Anda di halaman 1dari 113

PENGKAJIAN M 1-M5 MANAJEMEN KEPERAWATAN

DIRUANG 22 RSSA KOTA MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners Departemen


Manajemen Keperawatan

KELOMPOK 1

HIZKIA INDRIANI PIGE RADE SAIRO


HERON SAPU BAYU ROLIYANTO
DENPIANA NATALIA R. K LOLO SARI MAWAHDAH
LENI MARLINA MILLA SEWIROSNA WOLLA WUNGA
LORENSIUS UMBU ANDING YUSMAH
LUKAS BAYO WOLLA

PROGRAM STUDDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020

KATA PENGANTAR

47
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat,dan Karunianya yang tiada terhingga, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas manajemen keperawatan M1-M5 di ruangan 22 Rumah Sakit
Saiful Anwar Kota Malang Ruangan, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusunaan tugas ini dimaksudkan bukan hanya untuk memenuhi tugas
Keperawatan manajemen tetapi juga sebagai pedoman untuk menambah
pengetahuan kami.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak


kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu demi kesempurnaan, kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik. kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami dan para pembaca pada umumnya.

Malang, 20 Juli 2020

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

48
1.1 LATAR BELAKANG
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Nursalam, 2013). menyatakan manajemen keperawatan

merupakan suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan

menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam

memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada

individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat

melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(Asmuji 2014).

Menurut Freeman dan Gilbert (1996) dalam Schlosser (2003)

terdapat beberapa elemen utama dalam fungsi manajemen keperawatan

diantaranya yaitu planning, organizing, actuating (coordinating &

directing), staffing, leading, reporting, controlling dan budgeting. Unsur

manajemen (Tool Of Management) biasa dikenal dengan (6 M) yaitu

1. Men, tenaga yang dimanfaatkan.

2. Money, anggaran yang dibutuhkan.

3. Materials, bahan atau material yang dibutuhkan.

4. Machines, mesin atau alat yang digunakan dalam berproduksi.

5. Methode, cara yang digunakan dalam bekerja.

6. Market/ Marketing, pasar/ pemasaran hasil produksi yang dihasilkan

Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak


aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara
efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf

49
keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian tugas,
kerjasama, dan koordinasi sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan
yang optimal. Oleh karena itu manejer keperawatan perlu menetapkan
kerangka kerja,yaitu dengan cara: mengelompokan dan membagi kegiatan
yang harus dilakukan, menentukan jalinan hubungan kerja antara tenaga dan
menciptakan hubungan antara kepala-staf melalui penugasan, delegasi dan
wewenang. Dalam model pengembangan praktik keperawatan profesional
peran dan fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting sehingga
kompetensi kepemimpinan dan manajemen yang mutlak dibutuhkan karena
kemampuan itu manajer kepala ruang akan diuji untuk menata
pengorganisasian staf dan menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien sebagai refleksi pelaksanaan praktik keperawatan profesional.
Peran dan fungsi kepala ruang sangatlah penting dalam melakukan
pengaturan organisasi dalam sebuah bangsal di suatu rumah sakit. Peran dan
fungsi kepala ruang antara lain mengidentifikasi masalah, merencanakan
fungsi ketenagaan, merencanakan pengorganisasian, melakukan pengarahan
dan melakukan pengendalian organisasi. Sedangkan menajer sendiri yang
berartiseseorang yang tanggung jawab utamanya adalah melakukan proses
manajemen dalam suatu organisasi memiliki tugas dan fungsi antara lain peran
interpersonal,peran pemberi informasi serta peran pengambilan keputusan.
Rumah Sakit Saiful Anwar adalah rumah sakit milik pemerintah, y ang
merupakan rumah sakit rujukan di kabupaten Malang yang memberikan
pelayanan berdasarkan visi dan misi yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit
untuk melayani dengan baik.
Manajemen keperawatan di RSSA Malang ruangan 22 adalah
manajemen keperawatan dengan kerja sama tim, dimana ada kepala ruangan,
ketua TIM dan perawat pelaksana. Seluruh perawat bekerja sesuai sift yang
sudah di bagikan dan bekerja sesuai SOP rumah sakit saiful anwar dan
didalam 1 ruangan terdapat 3-4 bad sehingga semua pasien tidak ada yang
tingkat ketergantungan nya mandiri atau parsial, semua pasien tingkat
ketergantungan total care.

50
Berdasarkan hasil observasi sistem manajemen yang dilakukan di Ruang
22 pada tanggal 20 juli 2020, sistem pemberian asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien masih menggunakan kombinasi metode tim dengan
metode fungsional. Didalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) sudah dilakukan pelaksanaan unsur-unsur MAKP
misalnya timbang terima, sentralisasi obat, supervisi, dokumentasi dan
discharge planning.
Tetapi ada beberapa hal yang belum dilaksanakan secara optimal. Seperti
kurang optimal dalam melakukan timbang terima yang dari situ
mengakibatkan kurangnya pengendalian dan pemantauan yang baik, yang
mengakbatkan banyak resiko yang terjadi.
Berdasarkan fenomena diatas, maka mahasiswa program studi Ners
UNITRI akan menerapkan Model praktik asuhan keperawatan professional
dengan metode pemberian asuhan keperawatan MAKP Team, dimana
pelaksanaannya dimulai tangga 20 Juli 2020 yang melibatkan semua pasien
kunjungan di ruang 22, dan bekerjasama dengan perawat yang bertugas di
ruang tersebut.

1.2 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Tempat praktek mahasiswa profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
dilaksanakan di Ruang 22 RSSA Malang pada tanggal 20 juli 2020
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa di
harapkan dapat menerapkan prinsip –prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan MAKP dengan model asuhan keperawatan TIM di
ruang 22 RSSA Malang
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan, mahasiswa
mampu:
a. Melaksanakan pengkajian di Ruang 22.
b. Mampu menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang 22.

51
c. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT
d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): Ketenagaan (M1), Sarana
Prasarana (M2), Metode (M3) yang terdiri dari: Timbang Terima, Penerimaan
Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning,
Dokumentasi Keperawatan, Keuangan (M4), Mutu (M5).
e. Melaksanakan Asuhan keperawatan sesuai dengan salah satu model yang
telah ditetapkan
f. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesinal.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Ruangan
Optimalisasi manajemen keperawatan diharapkan dapat meningkatkan
mutu asuhan keperawatan khususnya di Ruang 22 sehingga meningkatkan
mutu pemberian asuhan keperawatan oleh perawat dan tingkat kepuasan
pasien meningkat.
1.4.2 Bagi Perawat
Usaha manajemen keperawatan diharapkan dapat meningkatan mutu
pelayanan kesehatan yang optimal bagi pasien.
1.4.3 Bagi Pasien
Mendapatkan kepuasan dalam pelayanan kesehatan semakin optimal dan
maksimal
1.4.4 bagi keluarga
Keluarga bisa merasakan kepuasan akan layanan dan kualitas pelayanan
rumah sakit dan mempermudahkan keluarga dalam hal administrasi,
sehingga pasien cepat pulih dan berkumpul bersama keluarga.
1.4.5 Bagi mahasiswa
Usaha mengoptimalkan manajemen keperawatan diharapkan dapat
meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa dalam
penyusunan asuhan keperawatan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

52
2.1 Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2011). Muninjaya dalam Nursalam (2011)
menjelaskan bahwa manajemen keperawatan merupakan gabungan antara
ilmu dan seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efektif,
efisien dan rasional untuk mencapai tujuan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Manajemen keperawatan dalam rumah sakit adalah tindakan perawat
yang meliputi penangana administratif pasien seperti pengurusan pasien saat
masuk ke rumah sakit, pengisian dokumen catatan medik dan membuat
penjadwalan proses pemeriksaan dan pengobatan pasien. Selain itu dalam
manajemen keperawatan, seorang perawat membuat penggolongan pasien
sesuai dengan berat atau ringannya penyakit dan kemudian mengatur
pekerjaan perawat secara optimal sekaligus memonitor mutu pelayanan
kepada pasien serta melakukan manajemen ketenagaan dan logistik
keperawatan yang meliputi staffing, schedulling, assigment dan budgeting
(Adhitama, 2009).
Menurut Gillies dalam Adhitama (2009) Manajemen Keperawatan
dijelaskan sebagai tugas khusus yang harus dilaksanakan pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengerakkan serta
mengawasi sumber daya yang ada. Sumber daya tersebut mencakup sumber
daya manusia dan dana sehinggga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik pada pasien, keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka manejemen keperawatan
adalah suatu proses manajemen yang dilakukan oleh anggota staf
keperawatan yang dilakukan dengan merencanakan, mengorganisasikan
danmenggunakan sumber daya manusia secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu pelayanan
keperawatan mempunyai tujuan yaitu dapat meningkatkan dan
mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit, meningkatkan penerimaan
masyarakat akan pelayanan keperawatan, mendidik perawat agar profesional

53
dan bertanggung jawab, dapat meningkatkan hubungan dengan pasien atau
keluarganya dan masyarakat, meningkatkan kegiatan umum untuk
menciptakan kepuasan pasien, mampu meningkatkan komunikasi antar staf
serta mampu meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf.

2.2 MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional )


Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip
nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/ jas pelayanan
keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu
pengambil keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat
terwujud (Nursalam, 2016).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal
penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan (Nursalam, 2016).

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP


a. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu berbicara
mengenai kualitas. Kualitas sangat diperlukan untuk:
1. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen
2. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
3. Mempertahankan eksistensi institusi.
4. Meningkatkan kepuasan kerja.
5. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan.

54
6. Menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar.
b. Tujuan MAKP
Menurut Keliat (2010) ada beberapa tujuan MAKP yaitu :
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan olehtim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan

c. Standar Praktik Keperawatan


Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh DEPKES RI dalam
Nursalam (2016) yang terdiri atas beberapa standar, yaitu:
1. Menghargai hak-hak pasien.
2. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit/MRS.
3. Observasi keadaan pasien.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
5. Asuhan pada tindakan non operatif dan administrative.
6. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur infasi.
7. Pendidikan pada pasien dan keluarga.
8. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan
keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14
kebutuhan dasar manusia dari Henderson), meliputi:
1. Oksigen
2. Cairan dan elektrolit
3. Eliminasi
4. Keamanan
5. Kebersihan dan kenyamanan fisik
6. Istirahat dan tidu
7. Aktivitas dan gerak
8. Spiritual
9. Emosional
10. Komunikasi
11. Mencegah dan mengatasi risiko psikologis

55
12. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
13. Penyuluhan
14. Rehabilitas (Nursalam, 2016).
d. Model Praktik
1. Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional (ners) mempunyai wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi dan
legislasi keperawatan.
2. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan atau asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan
rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit
atau melalui pengikut sertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.
3. Praktik Keperawatan Kelompok
Dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan
praktik keperawatan rumah sakit dan rumah, beberapa perawat profesional
membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang
memerlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi berbagai bentuk
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Bentuk praktik
keperawatan ini dipandang perlu di masa depan, karena adanya pendapat
bahwa perawat rumah sakit perlu dipersingkat, mengingat biaya perawatan
di rumah sakit diperkirakan akan meningkat.
4. Praktik Keperawatan Individual
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang
diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional
senior dan berpengalaman secara sendiri atau perorangan membuka
praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan
keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan masyarakat yang

56
memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh
kelompok atau golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari
fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah
(Nursalam, 2016).
5. Managerial Grid
Fokus metode manajemen ini menitik beratkan pada perilaku
manager yang menekankan pada produksi dan manusia. Adanya komitmen
yang tinggi pada anggota kelompok dalam mencapai tujuan organisasi dapat
mengurangi kompetisi antar anggota kelompok dan komunikasi serta
kebersamaan dapat ditingkatkan, sehingga akan dapat dicapai tujuan
organisasi yang optimal (Blake & Mouton, 1964 dikutip oleh Grant, A.B. &
Massey, V. H, 1999).

2.2.2 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Profesional (MAKP)
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat
ditentukan oleh penentuan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan (MAKP)
Ada beberapa metode system pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien. Mc Laughin, Thomas dan Barterm (1995) dalam Nursalam
(2016) mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi
model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan
total, keperawatan tim dan keperawatan primer.
b. Jenis Model Asuhan Keperawatan (MAKP)
1. Fungsional (bukan model MAKP profesional)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat,
maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya,

57
merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal (Nursalam,
2016).

Kepala ruang

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


pengobatan pengobatan pengobatan pengobatan

Pasien/Klien

Bagan 1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Fungsional (Marquis dan Houston,
1998:138;Nursalam, 2016)
Kelebihannya:
1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
Kekurangan:
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja (Nursalam, 2016).
2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.

58
Kepala ruang

Ketua tim
Ketua tim Ketua tim

Anggota
Anggota Anggota

Pasien/klien
Pasien/klien Pasien/klien

Bagan 2 Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team


Nursing“ (Marquis & Huston, 1998: 138; Nursalam,
2016)
Kelebihannya:
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya:
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam membentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu – waktu sibuk.
Konsep metode tim:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
bila didukung oleh kepala ruangan.

59
Tanggung jawab anggota tim:
1. Memberi asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawab.
2. Kerja sama anggota tim dan antar tim.
3. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
1. Membuat perencanaan.
2. Membuat penugasan, supevisi dan evaluasi.
3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
ketergantungan pasien.
4. Mengembangkan kemampuan anggota.
5. Manyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruangan
a. Perencanaan :
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
2. Mengikuti serah terima pasien pada sift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi dan
persiapan pulang, bersama ketua tim.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan.
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7. Membantu pengembangan niat pendidikan dan latihan diri.
8. Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
9. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian :
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2. Merumuskan tujuan metode penugasan.
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.

60
4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi dua ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
6. Mengatur dan mengenalikan logistik ruangan.
c. Pengarahan :
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
4. Menginformasikan hal-hal yangn di anggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan kepada pasien.
5. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
6. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota lain.
d. Pengawasan :
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
2. Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri,atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
c) Evaluasi
d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
e) Audit keperawatan (Nursalam, 2016).

61
3. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinsai asuhan keperawatan selama pasien
dirawat(Nursalam, 2016).

