3. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman akan
menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan mengikis epitel sehingga jaringan limfoid
superfisial bereaksi dan akan terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan
kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan
keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding faring akan melebar. Bentuk sumbatan yang
berwarna kuning, putih atau abu-abu akan didapatkan di dalam folikel atau jaringan
limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior
atau yang terletak lebih ke lateral akan menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus
seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa
faring akibat sekresi nasal.6,7
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan
extracelullar toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat
karena fragmen M protein dari Streptococcus ß hemolyticus group A memiliki struktur
yang sama dengan sarkolema pada miokard dan dihubungkan dengan demam reumatik
dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan glomerulonefritis akut
karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigenantibodi. 6,7
Daftar Pustaka
1. Rusmarjono., Soepardi., & Arsyad. (2006). Buku Ajar Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.
Direktorat Jendral Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
3. Vincent, M.T.M.D., M.S., Nadhia, C.M.D., and Aneela, N.H.M.D. 2004. Pharyngitis.
A Peer-Reviewed Journal of the American Academy of Family Physician. State
University of New York-Down state Medical Center, Brooklyn, New York. Available
From: http://www.aafp.org/afp /2004/0315/p1465.html.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. 2014. Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
5. Jill, G. 2013. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of Physician
Assistants: February 2013-Volume 26-Issue 2- p 57-58. Available
From:http://journals.lww.com/jaapa/Fulltext/2013/02000 /Acute_Pharyngitis.12.aspx.
6. Adam, G.L. Diseases of the nasopharynx and oropharynx. 2009. In: Boies
fundamentals of otolaryngology. A text book of ear, nose and throat diseases E . B
aun ers Co. p. 332-369.
7. Bailey, B.J., Johnson, J.T. 2006. American Academy of Otolaryngology – Head and
Neck Surgery. Lippincott Williams & Wilkins, Fourth Edition, Volume one, United
States of America. p. 601-13.