1. Anatomi
Faring
adalah
suatu
kantong
faringobasiler,
pembungkus
otot
dan
sebagian
fasia
bukofaringeal.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring
(hipofaring). Unsur unsur faring meliputi mukosa, palut lendir
(mucous blanket) dan otot.
Mukosa pada nasofaring karena fungsinya sebagai saluran
respirasi maka mukosanya bersilia sedangkan epitel toraknya
berlapis mengandung sel goblet. Laringofaring dan orofaring karena
memiliki fungsi untuk pencernaan, epitelnya gepeng berlapis dan
tidak bersilia. Faring merupakan pertahanan tubuh terdepan, di
dan
kerjanya
untuk
menyempitkan
ismus
faring
dan
palatoglosus
membentuk
arkus
anterior
faring
dan
2. Fisiologi
Fungsi faring terutama ialah untuk respirasi, pada waktu
menelan, resonansi suara, dan untuk artikulasi.
-
m.konstriktor
faring
superior.
Pada
gerakan
bersamapenutupan
dan hilang
Fungsi menelan
Terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringal
dan esofagal. Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring.
Gerakan disini disengaja (voluntary). Fase faringal yaitu pada waktu
transport bolus makanan melalui faring. Gerakan disini tidak
disengaja (involuntary). Fase esofagal, disini gerakannya tidak
disengaja, yaitu pada waktu bolus makana bergerak secara
peristaltik di esofagus menuju lambung.
3. Kelainan faring
Faringitis
Definisi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus (40 - 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma,
toksin dan lain lain.
Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring
dan/atau
tonsil
yang
disebabkan
oleh
beberapa
grup
2.2 Epidemiologi
Faringitis
dapat
terjadi
pada
semua
umur
dan
tidak
terjadi
melalui
droplet.
Virus
dan
bakteri
vesicular
di
orofaring
dan
lesi
kulit
berupa
maculopapular rash.
Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga
menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.
Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang
disertai
Terdapat
produksi
eksudat
pembesaran
pada
kelenjar
faring
limfa
yang
banyak.
diseluruh
tubuh
tonsil
hiperemis
dan
terdapat
eksudat
50.000
U/kgBB
IM
dosis
tunggal,
atau
Keluhan
nyeri
tenggorok
dan
nyeri
menelan.
Pada
radang
kronis
terdapat
bentuk,
terjdai
perubahan
kumur
atau
tablet
isap.
Jika
diperlukan
dapat
suhu
lembabannya,
sehingga
menimbulkan
Faringitis Virus
Faringitis Bakteri
ringan
ditemukan
nanah
di
tenggorokan
atau
demam
Jumlah sel darah putih normal Jumlah
atau agak meningkat
Kelenjar
getah
bening
sel
darah
putih
ringan
sedang
kelenjar
pada
sampai
getah
bening
Tes
apus
tenggorokan Tes
apus
memberikan
tenggorokan
hasil
positif
laboratorium
3. Faringitis spesifik
a. Faringitis luetika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah
faring seperti juga penyakit lues di organ lain.
Gambaran kliniknya tergantung pada stasium penyakit
primer, sekunder atau tertier.
Stadium primer
Kelainan pada stasium primer terdapat pada lidah, palatum
mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak
keputihan. Bila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus
pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yang tidak
jaringan
parut
yang
dapat
menimbulkan
eksogen
yaitu
kontak
dengan
sputum
yang
miliaris. Bila
infeksi timbul
secara
tuberculosis
paru
dan
biopsy
jaringan
yang
tipe
bovin.
perkejuan
pada
permukaan
kulit
(skrofuloderma).
mencukupi
berdasarkan
biasa
klinis,
tetapi
dapat
menegakan
walaupun
begitu
diagnosis
sangat
hasil
FNAB
ini
biasanya
dilakukan
pemeriksaan
pengobatan
(ini
yang
paling
banyak
melakukan
clinical
trial
menggunakan
suntikan
Referensi :
Guyton, AC,Hall,JE, Buku Ajar Fisiologi-Kedokteran, 1997, editor : Irawati
setiawan, ed.9. jakarta : EGC
Soedjak Sardjono, dkk. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok.
