Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik
trauma tumpul maupun trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena robekannya
subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta edema serebral
disekitar jaringan otak (Batticaca, 2008).
B. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala antara lain :
1. Kecelakaan mobil
2. Perkelahian
3. Jatuh
4. Cedera olahraga
( Elizabeth J.Corwin, 2009 )
C. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran
darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh
kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak
25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam
laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit / 100 gr.
jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala meyebabkan
perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan
vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan
gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
3. Hematom epidural.
Perdarahan anatara tulang tengkorak dan duramater.
Lokasi tersering temporal dan frontal.
Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.
Katagori talk and die.
Gejala : (manifestasi adanya proses desak ruang).
Penurunan kesadaran ringan saat kejadian - periode Lucid (beberapa
menit – beberapa jam)- penurunan kesadaran hebat - koma, deserebrasi,
dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positip.
4. Hematom subdural.
Perdarahan antara duramater dan arachnoid.
Biasanya pecah vena — akut, sub akut, kronis.
Akut :
Gejala 24 – 48 jam.
Sering berhubungan dengan cidera otak & medulla oblongata.
PTIK meningkat.
Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil
lambat.
Sub Akut :
Berkembang 7 – 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK
meningkat — kesadaran menurun.
Kronis :
Ringan , 2 minggu – 3 – 4 bulan.
Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.
5. Hematom intrakranial.
Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih.
Selalu diikuti oleh kontosio.
Penyebab : Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi –
deselerasi mendadak.
Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.
Pengaruh Trauma Kepala :
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskuler.
Sistem Metabolisme.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan (dengan/ tanpa kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
b. Aniografi Cerebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak
akibat edema, perdarahan, trauma
c. X-Ray
Mengidentifikasi atau mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur),
perubahan struktur garis (perdarahan/ edema)
d. AGD (Analisa Gas Darah)
Mendeteksi ventilasi atau masalah pernapsan (oksigenisasi) jika terjadi
peningkatan intrakranial
e. Elektrolit
Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat peningkatan
tekanan intrakranial
F. Penatalaksanaan Medis
Konservatif:
Bedrest total
Pemberian obat-obatan
Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
Obat-obatan :
Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringanya traumTerapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk
mengurnagi vasodilatasi.
Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa
40 % atau gliserol 10 %.
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidasol.
Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan
apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2 – 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami
penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka
hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam
pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari
selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube
(2500 – 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogen
Pembedahan.
G. .Komplikasi
1) Cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
2) Edema Cerebral : Terutama besarnya massa jaringan di otak di dalam rongga tulang
tengkorak yang merupakan ruang tertutup.
3) Peningkatan tekanan intrakranial : terdapat perdarahan di selaput otak
4) infeksi
5) hidrosefalus
H. Prognosis
Tingkat kecelakaan di jalan raya di dunia berdasarkan laporan WHO mencapai 1, 2
juta korban meninggal dan lebih dari 30 juta korban luka-luka/cacat akibat
kecelakaan lalu lintas per tahun (2.739 jiwa dan luka-luka 63.013 jiwa per hari)
Cedera kepala bertanggung jawab atas separuh kematian karena cedera. Ditemukan
pada 75% korban tewas karena kecelakaan lalu-lintas, untuk setiap kematian terdapat
dua kasus dengan cacat tetap, biasanya sekunder terhadap cedera kepala
I. PENATALAKSANAAN
Cedera otak ringan dan sedang biasanya diterapi dengan observasi dan tirah
baring.
Mungkin diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah melalui pembedahan
( pengeluaran benda asing dan sel yang mati ), terutama pada cedera kepala
terbuka.
Dekompresi melalui pengeboran lebang didalam otak, yang disebut burr
hole, mungkin diperlukan.
Mungkin dibutuhkan ventilasi mekanik.
Antibiotik diperlukan untuk cedera kepala terbuka guna mencegah infeksi.
Metode untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat mencakup pemberian
diuretik dan obat anti inflamasi.
( Elizabeth J.Corwin, 2009 )
2. ANAMNESIS
Identitas klien meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada
usia muda ), jenis kelamin ( banyak laki-laki, karena ngebut-ngebutan
dengan motor tanpa pengaman helm ), pedidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register, diagnosa medis. Keluhan utama yang sering menjadi alasan
klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa
jauh dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat kesadaran.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian,dan trauma langsung ke
kepala. Pengkajian yang didapat meliputi tingkat kesadaran menurun (
GCS <15 ), konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau
tidak, lemah, luka dikepala, paralisis, akumulasi sekret pada saluran
pernafasan, adanya liquor dari hidung dan telinga, serta kejang. Adanya
penurunan tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan didalam
intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien ( bila
klien tidak sadar ) tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan
penggunaan alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang suka
ngebut-ngebutan.
