada serangan ringan sampai sedang
atau serangan berat yang berespon baik terhadap obat yang sama
dipakai obat nyeri OTC (over the counter) atau OAINS (obat anti
inflamasi non steroid) oral.
A. Terapi abortif non spesifik antara lain:
 Parasetamol 100-600 mg tiap 6-8 jam
 Aspirin 500-1000 mg tiap 4-6 jam, dosis maksimal
4 gr/hari
 Ibuprofen 400-800 mg tiap 4-6 jam, dosis
maksimal 2,4 gr/hari
 Sodium naproxen 275-550 mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimal 1,5 gr/hari
 Potasium diklofenak (powder) 50 mg-199 mg/hari
dosis tunggal
 Metoklopramide 10 mg IV atau Oral 20-30 menit
sebelum atau bersamaan dengan pemberian
analetik, OAINS, atau derivat ergotamin
menghilangkan nyeri disertai mual, munth, dan
memperbaiki motilitas gastrik, memperbaiki
motilitas , memperbaiki absorbsi obat dalam usus
dan efektif dikombinasikan dengan
dihidroergontamin IV.
 Ketorolac 60 mg IM tiap 15-30 menit. Dosis
maksimal 120 mg.hari dan tidak boeh diberikan
lebih dari 5 hari.
 Butorphanol spray (1 mg) sediaan nostril dapat
diberikan dan diulang tiap 1 jam. Maksimal 4
spray/hari. Penggunaan terbatas 2 kali dalam
seminggu.
 Prochlorperazine 25 mg oral atau suppositoria.
Dosis maksimal 75 mg dalam 24 jam
 Steroid seperti deksametason atau
metilprednisolon merupakan obat pilihan untuk
status migrenosus

B. Terapi abortif spesifik


 Obat golongan agonis 5HT(triptans) seperti
sumatripan 6 mg subkutan atau 50-100 mg per oral
 Derivat ergot seperti ergontamin 1-2 mg yang
dapat diberikan secara per oral subkutan maupun
per rektal.
3. Terapi Profilaksis
Obat obatan yang digunakan dalam terapi profilaksis migren :
 Sodium Valproat 400-1000 mg/hari per oral
 Metoprolol 47,5-200 mg/hari per oral
 Propanolol 120-240 mg/hari per oral
 Timolol 10-15 mg peroral dua kali sehari

c) Tension Type Headache


1) Definisi
Tension-type headache (TTH) memiliki multisinonimi, seperti :
Tension headache, muscle contraction headache, sakit kepala tegang
otot, nyeri kepala tegang otot. Dahulu pernah dinamai stress headache. (13)
Tension-type headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang
menekan (pressing/squeezing), mengikatat, tidak berdenyut, tidak
dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan
hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/ atau muntah,
serta disertai fotofobia atau fonofobia. (13)

2) Klasifikasi
TTH dibedakan menjadi dua subklasifikasi : (14)
 TTH episodik : Setidaknya 10 nyeri kepala yang dengan rerata <1
hari/bulan (<12 hari/tahun)
 TTH kronis : Nyeri kepala dengan frekuensi rata-rata >15
hari/bulan (>6 bulan).

3) Epidemiologi
TTH mewakili 70% dari seluruh nyeri kepala. TTH dapat
menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun, namun
puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40%
penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH, 25% penderita
TTH juga menderita migren. Prevalensi seumur hidup pada
perempuan mencapai 88%, sedangkan pada laki-laki hanya 69%. Rasio
perempuan:laki-laki adalah 5:4. Onset usia penderita TTH adalah dekade
ke dua atau ke tiga kehidupan, antara 25 hingga 30 tahun. Meskipun
jarang, TTH dapat dialami setelah berusia 50-65 tahun. (13,14)

4) Etiologi
Baik faktor muskuler dan psikogenik dipercaya berhubungan
dengan tension-type headache. (14)
5) Faktor resiko
 Rasio perempuan laki-laki 5:4
 Usia muda (25-30 tahun)
 Stress dan konflik emosional
 Kelaparan
 Dehidrasi
 Pekerjaan/beban yang terlalu berat
 Tidak mampu relaks setelah bekerja
 Ganguan tidur/perubahan pola tidur
 Fluktuasi hormonal wanita. (13)

