Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN INTRACEREBRAL HEMORRHAGE


DI RUANG SARAF
RS. UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

Dosen Pembimbing:

Ns. Dinar Wulan P., M. Kep

Disusun oleh kelompok 2:

Afrianto (SRP21318006)

Radita Dwi Safitri (SRP21318008)

Messy Henny Supriyani (SRP21318010)

Nada Az-Zahrah (SRP21318012)

Sisi Herdianti (SRP21318013)

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH


PONTIANAK

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Esa, puji syukur saya panjatkan
atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan-Nya sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN INTRACEREBRAL HEMORRHAGE DI RUANG SARAF RS.
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK” tepat pada waktunya. Hasil
asuhan keperawatan yang diambil kelompok merupakan asuhan keperawatan
dari salah satu pasien diruangan saraf Rumah Sakit Universitas Tanjung Pura
Pontianak pada bulan November 2021.

Kelompok telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan


makalah ini. Tidak lepas dari itu, penyusun juga ikut didukung dengan bantuan
oleh berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh karena itu,
kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kelompok sepenuhnya sadar bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan baik dari segi penyusunan kata maupun dari segi
lainnya. Maka dari itu, kelompok dengan lapang dada menerima kritikan dan
saran dalam upaya memperbaiki makalah ini.

Pontianak, 14 November 2021

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................i


KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................4

A. Definisi............................................................................................................4

B. Etiologi............................................................................................................4

C. Patofisiologi....................................................................................................6

D. Manifestasi Klinis...........................................................................................8

E. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................8

F. Penatalaksanaan..................................................................................................9

G. Komplikasi....................................................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................11

A. Pengkajian.....................................................................................................11

B. Analisa Data..................................................................................................17

C. Rencana Keperawatan...................................................................................19

D. Tindakan Keperawatan.................................................................................24

BAB IV........................................................................................................................29

KESIMPULAN...........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................xxx

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Intracerebral (ICH) merupakan pecahnya pembuluh darah sehinga darah


keluar dari pembuluh kemudian masuk ke dalam jaringan otak. (Iskandar
Junaidi. 2011). Intracerebral hemorrhage (ICH) adalah perdarahan yang
terjadi di dalam parenkim otak dan sistem ventrikel yang penyebabnya bukan
diakibatkan oleh trauma (Sacco et al., 2013). Pada perdarahan intracerebral
akan terjadi peningkatan tekanan intracranial (TIK) atau intracerebral
sehingga terjadi penekanan pada struktur otak dan pembuluh darah otak
secara menyeluruh. Hal ini akan menyebabkan penurunan aliran darah otak
timbul hipoksia, iskemia yang kemudian diikuti dengan influx ion kalsium
yang berlebihan dalam sel saraf (neuron). Akibat lebih lanjutnya adalah
terjadinya disfungsi membrane sel dan akhirnya terjadi kematian sel saraf
sehingga timbul gejala klinis deficit neurologis (Iskandar Junaidi. 2011).

Gejala yang timbul akibat deficit neurologis dapat berupa hemiparesis,


hemiplagia hemihipestesi, gangguan berbicara (afasia), bicara pelo,
hemianopsia, gangguan fungsi intelektual dan lain-lain (Misbach, 2011).
Salah satu gejalanya adalah hemiplagia dan hemiparesis yang dapat
menyebabkan kerusakan mobilitas fisik. Sebagian besar ICH batang otak
berasal dari arteri basilar yang memperdarahi pons. Perdarahan di midbrain
dan medulla oblongata jarang terjadi (Raison et al., 2008).

Kelumpuhan ini sering kali masih dialami pasien sewaktu keluar dari
rumah sakit dan biasanya kelemahan tangan lebih berat dibandingkan kaki
(Mulyatsih, 2008). Dampak yang sering muncul dari stroke adalah terjadi
gangguan mobilisasi fisiknya terutama terjadi hemiplegi dan hemiparese.
Gejala lain yang mungkin muncul adalah hilangnya sebagian penglihatan,
pusing, penglihatan ganda, bicara tidak jelas, gangguan keseimbangan dan
yang paling parah terjadi lumpuh permanen (Wiwit, 2010).

Menurut penelitian Takeuchi pada tahun 2013 terhadap 212 pasien


dengan ICH batang otak, 17% mengalami perdarahan yang terlokalisasi di
pons, 3,3% terlokalisasi di midbrain, 52,4% di pons dan midbrain, 7,5% di
pons dan medulla oblongata, dan 19,8% di pons, midbrain, dan medulla
oblongata (Takeuchi et al., 2013). Menurut penelitian Almohammedi pada
tahun 2020 terhadap 10 pasien dengan ICH batang otak, dari 10 pasien yang
diteliti semuanya mengalami ICH di pons, 10% di medulla oblongata, 10% di
midbrain, dan 30% mengalami perluasan ke ventrikel (Almohammedi et al.,
2020). ICH merupakan 15% dari angka kejadian stroke dengan angka
kematian 62% dalam satu tahun pertama dari onset, hanya 12–39% yang
dapat bertahan dan hidup secara independen (Sahni & Weinberger, 2007;
Washington et al., 2013). ICH diklasifikasikan menjadi ICH primer dan
sekunder berdasarkan etiologinya. ICH primer adalah perdarahan yang
diakibatkan oleh pembuluh darah arteri yang pecah secara spontan karena
adanya cerebral amyloid angiopathy (CAA) dan hipertensi, perdarahan
tersebut akan menjalar ke parenkim otak (Flower & Smith, 2011).

B. Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan keperawatan pada Tn M dengan intracerebral (ICH) ?
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan umum
Memaparkan asuhan keperawatan pada pasien intracerebral (ICH)
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu :
a. Melakukan pengkajian pada pasien intracerebral(ICH)
b. Merumuska diagnosa keperawatan pada pasien (ICH)
c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien intracerebral (ICH)
d. Melakukan implementasi pada pasien intracerebral(ICH)
e. Melakukan evaluasi pada pasien intracerebral (ICH)

2
D. Manfaat makalah
1. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi refrensi dan masukan dalam menyusun asuhan
keperawatan pada pasien intracerebral (ICH).

2. Bagi Rumah sakit


Dapat menjadi refrensi bagi rumah sakit untuk mempercepat
penyembuhan pada pasien intracerbral (ICH).
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dalam upaya meningkatan Asuhan
Keperawatan Pada pasien intracerebral (ICH).

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Perdarahan intraserebral spontan (ICH) merupakan perdarahan parenkim
otak yang juga dapat meluas ke ventrikel. (Irsyad, Hutagalung, Farhan, &
Tala, 2020).
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan pada jaringan parenkim otak,
menyebabkan kemerosotan pasien. Bukan hanya pendarahan, tetapi lokasi
pendarahan merupakan salah satu faktor penyebab kematian. Computed
Tomography (CT) scan merupakan salah satu pencitraan radiologi yang
umum digunakan untuk mengetahui derajat perdarahan pada kasus
perdarahan intraserebral. Selama CT scan, bagian otak di mana perdarahan
telah terjadi muncul sebagai massa putih dengan daerah hipodens di daerah
sekitarnya.
B. Etiologi
Hipertensi adalah faktor risiko utama dan paling umum dalam
perkembangan ICH, terutama di ganglia basal, talamus, pons, dan materi
putih serebelar dalam. Hipertensi ICH di lokalisasi ini sangat umum pada
pasien dengan hipertensi kronis, dan mereka tidak sesuai dengan
manajemen tekanan darah. Pada hipertensi kronis yang tidak terkontrol,
mekanisme patofisiologisnya adalah perkembangan aneurisma Charcot
Bouchard di dalam dasar pembuluh darah mikroarteriolar distal di tiga
wilayah arteri: lentikulostriata, talamoperforator, dan cabang paramedian
dari arteri basilar. Sebagian besar perdarahan pada ICH yang berhubungan
dengan hipertensi terjadi pada atau di dekat percabangan arteri penetrasi
kecil yang berasal dari arteri basilar atau arteri serebral anterior, tengah atau
posterior. Beberapa tempat ruptur dapat ditemukan di cabang arteri kecil
dengan diameter 50-700 mm, dan beberapa ruptur berhubungan dengan
lapisan agregat trombosit dan fibrin. Lesi ini termasuk kerusakan lamina

4
5

elastis, atrofi dan fragmentasi otot polos, diseksi dan degenerasi seluler
granular atau vesikular. (Irsyad, Hutagalung, Farhan, & Tala, 2020).

C. Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. keluarnya darah
dari pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau
didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan
tertekan.
Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak,
sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar perdarahan,
spasme ini dapat menyebarkeseluh hemisfer otak dan lingkatran willisi,
perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan bedinding
tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama
aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas.
Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir
ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. bila aliran darah ke otak turun
menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian
aktifitas listrik pada neuron tetapi stroktur sel masih baik, sehingga gejala
ini massih revisibel.
Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari
darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak
sangat tergantung pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2
terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-
8 menit akan terjadi jelas/lessi yang tidak putih lagi(ireversibel)dan
kemudian kematian. Pedarahan dapata meninggikan tekana intrakranial dan
menyebabkan ischemic di daaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga
dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum
maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat
berlangsung beberapa meni, jam bahkan beberapa hari.(Corwin,2009).
6

Pathway (Corwin, 2009)


7

D. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering menyertai stroke ICH adalah penurunan tingkat
kesadaran, defisit neurologis fokal akut, dan tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial (nyeri kepala dan muntah proyektil). Stroke ICH mungkin juga
disertai kejang. Defisit neurologis pada pasien stroke ICH merepresentasikan
lokasi perdarahan awal dan edema terkait. Penurunan tingkat kesadaran pada
evaluasi awal jarang terjadi pada stroke iskemik akut, namun dijumpai pada
50% pasien stroke ICH: (Nabila, Fauzi, & Subagyo, 2019).
Gejala lain yang dapat terjadi pada perdarahan yang melibatkan serebelum
dan batang otak antara lain ataxia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah
hemiparesis atau quadriparesis, sensory loss pada setengah bagian tubuh atau
pada keempat ekstremitas, gerakan bola mata abnormal yang mengakibatkan
diplopia atau nistagmus, disfagia dan crossed signs.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang Menurut American Heart Association (2014);
Zuccarello (2013) dan Chakrabarty & Shivane (2008) pemeriksaan
penunjang untuk ICH adalah: a. Angiografi Angiografi berfungsi untuk
menyelidiki keadaan normal dan patologis dari sistem kapal penyempitan
dan obstruksi lumen terutama atau pelebaran aneurismal. Selain kondisi
tumor, malformasi arteriovenosa (AVM) dan fistula arteriovenosa (aVF)
atau sumber perdarahan diselidiki dengan angiografi.
2. Lumbal pungsi
3. MRI Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi
magnetik adalah alat pemindai yang memanfaatkan medan magnet dan
energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ
dalam tubuh. MRI dapat memberikan informasi struktur tubuh yang tidak
dapat ditemukan pada tes lain, seperti X-ray, ultrasound, atau CT scan.
Beberapa penyakit pada otak dan saraf tulang belakang yang dapat
didiagnosis dengan MRI, antara lain stroke, tumor, aneurisma, multiple
8