Tim Medis Kepala Ruangan Sarana RS

PPI PPI
PA 1 PA 1
PA 2 PA 2

Pasien Pasien

Bagan 3 Pengembangan MAKP (Nursalam, 2016)


Tugas Perawat Primer:
1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
2. komprehensif.
3. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
4. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
5. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain.
6. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
7. Menerima dan menyesuaikan rencana.
8. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.

62
9. Melakukan rujukan pada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat.
10. Membuat jadwal perjanjian klinik.
11. Mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruangan/bangsal dalam metode primer:
1. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.
2. Orentasi dalam merencanakan karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
4. Evaluasi kerja.
5. Merencanakan/menyelengarakan pengembangan staf.
6. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.
Ketenagaan metode primer:
1. Setiap perawat primer adalah perawat “Bed Side“.
2. Beban kasus 4-6 orang untuk 1 perawat primer.
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional.
Kelebihan:
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
3. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
(Gillies, 1989; Nursalam, 2016).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan
komprehensif.
Kelemahannya:

63
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
ilmu.
Konsep dasar metode primer:
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b. Ada otonomi.
c. Ketertiban pasien dan keluarga.
4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus, seperti; isolasi,
intensif care.
Kelebihan:
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus.
2. Sistem evaluasi dari manajerial mudah.
Kekurangannya:
1. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama

Kepala ruamgan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Bagan 4 Sistem asuhan keperwatan “Case Method


Nursing” (Marquis & Huston 1998: 136; Nursalam, 2016).
5. MAKP Tim – Primer

64
Model MAKP tim danprimer digunakan secara kombinasi dari kedua
system. Menurut Sitorus (2002) dalam Nursalam (2016) penetapan system
model MAKP didasarkan pada beberapa alas an berikut :

1. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai


perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
Keperawatan atau setara.
2. Metode tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Melalui kombinasi kedua metode tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer /
ketua tim

Kepala Ruangan

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA
PA PA PA

7 – 8 pasien 7 – 8 pasien 7 – 8 pasien 7 – 8 pasien

Bagan 5 Metode Tim primer (Modifikasi) (Nursalam, 2016).

65
Keterangan : PP (Perawat Primer), PA (Perawat Pelaksana).

2.3 Timbang Terima


Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dalam
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektifitasannya adalah saat pergantian
shift (timbang terima pasien). Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau
cara untuk menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum, dan perkembangan pasien saat
itu. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat
primer (penanggung jawab) dinas sore / dinas malam secara tertulus maupun lisan
(Nursalam, 2016).
2.3.1 Tujuan
2.3.1.1 Tujuan umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
2.3.1.2 Tujuan Khusus
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien (data fokus)
2. Menyampaikan hal sudah / belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
3. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya (Nursalam, 2016).
2.3.2 Metode Pelaporan
1. Perawat pelaksana melaporkan langsung kepada perawat pelaksana
selanjutnya dengan membawa laporan timbang terima.
2. Timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat, kemudian dilanjutkan
dengan mengunjungi klien satu persatu terutama pada klien- klien yang
memiliki masalah khusus serta memerlukan observasi lebih lanjut.

66
3. Melakukan supervisi dan penekanan asuhan keperawatan serta rencana
tindakan keperawatan (Nursalam, 2016).
2.3.3 Manfaat Timbang Terima
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangn pasien secara paripurna.
2. Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap (Nursalam, 2016).
2.3.4 Prosedur Timbang Terima
1. Persiapan
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan.
b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
c. PA/PP menyampaikan timbang terima pada PP (yang menerima
pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan pada
timbang terima:
1) Aspek umum yang meliputi M1 s/d M5.
2) Jumlah pasien.
3) Identitas klien dan diagnosis medis.
4) Data ( keluhan/subjektif dan objektif).
5) Masalah keperawatan yang masih muncul.
6) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum).
7) Intervensi kolaboratif.
8) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan dan lain-lain).

67
2. Pelaksanaan
a. Nurse Station
1) Kedua kelompok dinas sudap siap (shift jaga).
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga
(NIC).
5) Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah
ditimbangterimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas.
b. Di Bed Pasien
1) Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan kebutuhan
dasar pasien.
2) Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/ belum
dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya selama masa
keperawatan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
c. Post - Timbang terima
1) Diskusi
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
format timbang terima yang ditanda tangani oleh PP yang jaga saat
itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala ruang.
3) Ditutup oleh karu (Nursalam, 2016).
2.3.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima
1. Dilaksanakan tepat pada pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien

68
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi klien. Suatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2016)
2.3.6 Alur Timbang – Terima

SITUATION

Data Demografis Diagnosis Keperawatan


Diagnosis Medis (Data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assesment :
KU;TTV;GCS;Skala Nyeri;Skala
Risiko Jatuh; dan ROS (poin yang
penting)

Rekomendation :
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi Baru

Bagan 2.2. 6 Alur Timbang Terima (Nursalam, 2016).

2.4 Ronde Keperawatan

69
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor,
kepala ruangan, perawat assosiate yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan (Nursalam, 2016).
Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1. Pasien dilibatkan secara langsung.
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5. Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.4.1 Tujuan:
2.4.2 Tujuan Umum:
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan
diskusi.
2.4.3 Tujuan Khusus:
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis.
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja(Nursalam, 2016).
2.4.4 Manfaat:
1. Masalah pasien dapat teratasi.
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3. Terciptanya komunitas keperatawan yang profesional.
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.

70
5. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar(Nursalam, 2016).
2.4.5 Kriteria Pasien:
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka(Nursalam, 2016).
2.4.6 Metode:
Diskusi

2.4.7 Alat bantu:


1. Sarana diskusi: buku, pulpen.
2. Status/ dokumentasi keperawatan pasien.
3. Materi yang dilaksanakan secara lisan(Nursalam, 2016)
2.4.8 Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
Tahap
RONDEPra

1. Penetapan Pasien

2. Persiapan Pasien
1) Informed Consent
2) Hasil
pengkajian/Validasi
data
1) Apa diagnosis keperwatan?
TAHAP 2) Apa data yang
PELAKSANAAN DI mendukung?
Tahap STATION
NURSE Pelaksanaan- 3. Penyajian masalah 3) Bagaimana Intervensi yang
sudah dilakukan?
Di Nurse Station 4) Apa hambatan ditemukan?

TAHAP RONDE 4. Validasi Data di Bed


Tahap
PADA BEDpelaksanaan
KLIEN Pasien

di kamar pasien
PP, Konselor,
KARU

71
Pascaronde
TAHAP PASCA 6. Kesimpulan dan 5. Lanjutan – Diskusi di
RONDE rekomendasi solusi Nurse Station
(nurse station) masalah

Bagan 2.2.6 Langkah-Langkah Ronde Keperawatan (Nursalam, 2016)


Keterangan:
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber atau literatur.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan pasien: inform consent dan pengkajian.
f. Diskusi: apa diagnosa keperawatan?; apa data yang mendukung?; bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan dan apa hambatan yang ditentukan selama
perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau
telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor tentang masalah
pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosa; intervensi
keperawatan selanjutnya (Nursalam, 2016).
2.3.9 Peran masing-masing anggota tim:
1. Peran perawat primer dan perawat associate:
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan.
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.

72
d. Menjelaskan hasil yang didapatkan.
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang
diambil.
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
2. Peran perawat konselor
a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reiforcement.
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
(Nursalam, 2016).
2.4.9 Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelunnya.
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan.
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
1) Menimbulkan cara yang berpikir yang kritis.
2) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.

73
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja(Nursalam, 2016).
2.5 Sentralisasi Obat
2.5.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2016).
2.5.2 Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana
dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan
pasien dapat terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering
mengapa pengelolaan obat perlu terpenuhi:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan
keamanan yang sama.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat “ untuk memberikan
terapi awal sesuai indikasi”.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan yang
membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif.
8. Tidak meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Nursalam, 2016).
2.5.3 Teknik Pengelolaan Obat
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.

74
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk .
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan Obat
a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat / bidan dan
obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat /
bidan dengan menerima lembar terima obat.
b. Perawat / bidan menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan ( bila perlu ) dalam kartu kontrol dan diketahui (ditanda
tangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga
atau pasien selanjutnuya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana
obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5 T (jenis, dosis,
waktu, pasien dan cara pemberian).
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mandapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat / bidan
dalam kotak obat (Nursalam, 2016).
4. Pembagian Obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat /
bidan dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang
diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat / bidan menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat/wadah
obat kembali ke perawat / bidan setelah obat dikonsumsi. Pantau efek
samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruang atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat.

75
e. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga
dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada
dokter penanggung jawab pasien (Nursalam, 2016).
5. Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam,
2016).
6. Obat Khusus
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu/sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan saksi dari keluarga saat
pemberian obat (Nursalam, 2016).
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat menjadi staf
mengenai obat dengan cara-cara berikut ini:
1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada
semua staf.
2) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan di dinding.
3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat.

76
4) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
5) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di
perpustakaan (Mc Mahon, 1999; Nursalam, 2016).
2.6 Alur pelaksanaan sentralisasi obat

2. Do 1. Koordinasi
kte dengan Perawat

PASIEN/ KELUARGA

FARMASI/APOTEK 1.Surat persetujuan


sentralisasi obat dari
perawat
PASIEN/ KELUARGA 2.Lembar serah terima obat
3.Buku serah terima/ masuk
obat
PP/PERAWAT YANG MENERIMA

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN


OLEH PERAWAT

PASIEN/ KELUARGA

Bagan 2.4.4 Alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2016)

2.6 Discharge Planning


Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
social sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan
proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang
cukup untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri
dirumah. Perencanaan pulang didapatkan dari peruses interaksi ketika
keperawatan professional, pasien, dan keluarga berkolaborasi untuk
memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh

77
pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah pasien yaitu
pencegahan, terapiutik, rehabilitative, serta keperawatan rutin yang
sebenarnya (Nursalam, 2016).
2.6.1 Tujuan perencanaan pulang :
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahun dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat
(Nursalam, 2016)
2.6.2 Manfaat discharge planning
1. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumah sakit.
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas perawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasikan kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan rumah.
5. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit,
dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk
beberapa diagnosa.
6. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan
dirumah (Nursalam, 2016)
2.6.3 Prinsip –prinsip discharge planning
1. Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi

78
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul dirumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling bekerja
sama,
4. Perencaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang dideduaikan
dengan pengetahuan tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di
masyarakat
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system pelayanan kesehatan.
Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka perencaan pulang harus
dilakukan (Nursalam, 2016).
2.6.4 Hal–hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang
1. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan
serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dijalankan.
3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien
sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi dan lain-lain.
5. Jelaskan masalah yang timbul dan cara mengatasinya
6. Informasikan tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter, dan
pelayanan keperawatan, serta kunjungan rumah apabila pasien memerlukan
(Nursalam, 2016)
2.6.5 Mekanisme discharge planning
1. Pengkajian
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung

79
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Yaitu
untuk mengetahui problem, etiologi (penyebab), support  sistem (hal yang
mendukung klien sehingga dilakukan discharge planning).
3. Perencanaan
Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus
pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang
klien,yang disingkat dengan METHOD yaitu
a. Medication  (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment  (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya
aman.pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan
untuk kelanjutan perawatannya.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang, yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan.termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
perawatan kesehatan tambahan.
e. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.ia sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi  dalam discharge planning adalah pelaksanaan
rencana pengajaran referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus
didokumentsikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge
summary).intruksi tertulis diberikan kepada klien.demontrasi ulang harus

80
menjadi memuaska.klien dan pemberi perawatan harus memiliki
keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.
5. Cara Mengukur Discharge planning 
Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah
dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-
penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan,
serta apabila pasien diantarkan pulang sampai ke mobil atau alat
transportasi lainnya (The Royal Marsden  Hospital, 2004). Kesuksesan
tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan
tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan
rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini dapat dilihat
dari kesiapan pasien untuk menghadapi pemulangan, yang diukur dengan
kuesioner. 
6. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat
kerja proses discharge planning.perencanaan dan penyerahan harus
diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai.
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam
variable :
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan  sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
2.6.6 Langkah-langkah dalam perencanaan pulang
1. Pra discharge planning :
Perawat primer mengidentifikasi pasien yang direncanakan untuk
pulang.
a. Perawat primer melakukan identifikasi kebutuhan pasien yang
akan pulang
b. Perawat primer membuat perencanaan pasien pulang

81
c. Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga
2. Tahap pelaksanaan discharge planning:
a. Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan
lingkungan
b. Perawat primer dibantu perawat pelaksana melakukan
pemeriksaan fisik sesuai kondisi pasien.
c. Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan pasien dan keluarga untuk perawatan dirumah
tentang: aturan diet, obat yang harus diminum dirumah, aktivitas,
yang harus dibawa pulang, rencana kontrol, yang perlu dibawa
saat control, prosedur kontrol,jadwal pesan khusus.
d. Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk memcoba mendemonstrasikan pendidikan
kesehatan yang telah diajarkan
e. Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya bila belum mengerti.
3. Tahap post pelaksanaan discharge planing
a. Perawat primer melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang.
b. Perawat primer memberikan reinforcement atau reward kepada
pasien dan keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang
sudah dilaksanakan.
2.6.7 Alur Discharge Planning

Dokter dan tim Ners PP dibantu PA


kesehatan lain

Penentuan keadaan pasien:

1. Klinis dan pemeriksaan


penunjang yang lain
2. Tingkat ketergantunagn pasien

Perencanaan pulang

Program HE
Penyelesaian Lain-lain
1. Kontrol dan obat/nersan
administrasi
2. Nurtrisi
3. Aktivitas dan istirahat
4. 82 diri
Perawatan
Monitor

(sebagai program service safety)


oleh keluarga dan petugas

Bagan 2.5.7 Alur Perencanaan Pulang (Nursalam, 2016)


2.7 Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Huber, 2000:Nursalam, 2016). Supervisi keperawatan adalah
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan, dan peralatan agar mendapat
pelayanan yang bermutu setiap saat.
2.7.1 Tujuan Supervisi
Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga
dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik
(Nursalam, 2016). Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dalam tempo yang di berikan dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangn-kekurangan para
petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan
pemahaman, serta mengatur pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan pengawas mengenali dan member penghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan
kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi
petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik.

83
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut (Nursalam, 2016).
2.7.2 Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, pengaturan, uraian tugas dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreatifitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer(Nursalam, 2016).
2.7.3 Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
a. Bertanggungjawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan pada klien di ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya
tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan
praktek keperawatan di ruang perawatan(Nursalam, 2016).
2. Pengawas perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada Kepala
Ruangan yang ada di instalasinya(Nursalam, 2016).
3. Kepala seksi perawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung(Nursalam, 2016).

84
2.7.4 Teknik Supervisi
1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas tiga elemen
kelompok, yaitu :
a. Mengacu pada standard asuhan keperawatan
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding
untuk menetapkan pencapaian
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan
mempertahankan kualitas asuhan
2. Area supervisi.
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan
kepada klien
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standard
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran
dan empati.
Area supervisi keperawatan mencakup aspek kognitif,
sikap dan perilaku yang meliputi :
1) Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
2) Pendokumentasian asuhan keperawatan
3) Penerimaan pasien baru
4) Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
5) Pengelolaan logistic dan obat
6) Penerapan metode ronde keperawatan dalam
menyelesaikan masalah keperawatan klien
7) Pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu sebagai
berikut:
a. Supervisi Langsung :
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung. Yaitu supervisor dapat terlibat dalam
kegiatan , umpan balik dan perbaikan. Proses supervisi
meliputi :

85
1) Perawat pelaksana melakukan secara mendiri suatu
tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor
2) Selama proses , supervisor dapat memberikan
dukungan, reinforcement dan petunjuk
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana
melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan
yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.
Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
4. Supervisi Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis (Nursalam, 2016).
2.7.5 Alur Supervisi

Ka. Bid Perawatan

Kepala per IRNA

PRA Menetapkan kegiatan dan tujuan


serta instrumen / alat ukur Ka. Per IRNA

Menilai kinerja perawat: Kepala ruangan


PELAKSANAAN
Responsibility-Accountability-
Supervisi
Authorithy (R-A-A)
PP 1 PP 2
Pembinaan (3-F)

PASCA 1. Penyampaian penilain (Fair)


PP PP
2. Feed back (umpan balik)
3. Follow Up (Tindak lanjut),
pemecahan masalah dan
Reward Kinerja perawat dan
kualitas pelayanan

86
Bagan 10 Alur Supervisi (Nursalam, 2016).

Keterangan : Supervisi

2.7.6 Langkah-langkah Supervisi


1. Pra supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan
disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang
akan dinilai
2. Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur
atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan.
c. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat
Associate untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi
permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
memfalidasi data sekunder.
1). Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2). Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat
Primer dan Perawat Associate.
3. Pasca Supervisi
a. Supervisor memberikan penilaian
supervisi (F-Fair)
b. Supervisor memberikan feed
back dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi)
c. Supervisor memberikan
reinforcementdan follow up kebaikan (Nursalam, 2016).
2.7.7 Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan
manajemen sumber daya yang tersedia.

87
1. Manajemen pelayanan keperawatan.
Tanggungjawab supervisor adalah :
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek
keperawatan.
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan.
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan
lain yang terkait.

2. Manajemen Anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam
membantu perencanaan, dan pengembangan. Supervisor
berperan dalam :
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan
dana tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit
yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk
merencanakan anggaran keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak
dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi
penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan
supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan
keperawatan.
(Nursalam, 2016)
2.8 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan
penerapan manajemen asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional
diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat
terhadap segala tindakan yang dilaksanankan. Kesadaran masyarakat

88
terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap
dan jelas sangat dibutuhkan.
Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi,
proses keperawatan dan standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisien
sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan
meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2016).
2.8.1 Tujuan
2.8.1.1 Tujuan umum
Menerapkan sistem dokumentasi keperawatan dengan benar
di Ruang Raudhoh RSI Fatimah Banyuwangi
2.8.1.2 Tujuan khusus
Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses
keperawatan) :
1. Mendokumentasikan asuhan keperawatan
(pendekatan proses keperawatan)
a. Mendokumentasikan
pengkajian keperawatan
b. Mendokumentasikan
diagnosis keperawatan
c. Mendokumentasikan
perencanaan keperawatan
d. Mendokumentasikan
pelaksanaan keperawatan
e. Mendokumentasikan
evaluasi keperawatan
2. Mendokumentasikan pengelolaan logistic
dan obat
3. Mendokumentasikan HE ( health
sducation ) melalui kegiatan perencanaan pulang
4. Mendokumentasikan timbang terima
( penggantian shift jaga)
5. Mendokumentasikan kegiatan supervisi

89
6. Mendokumentasikan kegiatan
penyelesaian kasus melalui ronde keperawatan (Nursalam,
2016).
2.8.2 Manfaat
1. Sebagai alat komunikasi antarperawat dan dengan kesehatan
lain
2. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum
3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
4. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu
keperawatan
5. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan
keperawatan (Nursalam, 2016).
2.8.3 Pelaksanaan
Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:
2.8.3.1 Pengkajian keperawatan
1. Pengumpulan data, kreteria – LLARB; (1) Legal ; (2) lengkap
(3) akurat; (4) relevan; dan (5) baru.
2. Pengelompokan data, kreteria:
a. Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda – tanda vital
dan pemeriksaan fisik melalui IPPA – inpeksi, perkusi,
palpasi, auskultasi; (2) pemeriksaan diagnostik/penunjang
laboratorium dan rontgen
b. Data psikologis, sosial, dan sepiritual melalui wawancara dan
observasi
c. Format pengkajian data awal menggunakan model ROS
( review of system ) yang meliputi data demografi pasien,
riwayat keperawatan, observasi, dan pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang/diagnostic Keterangan lengkap
seperti pada lampiran (Nursalam, 2016).
2.8.3.2 Diagnosis keperawatan
Kreteria:

90
1. Status kesehatan di bandingkan dengan norma untuk menentukan
kesenjangan
2. Diagnosis keperawatan di hubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan pasien
3. Diagniosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat
4. Komponen diagnosis terdiri atas P – E – S (Nursalam, 2016).
2.8.3.3 Perencanaan
Komponen perencanaan keperawaatan terdiri atas :
1. Prioritas masalah
Kriteria :
a. Masalah yang mengancam kehidupan merupakan
prioritasutama
b. Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan
prioritas kedua.
c. Masalah yang memengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga.
2. Tujuan Asuhan Keperawatan
memenuhi syarat SMART
Kriteria (NOC- Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standart
pencapaian.
a. Tujuan dirumuskan secara singkat
b. Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
c. Spesifik pada diagnosis keperawatan
d. Dapat diukur
e. Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
f. Adanya target waktu pencapaian
3. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervetion
Clasification) yang telah ditetapkan oleh instansi pelayanan
setempat. Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung tiga
komponen, meliputi DET tindakan keperawatan, yaitu:
a. Diagnosis / Observasi
b. Edukasi (HE)

91
c. Tindaskan-Independent, dependent, dan interdependent.
Kriteria meliputi hal sebagai berikut:
a. Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
b. Merupakan alternatife tindakan secara tepat.
c. Melibatkan pasien/ keluarga
d. Mempertimbangkan latar belakang social budaya pasien/
keluarga.
e. Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang
berlaku
f. Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
g. Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber
daya, dan fasilitas yang ada
h. Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
i. Menggunakan formulir yang baku (Nursalam, 2016).
2.8.3.4 Intervensi/ Implementasi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan,
dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan
keluarga.
Kriteria :
1. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
2. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien.
3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien /
keluarga
4. Sesuai waktu yang telah ditentuakan.
5. Menggunaakan sumber daya yang ada.
6. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi
dengan pasien/ keluarga.
7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
keperawatan.

92
8. Menerapkan prinsip-prinsip aseptis dan anti septis
9. Menerapkan etika keperawatan.
10. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan
mengutamakan keselamatan pasien
11. Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam
keselamatan pasien.
12. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
13. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan
tindakan.
14. Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis
yang telah ditentukan.
15. Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan
sesuai dengan prosedur tetap yang telah disusun (Nursalam,
2016).

2.8.3.5 Evaluasi
Dilakukan secara periodic, sistematis, dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan.
Kriteria :
1. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.
2. Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan fisioligis dan
tingkah laku pasien.
3. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil
tindakan selanjutnya.
4. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain.
5. Evaluasi dilakukan dengan standart (tujuan yang ingin dicapai
dan standart praktik keperawatan).
Komponen evaluasi, mencakup aspek : K-A-P-P ( Kognitif-
Afektif- Psikomotor- Perubahan Biologis) yang meliputi :
1. Kognitif (Pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan)
2. Afektif (Sikap) Klien terhadap tindakan yang dilakukan.

93
3. Psikomotor (Tindakan/ Perilaku) klien dalam upaya
penyembuhan.
4. Perubahan biologis ( Tanda Vital, system, dan imuologis).
Keputusan dalam evaluasi setelah dilakukannya tindakan meliputi :
1. Masalah teratasi
2. Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan
perencanaan tindakan ulang.
3. Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana
tindakan.
4. Timbul masalah baru (Nursalam, 2016).
2.9 Klasifikasi Dan Kriteria Tingkat Ketergantungan Pasien
Penerapan system klasifikasi pasien dengan 3 kategori adalah
sebagai berikut (Douglas (1984) dalam Nursalam, 2016) :

2.9.2.1 Ketegori 1 : perawatan mandiri


1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan
ganti pakaian
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
4. Observasi tanda vital setiap sift
5. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
6. Persiapan prosedur pengobatan
2.8.2.2 Kategori 2: perawatan intermediate

1.Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi

2. Observasi tanda vital tiap 4 jam

3. Pengobatan lebih dari 1 kali

4. Pakai kateter vole

5. Pasang infuse- intake output dicatat

6. Pengobatan perlu prosedur

94
2.8.2.3 Kategori 3: perawatan total

1. Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.


2. Observasi tanda vital tiap 2 jam
3. Pemakaian selang NGT
4. Terapi intra vena
5. Pemakaian suction
6. Kondisi gelisah/ disorientasi/ tidak sadar
Catatan :

a. Dilakukan satu kali sehari dalam pada waktu yang sama dan
sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.
b. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi
pasien.
c. Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien dikelompokkan pada
klasifikasi diatasnya.

95
BAB III

PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

3.1 Gambaran umum Rumah Sakit


3.1.1 Sejarah RSUD Saiful Anwar Malang

Sebelum perang dunia ke II, RSUD Dr. Saiful Anwar (pada waktu itu bernama
Rumah Sakit Celaket), merupakan rumah sakit militer KNIL, yang pada
pendudukan Jepang diambil alih oleh Jepang dan tetap digunakan sebagai
rumah sakit militer. Pada saat perang kemerdekaan RI, Rumah Sakit Celaket
dipakai sebagai rumah sakit tentara, sementara untuk umum digunakan Rumah
Sakit Sukun yang ada dibawah Kotapraja Malang pada saat itu. Tahun 1947
(saat perang dunia ke II), karena keadaan bangunan yang lebih baik dan lebih
muda, serta untuk kepentingan strategi militer, rumah sakit Sukun diambil alih
oleh tentara pendudukan dan dijadikan rumah sakit militer, sedangkan Rumah
Sakit Celaket dijadikan rumah sakit umum.

Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi Jawa Timur / IDI
membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dan memakai Rumah Sakit
Celaket sebagai tempat praktek (Program Kerjasama STKM-RS Celaket
tanggal 23 Agustus 1969). Tanggal 2 Januari 1974, dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI N0. 001/0/1974, Sekolah Tinggi
Kedokteran Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang, dengan Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek.

96
Pada tanggal 12 Nopember 1979, oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Timur, Rumah Sakit Celaket diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Saiful Anwar. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
51/Menkes/SK/III/1979 tanggal 22 Pebruari 1979, menetapkan RSUD Dr.
Saiful Anwar sebagai rumah sakit rujukan. Pada tahun 2002 Berdasarkan
PERDA No. 23 Tahun 2002 RSU Saiful Anwar ditetapkan sebagai Unsur
Penunjang Pemerintah Provinsi setingkat dengan Badan. Pada bulan April
2007 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.673/MENKES/SK/VI/2007
RSUD Dr. Saiful Anwar ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas A. Pada
tanggal 30 Desember 2008 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum (BLU)
dengan keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/439/KPTS/013/2008. Pada
tanggal 20 Januari tahun 2011 RSUD Dr. Saiful Anwar ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Pendidikan Utama Akreditasi A melalui sertifikat dari
Kementerian Kesehatan RI dengan Nomor Sertifikat
123/MENKES/SK/I/2011.

Terakhir pada tanggal 16 Maret 2015 RSUD Dr. Saiful Anwar ditetapkan
telah Terakreditasi KARS Versi 2012 dengan menerima Sertifikat Lulus
Tingkat PARIPURNA yang diberikan oleh KOMISI AKREDITASI RUMAH
SAKIT (KARS) dengan NOMOR : KARS-SERT/95/III/2015 dengan masa
berlaku mulai tanggal 23 Maret 2015 s/d 23 Februari 2018.

