Anda di halaman 1dari 8

Lampiran I

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN OUTDOOR


MENGENAI FARINGITIS

1. Latar Belakang
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, tanpa atau disertai radang parenkim paru.
ISPA salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun. World
Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per
1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada usia balita.
Prevalensi ISPA tahun 2010 di Indonesia telah mencapai 25% dengan
rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % - 41,4 % dengan 16 provinsi diantaranya
mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Prevalensi ISPA tertinggi pada
balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun. Prevalensi
cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. Prevalensi antara
laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi diperdesaan.
Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan
tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita lebih rendah. Menurut data
Riskesdas tahun 2007 – 2011 sekitar 18 Juta penduduk dilaporkan memiliki
prevalensi penyakit ISPA.
Faringitis merupakan salah satu bentuk infeksi saluran pernafasan atas.
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat
infeksi maupun non infeksi. Faringitis yang paling sering diderita disebabkan oleh
infeksi virus.
Setiap tahunnya ±40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan
karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi
virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini
faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah.
National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan ±200 kunjungan
ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral

1
faringitis. Viral faringitis menyerang semua ras, etnis dan jenis kelamin. Viral
faringitis menyerang anak-anak dan orang dewasa dan lebih sering pada anak-
anak. Puncak insidensi bakterial dan viral faringitis adalah pada anak-anak usia 4-
7tahun. Faringitis yang disebabkan infeksi grup a streptococcus jarang dijumpai
pada anak berusia <3 tahun.
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya
daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang
berlebihan.
Angka kejadian faringitis serta tingkat kekambuhannya yang cukup tinggi
menyebabkan banyak anak-anak dan dewasa absen sekolah dan bekerja. Oleh
karena itu, masyarakat perlu memahami mengenai faringitis dan berbagai upaya
pencegahan yang dapat dilakukan.

2. Tempat, Waktu dan Peserta Kegiatan


Kegiatan Penyuluhan ini dilakukan di depan rumah warga Jeulingke, pada
hari rabu tanggal 21 Mei 2014. Kegiatan ini diikuti oleh warga yang tinggal di
daerah Jeulingke.

3. Metode penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan pemberian edukasi terhadap warga, tentang
perkenalan faringitis dan cara pencegahannya. Dalam penyuluhan ini juga
digunakan leaflet bergambar untuk memudahkan serta untuk lebih menarik minat
masyarakat terhadap penyuluhan faringitis tersebut.

4. Materi Penyuluhan
 Definisi
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa
tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring,
hipofaring, tonsil dan adenoid.

2
 Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
akibat infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat
menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-40%). Respiratory viruses
merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan
Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenzavirus,
Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus
A,cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga
dapat menyebabkan terjadinya faringitis. Faringitis yang disebabkan oleh bakteri
biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang
dewasa. Streptococcus Group A merupakan penyebab faringitis yang utama pada
anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun.
Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria
gonorrhoeae, Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia
eneterolitica dan Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis.
 Cara Penularan
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis.
Faktor risiko dari faringitis yaitu:
 Cuaca dingin dan musim flu
 Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat
menular melalui udara
 Merokok, atau terpajan oleh asap rokok
 Infeksi sinus yang berulang
 Alergi
 Klasifikasi
1. Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan
sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus
influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat.

3
Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit
berupa maculopapular rash.
Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala
konjungtivitis terutama pada anak. Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan
faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat
pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan
hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan keluhan nyeri
tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring
hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.
b. Faringitis Bakterial
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan
suhu yang tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di
permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum
dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada
penekanan.
Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan
dengan menggunakan Centor criteria, yaitu demam, Anterior Cervical
lymphadenopathy, Tonsillar exudates, dan absence of cough. Tiap kriteria ini bila
dijumpai diberi skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis
akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki
kemungkian 40% terinfeksi streptococcus group A dan bila skor 4 pasien
memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptococcus group A.5
c. Faringitis Fungal
Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak
plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
2. Faringitis Kronik
Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan
faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah
rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya

4
faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut karena hidungnya
tersumbat.
a. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk
yang bereak. Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan
berglanular.
b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi.
Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya
mengeluhkan tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan
tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila diangkat tampak
mukosa kering.
 Gejala Klinis dan Diagnosis
Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada
mikroorganisme yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan
tanda dan gejala-gejala seperti lemas, anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku
dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum
molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila
ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju
endap darah dan leukosit.
 Pencegahan Faringitis
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah faringitis antara
lain:
 Istirahat yang cukup
 banyak minum dan hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi
 Tidak merokok atau hindari pajanan terhadap asap rokok
 Cuci tangan dengan baik dan sering, terutama setelah menggunakan toilet,
sebelum makan, dan setelah batuk atau bersin.
 Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin

5
 Hindari kontak dekat dengan penderita
 Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis
 Kunjungi puskesmas/rumah sakit terdekat apabila keluhan bertambah berat

5. Tanya Jawab Peserta


1. T : Bagaimana cara kita membedakan nyeri tenggorokan yang kita
alami ini disebabkan oleh virus atau bakteri?
J : Nyeri tenggorokan (faringitis) akibat virus memberikan gejala yang
ringan dan biasanya dapat sembuh sendiri dengan banyak
mengkonsumsi air hangat, buah-buahan dan makanan yang bergizi.
Sedangkan nyeri tenggorakan akibat bakteri gejalanya lebih berat
seperti demam tinggi dan kadang muncul benjolan di leher.
Pengobatannya membutuhkan antibiotik untuk membunuh kuman atau
bakteri yang menyebabkan infeksi tersebut.

6. PENUTUP
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa
tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring,
hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya
daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang
berlebihan.
Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada
mikroorganisme yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan
tanda dan gejala-gejala seperti lemas, anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku
dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum
molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila
ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju
endap darah dan leukosit.
Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah
bakteri maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup

6
diberikan analgetik dan pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi
aktivitasnya. Dengan pengobatan yang adekuat umumnya prognosis pasien
dengan faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanya sembuh dalam waktu
1-2 minggu. Komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,
mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal.

Banda Aceh, 24 Mei 2014

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Jeulingke Dokter Pembimbing

dr. Suraiya dr. Astimarningsih


NIP. 19681021 200212 2 001 PEG. 800/SPK/006/2014

7
7. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai