PENDAHULUAN
1.1 Defenisi
1.2 Epidemiologi
Vaginitis biasa terkena wanita pada usia reproduktif.
Sebanyak 16% wanita yang hamil di Amerika Serikat terkena
penyakit vaginitis. Vaginitis juga sering didapatkan pada wanita
berkulit hitam dibanding wanita berkulit putih, wanita
homoseksual (lesbian) dan wanita yang merokok. Prevalensi
vaginitis meningkat karena kurangnya skrining dan infeksi ini
berlaku asimptomatik.
1.3 Etiologi
Gambar2. Gardnerella Sp
Kuman ini bersifat fakultatif, dengan produksi akhir utama
pada fermentasi berupa asam asetat, banyak galur yang juga
menghasilkan asam laktat dan asam format. Ditemukan juga
galur anaerob obligat. Dan untuk pertumbuhannya dibutuhkan
tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, biotin, purin, dan pirimidin.
2. Mycoplasma hominis
b. Kontrasepsi Hormonal
Penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar rendah atau
tanpa etinilestradiol dapat menyebabkan hipoestrogenemia
relative yang dapat mengganggu proses pembentukan glycogen
dan akhirnya juga dapat menghambat pembentukam asam
laktat sehingga kemungkinan dapat menyebabkan perubahan
pada ekosistem normal vagina.
c. Douching
BAB 2
DIAGNOSIS
2.1 Anamnesis
Klasifikasi:
a. Spiegel
Dalam sistem klasifikasi Spiegel, morphotypes
Lactobacillus dan morphotypes Gardnerella terdeteksi sesuai
dengan jumlah bakteri terlihat dengan menggunakan apusan
pewarnaan Gram dengan perbesaran 1000x.
Diagnosis vaginitis dapat ditegakkan kalau ditemukan
campuran jenis bakteria termasuk morfotipe Gardnerella
dan batang positif-Gram dan negatif-Gram yang lain atau
kokus atau keduanya. Terutama dalam jumlah besar, selain
itu dengan mofotipe Lactobacillus dalam jumlah sedikit
atau diantara flora vaginal dan tanpa adanya bentuk-
bentuk jamur.
Normal kalau terutama ditemukan morfotipe Lactobasillus
diantara flora vaginal dengan atau tanpa morfotupe
Gardnerella dan tidak ditemukan bentuk jamur.
Indeterminate kalau diantara tidak normal dan tidak
konsisten dengan VAGINITIS.
b. Nugent
1. Pemeriksaan pH vagina
4. Kultur Vagina
PENATALAKSANAAN
A. Terapi sistemik
Metronidazol 400-500 mg, 2 x sehari selama 7 hari.
Dilaporkan efektif dengan kesembuhan 84-96%.
Metronidasol dapat menyebabkan mual dan urin menjadi
gelap. Konsumsi alkohol seharusnya dihindari selama
pengobatan dan 48 jam setelah terapi oleh karena dapat
terjadi reaksi disulfiram. Metronidasol 200-250 mg, 3x
sehari selama 7 hari untuk wanita hamil. Metronidazol 2
gram dosis tunggal kurang efektif daripada terapi 7 hari
untuk pengobatan Vaginitis oleh karena angka rekurensi
lebih tinggi.
Klindamisin 300 mg, 2 x sehari selama 7 hari. Sama
efektifnya dengan metronidazol untuk pengobatan Vaginitis
dengan angka kesembuhan 94%.
Amoklav (500 mg amoksisilin dan 125 mg asam
klavulanat) 3 x sehari selama 7 hari.
Tetrasiklin 250 mg, 4 x sehari selama 5 hari
Doksisiklin 100 mg, 2 x sehari selama 5 hari
Eritromisin 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari
Cefaleksia 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari
B. Terapi Topikal
Metronidazol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 1 x sehari
selama 5 hari
Klindamisin krim (2%) 5 gram, 1 x sehari selama 7 hari
Tetrasiklin intravagina 100 mg, 1 x sehari
Triple sulfonamide cream.(3,6) (Sulfactamid 2,86%,
Sulfabenzamid 3,7% dan Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari
selama 10 hari, tapi akhir-akhir ini dilaporkan angka
penyembuhannya hanya 15 45 %
Rejimen terapi
Rejimen alternative
3.2 Prognosis