Tabel 3.6 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai RS Tingkat
II Dr Soepraoen pada tanggal 6 April 2016 Commented [W85]: Poin apa yang membedakan 3.4 dan 3.6 ini
Nama Skor
Diagnosa Medis
Pasien Ketergantungan
Tn. T Pneumonia+Dispepsia syndrome P
Tn. S CHF P
Ny. R ALO P
Tn. G COPD+ Asma P
Tn. B CHF+Pneumonia P
Ny. A DHF+Anemia M
Ny. H CKD+CHF P
Ny. D Post Op. Laparatomy T
Ny. M CHF+Pneumonia+Selulitis P
Ny. F DHF+Typoid P
Ny. S CVA+DM+CHF P
Tn. B COPD+Pneumonia P
Tn. M CHF+DM P
Ny. H Anemia+MDS M
Ny. S DM+Dispepsia+Retensi Urine P
Ny. S IDDM+CVA P
Tn. T OMA+Anemia+Septic Condition T
Ny. M Gastritis M
Ny. Y Afi+Dysp Syndrome P
Tn. P Chest Pain T
Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 5 April
2016 terdapat 16 pasien, sebanyak 3 pasien yang dirawat memiliki tingkat
ketergantungan total, 14 pasien memiliki tingkat ketergantugan parsial dan 3
pasien memiliki tingkat ketergantungan minimal.
Alat-alat tenun saat ini disimpan di ICSS. Setiap kali ada alat tenun yang kotor
langsung dikirim ke ICSS dan ruangan akan mendapatkan alat-alat tenun
yang bersih sesuai dengan kebutuhan ruangan.
Operan merupakan suatu timbang terima tugas dari shift satu ke shift lain
dengan waktu, isi dan strategi yang telah ditentukan. Operan mampu
mengkomunikasikan secara tertulis dan lisan pada staf keperawatan dan tim
kesehatan lain yang memerlukan data klien secara teratur. Operan dilakukan setiap
pergantian shift (100%) pada tanggal 5 – 6 Oktober 2016.
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi. Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post conference adalah diskusi
tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Pada
tanggal 5 – 6 Oktober 2016, pelaksanaan operan di ruang Teratai yaitu sebagai berikut
:
1) Pre dan post conference digabung dengan operan, sehingga tidak pernah
dilaksanakan pre dan post conference
2) Tim yang akan menerima operan shift membawa buku catatan
3) Belum maksimalnya perkenalan diri perawat penerima operan
4) Timbang terima sudah dilakukan dengan cukup baik (PP melaporkan identitas
pasien, keluhan utama, dan intervensi yang suduh dilakukan maupun rencana
intervensi selanjutnya) tetapi intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan
MK dan MK masih jarang disebutkan saat operan, banyak terfokus pada
tindakan medis
5) Belum dilakukan pembukaan seperti salam dan penutup yaitu salam dan
pembacaan doa sebelum aktivitas kerja di ruangan pada saat operan.
- orang 2 orang
Pada tanggal 5 – 6 Oktober 2016, jumlah pasien baru ada 2 orang.
Berdasarkan observasi semua pasien sudah diorientasikan terkait ruangan, cuci
tangan, hak pasien dan keluarga, dan peraturan rumah sakit.
c. Ronde Keperawatan
Saat melakukan wawancara kepada perawat, perawat mengatakan bahwa
ronde keperawatan dilakukan dalam raber (rawat bersama) untuk membahas
penyakit pasien yang dinilai serius dan butuh kolaborasi tenaga kesehatan lain.