Nama Rumah Sakit : RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Alamat : Jl.Jaksa Agung Suprapto No.2 Malang Provinsi


Jawa Timur

Telp : 0341-362101

Fax : 0341-369384

Email : info.saifulanwar@gmail.com

Website :rsusaifulanwar.jatimprov.go.id

Nama Direktur : Dr. dr. Kohar Hari Santoso, SpAn KIC KAP

97
Kelas Rumah Sakit : Tipe A

3.1.2 Visi dan Misi RSUD Saiful Anwar Malang


Menjadi Rumah Sakit Berstandar Kelas Dunia Pilihan Masyarakat
Misi RSUD Saiful Anwar adalah sebagai berikut :
Terwujudnya Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan Berstandar Internasional
Dengan Mengutamakan Keselamatan Pasien dan Berfokus Pada Kepuasan
Pelanggan

3.1.3 Motto RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan


Kepuasan dan Keselamatan Pasien adalah Tujuan Kami

3.2 PENGUMPULAN DATA


3.1.1 Man (M-1)
1. Ketenagaan
a) Stuktur Organisasi
Ruangan 22 RSUD Saiful Anwar Malang dipimpin oleh Kepala Ruangan
dan dibantu oleh Ketua Tim Perawatan, Perawat Pelaksana, admin,
logistik , Pekarya

KEPALA INSTALASI RUANGAN 22

KARU

Administrasi Logistik SDM Pekarya

Katim I Katim II

98
PJS Pagi PJS Siang PJS Malam
PA PA PA

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang 22

b) Jumlah Tenaga Perawatan di Ruangan 22


1. Jumlah Tenaga Perawatan di Ruang 22
No Nama Jabatan Mulai Bekerja Di Ruangan 22
1 Reza Rahadi., S.Kep KARU 2017- sekarang
2 Siti Khotimah.,S.Kep KATIM 2015- sekarang
3 Ermayati.,Amd.Kep KATIM 2015- sekarang
4 Desiana.,Amd.Kep PA 2014 - sekarang
5 Wulandari.,Amd.Kep PA 2015 - sekarang
6 Ahmad Rizal.,Amd.Kep PA 2016- sekarang
7 Bayu Nugroho .Amd.Kep PA 2016 - sekarang
8 Samsul Wijaya, Amd., Kep PA 2015- sekarang
9 Ardiansyah, S.Kep.,Ns PA 2018- sekarang
10 Lia kartika, Amd., Kep PA 2016- sekarang
11 Moh.Ali, Amd.,Kep PA 2015- sekarang

12 Maria Ulfa , Amd.,Kep SPK 2017 - sekarang

13 Indah Cahyani.,Amd.Kep PA 2018-Sekarang

Tabel 3.1 Jumlah tenaga perawat di ruang 22

2. Jumlah Tenaga Kerja Kesehatan di Ruang 22


NO KLASIFIKASI JUMLAH MASA
KERJA
1 S 1 Keperawatan 2 Orang -
2 D III Keperawatan 10 Orang -
3 SPK 1 orang -

99
3 Mahasiswa Profesi 11 Orang 5 Minggu
UNITRI Malang
TOTAL 12 Orang
Tabel 3.2 Tenaga Kerja Kesehatan di Ruang 22

3. Jumlah tenaga Non Perawat di ruang 22


No Kualifikasi Jumlah
1 Administrasi 1
2 Pekarya 1
3 Cleaning servise 1
Total 3
Tabel 3.3 Jumlah tenaga non perawat di Ruang 22

c) Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Kebutuhan Tenaga perawat tiap shift berdasarkan tingkat ketergantungan

pasien di ruang 22 pada tanggal13 Juli-15 Juli 2020 menurut rumus Gillies

(2006) sebagai berikut:

a. Hari pertama data Tingkat ketergantungan pasien di ruang 22

Berdasarkan pengkajian Tanggal 13 Juli 2020

No Nama BED Diagnosa M P T

Pasien Medis
1 Tn.S 1.1 TB Paru 
2 Ny.W 1.2 Efusi 

Pleura
3 Tn.D 1.3 Bronkitis 
4 Ny.K 1.4 Ca.Mamae 
5 Tn.M 2.1 Stroke 
6 Tn.A 2.2 Anemia 
7 Ny.S 2.3 Ca.Mamae 
8 Ny.F 2.4 Ca.Mamae 
9 Tn.R 3.1 Bronkitis 
10 Tn.Y 3.2 Tb.Paru 
11 Tn.J 3.3 Anemia 
12 Ny.B 3.4 Anemia 

100
13 Ny.K 4.1 Ca Mamae 
14 Ny.L 4.2 Tb.Paru 
15 Tn.M 4.3 Efusi 

Pleura
16 Tn.U 4.4 Bronkitis 
17 Tn.I 5.1 Bronkitis 
18 Ny.P 5.2 Anemia 
19 Ny.M 5.3 Stroke 
20 Ny.H 5.4 Stroke 
21 Ny.S 6.1 Ca Mamae 
22 Ny.G 6.2 Tb.Paru 
23 Tn.X 6.3 Bronkitis 
24 Tn.K 6.4 Stroke 
25 Tn.D 7.1 Anemia 
Tabel 3.3. pengkajian tanggal 13 Juli 2020

Kebutuhan Tenaga Keperawatan berdasarkan Metode Douglas

1. Tingkat ketergantungan pasien

a. Mandiri :6

b. Parsial :8

c. Total :11

2. Kebutuhan Perawat

 Jumlah kebutuhan per shift

Kualifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga


No Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantun pasien
gan
1 Mandiri 6 6x 0.17= 1.02 6x 0.14= 0.84 6x 0.07 = 0.42
2 Partial 8 8x 0.27= 2.16 8x 0.15= 1.2 8x 0.10 = 0,8
3 Total 11 11x0.36=3.96 11x0.30= 3.3 11x0.20= 2.2
Jumlah 25 7.14 5.34 3.42
7 5 3

 J

 Jumlah Kebutuhan Perawat per Hari

101
7+5+3= 15 orang

 Jumlah Loss Day

0.6x jumlah kebutuhan per hari: 0.6x15=9 orang

 Jumlah Tugas Non Keperawatan

25%x(Jumlah perawat/hari+loss day)= 25%x(15+8)=6 orang

 Jumlah Kebutuhan Perawat Satu Unit

Kebutuhan perawat/hari + loss day + tugas non kep=15+9+6=30

orang

Berdasarkan rumus Douglas didapatkan hasil perhitungan rata-rata jumlah

perawat perhari adalah 15 orang.

b. Hari Kedua data Tingkat ketergantungan pasien diruang 22


Berdasarkan pengkajian tanggal 14 July 2020

No Nama BED Diagnosa M P T

Pasien Medis
1 Tn.S 1.1 TB Paru 
2 Ny.W 1.2 Efusi 

Pleura
3 Tn.D 1.3 Bronkitis 
4 Ny.K 1.4 Ca.Mamae 
5 Tn.M 2.1 Stroke 
6 Tn.A 2.2 Anemia 
7 Ny.S 2.3 Ca.Mamae 
8 Ny.F 2.4 Ca.Mamae 
9 Tn.R 3.1 Bronkitis 
10 Tn.Y 3.2 Tb.Paru 
11 Tn.J 3.3 Anemia 
12 Ny.B 3.4 Anemia 
13 Ny.K 4.1 Ca Mamae 
14 Ny.L 4.2 Tb.Paru 
15 Tn.M 4.3 Efusi 

Pleura
16 Tn.U 4.4 Bronkitis 
17 Tn.I 5.1 Bronkitis 

102
18 Ny.P 5.2 Anemia 
19 Ny.M 5.3 Stroke 
20 Ny.H 5.4 Stroke 
21 Ny.S 6.1 Ca Mamae 
22 Ny.G 6.2 Tb.Paru 
23 Tn.X 6.3 Bronkitis 
24 Tn.K 6.4 Stroke 
25 Tn.D 7.1 Anemia 
26 Ny.K 7.2 Bronkitis 
27 Ny.D 7.3 Stroke 
28 Tn.L 7.2 Stroke 
Tabel 3.4. pengkajian tanggal 14 Juli 2020

Kebutuhan Tenaga Keperawatan berdasarkan Metode Douglas

1. Tingkat ketergantungan pasien

d. Mandiri :6

e. Parsial : 09

f. Total :13

2. Kebutuhan Perawat

 Jumlah kebutuhan per shift

Kualifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga


No Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
 ketergantun pasien
gan
1 Mandiri 6 6x 0.17= 1.02 6x 0.14= 0.84 6x 0.07 = 0.42
2 Partial 9 9x 0.27= 2.43 9x 0.15= 1.35 9x 0.10 = 0.9
3 Total 13 13x0.36=4.68 13x0.30= 3.9 13x0.20= 2.6
Jumlah 25 8.13 6.09 3.92
8 6 4

Jumlah Kebutuhan Perawat per Hari

8+6+4= 18 orang

 Jumlah Loss Day

0.6x jumlah kebutuhan per hari: 0.6x18=10 orang

 Jumlah Tugas Non Keperawatan

103
25%x(Jumlah perawat/hari+loss day)= 25%x(18+10)=7orang

 Jumlah Kebutuhan Perawat Satu Unit

Kebutuhan perawat/hari + loss day + tugas non

kep=18+10+7=35orang

Berdasarkan rumus Douglas didapatkan hasil perhitungan rata-rata jumlah

perawat perhari adalah 18 orang.

b. Hari Ketiga data Tingkat ketergantungan pasien diruang 22


Berdasarkan pengkajian tanggal 15 July 2020

No Nama BED Diagnosa M P T

Pasien Medis
1 Tn.S 1.1 TB Paru 
2 Ny.W 1.2 Efusi 

Pleura
3 Tn.D 1.3 Bronkitis 
4 Ny.K 1.4 Ca.Mamae 
5 Tn.M 2.1 Stroke 
6 Tn.A 2.2 Anemia 
7 Ny.S 2.3 Ca.Mamae 
8 Ny.F 2.4 Ca.Mamae 
9 Tn.R 3.1 Bronkitis 
10 Tn.Y 3.2 Tb.Paru 
11 Tn.J 3.3 Anemia 
12 Ny.B 3.4 Anemia 
13 Ny.K 4.1 Ca Mamae 
14 Ny.L 4.2 Tb.Paru 
15 Tn.M 4.3 Efusi 

Pleura
16 Tn.U 4.4 Bronkitis 
17 Tn.I 5.1 Bronkitis 
18 Ny.P 5.2 Anemia 
19 Ny.M 5.3 Stroke 
20 Ny.H 5.4 Stroke 
21 Ny.S 6.1 Ca Mamae 
22 Ny.G 6.2 Tb.Paru 
Tabel 3.5. pengkajian tanggal 15 Juli 2020

104
Kebutuhan Tenaga Keperawatan berdasarkan Metode Douglas

1. Tingkat ketergantungan pasien

g. Mandiri :5

h. Parsial :7

i. Total :10

2. Kebutuhan Perawat

 Jumlah kebutuhan per shift

Kualifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga


No Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantun pasien
gan
1 Mandiri 5 5x 0.17= 0.85 5x 0.14= 0.7 5x 0.07 = 0.35
2 Partial 7 7x 0.27= 1.89 7x 0.15= 1.05 7x 0.10 = 0.7
3 Total 10 10x0.36=3.6 10x0.30= 3 10x0.20= 2
Jumlah 22 6.34 4.75 3.05
6 5 3

 Jumlah Kebutuhan Perawat per Hari

6+5+3= 14 orang

 Jumlah Loss Day

0.6x jumlah kebutuhan per hari: 0.6x14=8orang

 Jumlah Tugas Non Keperawatan

25%x(Jumlah perawat/hari+loss day)= 25%x(14+8)=5orang

 Jumlah Kebutuhan Perawat Satu Unit

Kebutuhan perawat/hari + loss day + tugas non kep=14+8+5=27orang

105
Berdasarkan rumus Douglas didapatkan hasil perhitungan rata-rata jumlah

perawat perhari adalah 14 orang.

a. BOR (Bed Occupanci Ration)

a. Perhitungan BOR Menurut DepKes RI tahun 2005


BOR pasien diruang 22 dari tanggal 13 July 2019 sampai 15 July 2020
Tabel 3.6 Perhitungan BOR pasien diruang Interna 1 berdasarkan rumus
DepKes RI Tahun 2005
No Tanggal Jumlah BOR Ket
Bed Bed
Keseluruhan Terpakai
1 13 Juli 33 25 25/33x100% 75.7%
2020
2 14 Juli 33 28 28/33x100% 84.4%
2020
3 15 Juli 33 22 22/33x100% 66.6%
2020

b. Diagnosis Penyakit Terbanyak


Data yang di dapatkan selama pengkajian dari tanggal 13-15 2020 diagnosis
penyakit terbanyak adalah penyakit TB Paru
dengan Jumlah Penderita sebanyak 10 orang, DM + Ulkus Diabetikum 3
Orang, Morbili 2 orang, Varicella 1 orang
c. Perhitungan beban kerja perawat
1. Shift pagi di mulai pukul 07.00-14.00 (7 jam)
2. Shift siang di mulai pukul 14.00-21.00 (7 jam)
3. Shift pagi di mulai pukul 21.00-07.00 (10 jam)

d. Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Gilles


a) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien
perhari, yaitu :

1) Keperawatan langsung :
Mandiri 5 orang pasien X 2 = 10Jam
jam
Parsial 10 orang pasien X 3 = 30 Jam
jam
Total 10 orang pasien X 6 = 60 Jam

106
jam
Jumlah = 100Jam
2) Keperawatan tidak langsung
25 orang pasien X 1 jam = 25 jam
3) Penyuluhan kesehatan
25 orang pasien X 0,25 jam = 10 jam

Total jam secara keseluruhan = 135 jam


adalah

3.1.1.1 Analisis SWOT dan Prioritas masalah

ANALISA SWOT
Bobot Rating Bobot x rating

MAN (M1)
a. Internal (S – W)
Factor (IFAS) 2,3-2,5=
STRENGTH 0,4 2 0,8 -0,2
1.
 S-I Kep 2 orang
 D-III Kep 10 orang
 Mahasiswa profesi 11orang
 SPK 1 orang
 Administrasi 1 orang
0,2 3 0,6
 Pekarya 1 orang
2. Masa kerja > 3 th :
0,4 3 1,2
12 orang, <3 th : 2 orang.
3. Adanya sebagian
perawat yang memiliki pendidikan S1
(26%)

Jumlah 1 2,3

107
WEAKNESS
1. 0,5 2 1
2. 0,5 3 1,5
MAKP

Jumlah 1 2,5

b. External Factor Analysis Strategic (EFAS)


OPPORTUNITY 0,2 4 0,8
1. Adanya program pelatihan/seminar khusus
tentang manajemen keperawatan dari diklat. 0,2 3 0,6 (O – T )
2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan 3 – 2,4
ke jenjang yang lebih tinggi 0,2 3 0,6 =0,6
3. Adanya kerja sama yang baik antar
mahasiswa fakultas keperawatan dengan 0,2 2 0,4
perawat
4. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,2 3 0,6
professionalisasi perawat.
5. Adanya program akreditasi RS dari
pemerintah dimana MAKP merupakan salah
satu kriteria penilaian.
Jumlah 1 3
THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 0,2 2 0,4
pelayanan yang lebih professional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan 0,2 2 0,4
hukum.
3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan 0,2 2 0,4
pentingnya kesehatan .
4. Persaingan antar RS yang semakin kuat 0,2 3 0,6
5. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang 0,2 3 0,6
melanjutkan pendidikan tiap tahun.