Jakarta : EGC. 2000.
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag/SMF Penyakit Teling, Hidung dan Tenggorok. Surabaya: RSU
Dr.Soetomo.2005
TONSIL
1. ANATOMI
a. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid
permanen dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di
dalamnya. Tonsil berfungsi membantu menyaring bakteri dan
mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap
infeksi.
Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi sebagai berikut :
antara
arcusglossopalatinus
dan
arcus
glossopharingicus.
-
datar,
sehingga
terjadi
turbulensi
khususnya
udara
oleh
arkus
faring
anterior/pilar
anterior
(otot
tonsil.
adalah
ke
arah
hipofaring,
sehingga
sering
c. Histologi
mendapat
vaskularisasi
dari
cabang-cabang
a.
interna
dengan
cabangnya
yaitu
a.palatina
thoraks
dan
akhirnya
menuju
duktuli
imun
membrane),
kompleks
makrofag,
yang
sel
terdiri
dendrite
atas
dan
sel
APCs
M (sel
(antigen
ke
sel
limfosit
sehingga
terjadi
sintesis
diferensiasi
dan
proliferasi
limfosit
yang
sudah
2. Kelainan tonsil
Tonsilitis
I.
DEFINISI
Tonsillitis adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan
oleh infeki virus atau bakteri yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer.
II.
PATOGENESIS
Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau
mulut,
tonsil
berfungsi
sebagai
filter/penyaring
menyelimuti
III.
JENIS
Terapi
Istirahat, minum cukup, analgetika, dan antivirus diberika jika
gejala berat.
b. Tonsilitis bakterial
Etiologi
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus
hemolitikus,
pneumokokus,
Streptokokus
viridan,
dan
Penularan
penyakit
ini
terjadi
melalui
droplet.
Kuman
dengan
infiltrasi
leukosit
polimorfonuklear
sehingga
Detritus
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk
alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini
dapat
melebar
sehingga
terbentuk
membran
semu
Komplikasi
Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses
parafaring,
toksemia,
septicemia,
bronchitis,
nefritis
akut,
apnea
yang
dikenal
sebagai
Obstructive
Sleep
Apnea
Syndrome (OSAS)
Pemeriksaan
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri
yang ada dalam tubuh pasien merupkan bakteri grup A, karena grup
ini disertai dengan demam reumatik, glomerulonefritis.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
Terapi
Dengan menggunakan antibiotik spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya
dengan perawatan sendiri dan dengan menggunakan antibiotic.
Tindakan operasi hanya dilakukan jika sudah mencapai tonsillitis
yang tidak dapat ditangani sendiri.
a. Perawatan sendiri
Apabila penderita tonsilitis diserang karena virus sebaiknya biarkan
virus itu hilang dengan sendirinya. Selama satu atau dua minggu
sebaiknya penderita banyak istirahat, minum minuman hangat.
b. Antibiotik
Jika tonsilitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotik yang akan
berperan dalam proses penyembuhan. Antibiotik oral perlu dimakan
selama setidaknya 10 hari.
c. Tindakan operasi
Tonsilektomi biasanya dilakukan jika pasien mengalami tonsilitis
selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, pasien mengalami
tonsilitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, tonsil membengkak
dan berakibat sulit bernafas, adanya abses.
penyakit
ini
sudah menurun
berkat keberhasilan
Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah kuman Corynebacterium diphteriae
yaitu suatu bakteri gram positif pleomorfik penghuni saluran
pernapasan atas yang dapat menimbulkan abnormalitas toksik yang
dapat mematikan bila terinfeksi bakteriofag.