Belum ada jadwal tertulis dalam melakukan ronde, sehingga sifatnya incidental. Commented [W87]: Pasien yang dilakukan ronde keperawatan
saat pelaksanaan incidental tersebut bagaimana
d. Pendidikan Kesehatan
Saat dilakukan wawancara dengan perawat, pendidikan kesehatan
biasanya diberikan langsung kepada pasien dan keluarga secara lisan dengan
memberi KIE terkait penyakit klien. Saat ini ada jadwal khusus dalam ruangan
untuk promosi kesehatan, yakni setiap hari rabu, kamis atau jumat. Selain itu
PKMRS yang dibentuk oleh tim RSU Karsa Husada Batu dan penunjukan perawat
penanggung jawab PKMRS ruangan telah berjalan dan telah terdokumentasi. Jika
ada mahasiswa praktikan, biasanya pendidikan kesehatan dilakukan bersama
mahasiswa praktikan.
e. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat oral maupun injeksi berada di apotik. Untuk pengambilan obat
dilakukan oleh perawat. PJ obat hanya bertanggung jawab untuk menjaga
keberadaan obat. Obat per oral dan injeksi sudah ditempatkan dalam satu tempat
yang sama, diberi identitas nama pasien dan nomor bed agar tidak tertukar antar
pasien. Untuk obat emergency (terbatas) seperti dopamin, norepinefrin, epinefrin,
sulfat atrofin disediakan di ruangan dalam troli emergency.
3.1.4 MONEY
a. Sistem Gaji dan Remunerisasi SDM
Sumber dana gaji pegawai golongan PNS di Ruang Teratai Rumah Sakit
Karsa Husada Batu berasal dari pemerintah, dan sumber dana gaji
pegawai Non-PNS (honorer) berasal dari rumah sakit itu sendiri beserta
insentif per bulan berasal dari instalasi watnap masing-masing.
b. Sumber Pendapatan Ruangan
Sumber pendapatan Ruang Teratai Rumah Sakit Karsa Husada Batu
berasal dari Pemerintah yang diatur oleh rumah sakit untuk dibagikan ke
setiap ruangan di rumah sakit sesuai kebutuhannya yang tersentralisasi
dari instalasi watnap.
c. Anggaran Pengadaan Alat dan Renovasi
Pengajuan anggaran pengadaan alat dan renovasi, Ruang Teratai tidak
mendapatkan anggaran berupa dana tunai melainkan langsung berupa
logistik dan alat dari Rumah Sakit. Untuk hal yang bersifat insidentil,
ruangan melalui Kepala Ruangan dapat mengajukan rencana barang-
barang yang dibutuhkan setiap bulan yang kemudian akan ditindaklanjuti
oleh pihak Rumah Sakit.
d. Tarif Rawat Inap
1. Daftar Tarif Rawat Inap
JASA
NO URAIAN KAMAR TOTAL
DOKTER PERAWAT GIZI
3.1.5 MARKET
1. Efisiensi Ruang Rawat Inap
Hasil pengkajian analisis selama tanggal 5 – 6 Oktober 2016 di
Ruang Teratai RSU Karsa Husada Batu.
a. BOR
Jumlah tempat tidur adalah 22 buah. Jumlah pasien rata-rata
selama pengkajian tanggal adalah 5 – 6 Oktober 2016 adalah 19 orang
dengan BOR rata rata selama 2 hari adalah adalah
Jumlah BOR
Tgl
(∑Px/∑Bed x 100%)
Bed Px
5 Oktober 2016 22 18 81,8%
6 Oktober 2016
22 20 90,9%
Berdasarkan data dari bulan Juli 2016 - September 2016, kasus yang
terbanyak adalah kasus DHF.
d. Jumlah hari rawat inap
No. Rata – Rata Jumlah Hari Rawat
Bulan
Inap
1 Juli 4
2 Agustus 5
3 September 4
2. Jenis pembayaran
a. Pasien ditinjau dari sistem pembiayaan
1) BPJS
Askes aktif, Askes Non Hankam (ANH), Askes Hankam (AH),
Asuransi Mandiri, Jamkesmas, pegawai pemerintah non negeri, pegawai
swasta, pegawai lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.
a) Swasta
Pasien luar berhak (PLB)
b) Jamkesda
pengguna layanan kesehatan yang pembiayaannya ditanggung oleh
daerah asal masing-masing
Pengguna jasa pelayanan kesehatan di instalasi pelayanan kesehatan
dibedakan menjadi 3 yaitu pasien BPJS, Swasta (umum) dan Jamkesda.
