Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S
DENGAN DIAGNOSA TENSION TYPE HEADACHE
RUMAH SAKIT Tk III 03.06.01 CIREMAI KOTA CIREBON

Disusun Oleh:

Nama: Rifky Maulani

NIM: CKR0210199

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2024
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Nyeri kepala (headache atau chepalgia) merupakan keluhan yang sangat
umum pada pasien. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik
paling utama padamanusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan
penyakit dan dapatmenunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain),
respon stress, vasodilatasi(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut.Karena nyeri kepala sering menyertai pada penyakit-
penyakit lainnya, terkadang pasienmengobati sendiri nyeri kepalanya, padahal
banyak nyeri kepala yang disebabkan karena penyakit serius seperti infeksi dan
tumor intracranial, meningitis, infeksi akut, cederakepala, hipoksia serebral, atau
penyakit kronis dan akut pada mata, hidung, dantenggorokan. Nyeri kepala terjadi
ketika area sensitif pada kepala distimulus kemudiandiproyeksikan ke permukaan
dan dirasakan di daerah distribusi syaraf yang bersangkutan.Area-area tersebut
diantaranya kulit kepala, periosteum, syaraf kranial V, IX, X,
daerahmeningen(Tarwono,2007)
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman
yangmnyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan
belakang kepala.dan daerah wajah. IHS tahun 1988 menyatakan bahwa nyeri pada
wajah termasuk jugadalam sakit kepala. Dalam buku-buku teks dan jurnal banyak
memakai klasifikasi 1962,dan klasifikasi terbaru adalah INS 1988 yang akan dipakai
dalam ICD-WHO ke-X ada beberapa terminologi yang harus dibedakan seperti :
Pusing = vertigo, ringan kepala=like headedness, pening = dizziness, rasa ingin
pingsan = faintness, kepala berdenyuttujuh keliling dan sebagainya. Definisi
menurut IASP (International assosiation for thestudy of pain), nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi
atau telah terjadi atau yang digambarkan dengankerusakan jaringan

II. Etiologi
Patofisiologi sakit kepala tension-type kurang dipahami, sakit kepala tension-type
episodik mungkin terutama akibat gangguan mekanisme perifer, sementara sakit
kepala tension-type kronis mencerminkan gangguan sakit di pusat.
Nama sebelumnya untuk sakit kepala tension-type mencerminkan penyebab
dugaannya,termasuk sakit kepala kontraksi otot, sakit kepala psikogenik, sakit
kepala stres, dan sakit kepala harian kronis. Istilah “sakit kepala kontraksi otot” telah
ditinggalkan karena bukti Elektromiografi gagal menunjukkan perubahan yang
konsisten pada tonus otot pasien yang terkena.Selanjutnya, diusulkan mekanisme
patofisiologis sakit kepala yang belum pernah terbukti.
Konsep bahwa sakit kepala tension-type adalah psikogenik juga telah
dipertanyakan.Pasien dengan sakit kepala tension-type kronis, seperti halnya pasien
dengan gangguansakit kronis lainnya, memiliki sekitar 25% kemungkinan
berkembangnya depresisekunder. Setengah dari pasien mengalami depresi
bersamaan dengan rasa sakit,sedangkan pada semester lain, depresi berkembang
lebih tersembunyi. Sakit kepala tension-type mungkin muncul pada hampir semua
gangguan kejiwaan. Namun tidak seharusnya diduga, bahwa sebagian besar sakit
kepala tension-type berhubungan dengangangguan psikologis atau kejiwaan.
Sakit kepala tension-type kronis, seperti gangguan nyeri kronis lainnya, dikaitkan
denganhipofungsi sistem opioid pusat. Penelitian sedang berlangsung untuk
menentukankontribusi relatif sensitisasi nociceptor perifer, sensitisasi neuronal
sentral (nukleuskaudal trigeminal), dan cacatsistem pusat antinosiseptif pada
patogenesisnya.

III. Patofisiologi
Meskipun nyeri kepala tegang otot ini sangat umum ditemukan,
patofisiologinya masihtetap tidak jelas. Penelitian menunjukkan bahwa mekanisme
nyeri kepala ini tergantungterhadap otot yang terlibat yakni otot wajah,leher dan
bahu. Patomekanisme nyeri kepalategang otot ini masih menjadi bahan penilitian
tetapi telah ada beberapa teori-teori yangdiduga menyebabkan nyeri kepala jenis ini.
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini
adalah kontraksiotot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat antara
lain m. spleniuscapitis, m. temporalis, m. masseter, m. sternocleidomastoideus, m.
trapezius, m.cervicalis posterior, dan m. levator scapulae. Penelitian mengatakan
bahwa para penderitanyeri kepala ini mungkin mempunyai ketegangan otot wajah
dan kepala yang lebih besar daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih
mudah terserang sakit kepalasetelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat
dipicu oleh posisi tubuh yangdipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan
pada otot ataupun posisi tidur yang salah. Ada juga yang mengatakan bahwa pasien
dengan sakit kepala kronis bisasangat sensitif terhadap nyeri secara umum atau
terjadi peningkatan nyeri terhadapkontraksi otot.

IV. Manifestasi klinis


A. Migren
Tanda dan gejala migren bervariasi diantara penderita. Terdapat 4 fase yang
umum terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus selalu dialami
oleh penderita (Wikipedia)
Fase-fase tersebut antara lain:
1. Fase prodromal, fase ini dialami 40-6-% penderita migren. Gejalanya berupa
perubahan mood, iritabel, depresi atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu,
tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (coklat) dan gejala
lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau beberapa hari sebelum fase
nyeri kepala. Fase ini memberi pertanda kepada penderita atau keluarga
bahwa akan terjadi serangan migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului
atau menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20
menit, dan bertahan kurang dari 60 menit. Aura ini dapat berupa sensasi
visual, sensorik, morotik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului
ataumenyertai serangan migren. Fase ini mucul bertahap selama 5-20 menit,
dan bertahankurang dari 60 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual,
sensorik, motorik, ataukombinasi dari aura-aura tersebut.Aura visual muncul
pada 64% kasus dan merupakan gejala neurologis yang paling umumterjadi.
Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma: tampak bintik-bintik
kecil yang banyak, gangguan visual homonim, gangguan salah satu sisi
lapangan pandang, persepsiadanya cahaya berbagai warna yang bergerak
pelan (fenomena positif). Kelainan visuallainnya adalah adnya skotoma
( fenomena negatif) yang bisa timbul pada salah satu mataatau kedua mata.
Kedua fenomena ini bisa timbul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada
migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudian diikuti dengan
periodelaten sebelum timbul nyeri kepala. Walaupun ada juga yang
melaporkan tanpa periode laten.
1. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan
awalnya berlokasi di daerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah
1-2 jam menyebar secara difus ke arah posterior. Serangan berlangsung
selama 4-72 jam pada orangdewasa, sedangkan pada anak-anak
berlangsung pada 1-48 jam. Intensitas nyeri nerkisar dari sedang sampai
berat dan dapat mengganggu pasien dalam melakukanaktivitas sehari-hari.
2. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, iritabel, konsentrasi
terganggu, dan perubahan mood. Akan tetapi, beberapa orang merasa
„segar‟ atau euforia setelah serangan, sedangkan yang lainnya merasa
depresi dan lemas.
3.
B. Tension type headache (nyeri kepala tegang)
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-type headache adalah:
- Tidak ada gejala prodnormal ataupun aura
- Nyeri dapat ringan hingga sedang maupun berat
- Tumpul, seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut
- Menyeluruh atau difus (tidak hanya pada satu titik atau satu sisi) nyeri
lebih hebat di daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher
- Terjadi secara spontan
- Memburuk atau diceutuskan oleh stress dan kelelahan
- Adanya insomnia
- Iritabilitas
- Gangguan konsentrasi
- Kadang-kadang disertai vertigo
- Beberapa orang mengeluh rasa tidak nyaman di daerah leher, rahang, dan
temporomandibular.
Cluster
Tanda dan gejala khususnya adalah:
1) Sakit yang mengerikan, biasanya terdapat pada atau sekitar mata, tapi
dapat merambat pada area lain di wajah, kepala, leher, dan Pundak
2) Sakit pada satu sisi
3) Kegelisahan
4) Keluar air mata secara berlebihan
5) Mata merah sebagai efek samping
6) Lendir atau basah pada lubang hidung sebagai efek samping pada
wajah
V. Komplikasi
Rebound headache
Nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat analgesia (aspirin,
asetaminofen,dll) secara berlebihan.
VI. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan tekanan darah
- Pemeriksaan neurologic
- Pemeriksaan nyeri tekan kepala
- Gerakan kepala ke segala arah
- Palpasi arteri temporalis
- Spasme otot pericranial
b. Pemeriksaan Penunjang
- Foto rontgen kepala
- EEG
- CT Scan
- MRI
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan Psikologi (jarang dilakukan)
VII. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
- Istirahat total
- Fisioterapi
- psikoterapi
b. farmakologi
- aspirin atau asetaminofen
- paracetamol dan asam mefanamat
VIII. Prognosis
- TTH menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak membahayakan
- Nyeri dapat sembuh dengan perawatan, istirahat, dan dengan menyelesaikan
masalah pasien (apabila disebabkan factor psikis).
- Dapat sembuh dengan terapi obat analgesia dan mudah diobati sendiri.
- Prognosis penyakit baik, dengan penatalaksanaan yang baik, maka >90%
pasien dapat disembuhkan.
B. Pengkajian
I. Wawancara
II. Pemeriksaan Fisik
III. Pemeriksaan Diagnostik
IX. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Perencanaan merupakan panduan dalam melakukan intervensi keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman,
efektif dan etis (SIKI, 2018). Perencanaan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan yaitu sebagai
berikut:

SDKI SLKI SIKI Rasional Evaluasi


1.


E. Daftar Pustaka
Bruner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
EGC
Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edise 4. Bandung: Alumni
Price & Wilson 1994. Patofisiologi, Edisi 4. Jakarta: EGC
Suryono Slamet, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penvakit Dalam, Jilid 2 Jakarta:
FKUI
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Warpadji Sarwono, et al. 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI
Tim Pokja DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Cetakan II. Jakarta Selatan: Jagakarsa.
Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan: Jagakarsa.
Tim Pokja DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Cetakan III (Revisi). Jakarta Selatan: Jagakarsa.

Anda mungkin juga menyukai