Patofisiologi
Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak
pada permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai
memproduksi toksin yang merembes ke sekeliling lalu selanjutnya
menyebar ke seluruh tubuh melalu pembuluh darah dan limfe.
Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai 2 fragmen
yaitu
aminoterminal
sebagai
fragmen
dan
fragmen
B,
dan menyatu
Membran
difteri
Bull neck
3. Gejala eksotoksin akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh
yaitu pada jantung berupa miokarditis sampai dekompensasi cordis,
mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan
otot-otot pernapasan, dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.
Diagnosis
Diagnosis tonsilitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan
klinis karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa
penderita. Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara
fluorescent antibody technique yang memerlukan seorang ahli.
Diagnosis pasti dengan isolasi C, difteri dengan pembiakan pada
media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro.
Cara
PCR
(Polymerase
Chain
Reaction)
dapat
membantu
yang
belum
terikat
secepatnya,
mencegah
dan
carrier
ditujukan
bagi
penderita
yang
tidak
mempunyai keluhan.
Komplikasi
b. Tonsillitis septic
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh
karena itu perlu adanya pasteurisasi sebelum mengkonsumsi susu
sapi tersebut.
c. Angina plaut Vincent
Etiologi
Penyakit
ini
disebabkan
karena
kurangnya
hygiene
mulut,
menyebabkan
terjadinya
pembesaran
tonsil
melalui
mengeluh
ada
penghalang/mengganjal
di
tenggorokan,
plika
tonsilaris
anteriorhiperemis
dan
pembengkakan
Tonsillitis difteri
Disebabkan oleh kumanCorynebacterium diphteriae. Tidak semua
orangyang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini
tergantung pada
b.
hipersalivasi.Pada
keabuan
di
tonsil,
pemeriksaan
uvula,
tampak
dindingfaring,
membrane
gusi
dan
putih
prosesus
Mononucleosis infeksiosa
Terjadi
semu
tonsilofaringitis
yang
menutup
ulseromembranosa
ulkus
mudah
bilateral.
diangkat
Membrane
tanpa
timbul
Gambaran darah
khas
yaituterdapat leukosit
serum
pasien
untuk
beraglutinasi
terhadap
sel
berlebihan
yang
menyebabkan
disfagia
dengan
b.
c.
laktamase resisten
Kontraindikasi
1.
2.
3.
4.
5.
Rinitis alergika
6.
Asma
7.
Diskarsia darah
8.
9.
10.
Sinusitis
tonsillitis
berulang
yang
tercatat
(walaupun
telah
tonsil
dengan
obstruksi
fungsional
(misalnya,
penelanan)
4. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi
mononucleosis (biasanya pada dewasa muda).
5. Riwayat
demam
reumatik
dengan
kerusakan
jantung
yang
tonsil
dan
adenoid
yang
berhubungan
dengan
KANKER TONSIL
Pendahuluan
Orofaring merupakan bagian posterior dari rongga mulut dan satu
per tiga lidah bagian posterior. Orofaring terdiri dari tonsil lingual,
tonsil palatina, palatum molle dan dinding faring posterior. Lesi pada
tempat-tempat in seringkali tidak ada gejala pada stadium awal,
sehingga
akhir. Kanker
3-5
kali
lipat
daripada
perempuan.
Insidens
tersebut
karsinoma
kistik
adenoid,
karsinoma
Radiologi
CT dan MRI bagian kepala dan leher dapa dilakukan untuk
mengetahui lesi primer dan metastasis nodus limfatikus. MRI dapat
dipakai untuk mengevaluasi jaringan yang lunak. CT Scan lebih baik
untuk melihat tulang kortikal. Rontgen thorak sebaiknya dilakukan
untuk mengetahui apakah ada metastasis atau tidak.
