PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Viral Bakterial
Adenovirus Klamidia
Coronavirus Streptokokus beta-
hemolitik kelompok
A
Influenza Mikoplasma
Parainfluenza
Rhinovirus
4) Penyebab lain
Candida sp. Pada pasien-pasien dengan riwayat pengbatan penekan
sistem imun.Banyak terjadi pada anak dengan gambaran plak putih pada
orofaring. Udara kering, alergi (postnasal tetes), trauma kimia, merokok,
neoplasia (Kazzi, et.al.,2006).
2.1.3 Patofisiologi
Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi
mucosa pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi
lokal.berbeda halnya dengan virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi
mukosa rongga tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh
pelepasan dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases (Kazzi,
et.al.,2006) .
ParingitisInfflamasi
Penguapan Kesulitan
Sputum
menelan
2.1.6 Klasifikasi
1. Faringitis akut
Faringitis akut adalah inflamasi febris tenggorok yang disebabkan
oleh organism virus hamper 70%. Streptokokus group A adalah organism
bakteri paling umum yang berkenaan dengan faringitis akut, yang disebut
sebagai strep throat. (Brunner & Suddarth, 2001 : 548 )
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh
virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring
eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise.
(Vincent,2004)
Jumlah sel darah putih normal atau agak Jumlah sel darah putih
meningkat meningkat ringan sampai
sedang
4. Faringitis juga bisa timbul akibat iritasi udara kering, merokok, alergi,
trauma tenggorok (misalnya akibat tindakan intubasi), penyakit refluks
asam lambung, jamur, menelan racun, tumor.
2. Medik
1) Pemberian antibiotik golongan penisilin atau sulfonanida selama lima hari
2) Antipiretik
3) Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
4) Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisin
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
2. FARINGITIS KRONIK
Faringitis kronik adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu
kadangkala juga disebut radang tenggorokan. Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi virus grub
A Streptococcuc hemolitikus banyak menyerang anak usia sekolah dan orang
dewasa. Penularan biasanya terjadi melalui sekret hidung dan ludah.Terdapat
2 bentuk faringitis kronik yaitu hiperplastik dan atrofil.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. GABHS rapid antigen detection test
Merupakan suatu metode untuk mendiagnosa faringitis karena
infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien memiliki
resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi
antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh
adalah positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika
hasilnya negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan kemudian
dilakukan follow-up.
2. Kultur tenggorok
Merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan
suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri
GABHS.Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan sempel
dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring posterior.Spesimen
diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibioti.
3.FARINGITIS SPESIFIK
Faringitis spesifik terbagi menjadi dua yaitu:
a. Faringitis luetika
Treponema palidum dapat menimbukan infeksi di daerah faring seperti
juga penyakit lues di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung pada
stadium penyakit primer, sekunder atau tertier.
Stadium primer
Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum
mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak
keputihan.Bila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus
pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak
nyeri.Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang
tidak nyeri tekan.
Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Terdapat eritema pada dinding
faring yang menjalar ke arah laring.
Stadium Tertier
Pada stadium ini terdapat guma.Predileksinya pada tonsil dan
palatum.Jarang pada dinding posterior faring.Guma pada
dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan
bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang terdapat
di palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut
yang dapat menimbulkan gangguan fumgsi palatum secara
permanen.
b. Faringitis Tuberkulosis
Faring tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.
Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovium dapat timbul tuberkulosis
faring primer.Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang
mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.Cara infeksi
endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris.Bila
infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi
dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring
anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum durum.Saat
ini juga penyebaran secara limfogen.
BAB 3
ASKEP TEORI
A. PENGKAJIAN
1. Integritas ego
Gejala: perasaan takut akan kehilangan suara, kuatir bila pembedahan
mempengaruhi hibungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda: ansietas, depresi.
2. Makanan / cairan
Gejala: kesulitan menelan
Tanda: kesulitan menelan , mudah tersedak, bengkak, inflamasi/drainase. Oral,
kebersihan gigi buruk.
3. Hygiene
Gejala : kemunduran kebersihan gigi.
Tanda: kebutuhan bantuan perawatan dasar.
4. Neurosensori
Gejala: kesemutan, parestesia otot wajah.
Tanda: hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan sub mandibular).
Kesulitan menelan, kerusakan membran mukosa.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit tenggorok, penyebaran nyeri ketelingan dan wajah, nyeri lokal
pada orofaring.
Tanda: perilaku berhati hati, gelisah, nyeri wajah, gangguan tonus otot.
6. Pernapasan
Gejala: riwayat merokok, penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum
Tanda: dispnea, sputum, darah
7. Keamanan
Gejala: perubahan pendengaran.
8. Interaksi sosial
Gejala: kurang dukungan sistem keluarga, masalah tentang kemampuan
berkomunikasi, bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda: bicara kacau, enggan untuk bicara.
B. DIAGNOSA
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas`atas sekunder akibat
infeksi
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan napas
atas.
Defisit volumer cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan
cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam.
Kurang pengetahuan mengenai pencehgahan infeksi berhubungan
dengan kurang terpajan tentang peyakit dan pengobatan serta prosedur
perawatan.
C. PRIORITAS MASALAH
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas`atas sekunder akibat
infeksi
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan napas
atas.
D. INTERVENSI
Diagnosa 1: Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
berlebihan
Intervensi :
1. Awasi frekuensi/kedalaman pernapasan, catat kemudahan bernapas,
auskultasi bunyi napas, selidiki kegelisahan, dispnea, terjadinya sianosis.
Rasional: Perubahan pada pernapasan, penggunaan otot aksesori
pernapasan atau adanya ronchi diduga karena retensi sekret.
2. Tinggikan kepala 30 40 derajat
Rasional: memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi
paru.
3. Dorong menelan bila pasien mampu
Rasional: mencegah pengumpulan sekret untuk membersihkan oral,
menurunkan resiko aspirasi.
4. Dorong batuk efektif dan napas dalam
Rasional: memobilisasi sekret umtuk membersihkan jalan napas atas dan
membantu mencegah komplikasi pernapasan.
Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas atas akibat infeksi
Intervensi :
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala dan selidiki serta laporkan
perubahan nyeri yang tepat.
Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan.
2. Pantau tanda vital
Rasional: perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri.
3. Berikan analgetik sesuai indikasi
Rasional: menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi
terapi lain.
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa 1: Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
berlebihan
Implementasi :
1. Mengawasi frekuensi/kedalaman pernapasan, catat kemudahan bernapas,
auskultasi bunyi napas, selidiki kegelisahan, dispnea, terjadinya sianosis.
Rasional: Perubahan pada pernapasan, penggunaan otot aksesori
pernapasan atau adanya ronchi diduga karena retensi sekret.
2. Meninggikan kepala 30 40 derajat
Rasional: memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi
paru.
3. Mendorong menelan bila pasien mampu
Rasional: mencegah pengumpulan sekret untuk membersihkan oral,
menurunkan resiko aspirasi.
4. Mendorong batuk efektif dan napas dalam
Rasional: memobilisasi sekret umtuk membersihkan jalan napas atas dan
membantu mencegah komplikasi pernapasan.
Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas atas akibat infeksi
Implementasi :
1. Mengaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala dan selidiki serta laporkan
perubahan nyeri yang tepat.
Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan.
2. Memantau tanda vital
Rasional: perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri.
3. Memberikan analgetik sesuai indikasi
Rasional: menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi
terapi lain.
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan:
1. Mempertahankan jalan napas tetap paten dengan mengatasi sekresi
a. Melaporkan penurunan pada kongesti
b. Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi
2. Melaporkan perasaan lebih nyaman
a. Mengikuti tindakan untuk mencapai kenyamanan analgesic, kantung
panas, kumur, istrahat.
b. Memperagakan higyne mulut yang adekuat.
3. Menunjukan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan
dan tingkat kenyamanan.
4. Mempertahankan masukan cairan yang adekuat.
5. Mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan napas atas dan reaksi
alergi.
6. Menunjukan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan diri
secara adekuat.
7. Bebas dari tanda dan gejala infeksi:
a. Menunjukan tanda-tanda vital normal (suhu tubuh, frekuensi nadi
dan pernapasan)
b. Tidak terdapat drainase plurelen
c. Bebas dari nyeri pada telinga, sinus, dan tenggorokan.
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faringitis adalah gangguan saluran pernafasan bagian atas, timbul akibat
rangsangan dan infeksi pada faring karena terjadinya rinitis atrofi, sehingga
udara pernapasan tidak diatur suhu dan kelembapannya.
Rinitis kronik, sinusitis, inflasi kronik yang dialami perokok dan
peminum alkohol, inhalasi uap yang merangsang infeksi, daerah berdebu,
kebiasaan bernafas melalui mulut.
Adapun keluhan dengan rasa gatal, kering, serta berlendir yang sukar
dikeluarkan di tenggorokan, disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak mukosa
dinding posterior faring granular.
B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan :
Para pembaca dan masyarakat mampu memahami dan mengerti
tentang penyakit faringitis ini
Para tenaga kesehatan mampu memberikan usulan keperawatan
kepada pasien khususnya faringitis secara profesional
Disarankan agar masyarakat mampu menjaga kesehatan dengan
menghindari alasan yang bisa mengakibatkan faringitis.
DAFTAR PUSTAKA