6. PENGKAJIAN PSIKO,SOSIO,SPIRITUAL
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya. Apakah ada
dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul ketautan akan kesadaran,
rasa cemas. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Karena klein
harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak
pada status ekonomi kilen, karena biaya perawatan dan pengobatan
memerlukan dana yang tidak sedikit. Cedera otak memerlukan dana
pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi
dan pikiran klein dan keluarga.
7. PENGKAJIAN FISIK
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat bergguna untuk mendukung
data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
persistem ( B1-B6 ).
Keadaan Umum
Pada keadaan cedera otak umumnya mengalami penurunan
kesadran ( cedera otak ringan GCS 13-15, cedera otak sedang GCS 9-
12, cedera otak berat GCS <8 ) dan terjadi perubahan pada tanda-tanda
vital.
B1 ( Breathing )
Sistem pernafasan bergantung pada gradasi dari perubahan jaringan
serebral akibat trauma kepala. Akan didapatkan hasil:
Inspeksi : Didapatkan klien batuk. Peningkatan produksi sputum,
sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi
pernafasan.
Palpasi : Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
akan didapatkan apabila melibatkan trauma pada rongga thoraks.
Perkusi : Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan
melibatkan trauma pada thoraks.
Auskultasi : Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, ronkhi
pada klein dengan pengingkatan produksi sekret dan kemampuan
batuak yang menuurn sering didapatkan pada klien cedera kepala
dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
B2 ( Blood )
Pada sisitem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik yang
sering terjadi pada klien cedera otak sedang sampa cedera otak berat.
Dapat ditemukan tekanan darah normal atau berubah, bradikardi,
takikardi, dan aritmia.
B3 ( Brain )
Cedera otak menyebabakan berbagai defisit neurologi terutama
disebabkan pengaruh peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya
perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma,
dan epidural hematoma. Pengkajian tingkat kesadaran dengan
menggunakan GCS.
B4 ( Bladder )
Kaji keadaan urin meliputi waran, jumlah, dan karakteristik.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi urine dapat terjadi
akibat menurunnya perfusi ginjal. Setelah cedera kepala, klien mungkin
mengalami inkontinensia urinw karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
B5 ( Bowel )
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual, muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
dihubungkan dengan adanya peningkatan produksi asam lambung. Pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
B6 ( Bone )
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh
ekstremitas. Kaji warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit. ( Arif
Muttaqin, 2008 )
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah,
edema serebral.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (
cedera pada pusat pernafasan otak).
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan persepsi atau
kognitif.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau
kognitif.( Doengose, 2000 )
4. IMPLEMENTASI
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap penilaian dari tindakan yang telah direncanakan.
Untuk malsalah kegawatdaruratan hipoglikemi ini adalah kesadaran klien dapat
kembali seperti semula, cairan dalam tubuh terpenuhi dan tanda-tanda vital
klien normal
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, J. Elzabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Edisi revisi 3. Jakarta. EGC
Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta. EGC
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta. EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta.
FORMAT PENGKAJIAN TRIAGE
Hasil Pemeriksaan Tanda vital: TD:100/60 mmHg, Frek Nadi: 84X/m, Frek Nafas: 18 x/m, Suhu 36,7°C
PENGKAJIAN TRIAGE
Nama :Tn.A No. RM :456XXX
Tanggal :50-10-2020 Jam:17.00 Jenis Kelamin : L
PENGKAJIAN MERAH KUNING HIJAU
Jalan Nafas □ Obstruksi /Partial Obstruksi Paten □ Paten
Pernafasan □ Distress Nafas Berat/Henti Nafas Distress nafas ringan-sedang □ Normal
Sirkulasi □ Gangguan hemodinamik berat/perdarahan Gangguan hemodinamik sedang-ringan □ Stabil
tidak terkontrol
GCS □<9 9-14 □ 15
Nyeri Sedang-berat □ Tidak nyeri – ringan
Nyeri dada akut
Nyeri dada tidak dipengaruhi aktivitas
Nyeri dada dijalarkan
Kondisi Mental Tidak kooperatif □ Kooperatif
Resiko Penularan □ Batuk > 2 minggu dengan demam dan sesak
Infeksi □ Rujukan dengan suspek/konfirmasi airnborne desease
□ Tidak berisiko airborne desease
Berdasarkan Australian Triage Scale (Modifikasi)
□ Merah □ Anestesi bersama tim □ Isolasi
Diteruskan kepada □ Kuning □ Anak □ Bedah □ Non Isolasi
□ Kebidanan □ Syaraf
□ Penyakit dalam □ Jantung
□ Hijau □ Umum
Tanda Tangan Petugas Triage
Nama:
PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Riwayat Penyakit Lalu : Pasien mengatakan pernah jatuh dari sepeda klas 2 SMP dan mengalami patah tulang
pada tangan kiri,lalu pasien dirawat dirumah sakit dan pulang untuk melanjutkan pengobatan
tradisional
Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dan orang tua mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TB
paru,Diabetes dan Hipertensi) tetapi hanya menderita demam dan batuk pilek biasa.
Mekanisme injuri :-
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PRIMER
A. Airway
Paten Tidak paten: Snoring/ Gargling/ Stridor/ Benda asing. Lainnya:
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif
B. Breathing
Irama nafas : Reguler Irreguler
Suara nafas : Vesikuler Wheezing Ronchi Crackles Redup
Pola nafas : Apneu Dispneu Bradipneu Takipneu Orthopneu
Jenis nafas : Pernafasan dada Pernafasan perut
Penggunaan otot bantu nafas: Tidak ada Ada: Retraksi dada/ Cuping hidung
Frekuensi nafas 18 kali/menit.
Masalah Keperawatan: Pola nafas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
C. Circulation
Akral : Hangat Dingin Pucat: Ya/ Tidak
Cianosis : Tidak Ya Pengisian kapiler: <2 detik/ >2 detik
Tekanan darah: …… 100/ 60 mmHg
Nadi : Teraba: 84 kali/menit Tidak teraba Kelembapan
kulit: Lembap Kering
Turgor kulit : Normal Kurang
Perdarahan : Tidak Ya: Lokasi perdarahan: Perdarahan dari hidung
Adanya riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besar: Diare/ Muntah/ Luka bakar/
Perdarahan
Grade:-
Masalah Keperawatan:
Ketidakefektifan perfusi jaringan
cerebral
Intoleran aktivitas
Gangguan komunikasi
verbal Resiko jatuh
E. Exposure
Adanya luka : Tidak Ya, Lokasi luka: kaki kanan dan paha kiri
Pengkajian nyeri :
Provoke/ penyebab : Kecelakaan lalu lintas
Quality/ kualitas : luka jahit
Region/ area : kaki kanan dan paha kiri
Scale/ skala : 6-7
Time/ waktu munculnya : menetap
O
Suhu 36,7 C
Masalah Keperawatan: Nyeri
Hipertermi
Hipotermi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN SEKUNDER Jam : 17.00
1. Keadaan umum
Keadaan umum lemah,pasien terbaring diatas
tempat tidur,kesadaran secara kualitatif
somnolen,keadaan secara
kuantitatif dengan GCS: E:3.V:5,M:5,total
13,pasien hanya mau tidur saja,bengkak pada
mata kanan dan tampak kebiruan,luka jahit
pada alis mata kanan dan pada dahi.keluar darah
dari hidung pada saat kecelakaan.Terdapat luka
jahit pada kaki kanan dan paha kiri,pasien
tampak meringis kesakitan.Terpasang cairan
infus Ringer Laktat 12 tetes/menit pada tangan
kanan.
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah:100/60 mmHg posisi
berbaring,Nadi:84 x/menit, irama teratur dan
kuat,Suhu:36,4oC/axila, Pernapasan:18x/menit,
irama teratur,Akral:teraba hangat,Mean
Preassure Arteri (MAP):73,Pulse
Preassure (PP):40.
3. Body Sistem
a) Breathing
Bentuk hidung simetris,tidak ada cairan yag
keluar,terdapat sisa darah yang kering,tidak ada
luka lecet pada hidung,pada leher,posisi trakea
berada ditengah.
Bentuk dada simetris,tidak ada luka lecet,tidak
ada retraksi dinding dada,RR:18 x/menit irama
teratur.Palpasi hidung: tidak ada nyeri tekan,
perkusi:,auskultasi: bunyi kedua lapang paru
vesikular.
b) Blood
Pasien tampak pucat,mukosa bibir kering,tidak
ada fraktur danperdarahan aktif.Pada jantung
terdapat denyutan normal,denyutan lebih
terlihat pada bagian apikal jantung,tidak ada
pembengkakan,detak jantung keras,Capilarry
Refill Time (CRT) < 2 detik,akral teraba
hangat. Mean Pressure Arteri(MAP):73mmHg.