sclerosis, cedera saraf tulang belakang, serta gangguan mata dan telinga
bagian dalam.
4. Thorax photo
5. Laboratorium
6. EKG
7. CT Scan Pemindai CT-scan atau CT-scanner (computerized tomography
scanner) adalah mesin sinar-x khusus yang mengirimkan berbagai berkas
pencintraan secara bersamaan dari sudut yang berbeda. Berkas-berkas
sinar-X melewati tubuh dan kekuatannya diukur dengan algoritma khusus
untuk pencitraan. Berkas yang telah melewati jaringan kurang padat
seperti paru-paru akan menjadi lebih kuat, sedangkan berkas yang telah
melewati jaringan padat seperti tulang akan lemah.
F. Penatalaksanaan
Managemen perdarahan intracerebral pada prinsipnya ditujukan
mengurangi efek massa dan mencegah penambahan volume perdarahan atau
perdarahan ulang (Wahjoepramono, 2005). Pada fase akut akibat perdarahan
intraserebral beberapa hal yang menjadi perhatian adalah terjaganya jalan
nafas, pengendalian tekanan darah, dan adekwatnya perfusi serebral, beberapa
pengobatan dilakukan pada fase ini.
Menurut Mumenthaler dan Mattle (2006) pengobatan dan prognosis pasien
penderita perdarahan intraserebral akut memerlukan pengamatan klinis ketat
khususnya tanda-tanda hipertensi intrakranial (Muntah, gangguan kesadaran
progresif dan kadang-kadang anisokor dan papil edema) harus waspada
mengamati hipertensi intrakranial karena dapat disebabkan oleh perdarahan
berulang, progresif edema otak, dalam kedua kasus, harus segera terdeteksi
dan diobati. Selain itu, stabilisasi fungsi vital dan pengobatan serangan
epilepsi, jika ada. Berikutnya pada beberapa kasus adalah dibutuhkan
tindakan operasi untuk mengurangi efek massa serta efek bekuan darah.
G. Komplikasi
1. Gangguan otak yang berat.
9

2. Kematian bila tidak dapat mengontrol respons pernafasan atau


kardiovaskula
3. Infark Serebri
4. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensive
5. Fistula caroticocavernosum
6. Epistaksis
7. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial Klien : Tn. M
Tempat/tanggal lahir : Pontianak, 3 Januari 1959
Jenis kelamin : Laki-laki
Status kawin : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Pensiunan Imigrasi
Alamat : Gang Orde Baru 3 No.3

Saudara yang mudah dihubungi:


Nama : Tn. A (Anak)
Alamat : Jl. Gaya Baru

2. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan:
DS : Keluarga mengatakan klien susah melakukan aktivitas dan
susah untuk bergerak Keluarga pasien mengatakan bahwa
klien mengalami stroke ringan sebelah kanan, kaki lemah
dan mengalmi penurunan kesadaran keluarga mengatakan
klien sulit bernapas dan terdapat lendir di tenggorokan
keluarga mengatakan pasien seperti cepat ceput saat
mengambil napas atau terlihat sesak.

10
11

DO : Klien terlihat lemah Kesadaran : stupor Klien sulit untuk


bergerak klien terlihat sulit untuk menarik napas Klien
mengambil napas dari mulutTerdapat banyak sputum di
leher klien klien terlihat menggunakan alat bantu
pernapasan fase ekspirasinyan cepat.

b. Riwayat Penyakit Sekarang:


Klien mengalami penurunan kesadaran sejak 2- 3 hari yang lalu,
klien tampak lemah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami Tifes dan
Hipertensi. Klien pernah mengalami kecelakaan dan menjalani
operasi selaput mata 5 tahun yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
Istri klien mengatakan bahwa keturunan Tn.M memiliki riwayat
Hipertensi sejak dahulu.
Genogram:

Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
12

: garis perkawinan
: garis serumah
: garis keturunan
: klien

e. Riwayat Lingkungan:
1) Kebersihan: cukup bersih
2) Bahaya kesehatan: -
3) Polutan: -

f. Riwayat Psikososial:
1) Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia
2) Organisasi di masyarakat: -
3) Sumber dukungan di masyarakat: keluarga
4) Suasana hati: tenang
5) Tingkat perkembangan: lanjut usia akhir (Dinkes, 2009)

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran Umum:
Kesadaran klien : Stupor, dengan hasil GCS5 : E1 V1 M3
Tanda-tanda Vital :
TD: 116/69 mmHg RR: 20 x/menit
HR: 99 x/menit T : 36,60C
b. Kepala:
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, terdapat luka op craniotomy
luka terlihat kering tidak ada tanda” infeksi diameter
lukanya 6 cm.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada kepala.

c. Mata:
13

Inspeksi : Klien tidak membuka mata, konjungtiva tidak


anemis. Klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal pada kedua mata.
15

d. Hidung:
Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung, terpasang selang NGT.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung.
e. Telinga:
Inspeksi : Bentuk telinga simetris, tampak kotor, tidak ada
lesi, tidak ada sumbatan, tidak ada benjolan.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
f. Mulut dan Tenggorokan:
Inspeksi : Terdapat luka pada bibir klien, klien tidak dapat
berbicara, mulut klien tampak kotor, mukosa bibir
kering.
g. Leher:
Inspeksi : Terdapat luka op trakeostomi, terpasang trakea
tube, tidak ada distensi vena jugularis.
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal.
h. Paru-paru:
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pernafasan 20x/ menit, tidak
ada jejas, tidak tampak benjolan abnormal, saturasi
oksigen 90%.
Auskultasi : pada saat melakukan auskultasi bunyi paru
vesikuler.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri
tekan.
Perkusi : Bunyi sonor, terdapat suara ronchi pada dua lapang
dada.
16

i. Jantung:
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terlihat adanya jejas, tidak
ada edema tidak ada kardomegali.
Auskultasi : Terdengar suara S1 dan S2, tidak ada suara jantung
tambahan, bunyi dullness

Palpasi : Tidak teraba benjolan atau massa


Perkusi : area jantung terdengar dullnes

j. Abdomen:
Inspeksi : Abdomen berbentuk simetris, terdapat lesi post
op, luka kering tidak ada tanda” infeksi panjang
luka 6 cm tidak ada edema, tidak ada pembesaran
abdomen (ascites).
Auskultasi : Peristaltik usus 15x/menit, bunyi timpani.
Palpasi : Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri
tekan pada abdomen
Perkusi : Didapatkan bunyi timpani diseluruh lapang
abdomen
k. Ekstremitas:
Tonus otot:

1 3

1 3
1. Ekstremitas atas
Inspeksi : Bentuk tangan simetris, tidak ada lesi,
pergerakan tangan terbatas, terpasang infus pada
tangan kanan.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
17

2. Ekstremitas bawah:
Inspeksi : Bentuk kaki simetris, tidak terdapat lesi
pergerakan kaki terbatas.
Palpasi : Tidak terdpat nyeri tekan
l. Kulit:
Inspeksi : Kulit berwarna sawo matang, terdapat luka
dibagian kepala dan abdomen post op craniotomy
luka kering tidak ada tanda tanda infeksi panjang
luka 6 cm.
Palpasi : akral teraba hangat, turgor kulit elastis tidak
berkeringkat.
m. Genetalia:
Inspeksi : Klien Terpasang urin kateter sejak setelah post
op carniotomy warna urine kuning jumlah yang
di keluarkan 1500 dalam sehari tidak ada
sumbatan di selang urine tidak ada hematuria
tidak ada tanda” infeksi di genetalia klien

3. POLA NUTRISI
a. Pola Nutrisi:
Sebelum masuk rumah sakit : Keluarga klien mengatakan klien
makan 3 x sehari dengan pantangan
garam keluarga mengatakan porsi
makanan klien 1 porsi habis yang
sering di konsumsi nasi sayur ikan
dan daging.
18

Masuk rumah sakit : keluarga mengatakan klien makan


3x sehari makanan lunak melalui
NGT keluarga megatakan klien lebih
lama mengahbiskan makanan dalam 1
porsi yang di berikan makanan yang
di konsumsi yaitu bubur saring yang
disiapkan oleh ahli gizi sesuai dengan
kebutuhan klien.

b. Pola Tidur:
Sebelum masuk rumah sakit : Keluarga klien mengatakan klien
tidur ± 7 jam per hari, keluarga klien
mengatakan sebelum tidur klien
biasanya sering berdzikir, keluarga
mengatakan sebelum masuk rumah
sakit klien biasanya sering tidur siang
1 jam atau 2 jam keluarga
mengatakan tidak ada hmbat tidur.
Masuk rumah sakit : Keluarga klien mengatakan klien
tidur ± 9 jam per hari semejak masuk
rumah sakit keluarga mengatakan
pola tidur klien berubah dan
kebaiasan yang sering dilakukan klien
dirumah jarang di lakukan saat
dirumah sakit keluarga mengatakan
semejak dirumah sakit klien lebih
sering tertidur, keluarga mengatakan
19

setelah terbangun dari tidur klien sulit


untuk tidur kembali.

c. Pola Eliminasi:
Sebelum masuk rumah sakit : Keluarga mengatakan klien BAB
frekuensi : 2 x sehari, bowel
BAK frekuensi : sering perhari.
Masuk rumah sakit : Keluaga mengatakan klien BAB:
belum ada semajak di rs klien dibantu
bab dengan pengecer feses dulcolax
BAK: jumlah yang dikeluarkan 1500
dalam sehari klien terpasang cateter
warna urine kuning.

4. DATA PENUNJANG
a. Laboraturium: 25 oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 30.23 3.50-9.50
RBC 3.77 4.30-5.80
HBG 10.2 13.0-17.5
HCT 28.5 40-50
MCV 75.6 82-100
PLT 557 125-350
PDW 8.6 9-17
PCT 0.428 0.108-0.282
P-LCC 111 30-90

b. Rongent 2 November 2021


a) Susp pneumonia, efusi pleura sinistra, cardiomegaly
c. EKG: 24 Oktober 2021
a) Sinus mode tachycardia, cardiac electric axis normal

d. Terapi/ pengobatan
20

a) Oral
1) Pemberian terapi Chana 3x1 sachet per oral
2) Lesichol 300mg 2x1 cap per oral
3) Lavoxa syrup 500mg 2x1 per oral
4) Nebu Nacl 2x 2 cc
5) Bisoprolol 1 x 2,5 mg ( jika Td > 130 mmHg)
6) Amoxiclaf 3x1 625 mg Cefixeme 2x200 mg
7) Valsartam 1x 80 mg
b) Injeksi
1) Citicoline 2x250 mg
2) Pantoprazole 1x40 mg
3) Amoxicillin 2x 500 mg
4) Meropenem 3x 1 gr
5) PCT 3x 1 gr
6) Farmaven 3x 1 amp

Pontianak, November 2021

Mahasiswa/I,

Kelompok 2

H. Analisa Data
No DATA MASALAH ETIOLOGI
21

.
1. Ds :
- Keluarga mengatakan klien
sulit bernapas dan terdapat
lendir di tenggorokan.
Do : Sekresi yang
Bersihan jalan
- Klien terlihat sulit untuk tertahan
napas tidak
menarik napas
efektif
- Klien mengambil napas dari
mulut
- Terdapat banyak sputum di
leher klien