6) Patofisiologi
Mekanisme pasti TTH belum diketahui. Mekanisme nyeri perifer
diduga berperan pada TTH episodik, sedangkan mekanisme nyeri sentral
lebih berperan pada TTH kronis. (14)
7) Manifestasi klinis
- Ketegangan otot didaerah kulit kepala/leher yang berlangsung
dalam hitungan mmenit hingga hari
- Karakteristik nyeri TTH :
 Predileksi nyeri pada daerah frontal bilateral dan nucho-
oksipital
 Nyeri bersifat konstan dan seperti diikat
 Intensitas nyeri ringan-sedang
 Nyeri timbul saat atau segera setelah banguan tidur
 Nyeri mereda dengan istirahat
- Pasien dapat mengalami insomnia
- Sulit berkonsentrasi
- Pasien mengeluh sedang dalam keadaan stress yang akut
- Pada pemeriksaan fisis ditemukan :
 Tanda-tanda vital normal
 Pemeriksaan neurologis normal
 Nyeri TTH mungkin dapat dirasakan bila daerah otot servikal
atas dipalpasi. (14)

8) Diagnosis
 Kriteria diagnostik TTH episodik :

Setidaknya 10 nyeri kepala yang dengan rerata <1


hari/bulan (<12 hari/tahun) yang memenuhi kriteria 1-3

1) Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit-7 hari


2) Setidaknya terdapat dua karakteristik nyeri berikut :
 Tidak berdenyut
 Intensitas ringan-sedang
 Bilateral
 Tidak diperberat oleh rutinita normal
3) Tidak ditemukan mual/muntah dan fotofobia/fonofobia
 Kriteria diagnostik TTH kronis :

Nyeri kepala dengan frekuensi rata-rata >15 hari/bulan (>6


bulan) yang memenuhi kriteria berikut :

I. Setidaknya terdapat 2 karakteristik nyeri berikut :


 Sifat mengikat/menekan (tidak berdenyut)
 Intensitas ringan-sedang (mengganggu aktivitas, tetapi,
tidak sampai tidak beraktifitas)
 Lokasi bilateral
 Tidak diperberat dengan menaiki tangga atau aktivitas
normal
II. Dua hal berikut :
 Tidak ada muntah
 Tidak lebih dari satu gejala berikut : mual, fotofobia
atau fonofobia
III. Tidak ada gejala atau tanda nyeri kepala sekunder. (14)
9) Tata laksana
 Farmakologi
- Analgesik sederhana
- Antidepresan tetrasiklik
 Non-farmakologi
- Konseling psikologis
- Modalitas fisiologik. (14)
10) Prognosis
Pada penderita TTH dewasa yang berobat jalan yang diikuti selama
lebih dari 10 tajun, 44% TTH kronis mengalami perbaikan signifikan,
sedangkan 29% TTH episodik berubah menjadi TTH kronis. Secara umum
prognosis TTH baik. (14)
DAFTAR PUSTAKA

(1) Akbar, Muhammad. 2010. Nyeri Kepala. Symposium Dokter Menyapa


Anda, Makassar : 2010. Repository Universitas Hasanuddin Makassar.
(2) Sitti setiati, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Ed.VI.
Internal publishing: Jakarta.
(3) Satyanegara. 2014. Ilmu bedah saraf Ed. V. PT graha pustaka utama:
Jakarta.
(4) Price S.A. Wilson L.M. 2015. patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Vol. 2 Ed 6. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta.
(5) Istiqomah, Nesi Nur. 2016.Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Amandan Nyamanpada Ny.D di Ruang DahliaRSUD DR. Soedirman
Kebumen. Kebumen: Stikes Muhammadiyah Gombong.
(6) Sudoyo, Aru W.Dkk.2009.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Departemen
Illmu Penyakit Dalam FK UI.
(7) Setiyohadi, Bambang.Buku Ajar IlmuPenyakitDalam.Ed.ke6. Jakarta:
Interna Publishing; 2015.
(8) Sherwood lauralee. 2017. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. West
Virgina : Departmnet of Physiologyband Pharmacology School of
Medicine West Virgina University.
(9) Ginsberg, Lionel. Lecture Notes Neurologi. 2007. Jakarta : EMS
Lumbantobing, S.M. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
2008. Jakarta : 2008.
(10) Hanik Badriyah Hidayati.2016.JURNAL PENDEKATAN KLINISI
DALAM MANAJEMEN NYERI KEPALA(THE CLINICIAN'S
APPROACH TO THE MANAGEMENT OF HEADACHE).
Laboratorium Neurologi FK Universitas Airlangga/ RSUD Dr Soetomo,
Surabaya.
(11) Arifputera, Andi dan Tiara Anindhita. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: MEDIA AESCULAPIUS.
(12) Arifputera, Andy, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media.
(13) Aesculapius.2014.Anurogo, Dito. 2014. Tension Type Headache.
Kalbemed. 41(3) : 186.
(14) Arifputera, Andy, T. Anindhita. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai