Anda di halaman 1dari 3

Limfoma Hodgkin dan Non Hodgkin

Posted: June 17, 2012 in General


Tags: virus epstein barr
0

Definisi

Limfoma adalah suatu penyakit heterogen keganasan yang muncul dari sel imunitas jaringan
limfoid yang bersifat padat Bermanifestasi dalam sumsum tulang belakang dan sistem periferal
atau dalam jaringan lain dimana terdapat agregat sel limfosit. Limfoma merupakan istilah umum
untuk Tumor ganas primer akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya
normal dari kelenjar limfe. Limfoma terbagi menjadi 2, yaitu limfoma Hodgkin (HL) dan
limfoma non-Hodgkin (NHL).

 HODGKIN: kelompok keganasan primer limfosit yg berasal dari sel Reed-Sternberg,


Cenderung Intranodal, Lebih pada Sel Limfosit B

 NON HODGKIN: kelompok keganasan primer limfosit yg berasal dari limfosit B dan
limfosit T. Cenderung ekstranodal, Pada Sel Limfosit B dan T

Etiologi
Penyebab pasti limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin masih belum diketahui. Namun
diperkirakan aktivasi abnormal gen tertentu mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis
kanker, termasuk limfoma

 HODGKIN : Pada penyakit ini ditemukan adanya perkembangan sel B abnormal atau
dinamakan sel Reed-Sternberg akibat pengaruh paparan virus epstein barr (EBV). Terkait
Proses Transkripsi sel B yang terganggu.

 NON HODGKIN : Pada limfoma jenis ini penyakit berkembang dari limfosit yang
abnormal yang akan terus membelah dan bertambah banyak dengan tidak terkontrol
akibat faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV,
HCV, EBV, Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna
kimia). Pembelahan yang tak terkendali dari limfosit B dan T akibat mutasi sel menjadi
sel ganas

Patofisiologi

 Limfoma Hodgkin: limfoma hodgkin tipikal (khas) terjadi di getah bening (limfa) dan
berisi sel yang menyebabkan radang dan fibrosis. Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening yang tidak nyeri, gejala sistemik yaitu demam yang tidak
jelas sebabnya, berkeringat malam penurunan berat badan.
 Limfosit non hodgkin: Ditandai dengan adanya gejala pembesaran kelenjar getah bening
tanpa adanya rasa sakit, demam, keringat malam, rasa lelah, gangguan pencernaan dan
nyeri pada perut, nafsu makan berkurang, nyeri pada tulang.

Klasifikasi

Secara umum Limfoma dapat diklasifikaskan menjadi 4 stage :

 Stage I : ditandai dengan adanya satu pembesaran kelenjar limfa.


 Stage II : ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar limfa pada 2 tempat yang
berdekatan.
 Stage III : ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar limfa di leher, dada, dan
abdomen.
 Stage IV : ditandai dengan penyebaran limfoma di kelenjar getah bening dan bagian
tubuh lainnya seperti paru, hati dan tulang

•Klasifikasi limfoma non-hodgkin terbaru dikenal dengan Working Formulation (WF), ini
didasarkan pada kriteria morfologi dan sifat progresivitas biologik.

 Limfoma tingkat rendah (indolen) memiliki prognosis yang baik


 Limfoma tingkat menengah (agresif) memiliki prognosis yang sedang, stadium I-IV
 Limfoma tingkat tinggi, memiliki prognosis yang buruk (Limfoblastik)

Diagnosis

 Biopsi kelenjar dan sumsum tulang


 Radiologi
 Pemeriksaan darah lengkap

Terapi

1. Limfoma Hodgkin

PenyakitTahap Awal Terapi


Prognosis Jinak ( stage 1 dan II tanpa faktor Radiasi atau 4-6 siklus ABVD atau EBVD plus
resiko) radiasi
Prognosis Ganas (stage 1 dan II dengan faktor 4-6 siklus ABVD/MOPP plus radiasi
resiko)
Penyakit tahap lanjut 6-8 siklus ABVD, atau MOPP/ ABVD plus
radiasi pada limfoma sisa
Penyakit Kambuh
Kambuh setelah Radiasi 6-8 siklus kemoterapi dengan atau tanpa radiasi
Relaps setelah kemoterapi primer Kemoterapi salvage (ulangan) pada dosis
konvensional atau kemoterapi dosis tinggi dan
transplasntasi sel
Limfoma Non Hodgkin

 LNH Indolen :

watch and wait


Rituximab infus IV, diberikan setiap 3 minggu

 indolen agresif

stage I dan II: CHOP (siklofosfamid, doksorubisin (adreamisin), Vinkristin (onkovin),

stage III dan IV : CHOP + R

Resistensi Terapi: Steam cell

Terapi non Farmakologi


1.Terapi Biologi
2.Terapi Radiasi
3.Transplantasi Sel Induk
Monitoring dan Evaluasi
•Kepatuhan pasien
•Berkurangnya keluhan
•Efek Samping
•Pemeriksaan fisik,
•Bukti radiologis (Massa kelenjar getah bening)
Pustaka

(1) DiPiro,Joseph T., Talbert,Robert L., Yee,Gary C., Matzke,Gary R., Wells, Barbara G.,
Posey, L. Michael., Pharmacotherapy: A Phatophysiologic Approach 7th Edition, The McGraw-
Hill Companies, USA, 2219-2240

(2) Chisholm-Burns,Marie A., Wells,Barbara G., Schwinghammer,Terry L., Malone, Patrick


M., Kolesar, Jill M., Rotschafer, John C., Dipiro, Joseph T., 2008, Pharmacotherapy: Principles
and Practice, The McGraw-Hill Companies, USA, 1371-1383

(3) Sukandar, Elin Y., dkk, 2011, ISO FARMAKTERAPI 2, Penerbit Ikatan Apoteker
Indonesia, Jakarta.

(4) Pathway Cancer Centre, 2011

(5) Lippincott, 2006

Anda mungkin juga menyukai