108
Jumlah 1 2,4

109
3.1.3 Sarana dan Prasana ( M2 – Material )
Proses Manajemen Keperawatan dan kegiatan pembelajaran manajemen keperawatan
mahasiswa Program Praktek Profesi NERS UNITRI Malang Melaksanakan Tugas di Ruang
22 RSUD Saiful Anwar Malang. Pengkajian data awal pada tanggal 13-15 Juli 2020. Adapun
data yang didapat sebagai berikut :

Lokasi dan Denah Ruangan

DENAH RUANG 22

Tangga R.TUNGGU

RUANG R.VENUS R.HCU

9 WC

RUANG R.OBAT
WC
8 R. bersih
R. bersih NERS
dapur
1 STATION 2
RUANG

7
RUANG

RUANG 1

RUANG
RUANG
2
5

TANGGA TANGGA

RUANG RUANG

4 3

Gambar 3.3.1 Denah Ruang 22

110
Keterangan:
a) Sebelah utara berbatasan dengan ruang HCU
b) Sebelah timur berbatasan dengan rencana dengan ruang VIP
c) Sebelah barat berbatasan dengan masjid
d) Sebelah selatan berbatasan dengan gedung manejemen
e) Ruang Isolasi Kontak : R.1 & R.2
f) Ruang Khusus DM Ganggren : R.3
g) Ruang Infelsi Non TB : R.4
h) Ruang menular TB : R.5,R6,R7
i) Ruang imuno kompromise (B24, SLE, SSJ) : R.8
j) Ruang Tetanus : R.9

3.3.2 Peralatan dan fasilitas


1. Fasilitas pasien
No Nama barang Jumlah Kondisi usulan
Baik rusak
1 Tempat tidur 33 33 -
2 AC 9 9 -
3 Jam dinding 9 9 -
4 Wastafel 11 9 -
5 Kursi roda 2 2 -
6 Ember dan gayung 9 9 -
7 Meja pasien 33 33 -
8 WC 9 9 -
9 Kursi 33 33 -
Tabel.3.3.2.1 daftar fasilitas pasien

2. Fasilitas untuk petugas kesehatan

No Nama barang Jumlah Kondisi usulan


Baik rusak
1 Ruang konsultasi 1 1
2 Kamar ganti 1 1

111
3 Wc 1 1
4 Wastafel 2 2
5 Kulkas 2 2
6 Rak piring 1 1
7 Meja 5 5
8 Ac 1 1
9 Kursi 9 7 2
10 Cermin 1 1
11 Ember 1 1
12 Gayung 1 1
13 Jam dinding 1 1
14 Telfon 1 1
15 Tv 1 1
16 Kipas angin 1 1
17 Dispenser 1 1
18 Galon 6 6
19 Musollah 1 1
20 Computer set PC 2 2
21 APAR 2 2
Tabel.3.3.2.2 daftar fasilitas untuk petugas kesehatan
 Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang pertemuan perawat
 Ruang staf dokter jadi satu dengan nursing station
 Gudang satu berada di sebelah ruang tunggu keluarga pasien

3. Alat kesehatan di ruang Melati


No Nama alat Jumlah Kondisi Usulan
Baik Rusak Rusak
ringan berat
1 Stetoskop 4 4
2 Termometer biasa 1 1
3 Termometer sensor 2 1 1 Perbaikan/ganti
4 EKG 1 1
5 Tensimeter 4 2 1 1 Diperbaiki

112
6 Standart infus 33 33
7 Troli tindakan 4 4
8 Oksigen tranport 1 1
9 Troli emergency 1 1
10 nebulezer 2 2
11 sucsion 1 1
12 Syiring pump 1 1
13 Troli merah besar 2 2
14 Kulkas obat 1 1
16 Manometer O2 33 33
17 Alat GDA 1 1
18 Saturasi O2 kecil 1 1
19 Lemari obat 2 2
20 Timbangan 1 1
21 Box laborat 1 1
22 Box darah 2 2
23 Ambubag dewasa 1 1
25 Box obat pasien 33 33
27 Torniquet 0 0
29 Sepatu bot 2 2
31 Helm emergency 4 4
33 Gunting medis 5 5
34 Pinset anatomis 5 5
35 Pinset sirurgis 5 5
36 Handrub 50 50
37 Nampan plastik 4 4
Tabel.3.3.2.3 daftar alat kesehatan di ruang Melati

113
4. Alat habis pakai
No Nama alat Jumlah Kondisi Keterangan
Baik Rusak
1 Pensil 2 2
2 Stempel 5 5
3 Spidol 10 10
4 Staples besar 2 2
5 Steples kecil 2 2
6 Pensil bluered 8 8
7 Pulpen 2 2
8 Penghapus 1 1
9 Tip-X 1 1
10 Pembolong kertas 1 1
11 Kalkulator 1 1
12 Stabilo 1 1
13 Bantalan stempel 1 1
14 Botol tinta 1 1
Tabel.3.3.2.4 daftar alat habis pakai

5. Laporan Inventars Alat Tenun


No Nama barang Kondisi Kondisi Kondisi usulan
jumlah baik rusak rusak
ringn sedang
1 Sprei 80 80 - - -
2 Bantal Oscar 33 33 - - -
3 Guling oscar 12 12 - - -
4 Perlak 50 50 - - -
5 Sarung bantal 80 80 - - -
6 Stik laken 80 80 - - -
7 Selimut 80 80 - - -
Tabel.3.3.2.5 daftar alat tenun

114
6. Fasilitas administrasi penunjang
No Nama barang Jumlah

1 Buku injeksi 1
2 Buku observasi 2
3 Buku observasi TTV 1
4 Buku timbang trima 2
5 Sop Keperawatan & non keperawatan 71
6 Leaflet 7 judul
7 Buku serah terima obat 0
Tabel.3.3.2.6 fasilitas administrasi penunjang

3.1.4 Analisis SWOT M-2 (Material)


SWOT Bobot Ratting Bobot x Ratting
STERNGTH (S-W)
1. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai
0,4 2 0,8 2,4-2=
untuk pasien dan perawat.
2. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien. 0,4

3. Sebagai RS pendidikan dan rujukan. 0,1 3 0,3


4. Terdapat administrasi penunjang (buku injeksi,
0,1 3 0,3
buku visite, SOP, dll) yang memadai
5. Tersedia nurse station 0,1 2 0,2
6. Pemeliharaan, perawatan sarana dan prasarana
penunjang kesehatan sudah ada.
0,1 2 0,2
7. Memiliki tempat tidur pasien sesuai dengan
jumlah pasien. 0,1 3 0,3

0,1 3 0,3
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS
1. Belum memiliki infus pump. 0,2 2 0,4
2. Belum memiliki viewer. 0,2 2 0,4
3. Kepala ruangan dan dokter belum memiliki 0,1 2 0,2
115
ruangan sendiri.
4. Setiap ruangan pasien belum memiliki 0,2 2 0,4
timbangan.
5. Tempat tidur pasien masih ada yang rusak di 0,3 2 0,6
bagian pengaman bed

TOTAL 1 2
OPPORTUNYTI

1. Adanya tempat permintaan pengadaan sarana 1 3 3


dan prasarana yang rusak pada bagian
perencanaan / pengadaan barang rumah sakit.

TOTAL 1 3
THEATENED O-T= 3-
1. Masyarakat sudah mulai belajar mengenal 2,5= 0,5
0,5 2 1
informasi tentang kesehatan sehingga mereka
akan lebih kritis
2. Perkembangan teknologi atau gadged yang pesat
sehingga keluarga atau pasien akan selalu
update.
0,5 3 1.5
TOTAL 1 2.5

116
3.1.5 M3 (METHODE)

a. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Berdasarkan hasil wawancara terbuka dan observasi secara tertulis pada perawat yang

bertugas di ruang 22 RSUD Saiful Anwar Malang pada tanggal 3-15 Juli 2020 di

dapatkan bahwa model pemberian asuhan keperawatan menggunakan metode tim

dengan modifikasi medular, karena katim dan PJS masih membantu dalam

melaksanakan tindakan keperawatan. Penerapan metode tim dengan modifikasi

medular dilakukan pada shift pagi,shift sore dan shift malam. Komposisi tenaga pada

saat shift sudah terbagi menjadi Katim 1 dan Katim 2, namun dalam penerapan

MAKP tidak sepenuhnya dilakukan oleh perawat pelaksana tetapi masih dibantu oleh

katim. Kegiatan dan pembagian tugas di ruang Melati sudah dijalankan sesuai

kriteria dan sosialisasi kepada semua tim cukup efektif.

b. Timbang Terima

Berdasarkan hasil wawancara terbuka dan observasi secara tertulis pada perawat yang

bertugas di ruang Melati RSUD Saiful Anwar pada tanggal 13-15 Juli 2020 di

dapatkan :

1. Dilaksanakan 3 x sehari. Pagi jam 07.00 WIB, sore jam 14.00 WIB, malam jam

20.00.

2. Perawat Lebih terfokus ke tindakan medis dari pada masalah keperawatan

3. Five moment jarang dilaksanakan

4. Timbang terima hanya dilakukan di nurse station

5. Pada saat timbang terima kedua tim tidak saling berhadapan

6. Tidak dilaksanakan bed to bed kecuali pagi.

117
c. Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara terbuka dan observasi secara tertulis pada perawat yang

bertugas di ruang 22 RSUD Saiful Anwar pada tanggal 13-15 Juli 2020 di dapatkan :

1. Sebagian besar perawat mengatahui tentang ronde keperawatan dan belum

mampu melakukan ronde keperawatan karena dinilai sulit untuk dilakukan

dengan pertimbangkan butuh banyak keterlibatan banyak pihak.

d. Sentralisasi Obat

Berdasarkan hasil wawancara terbuka dan observasi secara tertulis pada perawat yang

bertugas di Ruang 22 RSUD Saiful Anwar pada tanggal 13-15 Juli 2020 di dapatkan :

1. Pelaksanaan sentralisai obat belum maksimal

2. Format sisa obat perlu diperbaiki terutama untuk jumlah sisa obat dan tanda

tangan perawat yang menyerahkan dan menerima di bagi per shif jadi tiap

pergantian shift tidak perlu menuliskan nama kecuali ada pengurangan dan

penambahan.

3. Saat keluarga pasien mengambil obat dari farmasi, saat diserahkan Tidak ada

lembar crosscek/checlist untuk menvalidasi jumlah obat yang diberikan dari

apotik ke keluarga pasien

e. Supervisi

Berdasarkan hasil wawancara terbuka dan observasi secara tertulis pada perawat yang

bertugas di ruang 22 RSUD Saiful Anwar pada tanggal 13-Juli 2020 di dapatkan :

1. Supervisi yang dilakukan diruangan terjadwal 2x :

- Setiap 1 bulan sekali bersama perawat ruangan

- Setiap 3 buan sekali dihadiri pihak manajemen

118
2. Supervisi yang dilakukan diruangan tidak terjadwal dapat dilakukan lsewaktu-

waktu bila ada hal yg perlu dibahas. Dilakukan melalui media sosial (wa

group) belum ada format untuk ini

f. Discharge Planning

Berdasarkan hasil wawancara terbuka dan observasi secara tertulis pada perawat yang

bertugas di ruang 22 RSUD Saiful Anwar Malang pada tanggal 13-15 juli 2020 di

dapatkan :

1. KIE pada pasien oleh perawat sudah baik

g. Penerimaan Pasein Baru

Berdasarkan hasil wawancara terbuka dan observasi secara tertulis pada perawat yang

bertugas di ruang 22 pada tanggal 13-15 Juli 2020 di dapatkan :

1. Kurangnya peran kepala ruangan dalam penerimaan pasien baru

2. KIE kepada keluarga dan pasien baik

3. Orientasi untuk keluarga dan pasien masih kurang dalam hal pengenalan

ruangan.

h. Dokumentasi

1. Format model pendokumentasian yang dilakukan di ruang 22 sudah mencakup

pengkajian sampai evaluasi.