2. Ds : -
Do :
edema
- pola nafas irregular
Penurunan serebral
- tingkat kesadaran umum GCS 5:
kapasitas adaptif stroke
E1 V1 M3 stupor
intracranial hemoragik
- respon pupil klien melambat
- klien tampak lemah
- postur deserebrasi klien ekstensi
3. Ds :
- Keluarga mengatakan klien
sudah terpasang oksigen
sejak post op
Do : Risiko perfusi
- GCS: E1 V1 M3 jaringan serebral hipertensi
- Kesadaran stupor
- CT Scan: Perdarahan di tidak efektif
ganglia basal corona radita
dextra, perdarahan di
ventriculus lateralis bilateral,
perdarahan subarachnoid
regio parietal sinistra
4. Ds : Gangguan Gangguan
- Keluarga mengatakan klien neuromuskul
mobilitas fisik
susah melakukan aktivitas er
dan susah untuk bergerak
Keluarga pasien mengatakan
bahwa klien mengalami
stroke ringan sebelah kanan,
kaki lemah dan penurunan
kesadaran

Do :
- Klien terlihat lemah
22

- Kesadaran : stupor
- GCS5 : E1, V1, M3
- Tanda tanda vital :
 TD : 116/69 mmhg
 N : 99 x/m
 S : 36,6 ºC
 RR : 20 x/m
 Spo2 : 90 %
- Kekuatan otot menurun :
1111 3333
1111 3333
- Klien sulit untuk bergerak

5. Ds:
- Keluarga mengatakan klien
menggunakan NGT
- Keluarga klien mengatakan
tidak paham cara pemberian
makan melalui NGT Ketidakmam
- Keluarga mengatakan badan Defisit nutrisi puan menelan
klien mengecil (kurusan) makanan
Do:
- BB menurun (60 kg > 48 kg)
- otot pengunyah lemah
- otot menelan lemah
- membran mukosa kering
6. Ds: -
Do: Gangguan
Defisit perawatan
- Klien tampk lemah neuromuskul
diri
- Klien tidak mampu mandi er (stroke)
sendiri
7. Ds: -
Do:
- klien tidak mampu bicara
- klien tampak pelo
- klien tampak afasia
Gangguan Gangguan
(gangguan komunikasi)
komunikasi neuromuskul
- klien tampak apraksia
verbal er
(gangguan gerak)
- klien tampak disartria
(gangguan saraf)
- - klien sulit menggunakan
ekspresi wajah/tubuh
8. Ds: Defisit Kurang
- Keluarga menanyakan akan pengetahuan terpapar
masalah yang dihadapi oleh informasi
23

klien
- Keluarga tidak mampu
memenuhi nutrisi klien secara
mandiri
Do:
- Menunjukkan perilaku
berlebihan (agitasi)
24

I. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Keperawat Tujuan Tindakan keperawatan Rasional
an
1 Bersihan Setelah  Manajemen jalan nafas 1. Mengetahui
jalan nafas dilakukan  Observasi pola nafas
tidak efektif tindakan - Monitor posisi selang 2. Mengetahui
berhubunga keperawatan endottrakeal (ETT), terutama bunyi nafas
n dengan 1x24 jam setelah mengubah posisi 3. Mengetahui
jalan nafas diharapkan - Monitor tekanan balon ETT jumlah
disfungsi bersihan jalan setiap 4-8 jam warna dan
neuromusku nafas - Monitor kulit area stoma aroma
lar dan meningkat trakeostomi (mis, sputum
sekret yang dengan kriteria kemererahan, drainase,
tertahan hasil: perdarahan)
1. Batuk  Terapeutik
efektif - Cegah ETT telipat (kinking)
meningkat - Berikan pre-oksigenasi 100%
2. Produksi selama 30 detik (3-6 kali
spitum ventilasi) sebelum dan setelah
menurun penghisapan
3. Ortopnea - Lakukan penghisapan lendir
mmebaik kurang dari 15 detik jika
4. Sulit bicara diperlukan (bukan secara
membaik berkala/rutin)
- Lakukan perawatan stoma
trakeostomi
 Edukasi
- Jelaskan pasien dan/atau
keluarga tujuan dan prosedur
pemasangan jalan napas
buatan
 Kolaborasi
- Kolaborasi intubasi ulang jika
berbentuk mucous plug yang
tidak dapat dilakukan
pengisapan.

2 Penurunan Setelah  Observasi 1. Mengetahui


kapasitas dilakukan - Monitor status pernapasan keluhan
adaptif tindakan  Terapeutik umum
intrakranial keperawatan - Minimalkan stimulus dengan pasien
selama 2x24 menyediakan lingkungan yang 2. Memberikan
jam maka di tenang rasa nyaman
harapkan - Pertahankan suhu tubuh normal
25

masalah  Kolaborasi
penurunan - Kolaborasi pemberian pelunak
kapasitas tinja, jika perlu
adaptif
intrakranial
meningkat
dengan kriteria
hasil:
1. Tingkat
kesadaran
meningkat
2. Fungsi
kognitif
meningkat
3. Tekanan
darah
membaik
4. Pola napas
membaik
5. Respon
pupil
membaik
6. Reflek
neurologis
membaik

3 Risiko Setelah  Edukasi program pengobatan 1.untuk


perfusi dilakukan  Observasi memberikan
jaringan tindakan - Identifikasi pengetahuan tentang informasi
serebral keperawatan pengobatan yang terkait
tidak efektif selama 3x24 direkomendasikan pengobatan
jam maka di  Terapeutik kepada
harapkan - Berikan dukungan untuk keluarga
risiko perfusi menjalani program pengobatan 2. agar keluarga
jaringan dengan baik dan benar maupun klien
serebral tidak - Libatkan keluarga untuk dapat
efektif mmeberikan dukungan pada mengetahui
meningkat pasien selama pengobatan dan
dengan kriteria  Edukasi memahami
hasil: - Jelaskan manfaat dan efek manfaat
1. Tingkat samping pengobatan pengobatan
kesadaran - Informasikan fasilitas kesehatan
meningkat yang dapat digunakan selama
2. kognitif pengobatan
meningkat
3. tekanan
26

intra kranial
menurun
4. kesadaran
membaik
5. refleks saraf
membaik

2.
4 Gangguan Setelah  dukungan mobilisasi 1. Untuk
mobilitas dilakukan  Observasi mengetahui
fisik tindakan - Identifikasi toleransi fisik perkembangan
keperawatan melakukan pergerakan pasien terkait
selama 3x24 - Monitor kondisi umum peningkatan
jam maka di selama melakukan mobilisasi pergerakan
harapkan  Terapeutik dan
gangguan - Fasilitasi melakukan perkembangan
mobilitas fisik pergerakan, jika perlu pasien
meningkat - Libatkan keluarga untuk 2. Melibatkan
dengan kriteria membantu pasien dalam keluarga untuk
hasil: meningkatkan pergerakan membantu
1. pergerakan  Edukasi keluarga agar
ekstremitas - Jelaskan tujuan dan prosedur juga dapat
meningkat mobilisasi memahami
2. kekuatan tujuan dan
otat fungsi dari
meningkat tindakan yang
3. kaku sendi diberikan
menurun
4. gerakan
terbatas
menurun
5. kelemahan
fisik
menurun
5 Defisit Setelah  Observasi 1. untuk
Nutrisi dilakukan - Identifikasi status nutrisi membantu
tindakan - Monitor asupan makanan klien dalam
keperawatan - Identifikasi kebutuhan kalori pemenuhan
selama 2x24 dan jenis nutrien nutrisi yang
jam maka di  Terapeutik cukup bagi
harapkan - Berikan makanan tinggi serat tubuh
masalah defisit untuk mencegah konstipasi
nutrisi - Berikan makanan tinggi kalori
27

membaik dan tinggi protein


dengan kriteria  Edukasi
hasil: - Ajarkan program diet yang di
1. Kekuatan programkan
otot  Kolaborasi
mengunyak - Kolaborasi pemberian
meningkat medikasi sebelum makan
2. Kekuatan - Kolaborasi dengan ahli gizi
otot untuk menentukan jumlah
menelan kalori dan jenis nutrien yang
meningkat dibutuhkan
3. Pengetahua
n tentang
standar
asupan
nutrisi yang
tepat
meningkat
4. Sikap
terhadap
makanan/m
inuman
sesuai
dengan
tujuan
kesehatan
meningkat
6 Defisit Setelah  Observasi 1. Untuk
perawatan dilakukan - Identifikikasi jenis bantuan memberikan
diri tindakan yang dibutuhkan dampak
keperawatan - Monitor kebersihan tubuh bersih pada
selama 3x24 (mis, mulut, kulit, kuku) pasien
jam maka di - Monitor integritas kulit 2. Untuk
harapkan  Terapeuutik memberikan
masalah defisit - Sediakan lingkungan yang informasi
perawatan diri aman dan nyaman kepada
meningkat - Fasilitasi mandi, sesuai keluarga
dengan kriteria kebutuhan terhadap
hasil:  Edukasi dampak
1. kemampuan - Jelaskan manfaat mandi dan mandi dan
makan dampak tidak mandi terhadap tidak mandi
meningkat kesehatan terhadap
2. melakukan - Ajarkan kepada keluarga cara kesehatan
perawatan memandikan pasien, jika perlu klien
diri
meningkat
28

3. mmepertahan
kan
kebersihan
diri
meningkat
7 Gangguan Setelah  Observasi 1. Untuk
Komunikasi dilakukan - Periksa kemampuan mempermudah
Verbal tindakan pendengaran pasien dalam
keperawatan - Identifikasi metode komunikasi memahami
selama 2x24 yang disukai pasien (mis, lisan, tentang apa
jam maka di tulisan, gerakan bibir, bhaasa yang perawat
harapkan isyarat) sampaikan
masalah  Terapeutik 2. Bahasa isyarat
gangguan - Gunakan bahasa sederhana digunakan
komunikasi - Gunakan bahasa isyarat, jika untuk
verbal perlu mempermudah
meningkat - Hindari kebisingan saat perawat serta
dengan kriteria berkomunikasi keluarga
hasil:  Edukasi tentang apa
1. Kemampuan - Anjurkan menyampaikan pesan yang akan
mendengar dengan bahasa isyarat pasien
meningkat sampaikan
2. Kesesuain
ekspresi
wajah/tubuh
meningkat
3. Kontak mata
meningkat

8 Defisit Setelah  Observasi 1. Untuk


penegtahua dilakukan - Identifikasi kesiapan dan mempermud
n tindakan kemmapuan meneima informasi ah keluarga
keperawatan  Terapeutik pasien dalam
selama 3x24 - Sediakan penyampaian materi memahami
jam maka di untuk diberikan kepada keluarga apa yang
harapkan maupun klien akan kita
masalah defisit - Jadwalkan pendidikan kesehatan sampaikan
pengetahuan jika perlu terkait
meningkat  Edukasi penyakit
dengan kriteria - Jelaskan faktor risiko yang klien atau
hasil: dapat mempengaruhi kesehatan untuknpengo
1. Perilaku batan lainnya
sesuai anjuan
meningkat
2. Kemampuan
menjelaskan
29

meningkat
3. Perilaku
sesuai
dengan
pengetahuan
meningkat
30

J. Tindakan Keperawatan
Hari/tanggal Dx Waktu Tindakan (DAR: Data, Action, Paraf
Renpon)
Selasa, 9 nov 1 06.00 Data subjektif: Radita
2021 - Keluarga klien mengatakan,
klien sulit bernafas dan
terdapat dahak pada
tenggorokan klien
Data Objektif;
- Batuk klien tidak efektif
06-00 - Sputum klien berlebih
- Suara nafas ronkhi
- Pola nafas berubah
Action:
- Mengkaji keluhan klien dan
keluarga
06-00 - Observasi TTV
- Menambahkan terapi
- Lavexa 500 mg (oral)
- Lasicol 1 tablet (oral)
- Citicoline 500 mg
(injeksi)
- Meropenem 1 gr
(injeksi)
- Saction Berkala
Respon:
- Kesulitan bernapas pasien
teratasi sebagian
Selasa, 9 nov 6 07.00 Data Subjektif: Messy
2021 - Keluarga mengatakan
pasien sudah berapa hari
31

belum di bersihkan, dan


biasanya perawat yang
membantu membersihkan
pasien
Data Objektif:
- Klien tampak tidak segar
dan belum berganti pakaian
sejak 2 hari yang lalu.
07.00 Action :
08.00 - Kesadaran klien Stupor
- Klien tampak sulit untuk
menggerakkan anggota
tubuh
- Membantu klien untuk
13.00 membersihkan diri
- Akral klien hangat
Respon :
- Klien terlihat bersih

Selasa, 9 nov 4 15.00 Data subjektif: Nada


2021 - Keluarga klien mengatakan
kelemahan anggota gerak
Data Objektif:
- Klien tampak lemah
15.00 - kesadaran apatis
- infus RL 10 TPM
- TTV
TD: 149/87 mmHg
17.40 HR: 99 x/menit
18.00 RR: 20 x/menit
S : 36,4
32

19.20 SPO2: 98%


Action:
- Mengkaji keluhan klien dan
keluarga
- Observasi TTV
- Bantu ADL
- Kolaborasi terapi
- Inj. Pantoprazole 1 Vial
- Inj. Amoxillin 500 mg
- Personal hygiene
- Rawat trakea stomi dengan
salep gentamicin
Respon: -

Rabu,10 Nov 4 06.00 Data subjektif: Sisi


2021 - Keluarga mengantakan klien
lemah anggota gerak kiri
Data Objektif :
06.00 - klien terlihat lemah
- klien terpasang trakeostomi
Action:
06.00 - mengkaji keluhan klien
06.00 - Observasi TTV
09.20 - Section berkala
Respon:
09.30 - Napas kalien tampak lebih
nyaman
Rabu 10 1 15.00 Data subjektif: Afri
Nov 2021 - Keluarga klien mengatakan,
klien masih sulit bernafas
dan terdapat lendir pada
tenggorokan klien
33

15.20 Data Objektif;


- Batuk klien tidak efektif
- Sputum klien berlebih
- Suara nafas ronkhi
- Pola nafas berubah
Action:
- Mengkaji keluhan klien dan
keluarga
- Observasi TTV
18.00 - Menambahkan terapi
- Lavexa 500 mg (oral)
- Lasicol 1 tablet (oral)
- Citicoline 500 mg
(injeksi)
- Meropenem 1 gr
19.20 (injeksi)
- Saction Berkala
Respon:
- Kesulitan bernapas pasien
teratasi sebagian

Rabu 10 Nov 5 07.00 Data Subjektif: Radita


2021 - Kluarga mengatakan tidak
tega untuk memberikan
makan klien sendiri dan
meminta perawat untuk
membantu memberikan
makan klien.
- Istri klien mengatakan biasa
yang memberikan makan
suaminya itu anak laki-laki
34

dan menantunya.
Data Objektif:
- Klien terlihat menggunakan
alat bantu makan (NGT)
07.30 Action :
- Membantu keluarga klien
memberikan makan kepada
klien melalui selang NGT
Respon :
-

Kamis 11 1 06.00 Data Subjektif Nada


Nov 2021 - keluarga mengatakan klien
sudah tidak sesak nafas
seperti hari kemarin
Data Objektif
- klien terlihat masih
menggunakan alat bantu
trakea tube
06.20 - masih terpasang oksigen
06.20 Action:
- mengkaji keluahan klien
- Observasi TTV
Respon:
- kesulitas bernapas pasien
teratasi sebagian
Kamis 11 8 13.00 Data subjektif: Sisi
Nov 2021 - Kluarga mengatakan bahwa
saat dokter visit kemarin
meminta keluarga klien
untuk menyiapkan alat
35

13.20 suction, oksigen dan belajar


pemberian makan melalui
NGT dirumah.
- Keluarga klien meminta
bantuan perawat untuk
mengajari cara
13.30 penggunaannya.
Data Objektif:
-
Action:
- Berikan edukasi
penggunaan alat saction dan
cara melakukannya.
- Berikan edukasi
penggunaan oksigen dan
berikan edukasi saat-saat
yang harus diberikan
oksigen.
- berikan edukasi cara
perawatan luka trakeostomi.
Respon:
- Keluarga klien dapat
memahami intruksi yang
telah diberikan perawat
Jum,at, 1 08.00 Data Subjektif: Afri
12 Nov 2021 - Keluarga mengatakan klien
sudah tidak sesak napas
- Keluarga klien mengatakan
08.30 klien sudah dapat batuk
mengeluarkan dahak sendiri
- Keluarga klien mengatakan
36

bahwa tadi sudah dapat


melakukan suction terhadap
klien secara mandiri.
Data Objektif:
10.00 - Kluarga klien tampak telh
mengerti cara perawatan
pada klien
- Klien tampak telah memiliki
reflek batuk yang baik dari
sebelumnya.
Action :
- Memastikan alat ETT bersih
- Observasi keluarga klien
dalam melakukan suction
mandiri secara tepat
- Observasi reflek batuk klien
Respon :
- Keluarga klien mengatakan
memahami apa yang telah
perawat ajarkan.
37
E. Catatan Perkembangan (SOAP)

