Alvin Armando
PEMBIMBING :
dr. Lenny B. W, Sp. THT-KL
Vaskularisasi
Cabang. A. carotis eksterna
A. carotis interna dibagian lat. bersama a. faring asenden
Aliran limfe
KGB Retrofaring, KGB cervic. profunda
Persyarafan
- Motoris : N. X.
- Sensoris : N. IX.
Cabang Maksilaris N. V
N. Vidianus
Ganglion Sfenopalatina
OROFARING
Orfaring terdapat disebelah dorsal dari kavum oris dan
dihubungkan dengan kavum oris oleh ismus fausium. Berbeda
dengan nasofaring, orofaring bergerak berfungsi dalam proses
pernapasan dan proses menelan
Orofaring
Batas-batas Struktur penting
Atas : palatum mole 1. Dinding faring posterior
Bawah : tepi atas 2. Tonsila palatina, fossa,
epiglotis arcus ant - post
Depan : cavum oris 3. Uvula
Belakang : vertebra 4. Tonsila lingualis
cervicalis 5. Foramen caecum
Pada mukosa orofaring didapatkan kelompok-
kelompok jaringan limfoid yang disebut
granula pada dinding posteriornya, sedangkan
lateral pharyngeal band terdapat pada dinding
lateral disebelah dorsal dari arkus posterior.
MUKOSA
~ orofaring fungsi pencernaan
Epitel berlapis pipih tidak bersilia
PERSYARAFAN
- Motoris : N. IX, X, XI, VII
- Sensoris : N. X
Laringofaring
Batas-batas Struktur penting
Atas : tepi atas 1. Valekula
epiglotis 2. Epiglotis
Bawah : introitus 3. Sinus piriformis
esofagus 4. M.konstriktor
Depan : laring faring inferior
Belakang: vertebra
cervicalis
Fisiologi nasofaring
Fungsi utama : pernapasan
Ventilasi & drainase dari cavum timpani melalui
tuba Eustachius
Drainase dari hidung
Resonansi (pembentukan suara)
FISIOLOGI OROFARING & LARINGOFARING
Saluran pernapasan & drainase dari nasofaring
Saluran pencernaan dari mulut
Resonansi suara
Jaringan limfoid cincin Waldeyer imunitas,
menghancurkan kuman patogen, membentuk antibodi
spesifik (imunoglobulin) & limfosit
Proses menelan
Proses menelan
FARING
persimpangan jalan proses menelan & pernapasan
Proses menelan :
1. Fase Oral ~ volunter (sengaja)
2. Fase Faringeal ~ involunter (reflek / otomatis)
3. Fase Esofageal ~ involunter
Fase oral
Pada fase oral ini akan terjadi proses
pembentukan bolus makanan yang
dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah,
palatum mole, otot-otot pipi dan saliva
untuk menggiling dan membentuk bolus
dengan konsistensi dan ukuran yang
siap untuk ditelan. Proses ini
berlangsung secara disadari.
Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga
mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot
bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas
lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi
menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian
anterior ke posterior. Bagian anterior lidah
menekan palatum durum sehingga bolus terdorong
ke faring.
14
FASE FARINGEAL
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah
karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid,
m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m.
Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor
faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan
kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)
5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus
esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior
menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke
dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar
satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan
15
makanan padat.
FASE ESOFAGEAL
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa
disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase
faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.
Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :
1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko
faring. Gelombang peristaltik primer terjadi akibat kontraksi
otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian
proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti
oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons
akibat regangan dinding esofagus.
16
FASE ESOFAGEAL
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh
serabut saraf pleksus mienterikus yang terletak diantara
otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan
gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju
ke distal esofagus.
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan
padat turun karena gerak peristaltik dan berlangsung
selama 8-20 detik.Esophagal transit time bertambah
pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot
rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik
primer.
17
ANATOMI LARING
LARING
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas
bagian atas dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV –
VI.
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung
dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas
lebih besar dari bagian bawah. Batas atas laring adalah
aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os
hioid) dan beberapa tulang rawan. Komponen utama
pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang
berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os
hioid terletak disebelah superior dengan bentuk
huruf U dan dapat dipalpasi pada leher depan serta
lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian
bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid
yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba
dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea
lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat
penuh. Pada permukaan superior lamina terletak
pasangan kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah
prosesus yakni prosesus vokalis anterior dan prosesus
muskularis lateralis
Pada prosesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian
belakang dari korda vokalis sedangkan ligamentum
vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita
suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan
superior korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago
epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang
berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi
mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas
laring.
Struktur Rangka Laring
Os hioid
Kartilago tiroid
Kartilago krikoid (satu-satunya yg
berbentuk cincin)
Kartilago epiglotis
Kartilago aritenoid (sepasang)
Kartilago kornikulata (sepasang)
Kartilago kunaeiformis
Kartilago tritisea (didlm ligamen
hiotiroid lateral)
Persendian
Artikulasi krikotiroid
Artikulasi krikoaritenoid
25 25
Muskulus
Muskulus ekstrinsik
Suprahioid
Diatas os hioid, berfungsi menarik laring
kebawah
Infrahioid
Dibwh os hioid, berfungsi menarik laring keatas
Muskulus intrinsik
gol. adduktor (5 pasang)
menggerakkan KV ke media (adduksi)
gol. abduktor (sepasang)
menggerakkan KV ke lateral (abduksi)
26
Muskulus ekstrinsik
Suprahioid
(diatas os hioid, berfungsi menarik laring ke bawah)
m digastrikus
m geniohioid
m stilohioid
m milohioid
Infrahioid
(dibwh os hioid, berfungsi menarik laring ke atas)
m sternohioid
m omohiod
m tirohioid
27
Muskulus Intrinsik
Berfungsi untuk menggerakkan pita suara :
gol. adduktor (5 pasang) menggerakkan KV ke medial
1. mm. krikoaritenoid lateral (d/s)
2. mm. tireoaritenoid (d/s) = m. vokalis
3. mm. krikotiroid
4. mm. interaritenoid obligus (2 bersilang)
5. mm. interaritenoid transversus (tunggal)
gol. abduktor (sepasang) menggerakkan KV ke lateral
m krikoaritenoid posterior
28 28
Persarafan Laring
Cabang N.X (N.Vagus) :
N. Laringis superior
N. Laringis inferior
Secara anatomis, N. Laringis inferior sinistra lebih panjang
karena harus membelok di aorta dahulu sebelum naik ke
atas. Akibatnya saraf ini mudah mengalami gangguan,
misalnya cor pulmonal, cor bovinum dan perikarditis.
N. Laringis superior (motoris dan sensoris).
Sensoris disini penting untuk menerima rangsangan,
sehingga jika ada benda asing dan terasa nyeri akan
mengakibatkan refleks batuk (watch dog).
N. Laringis inferior (motoris)
Untuk membuka atau menutup rima glotis (gerak aduksi
dan abduksi)
abduktor
31
Muskulus
32
FISIOLOGI LARING
1.Fungsi proteksi 4. Fungsi emosi
2.Reflek batuk 5. Fungsi fonasi
3.Fungsi respirasi dan sirkulasi
1. Fungsi proteksi
• Scr filogenesitas fungsi yg berkembang pertama kali
• Mencegah masuknya benda asing ke trakea
• Dengan mekanisme :
Penutupan sfingter laring (epiglotis menutup
aditus laring)
Tahan nafas sesaat peningkatan tknn laring
scr reflek menyebabkan terbukanya sfingter laring
secara mendadak
Reflek batuk
33
2. Reflek batuk
• Mekanisme sfingter laring bekerja
• Tekanan udara subglotis meningkat
• Merangsang mekanisme sfingter laring utk relaksasi
secara mendadak
• Udara bertknan dari subglotis keluar serentak sebagai
batuk yg mampu mendorong benda asing atau sekret
dari trakhea/laring ke hipofaring
3. Fungsi respirasi dan sirkulasi
• Diperankan oleh pembukaan rima glotis gerakan plica
vocalis ke arah lateral
• Kontraksi otot abduktor menyebabkan rima glotis
melebar
• Volume udara respirasi meningkat
• Tekanan udara alveolus meningkat
• Tekanan udara sirkulasi meningkat 34
4. Fungsi emosi
• Diperankan oleh plika vokalis
• Perubahan amplitudo & frekwensi getaran plika vokalis
akan menghasilkan suara yang mengekspresikan emosi
• Cth : merintih (kalo orang sakit, kekuatannya
berkurang, suara tidak seperti org sehat), mengeluh,
berteriak, tertawa terbahak
5. Fungsi fonasi
• Diperankan oleh otot intrinsik
• Tinggi rendah suara diatur dgn perubahan
peregangan plika vokalis oleh otot tensor
35
FISIOLOGI FONASI
SISTEM YANG BERPERAN :
Sistem pernafasan (khususnya laring)
Terdapat pita suara, otot otot laring (intrinsik dan
ekstrinsik)
Dibagi menjadi : vestibulum, ventrikel dan infraglotis
Terdapat 2 pita (vocal vold dan vestibular vold)
Pita suara berkontraksi (addiksi, abduksi dan tension)
oleh otot intrinsik laring
Proses pembentukan suara
Terjadi karena vibrasi pada lipatan pita suara baik:
a. Secara pasif : pada saat relax oleh dorongan udara
ekspirasi pada saat pernapasan normal, sehingga
udara masuk ke celah glotis secara bebas
b. Secara aktif : disebabkan udara yang menggetarkan
pita suara yang menegang/melemas sehingga celah
glotis menyempit/melebar karena kontraksi otot
laring, otot mylohyoid yang menggerakkan
kertilago, aritenoid dan tiroid tempat menempelnya
pita suara masuk
Proses pembentukkan suara
Variasi posisi glotis yang dapat menimbulkan
pembentukan bunyi suara dan bunyi pernapasan
a. Terbuka lebar: saat bernapas normal
b. Terbuka sempit: menghasilkan bunyi tak bersuara
c. Tertutup: menghasilkan bunyi bersuara
d. Tertutup rapat: menghasilkan bunyi hamzah
Fonasi
1. Tinggi/rendah nada : tergantung tebal/tipis serta
memanjang/memendek pita suara (laki-
laki lebih panjang oleh karena adanya Adam
Apple.
2. Kerasnya suara : tergantung tekanan hembusan
paru.
3. Kwalitas/merdu suara : tergantung ruang resonansi
diatas glotis.
4. Articulasi (ketepatan pengucapan kata/huruf) :
tergantung ketepatan kombinasi pergerakan dan
penempatan palatum mole, lidah, gigi dan bibir.
Anamnesa Faring dan Rongga
Mulut
Keluahan di daerah faring pada umumnya adalah:
1. Nyeri tenggorok
2. Odinofagia
3. Rasa banyak dahak di tenggorok
4. Disfagia
5. Rasa sumbatan dileher
Anamnesa Faring dan Rongga Mulut
1. Nyeri tenggorok
Keluhan ini dapat hilang timbul atau menetap. Apakah nyeri
tenggorok disertai dengan demam, batuk serak dan
tenggorok terasa kering. Apakah pasien merokok dan berapa
jumlahnya sehari.
2. Nyeri telan (odinofagi)
Merupakan rasa nyeri di tenggorok waktu menelan. Apakah
nyerinya dirasakan sampai ke telinga
3. Rasa banyak dahak ditenggorok
Merupakan keluhan yang sering timbul akibat adanya
inflamasi dihidung dan faring. Apakah dahaknya berupa
lendir saja, pus atau bercampur darah. Apakah dahak dapat
keluar bila dibatukkan atau terasa turun ditenggorok.
4. Sulit menelan (disfagia)
Sudah berapa lama dan untuk jenis makanan
cair atau padat. Apakah juga disertai muntah
dan berat badan menurun dengan cepat.
5. Rasa ada yang mengganjal di leher
Sudah berapa lama, tempatnya disebelah
mana.
Anamnesa hipofaring dan laring
Keluhan pasien dapat berupa
1. Suara serak
2. Batuk
3. Disfagia
4. Rasa ada sesuatu dileher
1. Suara serak
suara serak atau tidak keluar suara sama sekali sudah berapa
lama, apakah sebelumnya mengalami peradangan dihidung atau
tenggorokan. Apakah keluhan ini disertai batuk, rasa nyeri dan
penurunan berat badan.
2. Batuk
Sudah berapa lama, apakah ada faktor sebagai pencetus batuk
tersebut seperti rokok, udara yang kotor serta kelelahan. Apa yang
dibatukkan, dahak kental, bercampur darah dan jumlahnya.
Apakah pasien seorang perokok,
3. Sulit menelan (disfagia)
Sudah berapa lama dan untuk jenis makanan cair atau padat.
Apakah juga disertai muntah dan berat badan menurun
dengan cepat.
4. Rasa ada sesuatu ditenggorok
Keluhan sudah berapa lama diderita, adakah keluhan lain
yang menyertai serta hubungannya dengan keletihan mental
dan fisik
PEMERIKSAAN FISIK TENGGOROK
Inspeksi , perhatikan :
1.Ptialismus, trismus
2.Gerakkan bibir dan susut mulut (N VII)
3.Mukosa dan ginggiva, misalkan adanya ulkus
4.Gigi atau geraham rusak yang dapat menimbulkan sinusitis
maksilaris (Caries gigi P2 ,P1, M1, M2, M3 ) atas atau trismus yang
disebabkan gigi M3 bawah yang letaknya miring
5.Lidah : Parese N. XII, atrofi,aftae, tumor malignan
6.Palatum durum ( torus palatinus) , prosesus alveolaris bengkak
oleh karena radang atau tumor sinus maksilaris
Palpasi : Jangan dilupakan bila ada ulkus pada lidah (karsinom)
Perkusi : Pada gigi dan geraham, terasa sakit bila ada radang
Dimulai dengan pasien membuka mulut lebar-lebar, lidah
ditarik ke dalam, lidah ditekan ke bawah, dibagian medial.
Paresis bilateral :
Waktu istirahat : seperti normal
Ucapkan “aa,ee” : seperti normal
“eee” : mungkin uvula sedikit bergerak
Paresis unilateral :
Waktu istirahat : seperti normal
Ucapkan “aa,ee” : palatum mole terangkat ke arah yang sehat,
uvula miring, menunjuk ke arah sehat, konkavitas, tak simetris
Faringitis akut : Semua merah
Faringitis kronik : Hanya granule merah
Aftae, difteri, ulkus sifilis, sikatriks, korpus alineum
Inspeksi :
- warna dan keutuhan kulit
- benjolan (struma dan kista duktus tiroglossus)
Palpasi :
- mengenal bagian dari kerangka laring (tulang hioid,
kartilago tiroid,kartilago krikoid) dan gelang trakea
- apakah ada udem, struma, kista, metastase?
- apakah ada susunan yang abnormal? (fraktur dan
dislokasi)
- laring yang normal (mudah digerakkan)
2. Laringoskopi Indirekta
2. Laringoskopi Indirekta
Syarat :
- harus ada jalan yang lebar buat cahaya yang dipantulkan oleh
cermin. maka lidah harus dikeluarkan, sehingga radiks linguae yang
menutup jalan itu bergerak ke ventral.
- harus ada tempat yang luas buat cermin, dan cermin tak boleh
ditutup oleh uvula. Untuk itu pasien disuruh bernapas dari mulut,
sehingga uvula bergerak keatas dengan sendirinya.