2. Pengisian dokumentasi sudah lengkap dan sesuai SOP.

119
3.1.6 Analisa SWOT M-3 (METHODE)

No Bobot x
Analisis SWOT Bobot Rating
Rating
1 Methode (M3)
1. MAKP
a. Internal Faktor(IFAS)
Strength
1. RS memiliki visi, misi dan motto sebagai acuan melaksanakan kegiatan 0,1 2 0,2
pelayanan.
2. Model MAKP yang digunakan yaitu MAKP Tim dengan modifikasi 0,2 3 0,6 S-W =
medular. 0,1 2 0,2 2,3 – 2
3. Supervisi di ruangan sudah dilaksanakan 0,2 2 0,4 = 0,3
4. Mempunyai standar asuhan keperawatan 0,1 3 0,3
5. Mempunyai protap setiap tindakan 0,2 2 0,4
6. Komunikasi perawat dan tim kesehatan yang lain sudah terlaksana dengan 0,1 2 0,2
baik
7. Sudah ada tenaga S1 - Keperawatan yang menjadi syarat untuk di
laksanakannya MAKP

TOTAL 1 2,3
Weaknes
1. Pelaksanaan MAKP belum optimal 0,5 2 1
2. Ada perawat yang tidak puas dengan penerapan MAKP 0,5 2 1

TOTAL 1 2

120
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Ada mahasiswa praktik S-1 Manajemen Keperawatan 0,3 3 0,9
2. Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat 0,3 3 0,9
3. Ada kebijakan manajemen RS tentang pelaksanaan MAKP 0.4 3 0,9
TOTAL 1 2,7

Threathened
O-W =
1. Persaingan dengan rumah sakit swasta yang semakin ketat sesuai dengan 0,2 2 0.4
2,7 -2
perkembangan dunia global
= 0,7
2. Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi akan profesionalitas pemberian 0,2 2 0,4
asuhan keperawatan
3. Tingginya kesadaran masyarakat akan hukum 0,15 2 0,3
4. Tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan 0,25 2 0,5
5. Persaingan dengan masuknya perawat asing. 0,2 2 0,4

TOTAL 1 2

2. Sentralisasi Obat S-W =


a. Internal Faktor (IFAS) 2,5-2,3
Strength = 0,2
1. Kepala ruangan mendukung sentrlisasi obat 0,3 3 0,9
2. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh perawat yang 0,1 2 0,2
berkolaborasi dengan farmasi
3. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat 0,2 3 0,6
4. Ada nya format injeksi dan obat oral di ruangan 0,1 2 0,2
5. Adanya lembar pendokumentasian obat yang diterima setiap status pasien 0,3 2 0,6
TOTAL 1 2,5

121
Weaknes
1. Belum ada lembar serah terima obat dari depo farmasi keperawat jaga. 0,3 3 0,9
2. Format obat oral dan injeksi masih jadi Satu 0,4 2 0,8
3. Sering di temukan ketidaktersedian obat di depo farmasi dan keluarga harus 0,3 2 0,6
membeli kedepo farmasi luar rumah sakit

TOTAL 1 2,3

b. EksternalFaktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S-1 keperawatan yang praktik manajemen keperawatan 0,4 3 1,2
2. Kerjasama yang baik Antara perawat ruangan dan mahasiswa S-1 0,6 2 1,2
Keperawatan
TOTAL 1 2,4 O-T =
2,4 – 2
Threathened = 0,4
1. Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang optimal dan 0,5 2 1
professional
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum 0,5 2 1

TOTAL
1 2
3. Supervisi S-W =
a. Internal Faktor(IFAS) 3,0 –
Strength 2,5 =
1. Supervisi sudah dilaksanakan secara rutin 0,4 3 1,2 0,5
2. Telah di programkan pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi 0,3 3 0,9
3. Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervisi 0,3 3 0,9
TOTAL 1 3,0
Weaknes
1. Belum terdapat format yang baku tentang dalam melaksanakan supervisi. 0,5 3 1,5

122
2. Supervisi yang di lakukan belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian 0,25 2 0,5
yang tetap
3. Belum adanya dokumentasi supervisi yang tetap 0,25 2 0,5

TOTAL 1 2,5

b. EksternalFaktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S-1 yang praktik manajemen keperawatan 0,3 3 0,9
2. Adanya reward bagi yang melaksanakan pekerjaan dengan baik 0,2 2 0,4
3. Adanya teguran bagi yang tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik 0,2 3 0,6
4. Hasil supervisi dapat diberlakukan sebagai pedoman untuk Daftar Penilaian 0,3 2 0,6
Prestasi Perawat (DP3)
TOTAL 1 2,5
O-T =
Threathened
2,5 – 2
1. Tuntutan konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang optimal dan 1 2 2
= 0,5
professional
TOTAL 1 2

4. TimbangTerima S-W=
a. Internal Faktor(IFAS) 2-2,5 =
Strength -0,5
1. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi 0,2 2 0,4
2. Adanya laporan jaga setiap shift 0,2 2 0,4
3. Timbang terima dilakukan secara rutin setiap shift 0,3 2 0,6
4. Terdapat kemauan perawat untuk melakukan timbang terima 0,15 2 0,3
5. Timbang terima dilakukan sesuai dengan buku laporan tiap shift 0,15 2 0,3
TOTAL 1 2.

Weaknes

123
1. Pelaksanaan Timbang terima belum optimal khususnya untuk shift sore dan 0,5 3 1.5
tidak semua perawat shift sore hadir untuk mengikuti timbang terima secara
bersamaan
2. Tidak di lakukan bed to bed atau ke pasien Pada shift selain pagi 0,5 2 1
TOTAL 1 2.5

b. EksternalFaktor (EFAS)
Opportunity
1. Ada mahasiswa praktik S-1 Manajemen Keperawatan 0,4 3 1,2
2. Adanya kerjasama yang baik Antara mahasiswa praktik dengan perawat 0,6 3 1,8
ruangan
TOTAL 1 3
Threathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi, dari masyarakat untuk mendapatkan 0,2 2 0,4 O-T =
pelayanan keperawatan yang professional 3–2=
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tangung jawab terhadap 0,15 2 0,3 1
pemberian asuhan keperawatan
3. Adanya tuntutan yang lebih tinggi di masyarakat untuk mendapatkan 0,3 2 0,6
pelayanan keperawatan yang optimal
4. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,15 2 0,3
5. Persaingan antar RS yang semakin ketat. 0,2 2 0,4
TOTAL 1 2

5. Discharge Planing
a. Internal Faktor(IFAS)
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning di ruangan untuk 0,3 3 0.9
pasien pulang
2. Perawat memberikan pendidikan secara informal kepadapasien/keluarga 0,3 3 0,9
selama di rawat/pulang
3. Terdapat lembar discharge planning 0,4 3 1,2 S-W =
TOTAL 1 3 3-2,3 =

124
Weaknes 0,7
1. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat 0,2 2 0,4
2. Kurangnya kemauan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada 0,3 3 0,9
pasien / keluarga
3. Tidak di berikannya leaflet kepada pasien pulang 0,3 2 0,6
4. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi 0,2 2 0,4
TOTAL 1 2,3

b. EksternalFaktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S-1 Keperawatan yang praktik manajemen keperawatan 0,5 3 1,5
2. Adanya kerjasama yang baik Antara mahasiswa dan perawat klinik 0,5 2 1
TOTAL 1 2,5 O-T =
Threathened 2,5-2 =
1. Tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,4 2 0,8 0,5
2. Persaingan antar RS semakin ketat 0,6 2 1,2
TOTAL 1 2
6. RondeKeperawatan
a. Internal Faktor(IFAS) S-W =
Strength 2,6-3 =
-0,4
1. Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi untuk perawat 0,3 3 0,9
2. Adanya kasus penyakit yang memerlukan perhatian khusus 0,4 2 0,8
3. Kepala ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan 0,3 3 0,9
TOTAL 1 2,6
Weaknes

1. Ronde keperawatan tidak bisa terlaksana. 1 3 3


TOTAL 1 3

b. EksternalFaktor (EFAS)
Opportunity

125
1. Adanya pelatihan tentang manajemen keperawatan 0,5 3 1,5
2. Adanya kesempatan untuk mengadakan ronde keperawatan pada shift 0,5 2 1
TOTAL 1 2,5
O-T =
Threathened 2,5-2 =
0,5
1. Tuntutan masyarakat yang tinggi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 0,5 2 1
yang optimal dan professional
2. Persaingan antar ruangan rawat inap yang semakin kuat dalam pemberian 0,5 2 1
layanan kesehatan
TOTAL 1 2

7. Dokumentasi Keperawatan S-W =


a. Internal Faktor(IFAS) 3-2,3 =
Strength 0,7
1. Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga kesehatan 0,5 3 1,5
2. Format asuhan keperawatan sudah ada 0,25 3 0,7
3. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat 0,25 3 5
0,7
TOTAL 1 5
Weaknes 3
1. Berdasarkan hasil observasi pada status pasien, respon pasien pasca 0,3 2
tindakan kurang terpantau 0,6
2. SAK dan SOP belum maksimal di gunakan 0,4 2
3. Pengawasan terhadap sistematika pendokumentasian belum dilaksanakan 0,3 3 0,8
secara optimal 0,9
TOTAL 1
2,3
b. EksternalFaktor (EFAS) O-T=
Opportunity 2,6
1. Adanya mahasiswa S-1 keperawatan praktik manajemen keperawatan untuk 0,3 3 -2,5 =

126
mengembangkan system dokumentasi PIE 0,9 0,1
2. Kerjasama yang baik Antara perawat ruangan dan mahasiswa 0,3 3
3. System MAKP yang diterapkan mahasiswa S-1 Keperawatan 0,4 2 0,9
TOTAL 1 0,8
Threathened 2,6
1. Tingkat kesadaran masyarakat akan tanggung jawab dan tanggung gugat 0,5 2
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan kesehatan 0,5 2 1,5
TOTAL 1 1
2,5

127
3.1.7 M4 (MONEY)

Rincian Tagihan Pasien UMUM

No Uraian Layanan Hak Kelas Jumlah Biaya Nilai Ket


Kelas Jaminan
1. Ruang 22
Akomodasi rawat inap 1 2A 6 540.000 0

Visite dokter spesialis 1 2A 3 240.000 0


Visite dokter spesialis 1 2A 5 400.000 0
2. Perawat ruang 22
Ganti linen atau verbed / 1 2A 8 32.000 0
tindakan
Skin test 1 2A 3 21.000 0
Pemeriksaan ttv paket/hari 1 2A 7 63.000 0
Observasi intensif (tanpa 1 2A 11 115.500 0
alat)
Resusitasi cairan (pada 1 2A 9 333.000 0
dehidrasi berat/syok
hipovolemik)
Injeksi obat/tindakan 1 2A 103 309.000 0
(im,iv,sc)
Rawat luka besar(>10 1 2A 1 33.000 0
kassa)
Seka atau memandikan 1 2A 4 36.000 0
pasien / tindakan
Nebulizer 1 2A 16 320.000 0
Phlebotomi + antar ke 1 2A 9 49.500 0
laborat / tindakan

Pemberian Oksigen 1 2A 4 64.000 0

81
(paket/24 jam)
Oksigen Nasal/jam 1 2A 16 80.000 0
Observasi bedside monitor 1 2A 1 18.000 0
Observasi masker/jam 1 2A 1 12.000 0
3. PETUGAS AHLI GIZI
Konsultasi gizi 1 2A 1 13.000 0
Visite dokter spesialis 1 2A 2 160.000 0
Pungsi asites 1 NON 1 200.000 0
KEL
AS

Rincian Tagihan Pasien BPJS NON PBI

No Uraian Layanan Hak Kelas Jumlah Biaya Nilai Ket


Kelas Jaminan
1. Ruang 22
Akomodasi rawat inap 2 2A 4 360.000 0
2. PERAWAT POLI
DIABETES
Rawat luka gangrene besar 2 2A 3 174.000 0
(Gr iv)
Bullectomy / necrotomy <9 2 2A 3 96.000 0
%
Visite dokter spesialis 2 4 320.000
3. PerawaT Ruang 22
Ganti linen atau verbed / 2 2A 4 16.000 0
tindakan
Pemeriksaan ttv paket/hari 2 2A 5 45.000 0
Observasi intensif (tanpa 2 5 52.500
alat)
Resusitasi cairan (pada 2 2A 11 407.000 0

82
dehidrasi berat/syok
hipovolemik)
Injeksi obat/tindakan 2 2A 64 192.000 0
(im,iv,sc)
Skin Test 2 2A 1 7.000 0
Phlebotomi + antar ke 2 2A 7 38.500 0
laborat / tindakan
Nebulizer 2 2A 8 160.000 0
Lepas infus 2 2A 2 14.000 0
Pasang infus / abocath 2 2A 2 24.000 0
Seka atau memandikan 2 2A 3 27.000 0
pasien / tindakan
Observasi bedside monitor 2 2A 2 36.000 0
Oksigen Nasal/jam 2 2A 2 10.000 0
Pemberian Oksigen 2 2A 2 32.000 0
(paket/24 jam)
Pemeriksaan Gda Stik 2 NON 1 25.000 0
KELAS

Rincian Tagihan Pasien BPJS PBI

No Uraian Layanan Hak Kelas Jumlah Biaya Nilai Ket


Kelas Jamina
n
1. Ruang 22
Akomodasi rawat inap 3 3 2 130.000 0
visite dokter spesialis 3 3 1 45.000 0
2. Perawat Ruang 22
Ganti linen atau verbed / 3 3 2 7.000 0

83
tindakan
Pemeriksaan ttv paket/hari 3 3 2 16.000 0
Observasi intensif (tanpa 3 2A 2 21.000 0
alat)
Resusitasi cairan (pada 3 3 2 70.000 0
dehidrasi berat/syok
hipovolemik)
Injeksi obat/tindakan 3 3 12 30.000 0
(im,iv,sc)
Pemberian Oksigen 3 3 2 30.000 0
(paket/24 jam)
Oksigen Nasal/jam 3 3 1 5.000 0
Nebulizer 3 3 3 54.000 0
Skin Test 3 3 1 6.000 0
Phlebotomi + antar ke 3 3 3 15.000 0
laborat / tindakan
Konseling Vct atau Pmtct 3 3 1 23.000 0
oleh tenaga keperawatan
Oksigen Nasal/hari 3 3 1 95.000 0

BESARAN TARIF PELAYANAN RAWAT INAP


DI BLUD RSUD KABUPASAIFUL ANWAR MALANG

1. Tarif Akomodasi
1.1 Tarif Akomodasi Rawat Inap

NO KOMPONEN Kelas III R.Isolasi Kelas Kelas I VIP VVIP


II
1. Sewa Kamar 35.000 60.000 50.000 60.000 115.000 270.000
2. Biaya Makan 30.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000
JUMLAH 65.000 90.000 90.000 110.00 175.000 340.000

84
1.2 Tarif Akomodasi Rawat Intensif

N KOMPONEN ICU/ICCU/NICU/PICU HCU/PERINA


O LEVEL 2
1. Sewa Kamar 200.000 120.000
2. Biaya Makan 40.000 40.000

1.3 Tarif Akomodasi Ruang Pulih Sadar

N KOMPONEN < 6 jam 6 jam s.d 24 jam


O
1. Sewa Kamar 15.000 120.000
2. Biaya Makan 10.000/kali makan 30.000/3x makan

2. Tarif Visite dan Konsul Dokter


1.1 Tarif Visite dan Konsul Dokter Rawat Inap

NO KOMPONEN Kelas III R.Isolasi Kelas Kelas I VIP VVIP


II
1. Dokter 45.000 95.000 80.000 90.000 130.00 150.000
Spesialis 0
2. Dokter Umum 25.000 35.000 45.000 50.000 60.000 65.000