Pasien BPJS adalah :
1. PNS yang masih dinas aktif dan dalam menjalankan MPP berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Istri/suami sah PNS yang masuk dan terdaftar dalam buku
penghasilan/daftar gaji.
3. Anak sah dari PNS berusia 0 – 25 tahun, masih sekolah (untuk anak yang
berusia 21 – 25 tahun wajib menunjukkan surat keterangan dari sekolah),
belum pernah kawin serta masuk dan terdaftar dalam buku
penghasilan/daftar gaji.
4. Pensiunan PNS/ penerima pensiun janda PNS dan keluarganya dapat
mengunankan jasa pelayanan kesehatan Kesad dengan menggunakan
fasilitas Askes serta wajib memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan
oleh PT. Askes Indonesia.
Semua klasifikasi pasien tersebut berhak mendapat pelayanan kesehatan
pada instalasi Kesad dengan ketentuan kelas pelayanan kesehatan sebagai
berikut:
1. Pelayanan rawat jalan berlaku sama bagi seluruh strata kepangkatan
PNS beserta keluarganya.
2. Untuk pelayanan rawat inap di instalasi Kesad, Kelas perawatan diatur
berdasarkan strata kepangkatan, sebagai berikut:
a. PNS Gol. IV/c ke atas dan keluarganya dirawat di bangsal perawatan
VIP.
b. PNS Gol. IV/a-b dan keluarganya dirawat di bangsal perawatan Kelas I
c. PNS Gol. III dan keluarganya dirawat di bangsal perawatan Kelas II.
d. PNS Gol I-II dan keluarganya dirawat di bangsal Kelas III.
b. Asal daerah pasien
Pasien yang dirawat di Ruang Teratai mayoritas Kota Batu dan daerah
Jawa Timur, bukan lintas provinsi.
Administrasi
Eko Iswati
Kepala Ruangan
Yuliana, Amd.Kep
Total 32 0
Prosentase 100% 0%
Total 24 3
Prosentase 88% 12%
Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan perawat pelaksana dalam
menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 88% sehingga dapat
dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan baik. Sehingga peran fungsi perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugasnya.
Beberapa point yang perlu menjadi perhatian pada tugas perawat
pelaksana adalah pemberian pelayanan keperawatan secara langsung dan
mandiri. Dari hasil studi wawancara didapatkan, tindakan mandiri keperawatan
sangat terbatas akibat beban tugas yang cukup banyak seperti fokus pada
tindakan kolaborasi dan administrasi. Intervensi mandiri perawat seperti
pemenuhan kebutuhan dasar (KDM) terutama dalam hal personal hygine masih
belum bisa dilakukan secara maksimal, dimana masih memberdayakan
keluarga pasien sendiri untuk melakukan kegiatan seperti memandikan pasien,
menyuapi pasien ,oral hygine. Belum tersedianya di ruangan alat-alat yang
menunjang pemberian KDM juga menjadi salah satu alasan kurang
maksimalnya pemenuhan KDM oleh perawat. Diagnosa dan intervensi
keperawatan yang digunakan masih dalam lingkup pendokumentasian pada
level rutinitas akibat terlalu tingginya waktu dalam kegiatan menulis. Kemudian
tugas penyuluhan dan edukasi juga sebenarnya sudah dilakukan, namun masih
kurang maksimal karena bila tidak ada mahasiswa praktikan, perawat kesulitan
melaksanakan tugas tersebut karena minimnya waktu serta fasilitas penunjang
penyuluhan.
Berdasarkan hasil survey pada 10 rekam medik klien, didapatkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Teratai
sudah baik dengan prosentase rata-rata 100%. Yaitu terdapat pengkajian pasien, catatan perkembangan pasien, evaluasi pasien
namun belum ditampilkan daftar prioritas diagnosa asuhan keperawatan.