Pulse Preassure : 40mmHg. Auskultasi:Bunyi
yang dihasilkan saat perkusi adalah bunyi redup
dan saat auskultasi ditemukan bunyi jantung S1
dan S2 tunggal.
c) Brain
Tingkat kesadaran secara kwalitatif
somnolen,secara kuantitatif GCS: E:3,V:5,M:5
total 13.Saat dilakukan pemeriksaan Nervus I
(sensori) :pasien dapat membedakan
bau alkohol pada kapas alkohol.Nervus II untuk
sensori pemeriksaan pupil pada mata kiri
miosis.Nervus III (Okulomotorik:traklear dan
abdusen):secara motorik,pasien dapat menutup
mata dengan rapat, Nervus IV (Trigenimus):Tid
ak dapat diukur.Nervus V (saraf facial)
motorik:saat diminta tersenyum pasien dapat
tersenyum,sensorik:pasien dapat membedakan
rasa asin dan manis. Nervus VII (glosovfaringea
l) secara motorik:pasien dapat menelan air yang
minum, secara sensorik: pasien dapat
membedakan rasa pahit dan asam. Nervus IX
(asesorius):pasien dapat menggerakkan bahu
keatas.Nervus X (hipoglasus) motorik:lidah
tampak simetris dan tidak tremor,pasien dapat
menyebut huruf L,T,D dan N.Nervus XI
motorik:pasien dapat menoleh kekiri dan
kekanan.Nervus XII motorik:lidah tidak
mengalami perubahan.
d) Bladder
Perut tampak simetris,tidak ada jejas,tidak ada
luka lecet,tidak ada distensi kandung
kemih,tidak terpasang kateter dan menurut
pasien BAK 1 kali warn kuning,tidak ada nyeri
saat BAK.Saat palpasi tidak ada nyeri tekan.
e) Bowel
Pada bibir tidak ada luka lecet,mukosa bibir
kering,gigi tampak kotor,pada perut tidak ada
bayangan vena,bising usus 6-7 kali/menit,tidak
teraba massa,tidak ada nyeri tekan pada
perut,tidak ada distensi kandung
kemih,perkusi:bunyi timpani,menurut keluarga
sejak pasien masuk kemarin pasien belum BAB.
f) Bone.
Tulang: Pada akstremitas atas, tidak mengalami
fraktur dan perdarahan aktif.Pada ekstremitas
bawah,pada kaki kanan dan paha kiri terdapat
luka jahit.
Otot:Tidak ada memar,pergerakan
terbatas ,kekuatan otot ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah gerak aktif, kekuatan otot
nilai 5.
Integumen:terdapat luka jahit pada alis mata
kanan dan dahi serta paha kiri dan kaki
kanan,bengkak pada mata kanan dan tampak
kebiruan.Turgor kulit kering,kulit tampak kotor
dengan sisa darah yang sudah kering.Pada tubuh
warna kulit sawo matang,akral teraba hanga
H. History
Allergies : Tidak ada
Events :-
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
(Jika Tersedia, Lampirkan Data Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang)
EKG : YA Tidak
Laboratorium : YA Tidak
GDA : YA Tidak
Radiologi YA Foto polos:AP/lateralis.Thorax:AP Tidak
DO:
Keadaan umum lemah
kesadaran secara kualitatif somnolen,
keadaan secara kuantitatif
GCS: E:3.V:5,M:5,total 13 Pasien hanya
mau tidur saja
Tampak bengkak pada mata kanan dan
tampak kebiruan
Terdapat luka jahit pada alis mata kanan dan
pada dahi.
Tampak keluar darah dari hidung pada saat
terjadi kecelakaan.
Terdapat luka jahit pada kaki kanan dan paha
kiri, pasien tampak meringis kesakitan.
Tanda-tanda vital:
Nadi :84 x/menit, irama teratur dan kuat.
Pernapasan:18 x/menit, Irama teratur.
Tekanan darah:100/60 mmHg posisi
berbaring.
Mean Preassure Arteri
(MAP):73, Pulse Preassure
(PP) :40.Capilary Refill Time
(CRT) < 2 detik.