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan untuk membuat diagnosis lebih tepat
dan untuk menentukan stadium kanker. Adapun pemeriksaan
tersebut adalah Pemeriksaan
SISTEM TNM
BENIGN & MALIGNANT LESIONS OF THE ORAL CAVITY, OROPHARYNX,
& NASOPHARYNX
Primary Tumor (T)
TX: Primary tumor cannot be assessed
T0: No evidence of primary tumor
Tis: Carcinoma in situ
T1: Tumor
2 cm in greatest dimension
T2: Tumor > 2 cm but not > 4 cm in greatest dimension
T3: Tumor > 4 cm in greatest dimension
T4: (Lip) Tumor invades through cortical bone, inferior alveolar
nerve, floor of mouth, or skin of face, ie, chin or nose1
T4a: (Oral cavity) Tumor invades through cortical bone, into deep
(extrinsic) muscle of tongue (genioglossus, hyoglossus,
palatoglossus, and styloglossus), maxillary sinus, or skin of face
T4b: Tumor involves masticator space, pterygoid plates, or skull
base and/or encases internal carotid artery
Regional Lymph Nodes (N)
NX: Regional lymph nodes cannot be assessed
N0: No regional lymph node metastasis
N1: Metastasis in a single ipsilateral lymph node
3 cm in greatest dimension
N2: Metastasis in a single ipsilateral lymph node > 3 cm but not
> 6 cm in greatest dimension; or in multiple ipsilateral
lymph nodes, none > 6 cm in greatest dimension; or in bilateral or
contralateral lymph nodes, none > 6 cm in
greatest dimension
N2a: Metastasis in a single ipsilateral lymph node > 3 cm but not >
6 cm in greatest dimension
N2b: Metastasis in multiple ipsilateral lymph nodes, none > 6 cm in
greatest dimension
N2c: Metastasis in bilateral or contralateral lymph nodes, none > 6
cm in greatest dimension
N3: Metastasis in a lymph node > 6 cm in greatest dimension
Distant Metastasis (M)
MX: Distant metastasis cannot be assessed
M0: No distant metastasis
M1: Distant metastasis
Stage Grouping:
0:
Tis N0 M0
I:
T1 N0 M0
II:
T2 N0 M0
III:
T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
IVA:
T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
IVB:
Any T N3 M0
T4b Any N M0
IVC:
Any T Any N M1
Referensi:
Lalwani.K. CURRENT Diagnosis And Treatment Otolaryngology Head And
Neck Surgery. 2nd edition. New York: McGrawHill; 2008 : 356-367.
LARING
1. Anatomi
Batas atas laring adalah aditus laring, Batas bawahnya ialah bidang yang
melalui pinggir bawah kartilago krikoid, Batas
depannya ialah permukaan belakang epiglotis,
Batas lateralnya ialah membran kuadrangularis,
kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus
kartilago
m.aritenoid
krikoid.,
Batas
transversus
belakangnya
dan
lamina
ialah
kartilago
kartilago epiglotis
kartilago krikoid
kartilago aritenoid
kartilago kornikulata
kartilago tiroid
kartilago cuneiformis
kartilago tritisea
Rongga Laring terdiri dari plika vokalis (pita suara asli) dan plika
ventrikularis (pita suara palsu) dimana membagi rongga laring dalam 3
bagian, yaitu :
1.
vestibulum
laring
ialah
laring
rongga
vestibulum
laring
yang
glotik dan
3.
Subglotik
adalah
rongga
laring
m.digastrikus
m.geniohioid
m.stilohioid dan
m.milohioid
m.sternohioid
m.omohioid dan
m.tirohioid
Otot-otot intrinsik :
m.krikoaritenoid lateral
m.tiroepiglotika
m.vokalis
m.tiroaritenoid
m.ariepiglotika dan
m.krikotiroid
bagian posterior
m.aritenoid transversum
m.krikoaritenoid posterior.
2.
2. FISIOLOGI
-
Batuk : benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan
ke luar.
3. Kelainan laring
Penyakit-penyakit yang menyebabkan suara serak :
1. Peradangan
Laringitis Akut
2. Tumor
Tumor jinak
Tumor ganas
I.
