BAB I
PENDAHULUAN
Laringitis adalah radang selaput lendir laring ditandai dengan suara serak.
Laring menghubungkan bagian belakang tenggorokan ke trakea (batang
tenggorokan). Pita suara itu sendiri terletak pada laring. Laringitis berarti radang
pada laring dan paling sering disebabkan oleh infeksi virus (viral laryngitis).
Penyebab lain jarang terjadi dapat disebabkan oleh penggunaan suara yang
berlebihan dengan berbicara berlebihan, bernyanyi, atau berteriak.4
Laringitis yang berlangsung kurang dari tiga minggu disebut sebagai
laringitis akut, dan sering dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas karena
virus atau lebih jarang disebabkan oleh bakteri. Laringitis kronis sering
digambarkan bertahan selama lebih dari tiga minggu dapat disebabkan oleh
penggunaan alkohol yang berkepanjangan, merokok, paparan asap rokok secara
terus-menerus, paparan udara yang tercemar, dan batuk yang berkepanjangan.5
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Faringitis adalah radang selaput lendir orofaring. Kasus terbanyak
disebabkan oleh adanya infeksi, baik bakteri atau virus. Faktor-faktor penyebab
lain dari faringitis adalah alergi, trauma, kanker, refluks, dan racun tertentu.
Faringitis berasal pada peradangan pada mukosa faring yang seringkali termasuk
amandel (tonsilitis) dan disebabkan oleh infeksi atau iritasi.1,2
2.2 Etiologi
Sekitar 50% hingga 80% dari faringitis atau sakit tenggorokan biasanya
gejala yang ditimbulkan berasal dari virus dengan berbagai patogen virus. Patogen
ini sebagian besar adalah rhinovirus, influenza, adenovirus, coronavirus, dan
parainfluenza. Patogen virus yang jarang ditemukan adalah herpes, virus Epstein-
Barr, human immunodeficiency virus (HIV), dan coxsackievirus. Kasus yang
lebih parah cenderung akan memunculkan bakteri dan dapat berkembang setelah
infeksi virus awal.3
Infeksi bakteri yang paling umum adalah streptokokus beta-hemolitik
Grup A yang menyebabkan 5% hingga 36% pada kasus faringitis akut. Etiologi
bakteri lainnya antara lainnya adalah streptokokus Grup B & C, Chlamydia
pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae, Candida,
Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoeae, Arcanobacterium haemolyticum,
Fusobacterium necrophorum, dan corynthericebacterium. Alergi lingkungan dan
paparan bahan kimia juga dapat menyebabkan faringitis akut.3,6,7
Gejala faringitis juga dapat menjadi bagian dari kumpulan gejala penyakit
serius lainnya termasuk abses peritonsillar, abses retrofaringeal, epiglottitis, dan
penyakit Kawasaki.3
Etiologi tergantung pada usia pasien. Pada usia dewasa faringitis paling
umum disebabkan oleh virus: pernapasan (misalnya, rhinovirus, enterovirus,
4
2.3 Epidemiologi
Pada tahun 2010, terdapat 1.814.000 kasus gawat darurat untuk faringitis.
Sekitar 692.000 adalah untuk pasien di bawah usia 15 tahun. Sebagian besar kasus
faringitis terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Orang dewasa juga dapat
mengalami gangguan ini tetapi dengan jumlah yang lebih rendah. Secara global,
angka faringitis sangat tinggi terutama di negara-negara di mana antibiotik
diberikan resep secara berlebihan.4
Mengingat bahwa sebagian besar faringitis disebabkan oleh virus pada
saluran pernapasan, infeksi ini paling sering diamati pada musim gugur, musim
dingin, dan awal musim semi. Faktor risiko sangat tergantung pada etiologi.
Kontak dengan anak kecil merupakan salah satu faktor predisposisi infeksi virus
pernapasan dan virus herpes. Kontak seksual adalah faktor risiko yang jelas untuk
infeksi HIV dan N gonorrhoeae yang terjadi melalui kontak oral-genital.
5
2.4 Patofisiologi
Bakteri dan virus dapat menyebabkan invasi langsung ke mukosa faring.
Virus tertentu seperti rhinovirus dapat menyebabkan iritasi sekunder akibat
sekresi hidung. Dalam hampir semua kasus, ada invasi lokal pada mukosa faring
yang juga menghasilkan sekresi dan edema yang berlebihan.3,11,12
2.7 Klasifikasi
1. Faringitis akut
a. Faringitis viral
Rhinovirus menimbulkan gejala rinitis dam beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis.8
Gambar 2.1
7
B Faringitis bakterial
Infeksi grup A streptokokus β hemolitikus merupakan penyebab faringitis
akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).8
Gejala dan tanda
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan
suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil
membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaan nya.
Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring.
Kelenjar limfa leher anterior membersar, kenyal dan nyeri pada penekanan.8
Terapi
a. Antibiotik
Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini merupakan
grup A Streptokokus β hemolitikus. Penicillin G benzatin 50.00 U/KgBB, IM
dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/KgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10
hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari.
b. Kortikosteroid : Deksametason 8-16 mg, IM 1 kali. Pada anak 0,08-0,3
mg/KgBB, IM 1 kali.
c. Analgetika
d. Kumur dengan air hangat aatau antiseptik.8
9
C Faringitis Fungal
Candida dapat umbuh di mukosa rongga mulut dan faring.8
Gambar 2.2
Gejala dan tanda
Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan fisik
tampak plak putih di orofaring dan mukosa laring lainnya hiperemis. Pembiakan
jamur ini dilakukan dalam agar Sabouroud dextrosa.8
Terapi
Nystatin 100.000-400.00 2 kali/hari
Analgetika.
10
D. Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.
Gambar 2.3
Terapi
Sefalosporin generasi ke-3, ceftriakson 250 mg IV.
2. Faringitis kronik
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik
atrofi. Faktor predisposisi pada proses radang kronik di faring ini ialah rinitis
kronik, sinusitis, iritasi kronik, oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap, yang
merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis
kronik adalah pasien yang biasa bernafas melalui mulut karena hidungnya
tersumbat.8
a. Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa
dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa laring
dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding
posterior tidak rata dan bergranular.8
Gejala
Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya
batuk berdahak.8
11
Terapi
Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat
kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan
simptomatis diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat
diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. Penyakit di hidung dan
sinus paranasal harus diobati.8
3. Faringitis spesifik
a. faringitis luetika
Treponema pallidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring
seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung
pada stadium penyakit primer, sekunder atau tersier.8
Stadium primer
Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum molle,
tonsil dan dinding posterior faring terbentuk bercak keputihan. Bila infeksi
terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada
genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar
mandibula yang tidak nyeri tekan.8
12
Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding
faring yang menjalar ke arah laring.8
Stadium tertier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan
palatum. Jarang pada dinding posterior faring. Guma pada dinding
posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat
menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di palatum mole, bila
sembuh akan berbentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan
gangguan fungsi palatum secara permanen.8
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologik. Terapi
penisillin dalam dosis tinggi merupakan obat pilihan utama.8
B Faringitis tuberkulosis
Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari
tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat
timbul tuberkulosis faring primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak
dengan sputum yang mendukung kuman atau inhalasi kuman melalui
udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada
tuberkulosis milliaris. Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil
dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding
posterior faring, arkus faring posterior, dinding lateral posterior, palatum
mole dan palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak. Saat ini
juga penyebaran secara limfogen.8
Gejala
Keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia.