5. Sistem penghitungan tenaga keperawatan
Sistem penghitungan tenaga kerja tidak dilakukan setiap hari oleh kepala
ruang.
6. Jadwal/shift dinas
Pembuatan jadwal shift/dinas dilakukan oleh kepala ruang dengan melibatkan
masukan dari perawat yang lain
7. Ketenagaan
a. Rencana kebutuhan Tenaga
Menggunakan metode penghitungan Gillies, dijelaskan lebih lanjut pada
kebutuhan perawat.
b. Penerimaan pegawai baru
Kepala ruangan menyerahkan sepenuhnya penerimaan pegawai baru baik
itu medis maupun non medis kepada instalasi WATNAP.
c. Sistem seleksi
Ruang Teratai memiliki persyaratan untuk pegawai (perawat) harus pernah
mengikuti magang di RSU Karsa Husada yang diselenggarakan oleh pihak
RS. Peraturan ini berlaku kepada perawat yang sudah bekerja di ruangan
dan untuk perawat yang masih magang.
d. Penempatan
Ruang Teratai masih belum bisa melakukan penempatan tenaga kerja
(perawat) sesuai dengan keahlian masing-masing di bidangnya. Karena
perawat Ruang Teratai memiliki keahlian yang hampir sama dan bersifat
umum dan menyeluruh, dalam arti perawat tidak menekuni hanya satu
bidang khusus untuk dikuasai. Misal, satu perawat mengerti dan mendalami
masalah sistem urologi mulai dari basic sampai tingkat yang advance.
e. Orientasi ruangan
Kepala ruangan dan perawat-perawat yang bertugas di Ruang Teratai selalu
mengorientasikan setiap karyawan baru yang telah dipilih oleh WATNAP.
Orientasi diantaranya pengenalan anggota tenaga kerja yang ada di
ruangan, orientasi ruangan, peralatan, peraturan-peraturan yang berlaku di
ruangan, dll.
f. Pengembangan staff: pendidikan dan pelatihan
Kepala ruangan selalu memberikan perizinan kepada siapapun perawat
yang ada di ruangan jika melanjutkan pendidikan. Meskipun ruangan tidak
membantu masalah finansial, ruangan tidak akan mempersulit kepada
perawat yang akan melanjutkan pendidikan. Sedangkan untuk
pengembangan staf berupa pelatihan, pendelegasian perawat sebagai
peserta ditentukan oleh instalasi WATNAP dan selanjutnya akan
disampaikan ke Kepala Ruangan melalui INSTALDIK.
g. Jenjang karier
Peningkatan jenjang karir di Ruang Teratai berdasarkan golongan bagi
perawat yang sudah PNS. Jenjang karir mengalami peningkatan setiap
masa kerja mencapai 4 tahun.
2. Motivasi
a. Cara memotivasi individu/ kelompok
Kepala ruang Teratai memotivasi perawat pelaksana dengan cara lisan saat
jam dinas sesuai shift masing-masing atau saat rapat pertemuan yang
dilaksanakan 3 bulan sekali.
b. Sistem Reward atau Punishment
Berdasarkan wawancara dari perawat, tidak ada sistem reward dan
punishment. Namun, Kepala ruang Teratai pernah memberikan reward atas
prestasi yang dilakukan oleh pegawai berupa sanjungan dan juga
punishment berupa peringatan atas pelanggaran yang dilakukan oleh
perawat secara sopan.
3. Supervisi
a. Mekanisme
Pelaksanaan pada Ruang Teratai sudah dilakukan 2 bulan sekali
dilakukan oleh pihak petugas watnap. Yang menentukan jadwal juga
watnap, ketika jadwal sudah turun, ruangan akan diberikan konfirmasi
sehingga pihak ruangan akan merencanakan jadwal shift untuk supervise.