LARINGITIS AKUT
Radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan
dari rinofaringitis (common cold). Pada anak laringitis akut ini
dapat menimbulkan sumbatan jalan napas dengan cepat
karena rima glotisnya relatif lebih sempit, sedangkan pada
orang dewasa tidak secepat pada anak.
1. Etiologi
Sebagi
penyebab
radang
ini
ialah
bakteri
yang
pemeriksaan
tampak
mukosa
laring
hiperemis,
Bila
terdapat
sumbatan
laring,
dilakukan
II.
akibat
pemaparan
terhadap
perubahan
suhu
Paling
ditularkan.
Patologi
sering
pada
musim
dingin
dan
mudah
leukosit
submukosa,
terutama
oleh
sel-sel
untuk
demam,
batuk
dan
nyeri
tenggorok.
dingin.
Harus
diusahakan
khusus
untuk
menjaga
pengentalan
ialah
tersangkut
di
suara
parau
tenggorok,
yang
sehingga
menetap,
pasien
rasa
sering
pemeriksaan
tampak
mukosa
menebal,
faring serta
bronkus
yang
mungkin
menjadi
dapat
menimbulkan
gangguan
ke
aritenoid,
plika
vokalis,
plika
klinis,
laringitis
tuberkulosis
terdiri
dari
stadium, yaitu :
1) Stadium infiltrasi.
Yang pertama-tama mengalami pembengkakan dan
hiperemis ialah mukosa laring bagian posterior.
Kadang-kadang
pita
suara
terkena
juga.
Pada
berwarna
membesar,
kebiruan.
serta
Tuberkel
beberapa
itu
makin
tuberkel
yang
dan
yang
paling
sering
terkena
ialah
berlanjut
dan
masuk
dalam
stadium
Hemoptisis
dengan
nyeri
karena
radang
d. Diagnosis Banding
1) Laringitis luetika.
2) Karsinoma laring.
3) Aktinomikosis laring.
4) Lupus vulgaris laring.
e. Diagnosis, berdasarkan :
1) Anamnesis
2) Gejala dan pemeriksaan klinis.
3) Laboratorium.
4) Foto rontgen toraks.
5) Laringoskopi langsung dan tidak langsung.
6) Pemeriksaan patologi-anatomik.
f. Terapi
1) Obat anti tuberkulosis yang primer dan sekunder.
2) Istirahat suara.
g. Prognosis
1) Tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien,
kebiasaan hidup sehat serta ketekunan berobat.
2) Bila diagnosis dapat ditegakkan pada stadium dini
maka prognosisnya baik.
2. Laringitis Luetika
guma.
Bentuk
ini
kadang-kadang
mengeluarkan
eksudat
yang
berwarna
dari
pemeriksaan
laringoskopi
juga
dengan
pemeriksaan serologik.
c. Komplikasi
Bila terjadi penyembuhan spontan dapat terjadi
stenosis laring, karena terbentuk haringan parut.
d. Terapi
1) Penisilin dengan dosis tinggi.
2) Penegangan sekuster.
3) Bila terdapat sumbatan laring karena stenosis,
dilakukan trakeostomi.
IV.
Nodul
Pita
Suara
(Nodul
Penyanyi)
adalah
Gejala
Gejalanya adalah suara serak.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksan
fisik.
Nodul
tampak
sebagai
suatu
Pencegahan
Satu-satunya
cara
mencegah
tumbuhnya
nodul
jinak
penggunaan
dapat
korda
unilateral
vokalis
dan
yang
timbul
tidak
tepat
akibat
atau
berulang
apabila
sudah
diangkat
secara
endoskopi.
5. Kondroma
Kondroma merupakan tumor kartilago hialin yang
tumbuh
lambat,
berasal
dari
kartilago
krikoidea,
gerak
korda
vokalis
dan
dispnea
berupa
pembedahan,
dimana
asal
dan
VI.