1. Tarif Visited an Konsul

N TINDAKAN TARIF TARIF TARIF


O RUANG ODC RUANG
IGD RESUSITASI
1. Visite Dokter Umum - 35.000 -
2. Visite Dokter Spesialis - - 100.000
3. Konsultasi dengan Dokter - - 25.000
Spesialis
a. Konsul via telepon apabila ada 15.000 15.000 21.000

85
masalah kegawatan (diluar jam
kerja s.d pkl 21.00 WIB)
b. Konsul via telepon apabila ada 20.000 20.000 26.000
masalah kegawatan (diatas pkl
21.00 – 07.00 WIB)
c. Konsul datang pada saat jam 20.000 20.000 36.000
kerja
d. Konsul datang apabila ada 40.000 40.000 70.000
masalah kegawatan (di luar jam
kerja s.d pkl 21.00)
e. Konsul datang apabila ada 60.000 60.000 80.000
masalah keperawatan (diatas
pkl 21.00 – 07.00)
4. Konsultasi dengan Dokter Jaga - - -
IGD
a. Konsul datang di luar visite - 18.000 30.000
apabila ada masalah kegawatan
(diatas pkl 07.00 – 21.00 WIB)
b. Konsul datang di luar visite - 22.500 35.000
apabila ada masalah kegawatan
(diatas pkl 21.00 – 07.00 WIB)

2. Tarif Akomodasi

N TINDAKAN TARIF TARIF RUANG


O ODC RESUSITASI
1. Sewa kamar, terdiri atas : 15.000 120.000
a. Sarana 7.000 110.000
b. Laundry 3.000 4.000
c. CSSD 5.000 6.000
2 Biaya makan/diet personde per hari 25.000 40.000

86
JUMLAH 40.000

2. Tarif Visite dan Konsul Dokter


2.1 Tarif Visite dan Konsul Dokter Rawat Inap

N KOMPONE Kelas R.Isolas Kelas Kelas VIP VVIP


O N III i II I
1. Dokter 45.00 55.000 80.00 90.00 130.00 150.00
Spesialis 0 0 0 0 0
2. Dokter Umum 25.00 35.000 45.00 50.00 60.000 65.000
0 0 0
3. Konsul
Dokter
Spesialis
a. Konsul via 14.00 14.000 21.00 26.00 33.000 38.000
telepon 0 0 0
apabila ada
masalah
kegawatan
(diatas pkl
07.00 - 21.00
WIB)
Db Konsul via 18.00 18.000 26.00 31.00 38.000 43.000
. telepon 0 0 0
apabila ada
masalah
kegawatan
(diatas pkl
21.00 – 07.00
WIB)
c. Konsul datang 18.00 18.000 36.00 41.00 48.000 53.000
di luar visite

87
saat jam dinas 0 0 0
apabila ada
masalah
kegawatan
(diatas pkl
07.00 – 14.00
WIB)
d. Konsul datang 22.00 22.000 66.00 76.00 118.00 138.00
di luar visite 0 0 0 0 0
saat jam dinas
apabila ada
masalah
kegawatan
(diatas pkl
14.00 – 21.00
WIB)
e. Konsul datang 34.00 42.000 76.00 86.00 128.00 148.00
di luar visite 0 0 0 0 0
saat jam dinas
apabila ada
masalah
kegawatan
(diatas pkl
21.00 – 07.00
WIB)
4. Konsul
Dokter Jaga
IGD
a. Konsul datang 16.00 16.000 21.00 26.00 38.000 48.000
apabila ada 0 0 0
masalah
kegawatan

88
(diatas pkl
07.00 – 21.00
WIB)
b. Konsul datang 21.00 21.000 26.00 31.00 43.000 53.000
apabila ada 0 0 0
masalah
kegawatan
(diatas pkl
21.00 – 07.00
WIB)

2.2 Tarif Visite dan Konsul Dokter Rawat Intensif

N KOMPONEN ICU/ICCU/NICU/PICU HCU/PERINA


O LEVEL 2
1. Visite Dokter 100.000 80.000
Spesialis
2. Visite Dokter Umum 50.000 40.000
Konsul via telepom 21.000 21.000
apabila ada masalah
kegawatan (diatas pkl
07.00 – 21.00 WIB)
Konsul via telepom 26.000 26.000
apabila ada masalah
kegawatan (diatas pkl
21.00 – 07.00 WIB)

No Uraian Layanan Hak Kelas Jumlah Biaya Nilai Ket


Kelas Jamina
n
Akomodasi rawat 1 3 7 630.000 0

89
inap
Visite dokter 1 1A 9 900.000 0
spesialis
Visite dokter 1 1A 1 50.000 0
umum
Ganti linen atau 1 1A 19 95.000 0
verbed/tindakan
Pemeriksaan ttv 1 1A 12 132.000 0
paket/hari
Observasi 1 1A 19 247.000 0
intensif tanpa alat
Injeksi obat/ 1 1A 197 788.000 0
tindakan
(im,iv,sc)
Phlebotomi+antar 1 1A 28 168.000 0
ke laborat/
tindakan
Observasi 1 1A 7 147.000 0
bedside monitor
Resusitasi cairan 1 1A 27 1.026.00 0
(pada dehidrasi 0
berat/syok
hipovolemik)
Oksigen 1 1A 10 55.000 0
nasal/jam
Pemberian 1 1A 7 119.000 0
oksigen (paket/24
jam)
Seka atau 1 1A 7 70.000 0
memandikan
pasien/tindakan

90
Lepas infus 1 1A 6 48.000 0
Pasang 1 1A 5 65.000 0
infus/abocath
Skin test 1 1A 8 60.000 0
Rawat luka besar 1 1A 12 420.000 0
(>10 kassa)
Sampling darah 1 1A 1 13.000 0
arteri+antar ke
laborat/tindakan
Nebulizer 1 1A 27 594.000 0
Rawat luka 1 1A 2 36.000 0
sedang (6-10
kassa)
Rawat luka 1 1A 1 63.000 0
gangrene besar
(Gr Iv)
Visite dokter 1 1A 8 800.000 0
spesialis
Tabel 3.16 keuangan ruang 22

3.1.8 Analisa SWOT M-4 (Money)

No SWOT Bobot Rating Bobot X Rating


Keuangan (M4) (S – W)
a. Internal faktor (IFAS ) 2,2 – 2 =
Strength 0,2
1. Ada pendapatan tambahan yaitu dari 0,2 3 0,6
usaha koperasi ruangan 0,2 2 0,4
2. Ada pendapatan dari jasa medic untuk
pasien dengan biaya BPJS yang dapat 0,15 2 0,3
di klaim setelah perawatan

91
3. Ada pendapatan dari jasa pelayanan 0,25 2 0,5
rumah sakit berupa remunerasi 0,2 2 0,4
4. Ada pendapatan dari jasa pelayanan
IRNA medis 1 2,2
5. Tiap perawat memperoleh pendapatan
dari rumah sakit berupa LP (lauk pauk)
\
TOTAL 0,25 2 0,5

0,75 2 1,5

Weakness 1 2
1. Jasa insentif untuk pelayanan dan jasa
medic yang diberikan sama untuk
semua perawat
2. System administrasi belum terpusat

TOTAL

92
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Pengeluaran sebagian besar dibiayai 0,3 3 0,9
institusi
2. Ada kesempatan untuk menggunakan 0,35 3 1,05
instrument medis dengan re-use 0,35 3 1,05
sehingga menghemat pengeluaran
3. Ada kesempatan untuk menambah
penghasilan ruangan dari usaha 1 3
koperasi.
(O – T)
TOTAL 3–2=1

Threatened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 1 3 2
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih professional
sehingga membutuhkan pendanaan yang
lebih besar untuk mendanai sarana dan
prasarana
TOTAL 1 2

93
3.1.9 MUTU PELAYANAN (M5 - MUTU)
a. Perawatan Diri

Kategor
Deskripsi Jumlah Pasien
i
Mandiri dalam hal makan, BAK/BAB,
A mengenakan pakaian, pergi ke toilet, 7
berpindah, dan mandi
Mandiri semuanya, kecuali salah satu dari
B 5
fungsi diatas
Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari
C 2
fungsi atas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah
D 1
dan salah satu diatas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ketoilet,
E -
dan salah satu fungsi diatas
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ketoilet,
F 1
berpindah dan salah satu fungsi diatas
G Ketergantungan untuk semua fungsi diatas 2
Total 18
Tabel 3.5 Perawatan Diri

FORMULA =

perawatan
Jumlah pasien yang tidak terpenuhi
minggu
x 100 %
Jumlah pasiendirawat dan ketergantungantotal dan partian care

Dari hasil observasi perawatan diri pada pasien ruang 22 tanggal 13-15
Juli 2020 didapatkan hasil bahwa :

1. Hampir setengahnya (39%) pasien dengan kategori mandiri ditunjukan


dengan pasien dapat Makan, BAB/BAK berpakaian, toileting, berpindah
dan mandi sendiri
2. Hampir setengahnya (28%) pasien mandiri dalam melakukan kegiatan
hanya dibantu dalam mobilisasi/berpindah
3. Sebagian kecil (11%) pasien mandiri dalam melakukan aktivitas namun
tidak dapat mandi dan berpindah sendiri
4. Sebagian Kecil (6%) pasien mandiri dalam hal makan, BAB/BAK, namun
tidak dapat berpindah sendiri, mandi sendiri dan mengganti pakaian
sendiri

95
5. Sebagian Kecil (6%) pasien mandiri dalam hal makan , namun tidak
dengan mandi, berganti pakaian, berpindah BAB/BAK
6. Sebagian kecil (11%) pasien tidak dapat melakukan kegiatan sendiri
dibuktikan dengan pasien mengenakan NGT, Selang Kateter dan aktivitas
hanya di atas Bed
.
b. Kepuasan Pasien
FORMULA =

Jumlah pasien yang menyatakan puas padalayanan kesehatan


x 100 %
Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode tertentu

Dari data pada ruang 22 R.1-R.9 pada tanggal 13 Juli 2020 mengenai
kepuasaan pasien dengan menggunakan kuesioner yang berisi soal berbentuk
pertanyaan pilihan berdasarkan lima karakteristik yang dibagikan kepada
responden sebanyak 16 pasien secara umum menyatakan bahwa pelayanan
perawat di Ruang 22 yaitu sangat tidak puas sebanyak (0%), tidak puas sebanyak
(6.25%), cukup puas sebanyak (18.75%), puas sebanyak (37.5%), dan sangat
puas sebanyak (37.5 %).

c. Kecemasan
FORMULA =
Angka kejadian cemas pada ruang rawat umum =

Jumlah pasien cemas


100 %
Jumlah pasien yang dirawat

Dari data pada ruang 22 pada tanggal 13-15 Juli 2020 mengenai
kecemasan Zung Self pada pasien didapatkan jumlah pasien 15 orang
yang mengalami tidak cemas sebanyak (75%), yang mengalami cemas
ringan sebanyak 1 orang (25%), yang mengalami cemas sedang sebanyak
(0%), dan yang mengalami cemas berat sebanyak (0%).

96
d. ALOS (Average Length Of Stay)
1) ALOS secara umum
Lama rawat inap pasien diruang 22 pada tanggal 13-15 Juli 2020 dari
total pasien sebanyak 18 orang adalah 3 hari
2) ALOS secara khusus
Lama rawat inap pasien di ruang 22 mulai tanggal 13-17 juli 2020
TB Paru 10 orang : 3 hari
Bronkitis 3 orang : 6 hari
Stroke 1 orang : 4 hari
Efusi Pleura 2 orang : 4 hari
Ca Mamae 2 orang, : 3 hari
Anemia 1 orang : 3 hari

e. Penerapan Cuci Tangan


Dari hasil wawancara keluarga pasien sebanyak 13 orang keluarga pasien
didapatkan hasil bahwa hampir seluruhnya 84,6 % (11 orang) tidak mencuci
tangan sebelum kontak dengan pasien dan hanya mencuci tangan setelah
bersentuhan dengan pasien, dan hanya 15,4% (2 Orang) yang telah
melakukan cuci tangan dengan benar.

97
3.1.10 Analisa SWOT
SWOT Bobot Rating Bobot x rating
a. Internal Factor
(IFAS)
STRENGTH 0,2 2 0,4
1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
sudah terealisasi 0,1 2 0,2
2. Tidak ada perbedaan pelayanan kesehatan
terhadap pasien umum dan BPJS 0,3 3 0.9
3. Sebagai tempat praktek mahasiswa keperawatan
(S – W)
D3 maupun S1 0.2 2 0,4
2,3-
4. Rata-rata BOR cukup baik 0.2 2 0,4
2,5=
5. Edukasi petugas tentang tata tertib pengunjung
-0,2
sudah maksimal

Jumlah 1 2,3
WEAKNESS
1. Keluarga tidak mencuci tangan saat pertama 0,5 3 1.5
kontak dengan pasien diruangan
2. Jumlah penunggu pasien lebih dari satu 0,3 2 0,6
3. Jumlah pengunjung yang masuk keruangan banyak 0.2 2 0.4
lebih dari satu
Jumlah 1 2,5
b. External Factor Analysis Strategic (EFAS) (O –
OPPORTUNITY T)
1. Mahasiswa S1 keperawatan praktek manajemen 0.3 3 0.9 2.9 –
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan 0.4 3 1.2 2.5
mahasiswa =0,4
3. Telah tersedianya leaflet TB paru 0.2 3 0.6
4. Tersedianya masker dikoperasi rumah sakit 0.1 2 0.2
Jumlah 1 2.9
THREATENED
1. Adanya peningkatan standar masyarakat yang 0,5 2 1
harus dipenuhi

98
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan 0.5 3 1.5
keperawatan
Jumlah 1 2.5

99
3.2 DIAGRAM KARTESIUS

o
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
-1

Keterangan :
M1 : Man (0,4 , 0,6)
M2 : Material (0,4 , 0,5)
M3 : Method (0,7;0,3
MAKP : (0,3 , 0,7)
Sentralisasi Obat (SO) : (0,2 , 0,4)
Super Visi (SV) : (0,5 , 0,5)
Timbang Terima (ST) : (-0,5 , 0,1)
Discharge Planning (DP) : (0,7 , 0,5)
Ronde Keperawatan (RK) : (-0,4 , 0,5)
Dokumentasi Keperawatan (DK) : (0,7 , 0,1)
M4 : Money (0,2 , 0,1)
M5 : Mutu (0,2, 0,9)

100
3.3 PENENTUAN MASALAH
Berdasarkan Pengkajian yang telah di lakukan oleh mahasiswa selama 2
minggu diruang 22 maka mahasiswa mengangkat masalah diantaranya
adalah :
1) Timbang Terima (M3)
Timbang terima diangkat menjadi masalah berdasarkan dari hasil
pengkajian terdapat beberapa hal yang kurang dalam penerapan di M3
(Methode)
- Dilaksanakan 3 x sehari. Pagi jam 07.00 WIB, sore jam 14.00 WIB,

malam jam 20.00.