2. Laringoskopi Indirekta
Tahap-tahap pemeriksaan :
- memeriksa radiks linguae, epiglotis, dan sekitarnya
- memeriksa lumen laring dan rima glotidis
- memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rima
glotidis
2. Laringoskopi Indirekta
Tahap pelaksanaan laringoskop indirekta :
- Anastesi faring dengan tetrakain. Umumnya tidak diperlukan, kecuali
untuk faring yang sangat sensitif (Pemeriksaaan dimulai sekitar 10 menit
setelah disemprotkan tetrakain)
- Pasien harus membuka mulut lebar-lebar dan bernapas dari mulut
- Pasien diminta menjulurkan lidah panjang-panjang
3. Melihat trakea
-Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium
fonasi
-Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh
epiglotis, sehingga mukosa trakea hanya dapat dilihat waktu
belum ada aduksi yang komplit, atau diwaktu permulaan
abduksi
-Perhatikan: anatomi, patologi mukosa, warna mukosa,
sekret reio subglotisk, udem, tumor
3. Laringoskopi Direkta
3. Laringoskopi Direkta
teknik :
- Penderita ditidurkan terlentang diatas meja periksa
- Pemeriksaan baru dapat dimulai sekitar 10 menit setelah
ke dalam faring dan laring diteteskan tetrakain 1% (masing-
masing 10 tetes)
- pipa dimasukkan sampai ke dalam introitus laringis
- memperhatikan gambar laring seperti pada laringoskopi
indirekta
3. Laringoskopi Direk
2. Laringoskopi fiber
Etiologi :
Strep beta-hemolitikus grup A (30 – 40%)
H. influenzae
Virus
Insiden :
Anak 5 – 10 tahun (sering)
Dewasa
78
79
Patologi :
Radang jaringan limfoid (folikel)
Udim, hiperemi
Eksudat detritus
80
81
Gejala Klinis :
Tenggorok rasa kering
Nyeri telan hebat – mendadak
Anak tidak mau makan
“ Referred pain “ sakit di telinga
Panas tinggi anak kejang
Sakit kepala
Mual / muntah / nyeri perut
( Strep. beta-hemolitikus )
82
Pemeriksaan :
“ Plummy voice “
“ Foetor ex ore “
Ptialismus
Tonsil oedem, hiperemi, detritus
Ismus fausium menyempit
Palatum mole, arkus ant./post. oedem,
hiperemi
Kelenjar limfe membesar – nyeri tekan
83
Diagnosa banding :
DIFTERI TONSIL
pseudomembrane smp keluar tonsil , Bull neck
Penyulit :
1. Lokal
- Peritonsilitis (infiltrat peritonsil)
- Abses peritonsil
- Abses parafaring
2. Sistemik (Strep. beta-hemolitikus)
- Glomerulonefritis akut
- Penyakit jantung rematik
- Endokarditis bakterial sub akut 84
Pengobatan :
istirahat ANTIBIOTIKA
makan lunak BERAT :
minum hangat PP 2x0.6 – 1.2 juta IU/hr im (5hr)
analgesik / antipiretik Fenoksimetil pen. 4x500mg/hr
( asetosal, parasetamol selama 10 hari
3 – 4 x 500 mg )
RINGAN :
Fenoksimetil penisilin
7.5 – 12.5 mg/kgbb/hari
4x sehari selama 10 hari
85
Bila terjadi komplikasi :
Definisi :
A. Keluhan penderita :
nyeri telan ringan hebat ( eksaserbasi
akut )
rasa mengganjal
“ foetor ex ore “
buntu hidung ( ngorok ) adenoid
membesar
“ adenoid face “
gangguan pendengaran ( adenoid
membesar ) 90
B. Pemeriksaan :
tonsil membesar
kripta melebar detritus (+) atau bila
ditekan
“ adenoid face “
fenomena palatum mole (-)
91
Penyulit :
Adenotonsilitis kronik
Bronkitis kronik
92
Penatalaksanaan :
Tonsilektomi / adenotonsilektomi
93
Edukasi :
Fungsi:
Sistem pertahanan tubuh pertama (lokal) sal.