Paraly
Paralysis
Paralysis
Laringeus
sis
syaraf
lengkap
Superior
syaraf
laringeu
laring
eus
rekurens
Rekur
bilateral
ens
unilat
Patologi
Efek
Paralysis
eral
Paraly
Paralysis
Lesi
otot
sis
seluruh
syaraf
krikotiroid
seluru
otot
vagus
eus,
h otot
intrinsic
diatas
Hilangnya
intrins
syaraf
sensasi
ic
laringeus
separuh
pada
superior,
laring
sisi
dapat
terseb
Suara
unilateral
ut.
napas
atau
Hilangnya
baik,
bilateral.
nada
jalan
tinggi,
napas
Lesi
Suara
buruk
serupa
serak,
terutam
dengan
pemerik
jalan
a saat
paralysis
saan
napas
bersuara
syaraf
baik
rekurens,
aspirasi
kecua
lebih
li
cenderun
Komisura
pada
anterior
anak
Korda
mengala
tampak
kecil,
vokalis
mi
miring ke
suara
tidak
aspirasi.
sisi lesi,
napas
bergerak
kartilago
ke
aritenoid
batuk
lateral,
Korda
ea pada
buruk.
sebagian
vokalis
sisi
pasien
imobil
tersebut
dapat
namun
miring ke
Korda
beradapt
berada
dalam
vokali
asi dan
dalam
tahan
posisi
dalam
dengan
intermedi
posisi
toleransi
a akibat
para
latihan
hilangnya
media
yang
fungsi
n,
direndah
aduksi
tidak
kan.
muskulus
ada
krikotiroid
gerak
eus.
an ke
lateral
.
2.1 Anatomi
Laring berfungsi untuk memproduksi suaram serta membagi
dan melindungi traktur resiratorius dari traktus digestivus. Laring
berfungsi sebagai sfingter dalam proses menelan, melindungi laring
dari makanan yang lewat dengan menutup trakea pada 2 tempat:
flap epiglotis dan penutupan pita suara. Laring terdiri atas kartilago
yang dihubungkan dengan ligamen, membran, dan otot yang
dilapisi oleh epitel traktur respiratorius dan epitel skuamosa
bertingkat.2,3
Laring dapat dibagi menjadi 3 bagian: supraglotis, glotis, dan
subglotis. Supraglotis meliputi daerah dari ujung epiglotis dan
valekula (superior) sampai ventrikel dan permukaan dalam plika
ventrikularis
(inferiro),
termasuk
kartilago
aritenoid,
lipatan
komisura
anterior
dan
are
interaritenoid.
Subglotis
Snow
JB,
Ballenger
JJ.
Ballengers
masing-masing
bagian
laring.
Supraglotis
berasal
dari
2,3
2.2 Patogenesis
Lebih dari 90% pasien dengan kanker laring memiliki riwayat
merokok berat dan menggunakan alkohol. Merokok merupakan
faktor risiko terjadinya kanker laring. Kombinasi merokok dan
konsumsi alkohol memiliki efek aditif karsinogenik pada laring.
2,3
Snow
JB,
Ballenger
JJ.
Ballengers
Sumber: Concus AP, Tran TPN, Sanfilippo NJ, DeLacure MD. Malignat
Laryngeal Lesions. In Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment
Otolaryngology Head and Neck Surgery 2nd edition. United States:
Mc. Graw & Hill. 2008. h. 437-55.
Tumor maligna yang timbul di subglotis sangat jarang,
sebagian besar merupakan penjalaran dari kanker primer glotis atau
supraglotis.
Seperti
telah
dijelaskan
sebelumnya,
kanker
di
supraglotis memiliki aliran limfatik yang lebih kaya dan lebih sering
didiagnosis dengan adanya metastasis ke kelenjar getah bening,
dan oleh karena itu ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.
