PENDAHULUAN
Masalah kesehatan bidang Otorhinolaringology atau ilmu kesehatan TelingaHidung-Tenggorokan (THT) khususnya faring merupakan penyakit yang
umumnya paling sering ditemukan pada masyarakat. Keluhan seperti nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan sebagai gejala tanda infeksi faring adalah keluhan
terbanyak dari pasien yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan, terutama
anak-anak.
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira
15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis
pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A
Streptococcus. Faringitis sering dianggap penyakit yang biasa. Namun banyak
komplikasi yang bisa terjadi. Komplikasi faringitis bakteri bisa terjadi secara
langsung atau secara hematogen. Akibat perluasan langsung dapat terjadi
rinosinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, abses retrofaringeal atau
faringeal atau pneumonia. Sedangkan penyebaran hematogen GABHS dapat
mengakibatkan meningitis dan osteomielitis. Faringitis disebabkan karena infeksi
maupun noninfeksi. Penyebab infeksi seperti virus (tersering), bakteri, dan jamur.
Sangat penting untuk membedakan faringitis oleh karena virus, bakteri dan jamur.
Hal ini mengingat terapi yang jauh berbeda antara faringitis virus, bakteri dan
jamur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Faring
Faring adalah bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, berhubungan dengan
rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah
berhubungan
melalui
aditus
laring
dan
kebawah
berhubungan dengan
Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan
kebelakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring
adalah dinding posterior faring, tonsil palatina (tonsil), fosa tonsil, serta arkus
faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. 1,2
a. Dinding Posterior Faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang
akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian
tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole
berhubungan dengan gangguan n.vagus. 2
b. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal
(adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga - tiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut
tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua.
Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil
bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel
yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam
kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa
makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga
disebut kapsul tonsil. Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina
ascendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis
dorsal. Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan
dan dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.1,2
o Laringofaring (hipofaring)
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula
epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus
makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.
Sinus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas
anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior
adalah vertebra servikal.2,3
Vaskularisasi Faring
Berasal dari beberapa sumber dan kadang - kadang tidak beraturan.
Yang utama berasal dari cabang a.karotis ekstern serta dari cabang a.maksilaris
interna yakni cabang palatine superior. 2
Persarafan Faring
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yangekst
ensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus
danserabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari
pleksus faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faring kecuali
m.stilofaringeus yang dipersarafi langsungoleh cabang n.glossofaringeus. 2
2.2 Fisiologi Faring
Fungsi faring yang utama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan
untuk artikulasi. 2,3
Proses menelan
Tahap penelanan yaitu: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga
tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot
supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi
dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari
lidah bagian belakang akan mendorong makanan ke bawah melalui orofaring,
gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus
dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior
dan
Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang menyebabkan
faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus, Coronavirus, Coxsackie
viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan Epstein Barr Virus (EBV).
Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) juga dapat menyebabkan
terjadinya faringitis.7
Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta Hemolytic
Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus, Neisseria
gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium haemolyticum dan
sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS) merupakan
penyebab faringitis akut pada 5-15% dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15
tahun).7
Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab faringitis bakterial gram negative
ditemukan pada pasien aktif secara seksual, terutama yang melakukan kontak
orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa yang terinfeksi gonorea,
faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria homoseksual, 10% pada wanita
dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar 50% individu yang terinfeksi adalah
tanpa gejala, meskipun odinofagia, demam ringan dan eritema dapat terjadi.
Faringitis gonorea hanya terdapat pada pasien yang menlakukan kontak
orogenital. Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
dan menyumbang terjadinya faringitis fungal.7
Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin, turunnya daya
tahan tubuh yang disebabkan konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi
alkohol yang berlebihan, merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita
yang menderita sakit tenggorokan atau demam.7
2.3.4 Patofisiologi
Invasi virus dan bakteri menimbulkan reaksi inflamasi local di dinding faring.