nafas
memproduksi limfosit
Membentuk antibodi spesifik (Ig)
96
97
MASSA ADENOID
( batas bawah tampak tegas )
98
ADENOIDITIS AKUT
Definisi :
Radang akut pada adenoid bayi – anak <12 tahun
Sering bersamaan dng tonsilitis akut disebut
ADENOTONSILITIS AKUT
Gejala klinis :
1. Keluhan ( dari ibunya ) :
panas tinggi konvulsi
buntu hidung bayi tdk dapat menyusu
gelisah, lapar, berat badan menurun, disertai pilek
2. Pemeriksaan ( dikerjakan pd anak besar & kooperatif ):
RA : adenoid udim, hiperemi, sekret (+), fmn
palatum mole (-)
RP : adenoid hiperemi (sulit) endoskopi
99
Terapi :
Komplikasi :
melalui tuba eustakius kavum timpani OMSA
ke bawah laring, trakeitis, bronkitis, bronkopnemoni
ke depan (hidung) sinusitis akut
100
Etiologi :
ADENOIDITIS KRONIS
Post nasal drip sekret kavum nasi jatuh ke belakang
Sekret berasal dari : sinus maksilaris & ethmoid
Gejala klinis :
Disebabkan oleh hipertrofi adenoid buntu hidung
AKIBAT NYA :
- rinolalia oklusa ( bindeng ) krn koane tertutup
- mulut terbuka utk bernapas
muka terkesan bodoh ( adenoid face )
- aproseksia nasalis
- sefalgi
- pilek dan batuk
- nafsu makan menurun
- oklusio tuba pendengaran menurun
- tidur ngorok OSAS 101
Pemeriksaan:
RA : Adenoid membesar
Phenomena palatum mole (-)
RP : Adenoid membesar dan tidak hiperemi
Pemeriksaan tambahan:
Endoskopi, foto skull lateral soft tissue (adenoid), CT Scan
kkkk
kkkk
103
Penatalaksanaan :
adenoidektomi ( ADE )
adenotonsilektomi ( ATE )
104
FARINGITIS AKUT
Naso/Epifaryng, Oro/Mesofaring, Laryngo/hypofaring
Etiologi :
- Virus : rhino v., corona v.,
v. influenza A & B, parainfluenza,
adeno v., resp. syncytial v., entero v.
105
FARINGITIS AKUT TONSILOFARINGITIS AKUT
106
Penyebaran : Droplet infection
Gambaran klinis
- dapat didahului rinitis akut, konyungtivitis,
malaise, panas badan, dan nyeri kepala.
- nyeri tenggorok yg memberat saat menelan yg
dapat menjalar ke telinga
- mukosa faring : hiperemi, udim, t.u. jar.
limfoid : tampak garis2 mukopus, kd2
tampak pustular
follicles
- dapat terjadi limpadenopati klj. Leher
- bila menyebar ke laring : suara parau, batuk2
107
Terapi
- Umumnya dapat sembuh sendiri (self limiting
dis.) dan tidak perlu obat anti virus
- Obat simtomatis : bedrest, analgetik-antipiretik
- Antibiotik : bila ada komplikasi infeksi bakteri
Komplikasi
- Lokal : sinusitis, otitis media, laringitis,
trakeo bronkitis, pneumonia
- General :meningitis, ensefalitis, miokarditis
108
FARINGITIS KRONIK
Infeksi atau inflamasi yg berlangsung
lamadari mukosa faring
Dibagi :
- non spesifik
- spesifik
109
FARINGITIS KRONIK NON SPESIFIK
Etiologi :
- sinusitis kronik
- gingivitis
- bronkiektasis
- bronkitis kronis
- karies gigi
- iritasi dari rokok/asap industri/gorengan dll
- iritasi asam lambung pada GastroEsofageal Reflux Ds
Gambaran Klinis :
- rasa tidak nyaman (mengganjal) di tenggorok
- tenggorok berlendir
110
Lokal: jar. limfe yang menonjol pd dinding
belakang
faring dan kemerahan
Penatalaksanaan :
- Bila ada penyebab yg dicurigai : dihindari
/ diobati
- Dapat dicoba diberi obat kumur
111
FARINGITIS KRONIK SPESIFIK
Etiologi :
Sifilis, gonorhoe, tuberkulosis, jamur
Gambaran Klinis :
Gejala tgt penyebab
112
FARINGITIS TUBERKULOSA
jamur
114
Diagnosis :
- Tgt penyebab :
- SIFILIS pem. Spirochaeta dgn dark field
illumination microscopy,
pem serologi VDRL
- TBC pem mikrobiologi / patologi BTA
foto thorax
- GO swab/kultur pewarnaan gram
- Jamur swab pewarnaan KOH
Penatalaksanaan :
Tgt penyebab, spt : Sifilis/ GO Benzathine
penicillin
TBC Obat2 anti TBC
Jamur Obat anti jamur
115
TONSILOFARINGITIS DIFTERI
Infeksi akut mukosa faring yg spesifik ok kuman
difteri. Biasanya juga mengenai tonsil
difteri faring dan tonsil
(TONSILOFARINGITIS DIFTERI).