T2
T3
T4
All T
Supragl
15
35
50
>
25
otis
40%
42%
65%
65%
50%
Glotis
<
10
25
5%
10%
20%
40%
Subgloti
50%
s
Sumber: Concus AP, Tran TPN, Sanfilippo NJ, DeLacure MD. Malignat
Laryngeal Lesions. In Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment
Otolaryngology Head and Neck Surgery 2nd edition. United States:
Mc. Graw & Hill. 2008. h. 437-55.
2.4 Pencegahan
Berbagai penelitian memperlihatkan adanya efek protektif retinoid,
beta karoten dan antioksidan lain terhadap perkembangan kanker
laring.
2.5 Stadium
T2
T3
Tumor
menyebabkan
fiksasi
plika
vokalis
dan
atau
T4b
Glotis
T1
T2
Tumor
menyebar
ke
supraglotis,
glotis,
dan
atau
T4a
T4b
Supraglotis
atau ke arteri karotis
Subglotis
T1
T2
T3
T4a
T4b
N0
N1
N2
N2
6 cm
N2
6 cm
N3
M0
M1
Sta
diu
m
I
II
III
IVA
4
a
IVB
y
N
y
T
IV
krikoaritenoid,
dan
kadang-kadang
menyerang
saraf.
Fiksasi
dan
nyeri
akan
menyebabkan
suara
lebih
kaya,
lesi
primer
supraglotis
cenderung
2,3
2.7.1 Laringoskopi
Laringoskopi
dilakukan
di
praktek
menggunakan
kaca
laring
dna
mobilitas.
Krepitus
restriksi
laring
(gerakan
clicking dari sisi satu ke sisi lain melalui faring dan fasi prevertbra)
dapat menandakan adanya invasi postkrikoid atau retrofaringeal.
untuk
mengkonfirmasi
lesi.
Bronkoskopi
dengan
Berbagai
modalitas
pencitraan
lain
sedang
dalam
2,3
inflamasi,
penyakit
granuloma
seperti
tuberkulosis,
pola kribiformis, tubular atau solid untuk ACC dan pola kistik derajat
rendah sampai tinggi untuk MEC. Operasi merupakan terapi pilihan
untuk kedua jenis kanker tersebut dengan ajuvan radiasi seperti
kanker kelenjar liur mayor.2
2.10.3 Sarkoma
Kelainan
maligna
yang
berasal
dari
mesenkim
jarang
dengan
massa
submukosa
glotis
posterior
dengan
neuroendokrin
seperti
tumor
karsinoid,
limfoma,
dan
2,3
2,3
a. Operasi mikrolaring
Pemotongan kanker laring secara endoskopi menggunakan
mikroskop dan alat diseksi mikrolaring, terutama untuk kanker
glotis stadium dini.
b. Hemilaringektomi
Pemotongan setengah bagian vertikal laring. Digunakan untuk
tumor dengan ekstensi subglotis < 1 cm di bawah plika
vokalis, plika vokalis mobile, unilateral, tidak ada invasi
kartilago, dan tidak ada invasi ke jaringan lunak ekstralaring.
c. Laringektomi supraglotis
Dilakukan pemotongan supraglotis atau bagian atas laring.
Dilakukan pada tumor T1, T2, T3 dengan invasi area
preepiglotis, plika vokalis mobile, kartilago tidak terkena,
komisura anterior tidak terkena, fungsi paru yang bagus, basis
lingua tidak terkena, apeks sinus piriformis tidak terkena,
FEV1 > 50%.
d. Laringektomi suprakrikoid
Modifikasi laringektomi supraglotis untuk mempertahankan
suara pada kanker yang berada di anterior glotis.
e. Laringektomi hampir total
Laringektomi
parsial
yang
diperluas
dengan
hanya
2,3
mukositis,
skresi
kental,
odinofagi,
dan
edema
yang
berkurangnya
menyebabkan
aliran
udara
perubahan
melalui
anatomis
mulut
dan
dna
hidung
REFERENSI
Snow
JB,
Ballenger
JJ.
Ballengers