Tidak ada mekanisme standar dalam pelaksanaan
b. Faktor penghambat
Tidak ada mekanisme standar dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaan
terdapat penghambat seperti keterbatasan waktu sehingga tidak dapat
dilaksanaan secara maksimal serta dalam pelaksanaannya tidak
terdokumentasi.
Beberapa contohnya adalah point supervisi yang perlu dioptimalisasi
adalah:
Perencanaan: menyusun rencana kerja harian, mingguan, bulanan, dan
tahunan, serta membuat rentang kendali.
Penilai: Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada
dibawah tanggungjawabnya dan mutu pelayanan.
Pengambilan tindakan koreksi: meneliti pengisian formulir sensus harian
pasien di ruang rawat serta mengobservasi orientasi pasien baru dan
mengaudit dokumentasi asuhan keperawatan.
4. Pendelegasian
Dalam proses pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab
apabila ada perawat yang tidak masuk maupun cuti sepenuhnya ditentukan
oleh kepala ruangan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan
tenaga keperawatan. Alur pendelegasian dilakukan dari atasan ke bawahan.
5. Mekanisme penyelesaian masalah: manajemen konflik
Konflik yang terjadi di Ruang Teratai diselesaikan bersifat accidental
dan secara kekeluargaan. Apabila ada kasus dan masalah diselesaikan secara
internal, namun jika masalah tidak dapat diselesaikan dapat berkonsultasi
dengan Ka. Instalasi Rawat Inap. Kepala Ruang menggunakan teknik
penyelesaian konflik secara kompromi atau negosiasi secara bersama-sama.
JumlahKejadianDekubitus
Formula = x100%
JumlahPasienBeresiko TerjadiDek ubitus
0
x100% 0%
4
Tabel 3.9 Tabel angka kejadian dekubitus di Ruang Teratai tanggal 5 -
6 Oktober 2016
TANGGAL TOTAL
No Variabel
5 6
1. Jumlah Kejadian Dekubitus 0 0 0%
2. Jumlah Pasien Beresiko terjadi
0 0 0%
Dekubitus
Angka kejadian Dekubitus 0 0 0%
TANGGAL TOTAL
Variabel
5 6
Salah Pasien 0 0 0
Salah nama dan tidak sesuai dengan identitas 0 0 0
Salah waktu 0 0 0
1.1 Terlambat pemberian obat 0 0 0
1.2 Pemberian obat yang terlalu cepat 0 0 0
1.3 Obat stop tetap dilanjutkan 0 0 0
3.1 Cara oral 0 0 0
3.2 Intra vena 0 0 0
3.3 Intra muskuler 0 0 0
3.4 Lain-lain 0 0 0
Salah dosis
4.1 Dosis kurang 0 0 0
4.2 Dosis berlebih 0 0 0
Salah obat 0 0 0
Salah dokumentasi 0 0 0
Jumlah Kesalahan 0 0 0
Jumlah pasien/hari 16 15 31
Total pasien 13 12 31
b. Angka Kejadian Pasien Jatuh
Formula
Jumlahpasienjatuh
= x100%
Jumlahpasienyangberesikojatuh
0
x100% 0%
6
TANGGAL TOTAL
No Variabel
5 6
1. Jumlah Pasien Jatuh 0 0 0
2. Jumlah Pasien yang beresiko jatuh 1 1 6
3. Angka kejadian jatuh 0 0 0%
c. Kejadian infeksi karena jarum infus
TANGGAL TOTAL
No Variabel
5 6
1. Jumlah Kejadian flebitis 0 0 0
2. Jumlah Pasien Beresiko terjadi flebitis 16 15 31
Jumlah S 1 3,03
WEANKNESS
1.
4 Intervensi mandiri perawat belum 8 4 32 0,2 4 0,8
dilakukan secara maksimal
khususnya terkait pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (KDM)
seperti berhias, personal hygine, dan
oral hygine belum dilakukan secara
optimal
Jumlah W 3,3
TOTAL S - W = - 0,27
OPPORTUNITY
Jumlah O 3,2
THREAT
Jumlah T 3
-0,27, 0,2