Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan bidang Otorhinolaringology atau ilmu kesehatan TelingaHidung-Tenggorokan (THT) khususnya faring merupakan penyakit yang
umumnya paling sering ditemukan pada masyarakat. Keluhan seperti nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan sebagai gejala tanda infeksi faring adalah keluhan
terbanyak dari pasien yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan, terutama
anak-anak.
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira
15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis
pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A
Streptococcus. Faringitis sering dianggap penyakit yang biasa. Namun banyak
komplikasi yang bisa terjadi. Komplikasi faringitis bakteri bisa terjadi secara
langsung atau secara hematogen. Akibat perluasan langsung dapat terjadi
rinosinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, abses retrofaringeal atau
faringeal atau pneumonia. Sedangkan penyebaran hematogen GABHS dapat
mengakibatkan meningitis dan osteomielitis. Faringitis disebabkan karena infeksi
maupun noninfeksi. Penyebab infeksi seperti virus (tersering), bakteri, dan jamur.
Sangat penting untuk membedakan faringitis oleh karena virus, bakteri dan jamur.
Hal ini mengingat terapi yang jauh berbeda antara faringitis virus, bakteri dan
jamur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Faring
Faring adalah bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, berhubungan dengan
rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah
berhubungan

melalui

aditus

laring

dan

kebawah

berhubungan dengan

esophagus. Dinding faring dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler,


pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.1,2,3

Gambar 2.2 Anatomi Faring


Berdasarkan letaknya faring dibagi atas :
o Nasofaring
Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fosa
rosenmuller, kantong rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan
kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui oleh nervus
glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial dan vena
jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara
tubaeustachius. 1,2
o Orofaring

Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan
kebelakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring
adalah dinding posterior faring, tonsil palatina (tonsil), fosa tonsil, serta arkus
faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. 1,2
a. Dinding Posterior Faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang
akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian
tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole
berhubungan dengan gangguan n.vagus. 2
b. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal
(adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga - tiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut
tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua.
Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil
bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel
yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam
kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa
makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga
disebut kapsul tonsil. Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina
ascendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis
dorsal. Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan
dan dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.1,2

o Laringofaring (hipofaring)

Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula
epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus
makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.
Sinus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas
anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior
adalah vertebra servikal.2,3
Vaskularisasi Faring
Berasal dari beberapa sumber dan kadang - kadang tidak beraturan.
Yang utama berasal dari cabang a.karotis ekstern serta dari cabang a.maksilaris
interna yakni cabang palatine superior. 2
Persarafan Faring
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yangekst
ensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus
danserabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari
pleksus faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faring kecuali
m.stilofaringeus yang dipersarafi langsungoleh cabang n.glossofaringeus. 2
2.2 Fisiologi Faring
Fungsi faring yang utama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan
untuk artikulasi. 2,3
Proses menelan
Tahap penelanan yaitu: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga
tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot
supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi
dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari
lidah bagian belakang akan mendorong makanan ke bawah melalui orofaring,
gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus
dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior

berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh


gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofagus dan masuk ke lambung.2,3
Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum
dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah
dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat

dan

melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator


veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan
nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir
mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan
Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme,
yaitu

pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama

m.salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring superior. Mungkin


kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu bersamaan.2,3
2.3 Faringitis Akut
2.3.1 Definisi Faringitis Akut
Faringitis akut adalah peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus
(paling banyak), bakteri, alergi, trauma ataupun penyebab lainnya seperti refluks
gastroesofageal.6
2.3.2 Epidemiologi Faringitis Akut
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira
15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis
pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A
Streptococcus.7
2.3.3 Etiologi Faringitis Akut
Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme
yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-60%) dan bakteri (5-40%)
yang paling sering. 6,7

Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang menyebabkan
faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus, Coronavirus, Coxsackie
viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan Epstein Barr Virus (EBV).
Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) juga dapat menyebabkan
terjadinya faringitis.7
Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta Hemolytic
Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus, Neisseria
gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium haemolyticum dan
sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS) merupakan
penyebab faringitis akut pada 5-15% dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15
tahun).7
Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab faringitis bakterial gram negative
ditemukan pada pasien aktif secara seksual, terutama yang melakukan kontak
orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa yang terinfeksi gonorea,
faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria homoseksual, 10% pada wanita
dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar 50% individu yang terinfeksi adalah
tanpa gejala, meskipun odinofagia, demam ringan dan eritema dapat terjadi.
Faringitis gonorea hanya terdapat pada pasien yang menlakukan kontak
orogenital. Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
dan menyumbang terjadinya faringitis fungal.7
Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin, turunnya daya
tahan tubuh yang disebabkan konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi
alkohol yang berlebihan, merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita
yang menderita sakit tenggorokan atau demam.7
2.3.4 Patofisiologi
Invasi virus dan bakteri menimbulkan reaksi inflamasi local di dinding faring.
Bakteri streptokokus grup A beta hemolitikus, sebagai bakteri yang paling sering
menyebabkan faringitis melepaskan toksin ekstraseluler dan protease. Keduanya
akan menyebabkan kerusakan jaringan hebat berupa demam rematik, kerusakan

katup jantung dan glomerulonefritis akut, melalui kompleks antigen antibodi.


Proses penularannya berupa droplet infection melalui sekred hidung dan ludah.5
2.3.5 Manifestasi Klinis Faringitis Akut
Gejala-gejala

yang

timbul

pada

faringitis

akut

bergantung

pada

mikroorganismenya. Faringitis akut yang disebabkan bakteri mempunyai gejala


nyeri kepala yang hebat, demam atau menggigil, malaise, nyeri menelan, muntah
dan mungkin batuk tapi jarang. Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus
group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu demam,
limfaadenopati pada anterior servikal, eksudat pada tonsil, tidak ada batuk.
Pemeriksaan fisik didapatkan tonsil yang membesar, tonsil dan faring hiperemis
dengan atau tanpa eksudat dan pembesaran kelenjar getah bening servikal
anterior. Uvula dapat ditemukan membengkak, merah, dengan petekiae pada
palatum dan faring (beberapa hari kemudian) dan ekskoriasi (terutama pada bayi).
Secara keseluruhan tidak ada tanda dan gejala yang spesifik faringitis pada
GABHS. 5,6
Faringitis yang disebabkan virus biasanya mempunyai gejala nyeri tenggorok,
konjungtivitis, rinorea, batuk, suara serak, dengan demam subfebris. Pada
pemeriksaan fisik tampak faring dan tonsil hiperemi atau lesi ulseratif intra-oral
yang tersebar. Pada faringitis yang disebabkan Epstein Barr Virus (EBV) dapat
ditemukan eksudat yang banyak. 5,6
Pada faringitis yang disebabkan fungal biasanya gejalanya sama dengan faringitis
yang disebabkan etiologi lainnya. Faringitis oleh fungal gejala nyeri tenggorok
dan nyeri saat menelan lebih menonjol. Pada pemeriksaan fisik tampak plak putih
di daerah orofaring dan mukosa faring tampak hiperemi.5,6
2.3.6 Diagnosis
Adapun tahapan menuju diagnosis faringitis akut secara umum dapat ditegakan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis ini
merupakan hal yang sangat penting karena hampir 70% diagnosis dapat
ditegakkan dari anamnesis saja. Dari anamnesis nyeri tenggorok, nyeri menelan,

batuk, demam, suara serak, muntah dan nyeri perut. Selain itu juga dapat disertai
dengan malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada nyeri pada leher.
Dari pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya hiperemi pada mukosa faring,
pembesaran tonsil, hiperemi tonsil, pembengkakan uvula dan ulceratif intraoral.
Disamping itu, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat
diagnosa faringitis akut adalah dengan pemeriksaan laboratorium, meliputi :
1. Leukosit

: terjadi peningkatan

2. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat 7
2.3.7 Penatalaksanaan
Terapi pada penderita faringitis viral dapat diberikan ibuprofen atau asetaminofen
untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan. Penderita
dianjurkan untuk beristirahat di rumah dan minum yang cukup. Kumur dengan air
hangat. Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.6
Terapi untuk faringitis bakterial diberikan antibiotik terutama bila diduga
penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus hemolitikus. Dapat juga
diberikan Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau
amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa
3 x 500mg selama 6-10 hari, jika pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan
eritromisin 4x500 mg/hari. Kumur dengan air hangat atau antiseptik beberapa kali
sehari.6
Faringitis yang disebabkan Candida dapat diberikan Nystasin 100.00 400.000 2
kali/hari dan faringitis yang disebabkan Gonorea dapat diberikan Sefalosporin
generasi ke-3, Ceftriakson 250mg secara injeksi intramuscular.6
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi faringitis biasanya menggambarkan perluasan infeksi streptococcus
dari nasofaring. Beberapa kasus dapat berlanjut menjadi otitis media purulen
bakteri. Komplikasi faringitis bakteri bisa terjadi secara langsung atau secara

hematogen. Akibat perluasan langsung dapat terjadi rinosinusitis, otitis media,


mastoiditis, adenitis servikal, abses retrofaringeal atau faringeal atau pneumonia.
Sedangkan penyebaran hematogen GABHS dapat mengakibatkan meningitis dan
osteomielitis.7

BAB III
LAPORAN KASUS
I.

Identitas Penderita
Nama

: PEP

Umur

: 17 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Hindu

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Jln. Batuyang Gang Pipit, Denpasar

Pemeriksaan

: 21 April 2015

II. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri saat menelan
Penderita datang dalam keadaan sadar, mengeluh nyeri saat menelan sejak 1 hari
yang lalu. Sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh sakit tenggorokan dan panas.
Diberikan obat penurun panas parasetamol dan panas sudah turun. Pasien juga
minum antibiotik cefadroxil sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Riwayat batuk dan pilek tidak ada. Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi,
diabetes mellitus dan asma disangkal pasien.
Riwayat Pengobatan : Pasien diberikan obat penurun panas Parasetamol 500 mg
3x sehari dan antibiotik cefadroxil 2x sehari. Sekarang pasien masih melanjutkan
antibiotik tersebut.
Riwayat Penyakit yang Sama dalam Keluarga : Tidak ada anggota keluarga
yang menderita sakit yang sama seperti yang dialami pasien. Riwayat penyakit
sistemik di keluarga disangkal.

10

Riwayat Sosial dan Lingkungan : Pasien termasuk sosial ekonomi yang cukup.
Pasien mengatakan senang minum es dan teh kotak saat berada di sekolah.
Riwayat merokok dan minum alcohol disangkal.
Keluhan Tambahan :
Telinga

Kanan

Sekret

: -

Tuli

Hidung

Kanan

Sekret

Riak

: -

Tersumbat :

Tumor

Tumor

: -

Tumor

Sakit

Tinitus

: -

Pilek

Sesak

Sakit

: -

Sakit

Ggn.Suara -

Corp.alienum -

Batuk

Bersin

Corpus

Corp.alienum
Vertigo

Kiri

Tidak ada

Kiri

Tenggorok

Alienum
III.

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign :
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Temperatur

: 37,8C

Berat badan

: 60 kg

Status General :
Kepala

: Normocephali

Muka

: Simetris, parese nervus fasialis -/

11

Mata

: Anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor

THT

: Sesuai status lokalis

Leher

: Kaku kuduk (-)


Pembesaran kelenjar limfe -/Pembesaran kelenjar parotis -/Kelenjar tiroid (-)

Thorak : Cor : S1-S2 tunggal, reguler, murmur


Po

: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wh -/-

Abdomen

: Distensi (-), BU (+) N, hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas

: dalam batas normal

Status lokalis THT

Telinga
Daun telinga

Kanan

Kiri

Bentuk : Normal

Bentuk : Normal

Nyeri Tarik Aurikuler (-)

Nyeri Tarik Aurikuler (-)

Nyeri Tekan Tragus (-)

Nyeri Tekan Tragus (-)

Liang telinga (KAE)

Lapang

Lapang

Serumen : (-)

Serumen : (-)

Cairan

Cairan

: (-)

Sekret

(-)

(-)

Membran Timpani

Intak

Intak

Tumor

(-)

(-)

Kanan

Kiri

Tes Pendengaran :
Weber

: Tidak dievaluasi

Rinne

: Tidak dievaluasi

Schwabach : Tidak dievaluasi

Hidung

12

: (-)

Hidung Luar

Bentuk : Normal

Bentuk : Normal

Mukosa

Normal

Normal

Septum

Deviasi : (-)

Sekret

(-)

(-)

Tumor

(-)

(-)

Konka

Dekongesti

Dekongesti

Tenggorokan
Dispneu

Tidak ada

Stridor

(-)

Suara

Normal

Sianosis
Dinding Belakang Faring

Tidak ada
Hiperemis, Post Nasal Drip (-)

Tonsil

Kanan

Kiri

Ukuran

T1

T1

Mukosa Hiperemia

Hiperemi minimal (+)

Hiperemi minimal (+)

Kripta

(-)

(-)

Detruitus

(-)

(-)

Pus

(-)

(-)

Peritonsil

Mukosa : Merah Muda

Mukosa : Merah Muda

Pus

Pus

Uvula
Palatum Molle

: (-)

: (-)

Hiperemia (+), Edema (-), Letak Medial, Deviasi (-)


Hiperemia (+), Edema (-), ulcus (+)

13

IV. Resume
Penderita seorang laki-laki, berumur 17 tahun, Hindu, Bali, datang dengan
keluhan nyeri saat menelan sejak 1 hari yang lalu. sejak 5 hari yang lalu pasien
sakit tenggorokan dan suhu tubuh pasien sempat naik dan diberikan obat penurun
panas (Parasetamol) dan panas sudah turun. Riwayat penyakit sistemik
sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisik didapatkan, status present dan status general dalam batas
normal. Status THT : Telinga dan hidung normal, tenggorok mukosa hiperemi,
tonsil T1/T1 hiperemi dan ulcus dan hiperemi di palatum molle.
V.

Diagnosis

Faringitis akut
Stomatitis
VI. Rencana Terapi
Medikamentosa :

Amoxycillin 500 mg 3x sehari


Asam Mefenamat 500 mg 3x sehari

Non-Medikamentosa :
KIE kepada pasien mengenai penyakit, perjalanan penyakit dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
Pasien disarankan untuk menghindari konsumsi makanan dan minuman
yang dingin, berminyak seperti gorengan maupun masakan pedas.
Pasien disarankan beristirahat dengan cukup untuk mempercepat proses
penyembuhan.
Pasien diberikan edukasi mengenai pengobatan yang diterima, tujuan
pemberian, dosis serta cara pemberian.
Pasien disarankan untuk berkumur menggunakan cairan pembersih mulut
untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
Pasien disarankan untuk segera melapor atau berkonsultasi bila selama
pengobatan timbul gejala alergi atau keluhan dirasakan memberat.

14

VII.

Prognosis

Dubius ad Bonam (Baik)

BAB IV

15

PEMBAHASAN

Dari kasus didapatkan penderita laki-laki 17 tahun dengan keluhan nyeri saat
menelan sejak 1 hari yang lalu. Dari hasil anamnesis diketahui sejak 5 hari yang
lalu pasien nyeri tenggorokan dan panas.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya mukosa tenggorok hiperemi, tonsil
T1/T1 hiperemi, ulcus dan hiperemi di palatum molle. Diagnosa dapat ditegakkan
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dimana gejala pasien sudah sesuai
dengan manifestasi klinis faringitis akut. Untuk mendiagnosis pasti faringitis dan
penyebabnya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang
meliputi: kadar leukosit yang meningkat, dan usap tonsil untuk pemeriksaan
kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.
Terapi yang direncanakan untuk penderita ini adalah terapi medikamentosa berupa
:
-

Amoxycillin 500 mg 3x sehari

Asam Mefenamat 500 mg 3x sehari

Amoxycillin merupakan antibiotik spektrum luas golongan penicillin untuk


infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif dan negatif. Mekanisme
kerjanya dengan jalan merusak sintesis dinding sel bakteri. Efek sampingnya bisa
menyebabkan gangguan lambung-usus dan reaksi hipersensitivitas.
Asam mefenamat merupakan obat yang termasuk golongan NSAID. Asam
mefenamat bekerja dengan mengurangi hormon yang menyebabkan inflamasi dan
nyeri tubuh, sehingga obat ini dapat digunakan untuk meredakan sakit
tenggorokan, nyeri saat menelan, maupun demam. Efek sampingnya bisa
menyebabkan gangguan lambung.
Pemberian obat-obat antibiotik harus hati-hati pada faringitis dan pastikan pasien
patuh minum obat sampai habis untuk mencegah resistensi obat. Oleh karena

16

faringitis banyak disebabkan oleh virus. Selain itu pasien juga disarankan
beristirahat yang cukup dan menghindari makanan seperti gorengan dan es.

DAFTAR PUSTAKA

17

1. Anatomi

dan

Fisiologi

Hidung.

Available

from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf
2. Anatomi

dan

Fisiologi

System

Pernapasan.

Available

from

:http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-dan-fisiologi-sistem- pe
rnapasan/
3. Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997.
4. Behrma R, Kliegman R, Arvin A. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
EGC. 2000
5. Clarisa, C. Kapita Selekta Kedokteran : Faringitis. Edisi keempat Jilid II.
Jakarta : Media Aesculapius. 2014
6. Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2007
7. Jill Gore. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of
Physician Assistants: February 2013

18

19

Anda mungkin juga menyukai