Juga dpt terjadi pd hidung, laring
Komplikasi :
Sistemik ok penyebaran eksotoksin
127
Abses
peritonsiler kiri
130
Hipertrofi Adenoid
131
PENYAKIT KEGANASAN OROFARING
Macam-Macam CA Tenggorokan
133
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
DENGAN LARING
PENYAKIT INFEKSI
LARINGITIS AKUT
Merupakan kelanjutan dari keradangan di
daerah faring
Pemeriksaan:
Pengobatan: - antibiotika
- anti inflamasi, 136
LARINGITIS AKUT
LARINGITIS DIFTERI
Penanganan:
1. ADS
2. bila ada sumbatan laring
di lakukan trakeotomi
3. isolasi
4. istirahat baring
5. antibiotika (Penisilin)
138
LARINGITIS KRONIS
karena pengobatan laringitis akut tidak tuntas
Gejala: parau
Pemeriksaan: penebalan mukosa pita suara
Penanganan:
istirahat bicara
PENYAKIT NON INFEKSI
PATOFISIOLOGI TRAUMA LARING
Trauma laring
Infeksi sekunder robekan ini dapat menyebabkan selulitis, abses atau fistel
Tulang rawan laring dan persendiannya dapat mengalami fraktur dan dislokasi
Etiologi :
vocal abuse / vocal misuse
Sering pada anak, guru, penyanyi
Terapi:
- Voice Therapy
- Kurangi bicara, jangan berbisik
- Bila cukup besar : ekstirpasi melalui BLM
(Bedah Laring Mikroskopis) 143
Vocal Nodul
144
Granuloma Laring
Ada riwayat :
- refluks
- trauma laring
- intubasi
Gejala :
suara parau
terasa ngganjel di tenggorok
Terapi :
obat antirefluks
ekstirpasi melalui BLM
145
Granuloma Laring
146
Kista Laring
Kista kongenital :
plika ariepiglotika, dinding lateral faring
Bila besar obstruksi
Bila pada korda vokalis parau
Terapi :
- ekstirpasi melalui BLM
- bila kongenital, pungsi, kalau perlu BLM
147
Kista Korda Vocalis
148
Polip Laring
Dapat terjadi pada tepi bebas seluruh bagian korda
vokalis.
Unilateral / bilateral
Dapat pada semua umur
Ada 2 tipe : mukoid dan angiomatous
149
Papiloma Laring
Tumor jinak pada laring, dapat meluas ke faring, trakea,
bahkan bronkus – respiratory tract papilloma.
Biasanya pada anak, dapat terjadi pada dewasa.
Etiologi :
human papilloma virus (HPV) tipe 6 & 11
Gejala :
- suara parau progresif
- dapat menyebabkan sesak nafas
- residif, sering tumbuh kembali
dengan cepat
150
Papiloma Laring
Terapi:
- BLM, ekstraksi sebersih mungkin
- Bila residif, operasi lagi dst
- Kadang-kadang perlu trakeotomi
- Obat anti viral : acyclovir, isoprinosine
151
Papiloma Laring
152
Paralisis Aduktor Korda Vokalis
Korda vokalis tak dapat merapat di garis
tengah pada saat fonasi
unilateral suara parau
bilateral afoni
Penyebab :
- pasca bedah : tiroidektomi
tulang servikal
toraks
- trauma (leher, intubasi)
- keganasan paru, mediastinum
- kelainan syaraf : sentral / perifer
153
Paralisis Aduktor Korda Vokalis
Diagnosis :
- anamnesis
- laringoskopi
- foto toraks
- konsul syaraf
Terapi :
- augmentasi korda vokalis
dg. suntikan teflon / fat dll
- tiroplasti medialisasi
154
PENYAKIT KEGANASAN
Macam-Macam CA Laring
156
METODE OPERASI TONSIL DAN
ADENOID
157
TONSILEKTOMI /ADENOTONSILEKTOMI
INDIKASI: - Tonsilitis kronis eksaserbasi akut > 4x/tahun
- Pasca Abses Peritonsil
- Obstruksi (tidur ngorok, OMSK, OSAS)
- Sumber infeksi (pre op jantung)
PERSIAPAN :
1. ADMINISTRASI /MEDIKOLEGAL :
- Kelengkapan Rekam Medik
- Persetujuan/ konsul dr anestesi (bila dilakukan dgn GA)
- Informed Consent (Persetujuan operasi)
2. ALKES :
- Tonsiladenoidektomi set, lampu kepala, alat diathermi
(cauter)
- Deppers, catgut, lidocain, H2O2
158
159
ANOTOMI KEPALA
ANATOMI CRANIUM DARI DEPAN
ANATOMI CRANIUM DARI SAMPING
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA
Kepala
Hydrocephalus
Pemeriksan wajah
Inspeksi
Ekspresi (depresi, takut, gembira, gelisah,kesakitan)
Akromegali,
Hemangioma
Down syndrome Acromegaly
Chloasma butterfly appearance
Lepra, Full moon face
kolera
Fr. Mandibula
Paralyse N VII (
Bell’s palsy
Pemeriksaan Mata
Alis (normal, hilang 1/3 lateral),
Bola mata (normal, exophtalmus, anophthalmus, tekanan
bola mata meningkat, strabismus/juling),
Kelopak (edema, ptosis, xanthelasma),
Konjunctiva (anemia, hiperemia, perdarahan, kering),
Sclera (icterus, perdarahan, hiperemia, ),
Pupil (bulat, isokor, anisokor, mydriasis, ),
Kornea (arcus senilis, band keratopathi),
Lensa (normal, katarak),
Visus (normal, counter finger, hand movement, light
perception).
pemeriksaan Visus
Dengan jarak 5 atau 6 M dengan Snellen Card
periksa visus Okuli Dextra (OD) dan Okuli
Sinistra (OS)
5/5 atau 6/6 = normal
1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1/~ = Mampu melihat gelap dan terang
0 = Tidak mampu melihat
Snellen Card
Pemeriksaan lapang pandang.
Hemianoxia : pasien tidak dapat melihat separuh dari
medan penglihatan.
Hemoxia : pasien tidak dapat melihat seperempat dari
lapang penglihatan.
Klasifikasi :
Ringan
Sedang
Berat
GEJALA FRAKTUR TULANG ZIGOMA DAN
ARKUS ZIGOMA
Pipi menjadi lebih rata (jika dibandingkan dengan sisi
kontralateral atau sebelum trauma)
Diplopia dan terbatasnya gerak bola mata
Edema periorbita dan ekimosis
Pedarahan subkonjungtiva
Enoftalmus
Ptosis
Terbatasnya gerakan mandibula
Emfisema subkutis
Epistaksis
Terdapat hipestesia atau anestesia karena kerusakan saraf
intraorbita
KLASIFIKASI FRAKTUR MAKSILA
Le Fort I
Le Fort II
Le Fort III
PENYAKIT KEGANASAN
Kanker otak
Tumor otak
kelumpuhan sistem saraf
ANATOMI LEHER
ANATOMI LEHER DARI DEPAN
ANATOMI KGB LEHER
193
ARAH ALIRAN KGB LEHER
194
ANATOMI LEHER
195
KELENJAR DI LEHER
196
KELENJAR DI LEHER
197
PEMERIKSAAN FISIK LEHER
Pemeriksaan leher
Bendungan vena
Trachea ( simetris / tidak )
Tortikolis
Kelenjar gondok
KGB
Kaku kuduk
Pemeriksaan Leher
Palpasi pada leher untuk mengetahui
pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan
posisi trakea.
Pembesaran kelenjar limfe leher (Adenopati
limfe) menandakan adanya peradangan pada
daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau
syphilis.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi
yodium.
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak
simetris dapat terjadi karena proses desak ruang
Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :