Anda di halaman 1dari 26

TRAUMA KEPALA

HTTPS://WWW.YOUTUBE.COM/WATCH?
V=K66SEZU7ECM

Oleh: Ns. Rahmawati Dian Nurani, M.Kep


HEAD INJURY
 Trauma pada kepala dapat menyebabkan
fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan
lunak / otak atau kulit seperti kontusio /
memar otak, edema otak, perdarahan atau
laserasi, dengan derajat yang bervariasi
tergantung pada luas daerah trauma.
TIPE TRAUMA KEPALA

 Trauma kepala terbuka


 Trauma kepala tertutup (Komusio
serebri/Gegar otak, Kontusio serebri
/Memar otak, Perdarahan sub dural,
Perdarahan Intraserebral )
TRAUMA KEPALA TERBUKA
 Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang
tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan
otak dapat terjadi bila tulang tengkorak
menusuk otak

 Fraktur longitudinal sering menyebabkan


kerusakan pada meatus akustikus interna,
foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah
2-3 hari akan tampak battle sign (warna biru
dibelakang telinga diatas os mastoid) dan
otorrhoe (liquor keluar dari telinga). Perdarahan
dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu
disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak.
 Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi
oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar.
Tanda-tanda klinik yang dapat membantu mendiagnosa
adalah :
 Battle sign ( warna biru/ekhimosis dibelakang
telinga di atas os mastoid )
 Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang
telinga )
 Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa
trauma langsung )
 Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung )
 Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga)
KOMPLIKASI
 Komplikasi pada trauma kepala terbuka
adalah infeksi, meningitis dan perdarahan /
serosanguinis.
TRAUMA KEPALA TERTUTUP

 Komusio serebri ( Gegar otak )


Merupakan bentuk trauma kapitis ringan,
dimana terjadi pingsan (kurang dari 10
menit). Gejala lain mungkin termasuk pusing,
noda-noda didepan mata dan linglung
Kontusio serebri (Memar otak )
 Merupakan perdarahan kecil / ptechie pada

jaringan otak akibat pecahnya pembuluh


darah kapiler. Hal ini bersama-sama dengan
rusaknya jaringan saraf atau otak yang akan
menimbulkan edema jaringan otak di daerah
sekitarnya
 Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi
dibedakan atas koup kontusio dimana lesi
terjadi pada sisi benturan, dan tempat
benturan. Pada kepala yang relatif diam
biasanya terjadi lesi koup, sedang bila
kepala dalam keadaan bebas bergerak akan
terjadi kontra koup.
 Gejala perdarahan epidural yang klasik atau
temporal berupa kesadaran yang makin
menurun, disertai oleh anisokoria pada mata
ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese
kontralateral. SEdangkan perdarahan
epidural di daerah frontal dan parietal atas
tidak memberikan gejala khas selain
penurunan kesadaran (biasanya somnolen)
yang tidak membaik setelah beberapa hari.
Perdarahan sub dural
 Merupakan perdarahan antara duramater
dan arakhnoid, yang biasanya meliputi
perdarahan vena. Perdarahan subdural
dibedakan atas akut, subakut, dan kronis
 Perdarahan subdural akut sering
dihubungkan dengan cedera otak besar dan
cedera batang otak. Tanda-tanda akan
gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan
kantuk, dan kebingungan, respon yang
lambat, dan gelisah. Keadaan kritis terlihat
dengan adanya perlambatan reaksi
ipsilateral pupil.
 Perdarahan subdural subakut, biasanya
berkembang 7 sampai 10 hari setelah
cedera dan dihubungkan dengan kontusio
serebri yang agak berat. Tekanan serebral
yang terus-menerus menyuebabkan
penurunan tingkat kesadaran yang dalam
 Perdarahan subdural kronik, terjadi karena
luka ringan. Mulanya perdarahan kecil
memasuki ruang subdural. Beberapa minggu
kemudian menumpuk di sekitar membran
vaskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala
mungkin tidak terjadi dalam beberapa
mingggu atau bulan. Keadaan ini pada proses
yang lama akan terjadi penurunan reaksi
pupil dan motorik.
Perdarahan Intraserebral
 Merupakan penumpukan darah pada jaringan

otak. Perdarahan mungkin menyertai contra


coup phenomenon. Kebanvalan dihubungkan
dengan kontusio dan terjadi dalam area
frontal dan tem­poral. Akibat adanya
substansi darah dalam jaringan otak akan
menimbulkan edema otak. Gejala neurologik
tergantung dari ukuran dan lokasi perdarahan.
Patofisiologi
 Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan
oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula de­ngan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%,
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70%
akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.
Faktor kardiovaskuler
 Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi

jantung mencakup aktivitas atipikal miokardial,


perubahan tekanan vaskuler dan edema paru.
 Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis

mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel.


Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung dan
meningkatkan tekanan atrium kiri. Akibatnya tubuh
berkompensasi dengan meningkatkan tekanan
sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan
atrium kiri adalah terjadinya edema paru.
Faktor Respiratori
 Adanya edema paru pada trauma kepala dan
vasokonstriksi paru atau hipertensi paru
menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
 Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida
mempengaruhi aliran darah. Bila PO2 rendah,
aliran darah bertambah karena terjadi
vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan terjadi
alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi (arteri
kecil) dan penurunan CBF (cerebral blood fluid).
 Edema otak ini menyebabkan kematian otak
(iskemik) dan tingginya tekanan intra kranial (TIK)
yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan
batang otak atau medulla oblongata.
Faktor metabolisme
 Pada trauma kepala terjadi perubahan
metabolisme seperti trauma tubuh lainnya
yaitu kecenderungan retensi natrium dan air
dan hilangnya sejumlah nitrogen
 Retensi natrium juga disebabkan karena
adanya stimulus terhadap hipotalamus, yang
menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi
aldosteron.
Faktor gastrointestinal
 Trauma kepala juga mempengaruhi sistem

gastrointestinal. Setelah trauma kepala (3


hari) terdapat respon tubuh dengan
merangsang aktivitas hipotalamus dan
stimulus vagal. Hal ini akan merangsang
lambung menjadi hiperasiditas.
Faktor psikologis
 Selain dampak masalah yang mempengaruhi

fisik pasien, trauma kepala pada pasien


adalah suatu pengalaman yang menakutkan.
Gejala sisa yang timbul pascatrauma akan
mempengaruhi psikis pasien. Demikian pula
pada trauma berat yang menyebabkan
penurunan kesadaran dan penurunan fungsi
neurologis akan mempe­ngaruhi psikososial
pasien dan keluarga.
Pemeriksaan diagnostik
 X-Ray tengkorak
 CT-Scan
 Angiografi
PENATALAKSANAAN MEDIS
PADA TRAUMA KEPALA
 Dexamethason/kalmethason sebagai
pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringannya trauma.
 Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat).
Untuk mengurangi vasodilatasi.
 Pemberian analgetika.
 Pengobatan anti edema dengan larutan
hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa
40% atau gliserol 10%.
 Antibiotika yang mengandung barrier darah
otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob
diberikan metronidazole
 Makanan atau cairan. Pada trauma ringan
bila muntah-muntah tidak dapat diberikan
apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%,
aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikan makanan lunak.
 Pembedahan.
 Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3
hari), tidak terlalu banyak cairan.
Dekstrosa 5% 8 jam pertama, ringer
dekstrose 8 jam kedua dan dekstrosa 5% 8
jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila
kesadaran rendah, makanan diberikan
melalui nasogastric tube (2500-3000
TKTP). Pemberian protein tergantung nilai
urea N.

Anda mungkin juga menyukai