Pasien mengeluh nyeri yang hebat di tenggorok, nyeri di telinga, atau
otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.8
13
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil
tahan asam, foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru dan biopsi
jaringan yang terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta cari
kuman basil tahan asam di jaringan.8
Terapi
Sesuai dengan tuberkulosis paru.8
Lebih mungkin pada usia 5 hingga 15 tahun dan tidak berlaku di bawah
usia 3 tahun. Poin Total dan tindakan yang dianjurkan. 0-1: Tanpa tes atau
antibiotik, 2-3: Tes antigen cepat. 4: Tidak ada tes, antibiotik empiris.3,11,12
Hampir tidak pernah ada indikasi untuk melakukan tes usap tenggorokan
rutin untuk GAS setelah perawatan atau tanpa sakit tenggorokan karena koloni
bakteri GAS pada tenggorokan adalah hal yang sering terjadi dan resistensi di
antara GAS terhadap penisilin belum dilihatkan. Bagi mereka dengan faringitis
berulang yang berhubungan dengan tes mikrobiologis positif untuk GAS. Upaya
menghancurkan bakteri dapat dilakukan dengan sefalosporin atau klindamisin
selama 10 hingga 21 hari mungkin lebih efektif daripada penisilin.3,11,12
Tes Diagnostik
1. Tes antigen cepat deteksi bakteri GAS Bahan: Swab tenggorokan. Tes
memiliki sensitivitas sedang dan spesifisitas tinggi. Hasil positif
mengkonfirmasi infeksi GAS, sedangkan hasil negatif tidak termasuk
infeksi pada pasien dewasa yang mengalami immunokompeten pada anak-
anak atau pada pasien yang kemungkinan infeksi GAS yang tinggi dengan
hasil tes cepat negatif yang memerlukan kultur atau tes amplifikasi asam
nukleat (NAAT).11,12
15
Barr. Sensitivitas pada tes berkurang dengan menguji pada awal perjalanan
penyakit pada 1 hingga 2 minggu dan pada usia pasien kurang dari 12 tahun.11,12
Uji gonokokus menggunakan kultur Thayer-Martin yang paling umum
digunakan. Untuk Candida, uji yang digunakan dengan preparat kalium
hidroksida atau agar Sabouraud.11,12
X-ray dada tidak diperlukan untuk kasus yang sering muncul. Jika
dicurigai adanya permasalahan jalan nafas, rontgen leher lateral harus segera
dilakukan. CT scan dapat membantu mengidentifikasi abses peritonsillar.11,12
2.9 Gambaran Klinis
Individu dengan faringitis infeksi sering mengalami demam, malaise, dan
sakit tenggorokan. Tetapi sulit untuk membedakan faringitis bakteri dari faringitis
virus. Riwayat kontak langsung dengan seseorang yang menderita faringitis yang
jelas seringkali membantu dalam penegakkan diagnosis. Secara umum:
1. faringitis viral lebih mungkin dikaitkan dengan mialgia dan gejala
pernapasan, seperti rhinorrhea dan batuk. Infeksi adenovirus umumnya
juga menyebabkan konjungtivitis. Infeksi enterovirus paling sering terjadi
selama musim panas dapat menyebabkan ulserasi pada faring posterior
(herpangina). Banyak virus dapat menyebabkan ruam secara menyeluruh.
Mononukleosis infeksius yang paling sering oleh infeksi EBV atau CMV
dapat menyebabkan faringitis eksudat, limfadenopati menyeluruh dan
splenomegali. Infeksi HSV sering menyebabkan erosi dan borok di bagian
anterior rongga mulut.13,14
2. Faringitis GAS jauh lebih kecil kemungkinannya terkait dengan rinorea,
batuk, atau ruam. Sering mengalami terjadinya peradangan faring dan
tonsil (eritema dan edema mukosa), petatalia palatum, eksudat faring /
tonsil yang berbatas tegas, dan limfadenopati serviks. Gejala demam
tinggi, nyeri perut, mual, dan muntah dapat terjadi pada anak-anak.13,14
3. Riwayat alami pada sebagian besar kasus faringitis, bakteri atau lainnya
dapat sembuh secara spontan dalam 3 hingga 7 hari. Faringitis GAS yang
tidak diobati berhubungan dengan peningkatan risiko demam rematik
17
2.10 Terapi
Antibiotik untuk faringitis biasanya digunakan untuk pasien dengan
faringitis streptokokus β-hemolitik Grup A. Antibiotik dapat memperpendek
durasi gejala hingga 16 hingga 24 jam dan mencegah munculnnya demam
rematik. Data yang lebih lama menunjukkan 1 dari 400 kasus radang tenggorokan
yang tidak diobati. Antibiotik hanya boleh digunakan untuk pasien streptokokus
beta-hemolitik positif grup A, terutama jika mereka anak-anak dengan
berdasarkan kultur positif atau tes deteksi antigen cepat.13,14
Jangan menggunakan agen antibiotik dalam faringitis virus. Pilihan terapi
tersedia untuk faringitis streptokokus terutama untuk mencegah perkembangan
demam rematik. Pengobatan juga akan mengurangi kemungkinan pengembangan
gejala sisa supuratif dengan pilihan dosis dewasa antara lain:
Terapi perawatan
1. Istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan dan cairan yang cukup (terutama
pada pasien dengan demam).
2. Acetaminophen (INN paracetamol) atau obat antiinflamasi nonsteroid
dengan ibuprofen untuk mengendalikan rasa sakit dan demam.
3. Dosis tunggal glukokortikoid oral yaitu deksametason atau prednison
ditemukan berhubungan dengan penurunan dalam waktu untuk
menyelesaikan resolusi rasa sakit, tetapi glukokortikoid tidak terlalu
membantu pada pasien yang melakukan aktivitas dan pekerjaan.13,14
Opsi pengobatan untuk faringitis streptokokus beta-hemolitik Grup A
menggunakan pengobatan oral dengan penisilin V atau amoksisilin oral.
Golongan sefalosporin, makrolida, dan klindamisin juga dapat digunakan.
Penisilin intramuskular juga merupakan pilihan dalam perawatan. Resistensi dapat
berkembang selama pengobatan dengan menggunakan azitromisin dan
klaritromisin tetapi tidak dianggap sebagai antibiotik lini pertama untuk indikasi
penyakit ini. Penyakit ini tidak lagi mengalami infeksi panjang setelah 24 jam
dilakukan pemberian antibiotik.13,14
Kortikosteroid dosis tunggal seperti deksametason dapat diberikan untuk
mengurangi komplikasi gejala meskipun bukti untuk terapi ini tidak terlalu jelas.
Pengobatan simtomatik dengan obat kumur dan asetaminofen atau non-steroid
anti-inflamasi harus direkomendasikan. Hati-hati dalam pengawasan dehidrasi
berat. Untuk pasien dengan mononukleosis menular direkomendasikan tidak ada
aktivitas berat selama 6 hingga 8 minggu karena dapat meningkatkan risiko
pecahnya limpa.13,14
Anggota keluarga pasien dengan streptokokus grup A harus diobati
dengan antibiotik selama 10 hari penuh tanpa dilakukan tes sebelumnya tetapi jika
19
mereka datang dengan munculnya gejala. Individu tanpa gejala tidak memerlukan
adanya pengobatan.13,14
Antibiotik biasanya digunakan secara berlebihan dalam pengobatan
faringitis akut. Karena kebanyakan kasus disebabkan oleh virus, dan antibiotik
tidak akan mengubah pasien.3,13,14
Faringitis bakteri dan / atau virus sederhana harus dibedakan dari yang
berikut:
2.12 Komplikasi
Komplikasi faringitis bakteri meliputi:
1. Epiglotitis
2. Otitis media
3. Mastoiditis
4. Radang dlm selaput lendir
5. Demam rematik akut
6. Glomerulonefritis pasca-streptokokus
7. Sindrom syok toksik
2.15 Definisi
Laringitis adalah radang akut yang berlangsung <3 minggu atau kronik > 3
minggu yang tejadi pada vocal fold dan jaringan di sekitarnya.5
22
2.16 Etiologi
a. Laringitis akut: Infeksi yang paling sering oleh virus yang
menyerang pernapasan, perubahan suara berlebihan dan iritasi oleh
asap tembakau pada rokok.5
b. Kronik,Sebagai lanjutan dari laringitis akut, refluks
gastroesofageal, infeksi jamur pada pasien yang diobati dengan
kortikosteroid inhalasi, lesi jinak pada struktur laring (nodul,
papiloma, kista, polip, chondroma), dan penyebab yang jarang
lainnya (granulomatosis dengan poliangiitis, keganasan), TBC,
mikosis endemik).5,19
Etiologi untuk laringitis akut dapat diklasifikasikan sebagai infeksi dan
merupakan penyakit tidak menular. Bentuk infeksi yang sering ditemui biasanya
seperti infeksi saluran pernapasan atas. Pada tahap awal biasanya diinfeksi oleh
virus tetapi dapat segera oleh agen bakteri supervene.5,19
Agen virus termasuk Rhinovirus, virus Parainfluenza, virus Respiratory
Syncytial, coronavirus, adenovirus, virus influenza. Coxsackievirus dan HIV
dapat menjadi penyebab potensial di antara individu yang mengalami gangguan
kekebalan tubuh. Organisme bakteri yang paling sering ditemui adalah
Streptococcus pneumoniae, H.influenzae, dan Moraxella catarrhalis.5,19
Demam eksantematosa seperti campak, cacar air dan batuk rejan juga
berhubungan dengan laringitis akut. Laringitis yang disebabkan oleh infeksi jamur
juga sering terjadi tetapi seringkali tetap kadang sulit didiagnosis. Selain itu
terjadi karena penggunaan kortikosteroid inhalasi atau penggunaan antibiotik.
