Pembimbing:
dr. Herya Putra Dharma
Penyusun:
dr. Primadita Asis Pratiwi
Laporan Kasus:
Fraktur Tertutup 1/3 Media Femur Dextra
Fraktur adalah suatu patahan pada hubungan kontinuitas struktur tulang. baik
yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Fraktur dapat
terjadi seluruh bagian tubuh. Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau
benturan, faktor patologik,dan yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur
akan bertambah dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom
emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan avaskuler
nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed
union, non union atau bahkan perdarahan1,2
Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup adalah apabila kulit di atasnya masih utuh. Fraktur terbuka adalah
fraktur kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus yang cenderung akan
mengalami kontaminasi dan infeksi.3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI tahun 2013 didapatkan data kecenderungan peningkatan
proporsi cedera transportasi darat (sepeda motor dan darat lain) dari 25,9% pada
tahun 2007 menjadi 47,7%.4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis :
Keluhan utama: pasien mengeluh nyeri pada paha kanan sejak 1 jam SMRS
RPS : pasien post KLL trus vs motor, saat kejadian, setelah menabrak motor, truk
oleng ke pinggir jalan dan menabrak pembatas jalan. Kaki kanan pasien terbentur
setir dan area depan truk. Sejak itu paha kanan terasa nyeri dan tidak dapat
digerakkan. Setelah kejadian pasien sadar penuh, mual (-), muntah (-), kepala sakit
karena terbentur bagian atas truk. Luka terbuka di kepala (-).
Status generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
HR/Nadi : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,70C
SpO2 : 98%
Ekstremitas superior
L : edema (-), deformitas (-)
F : krepitasi (-)
M : Gerakan aktif
Ekstremitas inferior
L : Edema (+), deformitas (+) pada regio femur dextra
F : Krepitasi (+), akral hangat
M : ROM terbatas
2.5 Pemeriksaan Penunjang (19/07/2020 05.00)
Darah rutin
Hb : 11,7
Leukosit : 7,800
Trombosit : 235.000
GDS : 104 mg/dl
Kimia darah
Ur : 23
Cr : 0,6
Pemeriksaan Elektrolit
Na : 140,36
K : 4,92
Cl : 106,19
Ca : 1,18
Screening
HIV : non reaktif
HbsAg : non reaktif
Anti HCV : non reaktif
Rapid test covid : non reaktif
2.6 Radiologi
2.7 Diagnosa
Fraktur tertutup 1/3 media femur dextra
3.1 Os femur
Caput membentuk dua pertiga dari bulatan dan bersendi dengan acetabulum
os coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yang
berguna sebagai tempat melekatnya ligamentun capitis femoris.Sebagian suplai darah
untuk caput femoris dari arteri obturatoria dihantarkan melalui ligamentum ini dan
memasuki tulang melalui fovea capitis.
Collum yang menghubungkan caput dengan corpus berjalan ke bawah,
belakang, dan lateral serta membentuk sudut 125° dan lebuh kecil pada perempuan
dengan sumbu panjang corpus femoris. Besarnya sudut ini dapat berubah karena
adanya penyakit.
Trochanter mayor dan minor merupakan tonjolan yang besar pada taut antara
collum dan corpus. Linea intertrocanterica menghubungkan kedua trochanter ini di
bagian anterior, tempat melekatnya ligamentum iliofemorale dan di bagian posterior
oleh crista intertrochanterica yang menonjol, pada crista ini terdapat tuberculum
quadratum.
Corpus femoris permukaan anteriornya lebih licin dan bulat, sedangkan
permukaan posterior mempunyai rigi yang disebut linea asoera. Pada linea ini
melekat otot-otot dan septa intermuskularis. Garis tepi linea melebar ke atas dan ke
bawah. Tepi medial berlanjut ke distal sebagai crista supracondylaris medialis yang
menuju ke tuberculum adductorum pada condylus medial. Tepi lateral melanjutkan
diri ke distal sebagai crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior
corpus, tepatnya dibawah trochanter major terdapat tuberositas glutea sebagai tempat
melekatnya musculus gluteus maximus. Corpus melebar kearah ujung distalnya dan
membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya yang disebut facies
poplitea.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis yang bagian
posteriornya dipisahkan oleh insisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus
ikut serta dalam pembentukan articulatio genu. Diatas condylus terdapat epicondylus
lateralis dan medialis. Tuberkulum adductorum dilanjutkan oleh epicondylus
medialis. Ruang fascia anterior tungkai atas diisi oleh musculus sartorius, muskulus
iliacus, musculus psoas, musculus pectineus dan musculus cuadriceps femoris.
Dipersarafi oleh nervus femoralis ruang anterior facia tungkai atas dialiri pembuluh
darah arteri femoralis. Ruang fascia medial tungkai atas diisi oleh musculus gracilis,
musculus adductor longus, musculus adductor magnus, musculus obturatorius
externus dengan dipersarafi oleh nervus obturatorius ruang fascial medial diperdarahi
oleh arteri profunda femoris dan arteri obturatoria.
Ruang fascia posterior tungkai atas diisi oleh musculus biceps femoris,
msculus semitendinosus, musculus semimembranosus, dan sebagian kecil musculus
adductor magnus (otot-otot hamstring)/ dipersarafi oleh nervus ischiadicus ruang
fascia posterior tungkai atas diperdarahi oleh cabang-cabang arteri profunda femoris.5
3.2. Fraktur
3.2.1 Definisi Fraktur
Fraktur adalah diskontinuitas atau terputusnya kesinambungan, sebagian atau
seluruh korteks dan struktur tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Terjadinya fraktur dapat dikarenakan oleh trauma spontan maupun adanya kelemahan
dari tulang akibat gangguan metabolisme (osteoporosis), tumor maupun infeksi.
Fraktur tulang spontan yaitu terjadinya patah tulang akibat adanya trauma yang
adekuat. Sedangkan fraktur patologis terjadi jika tulang patah didaerah yang lemah
karena mengalami osteoporosis, tumor, baik itu jinak maupun ganas atau karena
infeksi akibat tatalaksana yang tidak adekuat.1
3.2.2 Etiologi7
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
Penyebab Fraktur
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila
terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan
lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat
mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu,
kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama
pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).Daya
pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang
berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya
pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang
dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit diatas
fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling lazim.
3.2.3 Proses terjadinya fraktur1,2,8
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya fraktur, harus diketahui lebih dahulu
keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan
memuntir. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan
memuntir dan kompresi.
Trauma dapat bersifat:
Trauma Langsung
Trauma langsung dapat menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
Trauma Tidak Langsung
Trauma yang dihantarkan lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh
dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada
keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
3.3 Diagnosis
a. Anamnesis
Keluhan Utama biasanya berupa nyeri, deformitas, pembengkakan, gangguan
fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi
kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat
cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang
dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan awal, dengan memperhatikan adanya9:
- syok, anemi atau perdarahan
- kerusakan organ lain
- faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
Pemeriksaan Lokal, dengan Look (inspeksi), Feel (palpasi) dan Movement (gerakan)
Look (inspeksi) : melihat adanya deformitas seperti angulasi, rotasi atau
pemendekan.
Feel (palpasi) : meraba, mencari daerah yang nyeri tekan, krepitasi,
melakukan pemeriksaan vaskuler distal trauma, mengukur tungkai
Movement (gerakan) : Mengukur Lingkup gerak sendi, kekuatan otot,
sensibilitas
Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan
palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas
dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi
Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi arteri, warna kulit,
pengembalian cairan kapler (Capillary refill test) sensasi
c. Pemeriksaan Radiologis
Tujuan pemeriksaan radiologis :
- mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
- konfirmasi adanya fraktur
- melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen dan pergerakannya
- menentukan teknik pengobatan
- menentukan fraktur baru atau tidak
- menentukan fraktur intraartikuler atau ekstraartikuler
- menentukan keadaan patologis lain dari tulang
- melihat adanya benda asing
Diagnosa fraktur tertutup 1/3 media femur dextra didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis. Berdasarkan ananmesis didapatkan
riwayat kecelakaan lalulintas, pasien sebagai pengendara truk yang sempat menabrak
motor dan median menabrak pembatas jalan. Tungkai kanan tidak dapat digerakan.
Tidak ditemukan luka terbuka pada area yang nyeri dan tampak deformitas.
Pada kasus di IGD pada pasien dilakukan pemasangan bidai, rehidrasi 1000cc
karena dicurigai adanya fraktur area paha yang dapat juga tidak menyingkirkan
adanya internal bleeding pada arteri femoralis. Juga diberikan injeksi anti nyeri.
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang dan dikonsulkan kepada dokter spesialis
orthopaedi, pasien direncanakan untuk dilakukan ORIF, namun dilakukan
pemasangan skin traksi dengan beban 4-5kg terlebih dahulu. Diberikan pengobatan
antinyeri dan antibiotik sebelum dilakukan tindakan operatif
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue. 2003
2. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995
3. Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi
ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika;
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riskesdas 2013 dalam
Angka. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta)
5. Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: ECG
6. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
7. Sylvia,Price. dkk. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2.
Jakarta:EGC.
8. Doherty M. Gerard. Current Diagnosis and Treatment Surgery.13th Edition.
New York: Mc Grow Hill. 2009
9. Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics.
USA: The McGraw-Hill Companies.
10. Aukerman, Douglas F. 2015, 14 Nov. Femur Injuries and Fractures. Citet
from http://emedicine.medscape.com/article/90779-overview#showall
11. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John
W.Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition.
Mosby Elsevier. United States. 2007.