Bakteri streptokokus grup A beta hemolitikus, sebagai bakteri yang paling sering
menyebabkan faringitis melepaskan toksin ekstraseluler dan protease. Keduanya
akan menyebabkan kerusakan jaringan hebat berupa demam rematik, kerusakan
yang
timbul
pada
faringitis
akut
bergantung
pada
batuk, demam, suara serak, muntah dan nyeri perut. Selain itu juga dapat disertai
dengan malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada nyeri pada leher.
Dari pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya hiperemi pada mukosa faring,
pembesaran tonsil, hiperemi tonsil, pembengkakan uvula dan ulceratif intraoral.
Disamping itu, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat
diagnosa faringitis akut adalah dengan pemeriksaan laboratorium, meliputi :
1. Leukosit
: terjadi peningkatan
2. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat 7
2.3.7 Penatalaksanaan
Terapi pada penderita faringitis viral dapat diberikan ibuprofen atau asetaminofen
untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan. Penderita
dianjurkan untuk beristirahat di rumah dan minum yang cukup. Kumur dengan air
hangat. Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.6
Terapi untuk faringitis bakterial diberikan antibiotik terutama bila diduga
penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus hemolitikus. Dapat juga
diberikan Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau
amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa
3 x 500mg selama 6-10 hari, jika pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan
eritromisin 4x500 mg/hari. Kumur dengan air hangat atau antiseptik beberapa kali
sehari.6
Faringitis yang disebabkan Candida dapat diberikan Nystasin 100.00 400.000 2
kali/hari dan faringitis yang disebabkan Gonorea dapat diberikan Sefalosporin
generasi ke-3, Ceftriakson 250mg secara injeksi intramuscular.6
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi faringitis biasanya menggambarkan perluasan infeksi streptococcus
dari nasofaring. Beberapa kasus dapat berlanjut menjadi otitis media purulen
bakteri. Komplikasi faringitis bakteri bisa terjadi secara langsung atau secara
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Penderita
Nama
: PEP
Umur
: 17 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SMA
Alamat
Pemeriksaan
: 21 April 2015
II. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri saat menelan
Penderita datang dalam keadaan sadar, mengeluh nyeri saat menelan sejak 1 hari
yang lalu. Sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh sakit tenggorokan dan panas.
Diberikan obat penurun panas parasetamol dan panas sudah turun. Pasien juga
minum antibiotik cefadroxil sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Riwayat batuk dan pilek tidak ada. Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi,
diabetes mellitus dan asma disangkal pasien.
Riwayat Pengobatan : Pasien diberikan obat penurun panas Parasetamol 500 mg
3x sehari dan antibiotik cefadroxil 2x sehari. Sekarang pasien masih melanjutkan
antibiotik tersebut.
Riwayat Penyakit yang Sama dalam Keluarga : Tidak ada anggota keluarga
yang menderita sakit yang sama seperti yang dialami pasien. Riwayat penyakit
sistemik di keluarga disangkal.
10
Riwayat Sosial dan Lingkungan : Pasien termasuk sosial ekonomi yang cukup.
Pasien mengatakan senang minum es dan teh kotak saat berada di sekolah.
Riwayat merokok dan minum alcohol disangkal.
Keluhan Tambahan :
Telinga
Kanan
Sekret
: -
Tuli
Hidung
Kanan
Sekret
Riak
: -
Tersumbat :
Tumor
Tumor
: -
Tumor
Sakit
Tinitus
: -
Pilek
Sesak
Sakit
: -
Sakit
Ggn.Suara -
Corp.alienum -
Batuk
Bersin
Corpus
Corp.alienum
Vertigo
Kiri
Tidak ada
Kiri
Tenggorok
Alienum
III.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Temperatur
: 37,8C
Berat badan
: 60 kg
Status General :
Kepala
: Normocephali
Muka
11
Mata
THT
Leher
Abdomen
Ekstremitas
Telinga
Daun telinga
Kanan
Kiri
Bentuk : Normal
Bentuk : Normal
Lapang
Lapang
Serumen : (-)
Serumen : (-)
Cairan
Cairan
: (-)
Sekret
(-)
(-)
Membran Timpani
Intak
Intak
Tumor
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Tes Pendengaran :
Weber
: Tidak dievaluasi
Rinne
: Tidak dievaluasi
Hidung
12
: (-)
Hidung Luar
Bentuk : Normal
Bentuk : Normal
Mukosa
Normal
Normal
Septum
Deviasi : (-)
Sekret
(-)
(-)
Tumor
(-)
(-)
Konka
Dekongesti
Dekongesti
Tenggorokan
Dispneu
Tidak ada
Stridor
(-)
Suara
Normal
Sianosis
Dinding Belakang Faring
Tidak ada
Hiperemis, Post Nasal Drip (-)
Tonsil
Kanan
Kiri
Ukuran
T1
T1
Mukosa Hiperemia
Kripta
(-)
(-)
Detruitus
(-)
(-)
Pus
(-)
(-)
Peritonsil
Pus
Pus
Uvula
Palatum Molle
: (-)
: (-)
13
IV. Resume
Penderita seorang laki-laki, berumur 17 tahun, Hindu, Bali, datang dengan
keluhan nyeri saat menelan sejak 1 hari yang lalu. sejak 5 hari yang lalu pasien
sakit tenggorokan dan suhu tubuh pasien sempat naik dan diberikan obat penurun
panas (Parasetamol) dan panas sudah turun. Riwayat penyakit sistemik
sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisik didapatkan, status present dan status general dalam batas
normal. Status THT : Telinga dan hidung normal, tenggorok mukosa hiperemi,
tonsil T1/T1 hiperemi dan ulcus dan hiperemi di palatum molle.
V.
Diagnosis
Faringitis akut
Stomatitis
VI. Rencana Terapi
Medikamentosa :
Non-Medikamentosa :
KIE kepada pasien mengenai penyakit, perjalanan penyakit dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
Pasien disarankan untuk menghindari konsumsi makanan dan minuman
yang dingin, berminyak seperti gorengan maupun masakan pedas.
Pasien disarankan beristirahat dengan cukup untuk mempercepat proses
penyembuhan.
Pasien diberikan edukasi mengenai pengobatan yang diterima, tujuan
pemberian, dosis serta cara pemberian.
Pasien disarankan untuk berkumur menggunakan cairan pembersih mulut
untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
Pasien disarankan untuk segera melapor atau berkonsultasi bila selama
pengobatan timbul gejala alergi atau keluhan dirasakan memberat.
14
VII.
Prognosis
BAB IV
15
PEMBAHASAN
Dari kasus didapatkan penderita laki-laki 17 tahun dengan keluhan nyeri saat
menelan sejak 1 hari yang lalu. Dari hasil anamnesis diketahui sejak 5 hari yang
lalu pasien nyeri tenggorokan dan panas.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya mukosa tenggorok hiperemi, tonsil
T1/T1 hiperemi, ulcus dan hiperemi di palatum molle. Diagnosa dapat ditegakkan
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dimana gejala pasien sudah sesuai
dengan manifestasi klinis faringitis akut. Untuk mendiagnosis pasti faringitis dan
penyebabnya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang
meliputi: kadar leukosit yang meningkat, dan usap tonsil untuk pemeriksaan
kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.
Terapi yang direncanakan untuk penderita ini adalah terapi medikamentosa berupa
:
-
16
faringitis banyak disebabkan oleh virus. Selain itu pasien juga disarankan
beristirahat yang cukup dan menghindari makanan seperti gorengan dan es.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Anatomi
dan
Fisiologi
Hidung.
Available
from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf
2. Anatomi
dan
Fisiologi
System
Pernapasan.
Available
from
:http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-dan-fisiologi-sistem- pe
rnapasan/
3. Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997.
4. Behrma R, Kliegman R, Arvin A. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
EGC. 2000
5. Clarisa, C. Kapita Selekta Kedokteran : Faringitis. Edisi keempat Jilid II.
Jakarta : Media Aesculapius. 2014
6. Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2007
7. Jill Gore. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of
Physician Assistants: February 2013
18
19