RESUME PBL
SKENARIO 1
“NYERI KEPALA’’
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
2
SKENARIO 1
Nyeri Kepala
STEP 1
STEP 2
STEP 3
1. Faktor penyebab :
a. Stress
3
b. Usia
c. Kebisingan
d. Masa kerja
e. Cahaya matahari
STEP 4
1. Faktor penyebab :
a. Stress, mempengaruhi jalur modulatorik noduris, dominasi stress
dirasakan.
b. Usia, rata-rata semua usia, namun lansia lebih sering
c. Kebisingan, memicu nyeri kepala
d. Masa kerja, dilakukan kerja terus menerus, bisa meningkatkan
resiko
5
Teori Migrain :
MIND MAP
Nyeri Kepala
Primer
Klasifikasi
Nyeri Kepala
Sekunder
Pemeriksaan
Penunjang
Faktor
Pemicu
Nyeri Kepala
Faktor
Resiko
Penegakkan
Diagnosis
Terapi Obat
Tatalaksana
Edukasi
STEP 5
REFLEKSI DIRI
10
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
1) Migrain
Migrain adalah gangguan sakit kepala primer , bersifat berat dan
kambuhan, yang kadang dapat mempengaruhi fungsi normal.
Migrain dapat dibagi mejadi dua sub jenis utama yaitu :
Migrain tanpa aura : sindrom klinis yang ditandai dengan sakit kepala
dengan tanda yang spesifik dan gejala terkait.
Migrain dengan aura : ditandai dengan gejala-gejala neurologis fokal
yang biasanya mendahului atau kadang-kadang bersamaan dengan
sakit kepala.
Visual= mata
Sensoris = kurang sensor
Berbicara = balelo
Motoric = lumpuh
Batang otak = kesadaran
Retinal = mata
juga merupakan nyeri kepala penyakit lain, yang termasuk nyeri kepala
sekunder adalah arteritis temporalis, menungismus ,hipertensi intracranial
idiopatik, peningkatan tekanan intracranial.
1) Arteritis temporalis
Arteritis temporalis nyeri kepala timbul mendadak di rasakan
berdenyut di daerah temporo parietak unirateral atau birateral dengan
intesitas makin meningkat dalam beberapa jam sehingga seluruh kepala
terasa nyeri arteri temporalis pada pelipis terasa sangat nyeri, tidak
berdenyut, mengarus, berkelok kelok tidak teratur, dan teraba ada
nodulus pada beberapa tempat.
2) Meningismus
Meningismus adalah iritasi meningen misalnya akibat proses
inflamasi atau pendarahan yang menyebabkan sakit kepala hebat pada
aksipitas atau global di sertai muntah, di eksaserbasi oleh cahay terang
dan kaku kuduk,
3) Hipertensi intracranial idiopatik
Kondisi ini umumnya terjadi pada wanita muda dengan obesitas,
dengan gejala dan tanda peningkatan tekanan intracranial tanoa adanya
lesi masa yang di identifikasi pada pencitraan kepala dengan ct scan dan
MRI.
4) Peningkatan tekanan intracranial
Cluster
Patofisiologi yang mendasari nyeri kepala tipe cluster masih belum
sepenuhnya dipahami. Pola periode serangan menunjukkan adanya
keterlibatan jam biologis yang diatur oleh hipotalamus (yang
mengendalikan ritme sikardian), yang disertai dengan disinhibisi jalur
nosisepf dan otonomik – secara spesifik, jalur nosiseptif nervus trigeminus.
Nervus trigeminus (N.V) adalah saraf campuran. Saraf ini memiliki
komponen yang lebih besar (porsio mayor) yang terdiri dari serabut sensorik
untuk wajah, dan komponen yang lebih kecil (porsio minor) yang terdiri
dari serabut motoric untuk otot-otot pengunyah (mastikasi).
Ganglion trigeminale (gasserian) bersifat seperti ganglia radiks dorsalis
medulla spinalis untuk persarafan sensorik wajah. Seperti ganglia radiks
dorsalis, ganglion ini mengandung sel-sel ganglion pseudounipolar, yang
prosesus sentralnya berproyeksi ke nucleus sensorik prinsipalis nervis
17
Gambar 2.3 Aktivasi area spesifik pada otak selama periode nyeri tipe cluster
18
5) Terutama yang terletak di basis fossa kranii anterior dan posterior dan
meningen.
- Struktur ektrakranial
1) Kulit, scalp,otot, tendon, dan fascia daerah kepala dan leher
2) Mukosa sinus paranasalis dan cavum nasi
3) Gigi geligi
4) Telinga luar dan telinga tengah
5) Tulang tengkorak terutama daerah supraorbita, temporal dan
oksipital bawah, rongga orbita beserta isinya
6) arteri ekstrakranial
Edukasi
Edukasi dan promosi kesehatan cukup penting pada migraine karena
migraine adalah suatu penyakit kronis yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup penderitanya. Oleh karena itu dibutuhkan edukasi yang tepat
kepada pasien sehingga tingkat nyeri dan frekuensi nyeri kepala dapat
ditekan serendah mungkin. Pasien harus mengetahui dan menghindari
faktor yang dapat memicu timbulnya serangan (contoh: kurang tidur,
stress, makanan tertentu, obat tertentu).
Edukasi
1) Meminum teh jahe.
2) Melakukan terapi pernapasan dalam atau deep breathing exercise.
3) Mengonsumsi makanan tinggi magnesium, seperti kacang almon dan
alpukat.
4) Mengonsumsi makanan kaya vitamin B2, misalnya bayam, jamur, dan
yoghurt.2
5) Mengoleskan minyak esensial, seperti minyak mint atau eukaliptus
yang dicampur dengan minyak kelapa ke dahi dan pelipis.2
6) Nyeri Kepala tipe tegang
b) Penenang/ansiolitik, misalnya :
Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg/hari
Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hari
Lorazepam 1-2 mg tablet dengan dosis 3-6 mg/ hari2
c) Antidepresan, misalnya :
Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hari
Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200mg/hari
d) Anestesia/analgetika local, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein
kompleks,lidokain,dll
e) Latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi, psikoterapi,
yoga, semedi, ayap balik hayati („biofeedback‟), manipulasi, tusuk
jarum,dll.
Edukasi
Edukasi pasien tension type headache (TTH) di antaranya adalah
cara untuk mengelola stres, memiliki waktu tidur yang cukup, dan tidak
menggunakan obat antinyeri lebih dari 3 hari per minggu. Edukasi dan
promosi kesehatan terhadap tension type headache (TTH) di antaranya
adalah penggunaan profilaksis medikamentosa dan penekanan agar
pasien hanya mengonsumsi analgesik jika sedang terjadi serangan akut
saja untuk menghindari penggunaan berlebihan.
Edukasi
Meningitis Bakteri
Pemberian terapi empiris dari meningitis bakteri biasanya dilakukan
berdasarkan usia pasien, faktor risiko, dan manifestasi klinis. Terapi
empiris sebaiknya diberikan tidak lebih dari 1 jam setelah pemeriksaan
diagnostik dilakukan. [3,8,9] Pilihan terapi empiris berdasarkan usia
adalah sebagai berikut :
Neonatus dengan onset dini (usia < 1 minggu) : Ampicillin 150
mg/kgBB/hari setiap 8 jam + Gentamisin 5 mg/kgBB/hari setiap 12
jam atau Cefotaxime 100-150 mg/kgBB/hari setiap 8-12 jam.
29
Meningitis Virus
30
Kortikosteroid
Terapi Simptomatik
31
Edukasi
Edukasi
Minum obat teratur. Jangan ganti atau berhenti berobat tanpa izin
dokter.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikawati Z. Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Yogyakarta: Bursa
Ilmu ; 2014.
2. Akbar Muhammad. Nyeri Kepala Bagian Ilmu Penyakit Saraf. Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanudin. Makassar; 2010.
3. Headache Classification Subcommitee of the International Headache Society.
The International Headache Classification Disorder: 2nd Edition. Cephalgia
2004; 24 Suppl 1:1-160.
4. Liporace, Joyce, “Neurology, United Kingdom: Elsevier Mosby, 2006, ch 3-
12, hlm. 17-135
5. Anurogo dito. Tension Type Headache. Neurosience Department, Brain and
Circulation Institute of Indonesia. Surya University. CDK-214/ vol. 41 no. 3, th
2014.
6. Ginsberg L. Lecture notes neurologi. Ed ke-8. Jakarta : Erlangga ; 2008
Purba JS. Patofisiologi dan penatalaksanaan nyeri suatu tinjauan seluler dan
molekul biologi. FKUI : Jakarta ; 2009