TINJAUAN PUSTAKA
b) Trauma tembus
(Mansjoer, 2000:3)
adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari
trauma. Dapat terjadi memar otak dan laserasi
c) Hematom epidural.
d) Hematom subdural.
Akut :
- Gejala 24 48 jam.
- PTIK meningkat.
Sub Akut :
Kronis :
e) Hematom intrakranial.
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskuler.
Sistem Metabolisme.
b. Aniografi Cerebral
c. X-Ray
e. Elektrolit
Konservatif:
Bedrest total
Pemberian obat-obatan
Obat-obatan :
Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel
(18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 3 hari kemudian
diberikan makanan lunak.
Pembedahan.
1.7 Komplikasi
a) Cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
d) infeksi
e) hidrosefalus
f) 8. Prognosis
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
d. Eliminasi
e. Makanan/Cairan
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, Amnesia seputar kejadian, Vertigo,
Sinkope, tinnitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstrimitas,
perubahan pola dalam penglihatan seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, fotofobia, gangguan pengecapan dan penciuman
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
perubahan pupil (respon terhadap cahaya simetris/deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah tidak dapat beristirahat, merintih.
h. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi stridor, tersedak, ronkhi, mengi positif. (kemungkinan adanya aspirasi).
i. Keamanan
Tanda : Afasia motorik atau sensorik, berbicara tanpa arti, bicara berulang-ulang,
disartria.
k. Penyuluhan/pembelajaran
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di
otak.
Tujuan :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda
hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari
pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat
meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat
menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan
penyebaran udara yang tidak adekuat.
Tujuan :
Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena
peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
1. Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau
masalah terhadap tube.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan
refleks batang otak.
Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan
tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena
jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan
tekanan intrakranial.
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan
tekanan intrakrania.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan :
Kriteri evaluasi :
Rencana tindakan :
2. Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
pada pasien.