- Perawat Lebih terfokus ke tindakan medis dari pada masalah

keperawatan

- Five moment jarang dilaksanakan

- Timbang terima hanya dilakukan di nurse station

- Pada saat timbang terima kedua tim tidak saling berhadapan

- Tidak dilaksanakan bed to bed kecuali pagi.

2) Kepatuhan Cuci Tangan (M5)


Berdasarkan hasil observasi dan lembar kuesioner didapatkan bahwa
keluarga pasien tidak melakukan handhygene dengan tepat dan benar
saat kontak dengan pasien hanya melakukan handhygene saat setelah ke
pasien.

101
BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
DAN POA PENYELESAIAN MASALAH
Setelah dilaksanakan pengkajian selama 3 hari (13 Juli 2020 sampai 15
juli 2020) didapatkan beberapa permasalahan di Ruang 22, untuk menyelesaikan
masalah tersebut maka perlu ditentukan prioritas masalah dan Plan Of Action dari
tiap-tiap masalah yang diangkat.
4.1 Penentuan Prioritas Masalah
Teknik prioritas masalah yang digunakan di sini adalah “teknik kriteria
matriks (criteria matrix technique)”, yaitu teknik pemungutan suara dengan
menggunakan kriteria tertentu. Secara sederhana dapat dibedakan atas 5
macam yaitu :
1. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude = Mg)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv)
3. Bisa dipecahkan (Managebility=Mn)
4. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing concern=Nc)
5. Ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas


1 Penataan 5 5 5 5 5 2500 1
obat dan
logistik alat
belum
optimal
2 Timbang 5 5 5 5 5 2500 2
terima
tidak
dilakukan
secara
optimal,
dilakukan
hanya pagi
hari saat
karu berada
diruangan

Keterangan :
5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = kurang penting, 2 = tidak penting, 1 =
sangat tidak penting

4.2 Alternatif Pemecahan Masalah

No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

102
1 Penataan obat dan 1. Terbatasnya waktu perawat 1. Bersama-sama mahasiswa praktik
logistik alat medik disebabkan oleh intervensi di ruang melakukan perubahan
belum optimal kolaborasi medis dan kecil dengan menyusun obat ke
melengkapi administrasi tempatnya
pasien ( status pasien) 2. Menyediakan peralatan yang
2. Banyak nya pasien/klien menunjang untuk mengingatkan
yang dituntut untuk di atau mememo setiap ruangan
sentralisasikan supaya meningkatkan kesadaran
3. Kurangnya kesadaran 3. Memotivasi perawat untuk
perawat untuk memenuhi melaksanakan kegiatan
sentralisasi obat pasien sentralisasi obat sebagai salah
satu tugas mandiri perawat

2 Timbang terima 1) Manajemen waktu perawat 1. Memotivasi perawat untul lebih


tidak dilakukan yang tidak efektif datang tepat waktu
secara optimal, 2. Memberitahu saran kepada
dilakukan hanya perawat untuk tetap melakukan
pagi hari saat karu timbang terima walaupun tidak
berada diruangan didampingi dengan karu

4.3 Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah


Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = Mg)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitivitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Efisiensi Biaya (Efficiency = E)

No Daftar Alternatif Jalan Efektivitas Efisie Jumlah Prioritas


Keluar n
MxIxV
E
M I V E
1
1. Bersama-sama mahasiswa praktik 5 5 5 1 125 1
di ruang melakukan perubahan
kecil dengan menyusun obat ke
tempatnya
2. Menyediakan peralatan yang
menunjang untuk mengingatkan
atau mememo setiap ruangan
supaya meningkatkan kesadaran
3. Memotivasi perawat untuk
melaksanakan kegiatan
4 5 5 4 25 3
sentralisasi obat sebagai salah satu
tugas mandiri perawat

5 5 4 1 100 2
2 1. Memotivasi perawat untul lebih 5 5 5 4 31 2
datang tepat waktu
2. Memberitahu saran kepada
perawat untuk tetap melakukan
timbang terima walaupun tidak 5 5 5 1 125 1
didampingi dengan karu

103
4.4 Indikator Keberhasilan Program

1. Memenuhi Sentralisasi Obat pasien


Indikator Keberhasilan:
1. Bersama-sama mahasiswa praktik di ruang melakukan perubahan
kecil dengan menyusun obat ke tempatnya
2. Menyediakan memo setiap ruangan supaya meningkatkan kesadaran
3. Memotivasi perawat untuk melaksanakan kegiatan sentralisasi obat
sebagai salah satu tugas mandiri perawat

Hasil yang ingin dicapai:


1. Sentralisasi obat berjalan optimal
2. Meningkatkan kesadaran perawat.
3. Motivasi perawat meningkat untuk melaksanakan kegiatan KDM
4. Lebih Efisien dalam Sentralisasi Obat

2. Memenuhi Timbang Terima


Indikator Keberhasilan:
a. Memotivasi perawat untul lebih datang tepat waktu
b. Memberitahu saran kepada perawat untuk tetap melakukan timbang
terima walaupun tidak didampingi dengan karu
Hasil yang ingin dicapai:
a. Timbang terima berjalan optimal
b. Meningkatkan kesadaran perawat
c. Lebih efisien dalam timbang terima

104
4.5 Rencana Kegiatan

N Prioritas Faktor Penyebab Why What Where When Who How POA How
o masalah Much
1 Mengolaha 1. Terbatasnya Agar 1. Bersama-sama mahasiswa Ruang 22 13 Juli  Karu 1. Sosialisasi 100%
n obat dan waktu perawat meningkatkan praktik di ruang melakukan 2020 masalah
 Perawat
logistik alat disebabkan oleh pengaturan obat perubahan kecil dengan 2. Membuat jadwal
medik intervensi dan kerapian, dan menyusun obat ke tempatnya
pelaksana untuk pengaturan
belum kolaborasi medis untuk 2. Menyediakan peralatan yang  Mahasiswa obat(seusai
optimal dan melengkapi memudahkan menunjang untuk praktik operan)
administrasi pengambilan obat mengingatkan atau mememo 3. Menyediakan
pasien ( status supaya tidak setiap ruangan supaya peralatan yang
pasien) terjadi medic meningkatkan kesadaran berhubungan
2. Banyak nya error. 3. Memotivasi perawat untuk dengan
pasien/klien yang melaksanakan kegiatan pemenuhan
dituntut untuk di sentralisasi obat sebagai salah sentralisasi obat
sentralisasikan satu tugas mandiri perawat dengan memo
3. Kurangnya 4. Melibatkan
kesadaran mahasiswa
perawat untuk praktik dalam
memenuhi kegiatan
Sentralisasi obat pemenuhan
pasien pengaturan obat
5. Observasi
implementasi
6. Evaluasi

2 Timbang Manajemen waktu Agar 1. Memotivasi perawat untul Ruang 22 13 Juli  Karu 1. Sosialisasi 100%
terima perawat yang tidak meningkatkan lebih datang tepat waktu 2020 masalah
 Perawat

105
tidak efektif efektif waktu 2. Memberitahu saran kepada pelaksana 2. Mengoptimalkan
dilakukan perawat sehingga perawat untuk tetap  Mahasiswa timbang terima
secara timbang terima melakukan timbang terima 3. Observasi
praktik
optimal, dapat berjalan walaupun tidak didampingi Implementasi
dilakukan dengan lancar dengan karu 4. Evaluasi
hanya pagi
hari saat
karu berada
diruangan

106
BAB V

IMPLEMENTASI

5.1 Strategi kegiatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dalam satu minggu dan


dilakukannnya Analisa SWOT, kami mengambil suatu masalah yaitu sentralisasi obat
dan timbang terima, kemuadian dibuat suatu rencana untuk menyelesaikan masalah
tersebut.

1. Startegi Implementasi
a. Sentralisasi Obat dan logistik Penempatan
Terbatasnya waktu perawat disebabkan oleh intervensi kolaborasi medis dan
melengkapi administrasi pasien ( status pasien), banyak nya pasien/klien yang
dituntut untuk di sentralisasikan, dan kurangnya kesadaran perawat untuk
memenuhi sentralisasi obat pasien.

i. Persiapan
 Membuat tempat sentralisasi obat, dan SPO untuk penempatanobat yang
baik.
 Membuat SOP Pengelolaan dan sentralisasi penempatan obat..
 Membuat lembar evaluasi untuk perbandingan sesudah dan sebelum.
 Membuat Informed Consent
 Mendiskusikan dengan perawat ruangan tentang implementasi
sentralisasi obat yang akan dilakukan.
 Sosialisasi masalah yang akan dilakukan di ruangan dengan perawat dan
karu ruangan yang bersangkutan untuk dapat menjalankan tugas
implementasi dengan baik, dan menentukan masalah apa yang dapat
diambil untuk dipecahkan.
ii. Pelaksanaan
 Bersama-sama mahasiswa praktik di ruang melakukan perubahan
kecil dengan menyusun obat ke tempatnya
 Menyediakan peralatan yang menunjang untuk mengingatkan atau
mememo setiap ruangan supaya meningkatkan kesadaran
 Memotivasi perawat untuk melaksanakan kegiatan sentralisasi obat
sebagai salah satu tugas mandiri perawat

118
 Menyediakan tempat untuk penempatan alat dan obat untuk
tindakan keperawatan.
 Menyusun alat dan obat supaya mudah untuk dijangkau dan dapat
dilaksanakan dengan mudah cara penempatannya.
 Mengajarkan atau menrealisasikan kegiatan supaya dapat diikuti
oleh semua perawat di ruangan.
IMPLEMENTASI
a. Tanggal 02, Minggu
Melakukan persiapan dengan membeli alat dan tempat untuk sentralisasi
obat dan penempatan alat medik, dengan membelinya di toko swalayan.
Hasilnya alat sudah dibeli dan di siapkan di rumah untuk dibawa besok.

b. Tanggal 03, Senin


Melakukan pelaksanaan sentralisasi obat dan penempatan alat medik di
ruangan interna 1 dengan menyusun ulang tempat obat dan alat medik
yang berantakan dengan menyusunya di tempat yang sudah disediakan, di
di erapkan di ruangan untuk memilah obat dan alat medik dengan baik.
Dan hasilnya perawat menerima dengan baik, dan ikut merapikan.

c. Tanggal 03 sampai 10
Malakukan penerapan implementasi dan evaluasi setiap harinya untuk
proses perkembangan dan penerapan implementasi yang diberikan, dengan
cara mengobservasi setiap ada kegiatan penempatan obat dan perapian alat
medik, pengambilan, dan alur sentralisasi obat, dan untuk observasinya
dilakukan dengan ada lembar observasi yang telah dibuat dan dinilai. Dari
sini mendapatkan hasil yang banyak dari hasil observasi.

d. Tanggal 12 sampai 18
Melakukan pengolahan data dan menyimpulkan hasil dari POA
implementasi yang telah dilakukan untuk dilakukan dismensasi akhir.
Dengan hasil sudah dapat dilihat dan di persentasikan.

119
B. Sosialisasi Masalah
Sosialisasi masalah sudah dilakukan di ruangan dengan perawat dan karu
ruangan yang bersangkutan untuk dapat menjalankan tugas implementasi dengan
baik, dan menentukan masalah apa yang dapat diambil untuk dipecahkan.

120
C. Hambatan Pelaksanaan Implementasi
Implementasi terhadap sentralisasi obat sudah dilakukan sesuai dengan
SOP dan Asessemant, tetapi ada suatu hambatan dalam pelaksanaan ini sebagai
berikut :

 Ruangan yang tidak memampuni untuk standar yang baik yaitu ruangan
digabung dengan ruangan perawat bekerja, tidak memiliki tempat obat
khusus yang harus ada ketentuan suhu ruangan dll yang sesuai dengan
SOP.
 Sarana dan prasarana yang kurang seperti tidak tersedianya tempat untuk
penyimpanan obat secara maksimal.
 Kurangnya tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan sentralisasi
obat karena waktu yang diperlukan terbatas.

121
BAB VI

EVALUASI

6.1. Perbandingan Sebelum dan Sesudah POA


Perbandingan yang didapat dari sebelum dan sesudah diberikan terapi menuruk
grafik batang dan grafik garis adalah sebagai berikut:

PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH


IMPLEMENTASI POA
14

12

10

8
Sebelum
6
Sesudah
4

0
Sebelum Sesudah

Perbandingan Evaluasi
Implementasi
14
Sebelu
12 m
10
8
8
6 9
4 10
2 12
0
13
14
15

122
Dari hasil perbandingan di atas dapat disimpulkan kalau ada perubahan yang signifikant
dari implementasi POA yang dilakukan yaitu perbandingannya 7/12 yaitu dari sebelum
dan sesudah mengalami peningkatan 33,3% sejak dilakukan POA yang telah dilakukan.
Kesimpulannya dari 33,3% itu dari sebelum dilakukan

123
implementasi dari 5 pernyataan (dapat dilihat di lampiran) yang berpoint
besar pada point 2 dan 4 yaitu point penerimaan obat dan pembagian obat,
setelah dilakukan implementasi didapatkan hasil yang signifikant pada
point 3, 4, dan 5 yaitu peningkatan pada penempatan obat, pembagian obat,
dan penambahan obat baru yang di jumlahkan dan ditotalkan dapat
meningkat yang awalnya 7 mejadi 12 point, dengan perbedaan 33,3%.

124

Anda mungkin juga menyukai