DS: Pasien mengatakan sakit pada kepala dan luka
Trauma jaringan dan refleks spasme otot Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Akut
jahitan di kaki kanan dan di paha kiri sekunder
DO:
Keadaan umum lemah
kesadaran secara kualitatif somnolen
Tampak bengkak pada mata kanan dan
tampak kebiruan
Terdapat luka jahit pada alis mata kanan dan
pada dahi.
Tampak terdapat luka jahit pada kaki kanan
dan paha kiri, pasien tampak meringis
kesakitan, skala nyeri 7-9 (berat).
DO:
Keadaan umum lemah.
Kulit tampak kotor dengan sisa darah yang sudah
kering pada muka, kaki dan tangan.
Gigi tampak kotor.
Kekuatan otat ekstremitas atas dan bawah aktif,
nilai 3
PRIORITAS MASALAH
KEPERAWATAN
1 Gangguan Perfusi Jaringan Otak Berhubungan Dengan Trauma Kepala 5 oktober 2020
2 Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Berhungan Dengan Trauma Jaringan Dan 5 oktober 2020
Refleks Spasme Otot Sekunder
3 Defisit Perawatan Diri Berhubungan Dengan Kelmahan Fisik 5 oktober 2020
Perawat
NAMA
DAN TTD
N PERAWA
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
N INTERVENSI (SIK1.01011) T
KEPERAWATAN HASIL
O
1 Perfusi
Resiko Setelah di lakukan tindakan Alfonsa
1 Jaringan Otak keperawatan selama 3x24 jam 1. Mengukur tanda-tanda vital
di harapkan pasien dapat
Berhubungan Den 2. Pantau dan catat status
menunjukan
gan Trauma Perfusi keserebral yang neurologis secara teratur dan
Kepala
adekuat dengan kriteria hasil : bandingkan dengan nilai standar
Keadaan umum (GCS)
membaik. 3. Kaji perubahan pada
Kesadaran secara penglihatan,seperti adanya
kualitatif composmenti penglihatan kabur,ganda,lapang
s dan secara kuantitatif pandang yang menyempit dan
GCS,E:4,V:5,M:6 total pengalaman persepsi.
15 4. Kolaborasi obat sesuai instruksi.
Bengkak pada mata .
berkurang
Tidak keluar darah dari
hidung.
Tanda-tanda vital
dalam batas normal:
Tekanan darah:130/80
mmHg,nadi:60-100
x.menit, Respirasi
rate:16-24 x/menit.
2
Gangguan Rasa Setelah di lakukan tindakan
2 Nyaman Nyeri keperawatan selama 3x24 jam Manajemen Nyeri Alfonsa
berhubungan di harapkan nyeri persendian Tindakan
menurun Kaji karakteristik nyeri
dengan Trauma Kriteria hasil: Identifikasi skala nyeri
Jaringan Dan Identifikas respon nyeri non
Kemampuan
Refleks Spasme verbal.
menuntaskan aktivitas
Otot Sekunder meningkat Identifikas faktor yang
Keluhan nyeri memperberat dan
menurun memperingan nyeri.
Meringis menurun Identifikas pengetahuan dan
Ketegangan otot keyakinan tentang nyeri
menurun Ajarkan teknik distraksi dan
rileksasi
Berikan posisi yang nyaman
Memberikan obat peredah
nyeri
Monitor efek samping
penggunaan analgesik
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis,untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang Alfonsa
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istrahat dan tidur
Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri.
Edukasi
Jelaskaan penyebabdan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredahkan
nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
2 secara mandiri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik,jika perlu
3 Defisit Perawatan Setelah di lakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri
Diri Berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Tindakan
Dengan Kelemaha jam di harapkan klien mampu Observasi
n Fisik beraktivitas secara mandiri Identifikasi kebiasaan aktivitas
Kriteria Hasil perawatan diri sesuai usia
1. Kemampuan mandi Monitor tingkat kemandirian
meningkat Identifikasi kebutuhan alat
2. Kemampuan
menggenakan pakaian bantu kebersihan
2 meningkat diri,berpakaian,berhias dan
3. Kemampuan makan makan
meningkat
4. Kemampuan ke toilet Terapeutik
(BAK/BAB) Sediakan lingkungan yang
meningkat terapeutik
5. Mempertahankan Siapkan keperluan pribadi
kebersihan diri Dampingi dalam melakukan
meningkat perawatan diri sampai mandiri
6. Mempertahankan Fasilitasi untuk menerima
kebersihan mulut
keadaan ketergantungan
meningkat
Fasilitasi kemandirian,bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi
Anjurkan melakukan
3 perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
3
IMPLEMENTASI DAN
EVALUASI