Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RHINOFARINGITIS AKUT
DI RUANG PUSPA RS TK III CIREMAI

Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

INDAH SARI
(JNR0220134)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2022/2023
A. Definisi
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2017), faringitis adalah
peradangan pada faring, saluran napas setelah dari hidung menuju ke trakea. Sering
disebut hanya sebagai sakit tenggorok. Faringitis juga bisa menyebabkan gatal dan luka
di tenggorokan dan sakit ketika menelan. Faringitis adalah keadaan inflamasi pada
struktur mukosa, submukosa tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain
orofaring, nasofaring. hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus
hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan
dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai "streepthroat" (Brunner &
Suddarth dikutip oleh Lidya, 2018).
B. Anatomi Dan Fisiologi
1. Faring
Faring atau tenggorokan adalah salah satu bagian saluran pencernaan. Faring
merupakan suatu tempat diantara rongga mulut dan esofagus. Bagian bawah faring
berfungsi sebagai saluran udara dan makanan. Faring memegang peranan penting
dalam proses menelan makanan (Wijayakusuma, 2004).
Faring merupakan bentakan berupa kerucut yang dibatasi oleh dinding yang
terdiri atas jaringan fibromuskular. Faring di bagi menjadi tiga bagian, yaitu
nasofaring atau epifaring, orofaring atau mesofaring, dan laringefaring atau hipo
faring (Herawati & Rukmini, 2004).
a. Nasofuring

Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian faring, tepatnya di


sebelah dorsal cavum nasi dan di hubungkan dengan kavum nasi oleh koane.
Nasofaring tidak bergerak, dalam proses pernafasan dan ikut menentukan
kualitas suara yang dihasilkan oleh faring, Nasofaring membuka kearah depan
ke hidung melalui konna posterior (Herawati & Rukmini, 2018)
b. Orofaring

Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Orofaring


terdapat di sebelah corsal dari kavum oris dan dihubungkan cengan kavum oris
oleh ismus fausium. Orofaring berbeda dengan nasofaring. Orofaring bergerak,
berfungsi dalam proses pernafasar dan hal-hal yang terkait dengan pernafasan,
serta berfungsi pula dalam proses menelan (Herawati & Rukmini, 2004).
c. Laringolaring

Laringolaring terbuka kearah depan masuk ke introitus laring.


Laringofaring merupakan bagian paling kaudal dari faring. Letaknya sangat
berdekatan dengan laring. Laringofaring ini dapat bergerak, berfungsi pada
proses pernafasan dan proses menelan. Di antara dinding lateral laringofaring
dan laring didapatkan cekungan yang disebut fosa piriformis, yang penting
pada proses menelan (Herawati & Rukmini, 2004).
C. Etiologi

Virus merupakan etologi terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia
lebih dari 3 tahun. (prasekolah). Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus.
rhinovirus. dan virus parainfluenza dapat menjadi penyehab faringitis. Virus epstein
barr (FRV) dapat menyebabkan faringitis, tetapi disertai dengan gejala infeksi
mononukleosis seperti splenomegali dan limfadenopati generalisata. Infeksi sistemik
seperti infeksi virus campak, virus rubella, dan berbagai virus lainnya juga dapat.
menunjukkan gejala faringitis akut.
Streptococcus ß hemolitikus grup A adalah bakteri penyebab terbanyak faringitis.
Bakteri tersebut mencakup 15-30% dari penyebab faringitis pada anak.
D. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala klinis akut:

1. Nyeri tenggorokan
2. Demam
3. Mual, malaise
4. Kelenjar limfa leher membengkak
5. Tonsil kemerahan
6. Membran faring tampak merah
7. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan diselimuti oleh eksudat
8. Nyeri tekan nodus limfe servikal
9. Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga
10. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
11. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
12. Serak, batuk dan rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
Tanda dan gejala klinis kronis:

1. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.


2. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
3. Kesulitan menelan.
E. Komplikasi
1. Demam Scarlet
Demam ini ditandai dengan demam dan bintik kemerahan.
2. Demam Reumatik
Demam ini dapat menyebabkan inflamasi sendi, atau kerusakan pada katup
jantung. Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok
akan menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta. Demam reumatik merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pada faringitis.
3. Abses Peritonsilar
Biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia, demam dan dehidrasi.
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
4. Sinusitis
Adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris/frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan
jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor
predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga
campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb
siella pneumoniae
5. Meningitis
Infeksi bakteri pada daerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian
masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi
meningitis akibat faringitis jarang terjadi.
F. Patofisiologi
Patofisiologi dari faringitis akut adalah penularan terjadi melalui droplet. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh
darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih,
atau abu-abu terdapat folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel dan bercak-
bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang
dan membengkak sehingga timbul radang pada tenggorok atau faringitis. (Dewi dkk,
2017)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri
atau virus.
2. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting
dalam diagnosis etiologi penyakit.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Merupakan Sel darah putih. Peningkatan komponen sel darah putih dapat
menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksaan Secara Mandiri.
a. Banyak beristirahat
b. Jangan terlalu banyak berbicara
c. Minum air putih dalam jumlah yang cukup
d. Gunakan pelembab udara (humidifier)
e. Konsumsi makanan yang nyaman di tenggorokan
f. Berkumur dengan air garam hangat
g. Hindari paparan asap rokok dan polusi
2. Penatalaksaan Secara Medis
Bila penanganan faringitis secara mandiri tidak membuat kondisi membaik
maka akan diberikan terapi obat-obatan (antibiotik, analgetik dan antipiretik).
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan, suku,
agama, diagnosa medis, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan
identitas keluarga yang bertanggung jawab (nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, suku, pendidikan pekerjaan dan alamat), hubungan keluarga.
b. Keluhan utama :
Pada penderita faringitis biasanya akan ditemukan keluhan nyeri
tenggorokan, nyeri menelan, demam, batuk, dan pusing
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya penderita dengan faringitis akan mengalami nyeri pada
tenggorokan yang diakibatkan karena adanya peradangan akibat adanya
infeksi sehingga suhu tubuh bisa meningkat/demam, pusing, badan lemah
dan tidak nafsu makan. Keluhan-keluhan yang muncul dan tidak bisa
ditangani oleh penderita sehingga penderita harus datang ke pelayanan
kesehatan.
2) Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang
sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.
Misalnya sebelumnya pasien megatakan pernah mengalami infeksi pada
saluran tenggorokan dan pernah berobat ke puskesmas.
3) Riwayat penyakit keluarga
Pada penderita faringitis ditanyakan apakah ada penyakit keluarga
yang sama dengan yang dialami penderita.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran klien compos mentis, biasanya klien tampak rewel
2) Tanda-tanda vital
Suhu tubuh biasanya mengalami kenaikan, nadi meningkat, RR meningkat
3) Head to toe/ kepala sampai kaki
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisilogis (inflamasi)
3. Intevensi Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
b.d proses tindakan (L.15506) :
penyakit keperawatan  Observasi :  Observasi :
(infeksi) selama 3 x 24 jam, 1. Monitor suhu tubuh 1.Mengetahui
hipertermia 2. Identifikasi penyebab perkembangan suhu
membaik dengan hipertermia tubuh
kriteria hasil : (dehidrasi, 2.Mengetahui adanya
1. Suhu tubuh peradangan) dehidrasi dan tingkat
membaik peradangan
 Terapeutik :  Terapeutik :
1. Berikan cairan oral 1.Mencegah
2. Lakukan pendinginan terjadinya dehidrasi
eksternal (kompres 2.Membantu
dingin pada dahi, menurunkan suhu
leher, aksila, dada dan tubuh
abdomen).
 Edukasi :  Edukasi :
1.Anjurkan tirah baring 1.Aktivitas yang
tinggi dapat
meningkatkan suhu
tubuh
 Kolaborasi :  Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian 1.Mencegah adanya
cairan dan elektrolit dehidrasi
intravena, jika perlu.
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
napas tidak (L.01006) :  Observasi :
tindakan
efektif b.d  Observasi : 1.Untuk mengukur
keperawatan
sekresi yang 1.Identifikasi tingkat kemampuan
selama 3 x 24 jam,
tertahan kemampuan batuk batuk pasien
diharapkan
bersihan jalan nafas
 Edukasi:  Edukasi :
meningkat dengan
1. Jelaskan tujuan dan 1.Agar pasien dapat
kriteria hasil :
prosedur batuk efektif melakukan batuk
1. Produksi sputum
efektif dengan baik
menurun.
dan benar.
2.Batuk efektif
 Kolaborasi :  Kolaborasi :
meningkat
1. Kolaborasi pemberian 1.Membantu
mukolitik atau mengeluarkan
ekspektoran, jika dahak/sputum
perlu

3. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


agen tindakan (L.08238) :
pencedera keperawatan  Observasi :  Observasi :
fisiologis selama 3 x 24 jam, 1.Identifikasi lokasi, 1.Mengetahui bagian
(inflamasi) diharapkan nyeri durasi, karakteristik, mana yang nyeri
akut dapat frekuensi dan 2.Membantu
menurun, dengan intensitas nyeri menentukan derajat
kriteria hasil: 2.Identifikasi skala nyeri kerusakan dan
1.Keluhan nyeri kesulitan terhadap
menurun dengan keadaan yang
skor 4 dialami
 Terapeutik:  Terapeutik:
1.Berikan terapi 1.Menerapkan
nonfarmakologis relaksasi dapat
untuk mengurangi menurunkan
rasa nyeri (hypnosis, terhadap kebutuhan
terapi musik, dan analgetik
kompres hangat)
 Edukasi:  Edukasi :
1.Jelaskan penyebab, 1.Agar lebih
periodedan pemicu memahami dan
(nyeri) mengerti cara
mengatasi nyeri
disaat nyeri timbul
 Kolaborasi :  Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian 1.Membantu
analgetik, jika perlu mengurangi dan
menghilangkan
rasa nyeri
J. Pathway

Virus dan bakteri masuk melalui droplet

Mengilfiltrasikan lapisan epitel

Lapisan epitel terkikis

Jaringan limfoid superfisial bereaksi

Faringitis

Hiperemi, edema dan sekresi meningkat

Proses inflamasi Produksi sekresi meningkat

Sakit tenggorokan Tidak mengetahui Suhu tubuh Penumpukan sputum


tentang penyakit meningkat dijalan napas
dan perawatannya

Nyer telan Terjadi demam Bersihan jalan nafas


tidak efektif
Nyeri akut Nafsu makan Hipertermia
dan minum
menurun Rewel
Kurang terpajan
Resiko defisit informasi
nutrisi
Defisit pengetahuan

Sulit tidur

Gangguam pola tidur


DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indicator diagnostic.
Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dantindakan keperawatan


Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
keperawatan.Edisi 1. Jakarta Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Dewi, P, dkk, 2017. Pola Peresapan antibiotic Pada Manajemen Faringitis Akut Di
Puskesmas. Jurnal Endurance 2(3) (252-257).

Femmy ,S., 2017. Optimalisai perlindungan anak melalui penetapan hokum kebiri.
Surakarta: Universitas Islam Batik Surakart a.

Anda mungkin juga menyukai