Anda di halaman 1dari 5

Ketentuan Hukum di Tingkat penyidik.

Ketentuan hukum tingkat penyidik dan penyidik


pembantu diatur dalam KUHAP pasal 6 s/d 10.

KUHAP pasal 6
(1) Penyidik adalah
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
b. Pejabat pegawai negeri sipil yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
pemerintah
- Pejabat Polisi Negara yang menjadi
penyidik: Polisi tertentu yang ditunjuk
untuk itu dengan pangkat serendah –
rendahnya pembantu letnan dua (pelda).

-Penyidik umum :Kepala kepolisian sektor


(Kapolsek atau Kapolsekta) atau kepala
kepolisian serost ( Kapolres).
Yang dimaksud dengan penyidik pegawai
negeri sipil (polisi khusus) adalah

 Pejabat bea dan cukai


Imigrasi
Kehuatanan dan
Kereta api yang diangkat sesuai keputusan polri
 Penyidik pegawai negeri sipil ini memiliki
wewenang di daerah hukumnya masing – masing.
 Dalam pelaksanaan tugas tetap dibawah
kordinasi dan pengawasan penyidik kepolisian.
 KUHAP pasal 10

• Penyidik pembantu adalah


-Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
-Penyidik pembantu dengan pangkat serendah –
rendahnya sersan dua( Serda).
- Serda mempunyai wewenang sama seperti penyidik,
kecuali dalam hal penahanan.
Ketentuan mengenai penyidik dalam KUHAP, hampir sama
dengan yang terdapat dalam Keputusan Menhamkam/Pengab
tahun 1974. Keputusan Hankam/Pengab No Ke/B/17/IV/1974
• Penyidikaabat kepolisian adalah tindakan selama
pemeriksaan pendahuluan untuk mencari bukti
tentang tindak pidana.
• Penyidikan dilakukan oleh penyidik dan penidik
pembantu
• Penyidik dijabat oleh pejabat kepolisian yang
berpangkat sersan dua sampai dengan sersan
mayor dan anggota Kepolisian khusus yang atas
usul Komandan atau Kepala Jawata Instansi Sipil
Pemerintah yang diangkat Kapolri.

Anda mungkin juga menyukai