Beberapa jamur yang menyebabkan laringitis jamur termasuk histoplasma,
blastomyces, candida, cryptococcus dan coccidioides.5,19
Bentuk non-infeksi disebabkan oleh trauma vokal, alergi, penyakit
gastroesophageal reflux, penggunaan inhaler asma, polusi lingkungan, merokok
dan luka bakar termal atau kimia pada laring. Selain itu, pasien dengan rinitis
lebih rentan mengalami laringitis.5,19
23
2.17 Epidemiologi
Laringitis akut biasanya menyerang orang berusia 18 hingga 40 tahun.
Namun itu dapat dilihat pada anak-anak pada usia 3 tahun atau lebih. Angka
kejadian laringitis akut tetap tidak diketahui karena kondisi ini jarang dilaporkan
karena penyakit ini dapat sembuh sendiri, morbiditas dan mortalitas yang
signifikan tidak ditemukan.19
2.18 Patofisiologi
Suatu bentuk laringitis akut sembuh dalam 2 minggu. Bentuk infeksi
ditandai dengan kongesti laring pada tahap awal. Ketika tahap penyembuhan
dimulai, sel darah putih menyerang di lokasi infeksi untuk melawan patogen.
Proses ini dapat memunculkan edema pita suara dan memengaruhi getaran secara
negatif.19
Adanya peningkatan edema mengakibatkan tekanan ambang fonasi
meningkat. Pembentukan tekanan fonasi yang adekuat menjadi sulit dan pasien
mengalami suara serak. Kadang-kadang edema ditandai sedemikian sehingga
tidak mungkin menghasilkan tekanan fonasi yang memadai. Dalam situasi seperti
itu, pasien mengalami aphonia terbuka.19
Trauma vokal yang diakibatkan laringitis akut biasanya terjadi setelah
teriakan atau nyanyian yang berlebihan. Hal ini menyebabkan kerusakan pada
lapisan luar vocal fold. Terdapat episode berulang yang dapat menyebabkan
fibrosis dan jaringan parut pada tahap selanjutnya.19
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Tanda dan gejala berupa ketidaknyamanan saat berbicara atau menelan,
batuk, suara serak, kadang disertai stridor. Adanya muncul demam secara
bersamaan dapat diindikasikan infeksi. Pada pasien dengan demam, tampak
toksik, stridor yang jelas, atau dispnea, trakeitis bakterial dan epiglottitis.
Gejala awalnya adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas berupa
termasuk demam, batuk, sakit tenggorokan, dan rhinorrhoea sebagai gejala awal
25
laringitis akut . Gejala biasanya terjadi tiba-tiba dan mulai memburuk selama dua
atau tiga hari setelahnya.5
Keadaan tersebut berupa erubahan kualitas suara, pada tahap selanjutnya
mungkin ada kehilangan suara (aphonia).Ketidaknyamanan dan rasa sakit di
tenggorokan, terutama setelah berbicara. Disfagia, odinofagia,batuk kering yang
memburuk di malam hari. Gejala umumnya adalah kekeringan pada tenggorokan,
malaise, dan demam. Diagnosis biasanya dapat dibuat berdasarkan riwayat
sebelumnya.5
Pemeriksaan lokal laring selanjutnya digunakan untuk menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan tidak langsung jalan nafas dan pemeriksaan langsung
dengan nasolaringoskop yang fleksibel digunakan untuk pemeriksaan laring.
Penampilan laring bervariasi dengan tingkat keparahan penyakit.5
Pada tahap awal ada eritema dan edema dari epiglotis terdapat lipatan
aryepiglottic, arytenoid, dan pita ventrikel, tetapi pita suara menjadi normal dan
putih dan terjadi perubahan tingkat suara serak pasien. Seiring perkembangan
penyakit, pita suara juga berubah merah dan terjadi edema pada daerah subglotis.
Sekresi cairan yang kental juga dapat terlihat antara pita suara dan daerah
interarytenoid. Dalam kasus vokal, pendarahan submukosa juga dapat dilihat
pada pita suara.5
Diagnosis biasanya tampak secara klinis saja. Untuk lanjutan
pemerikssaan menggunakan laringoskopi fiberoptik untuk membantu menegaskan
diagnosis. Stroboskopi menghasilkan gambaran asimetri, aperiodisitas, dan pola
gelombang pada mukosa yang berkurang. Pencitraan lebih lanjut atau
pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan. pasien memiliki eksudat di orofaring
atau pita suara sebagai biakan untuk pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.5
2.20 Terapi
Pengobatan bersifat simtomatik dan termasuk istirahat dari bicara,
kelembapan udara, penghentian merokok, mengatasi iritasi, dan obat antiinflamasi
nonsteroid oral. Dalam kasus edema pita suara yang jelas atau keadaan mendesar
untuk segera dilakukan perbaikan gejala sementara, maka dapat
26
2.22 Prognosis
Kondisi ini dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik. Jika pasien tetap
menggunakan terapi tersebut, prognosis untuk pemulihan ke tingkat fonasi
premorbid akan menjadi sangat baik.19
28
BAB III
KESIMPULAN
Faringitis akut adalah salah satu penyakit paling umum yang terjadi pada
anak-anak di Amerika Serikat yang berobat pada layanan primer. Diagnosis untuk
faringitis akut, radang tonsil akut, atau radang pada tenggorokan terjadi lebih dari
12 juta orang dalam setahun. Sebagian besar kasus pada anak-anak dan remaja
disebabkan oleh virus yang bersifat jinak.3
Grup A β-hemolytic Streptococcus (GAS) seperti Streptococcus pyogenes
adalah penyebab bakteri yang paling sering. Langkah untuk diagnosis dan
pengobatan faringitis pada anak-anak dan remaja bergantung pada pembagian
kelompok besar pasien dengan faringitis virus yang tidak dapat adekuat dari terapi
antibiotik dari kelompok pasien penderita faringitis GAS.3
Membedakan antar kelompok adalah penting untuk meminimalkan
penggunaan antibiotik yang tidak perlu pada anak-anak dan remaja saat
mendiagnosis dan merawat pasien yang mungkin mendapat manfaatnya.3
GAS adalah penyebab bakteri yang paling umum diidentifikasi sebagai
penyebab faringitis akut sebanyak 15% hingga 30% dari faringitis pada anak-
anak. Fusobacterium necrophorum dan agen penyebab khas dari sindrom
Lemierre merupakan penyebab faringitis tanpa komplikasi yang ditemukan
terutama pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda.3
Penyebab lainnya termasuk kelompok C (GCS) dan G-hemolitik
streptokokus GCS (GGS). Arcanobacte-rium haemolyticum adalah penyebab
yang jarang terjadi pada remaja dan Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan
faringitis akut pada remaja yang mengalami penyakit seksual. Bakteri lain seperti
Francisella tularensis, Yersinia enterocolitica, dan Coryne-bacterium diphtheriae
dan infeksi campuran dengan bakteri anaerob seperti Vincent angina jarang terjadi
pada faringitis.3
29
DAFTAR PUSTAKA
15. Yoon YK, Park CS, Kim JW, Hwang K, Lee SY, Kim TH, Park DY, Kim
HJ, Kim DY, Lee HJ, Shin HY, You YK, Park DA, Kim SW. Guidelines
for the Antibiotic Use in Adults with Acute Upper Respiratory Tract
Infections. Infect Chemother. 2017 Dec;49(4):326-352.
16. Norhayati MN, Ho JJ, Azman MY. Influenza vaccines for preventing
acute otitis media in infants and children. Cochrane Database Syst
Rev. 2017 Oct 17;10:CD010089.
17. Norton LE, Lee BR, Harte L, Mann K, Newland JG, Grimes RA, Myers
AL. Improving Guideline-Based Streptococcal Pharyngitis Testing: A
Quality Improvement Initiative. Pediatrics. 2018 Jul;142(1)
18. Sadeghirad B, Siemieniuk RAC, Brignardello-Petersen R, Papola D,
Lytvyn L, Vandvik PO, Merglen A, Guyatt GH, Agoritsas T.
Corticosteroids for treatment of sore throat: systematic review and meta-
analysis of randomised trials. BMJ. 2017 Sep 20;358:j3887.\
19. Jaworek AJ, Earasi K, Lyons KM, Daggumati S, Hu A, Sataloff RT. Acute
infectious laryngitis: A case series. Ear Nose Throat J. 2018
Sep;97(9):306-313.