Hari/tgl Dx Waktu SOAP


S:
- Keluarga klien mengatakan kelemahan anggota gerak
- Keluarga klien mengatakan klien sulit bernapas dan
terdapat dahak pada tenggorokan klien
- Keluarga mengatakan klien seperti cepat ceput saat
mengambil napas atau terlihat sesak
O:
- Klien tampak lemah
- Kesadaran apatis
- Terpasang infus RL 10 tpm
- Batuk klien tidak efektif
- Sputum klien berlebih
- Suara napas ronkhi
- Pola napas berubah
- Klien terlihat menggunakan alat bantu pernapasan
dengan fase ekspirasi yang cepat
Selasa, 9
1,2,3 - TTV
nov 2021
TD: 149/87 mmHg
HR: 99 x/ menit
RR: 20 x/menit
S: 36,4 0C
SPO2 : 98%

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
- Mengkaji K/u klien dan keluarga
- Observasi TTV
- Bantu ADL
- Suction berkala
- Kolaborasi terapi
- Personal hygen
- Perawatan trakeastomi dengan gentamisin
38

S:
- Keluarga mengatakan klien lemah anggota gerak kiri
- Keluarga mengatakan klien seperti cepat ceput saat
mengambil napas atau sesak napas
O:
- Klien tampak lemah
- Klien terpasan trakeostomi
Rabu, 10
1,2,3 - Klien tampak menggunakan alat bantu pernapasan
nov 2021
- TTV

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan Intervensi
- Mengkaji K/u klien
- Observasi TTV
- Suction berlaka
S:
- Keluarga mengatakan klien sudah tidak sesak napas
seperti sebelumnya
-
O:
Kamis, - Klien terpasan oksigen
11 nov - Klien tampak menggunakan alat bantu trakeatup
2021
A: Masalah teratasi
P: Lanjut Intervensi
- Mengkaji K/u klien
- Observasi TTV

Jum,at , 1,2,3 13.00 S:


12 nov - Klien sudah dapat reflek batuk dengan baik
2021 - Keluarga mengatakan sudah bisa melakukan suction
mandiri
- Keluarga mengatakan sudah bisa memberikan makan
melalui NGT secara mandiri
- Keluarga mengatakan sudah menyiapkan alat keperluan
Tn.M dirumah
O:
- Keluarga klien tampak telah menyiapkan kebutuhan
klien di rumah
- Klien masih tampak lemah
- Klien tampak menggunakan trakeotomi
- Klien menggunakan selang NGT silicon
- Kesadaran klien apatis

A: Masalah dapat teratasi


39

P: Intervensi melanjutkan dirumah


- Perawatan trakeotomi mandiri
- Suction mandiri
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus asuhan keperawatan medikal bedah dengan masalah utama
Intracerebal Hemorrage pada Tn. M di RS Universitas Tanjungpura. Didapat data
awal dari rekam medis di RS Universitas Tanjungpura yaitu berupa nama,
diagnosa dan alamat pasien.
Penulis datang keruangan pasien untuk bertemu pasien dan keluarga
pasien dalam rangka melakukan pengkajian sesuai format asuhan keperawatan
medikal bedah yang telah di sediakan. Proses pengkajian tidak mengalami
hambatan dan semua item bisa diperoleh informasi dengan jelas karena keluarga
kooperatif.
Pada penentuan diagnosa keperawatan dan penyebabnya tidak mengalami
hambatan karena dikarenakan ada faktor pendukung yaitu, data wawancara dan
pemeriksaan fisik lengkap sesuai kebutuhan. Pada tahap perencanaan keperawatan
dengan masalah utama Intracerebal hemorrage tidak mengalami kesulitan,
dengan membaca tinjauan pustaka sebagai landasan teori penyusunan dengan
memperhatikan data objektif dan subjektif yang ditemukan. Sedangkan diagnosa
yang muncul pada asuhan keperawatan medikal bedah didapatkan 8 yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan jalan nafas
disfungsi neuromuskular dan sekret yang tertahan
2. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
3. Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Defisit nutrisi
6. Defisit perawatan diri
7. Gangguan komunikasi verbal
8. Defisit pengetahuan
Pada tahap intervensi keperawatan, yang dilakukan adalah :
 Observasi TTV
 Menambahkan terapi
 Lavexa 500 mg (oral)
 Lasicol 1 tablet (oral)
 Citicoline 500 mg (injeksi)
40

 Meropenem 1 gr (injeksi)
 Saction Berkala
 Kesadaran klien Stupor
 Klien tampak sulit untuk menggerakkan anggota tubuh
 Membantu klien untuk membersihkan diri
 Akral klien hangat
 Observasi TTV
 Bantu ADL
 Kolaborasi terapi
 Inj. Pantoprazole 1 Vial
 Inj. Amoxillin 500 mg
 Personal hygiene
 Rawat trakea stomi dengan salep gentamicin
 Berikan edukasi penggunaan alat saction dan cara melakukannya.
 Berikan edukasi penggunaan oksigen dan berikan edukasi saat-saat yang
harus diberikan oksigen.
 berikan edukasi cara perawatan luka trakeostomi
 Memastikan alat ETT bersih
 Observasi keluarga klien dalam melakukan suction mandiri secara tepat
 Observasi reflek batuk klien
 Membantu keluarga klien memberikan makan kepada klien melalui selang
NGT

Pada tahap implementasi keperawatan mampu dilaksanakan sesuai


perencanaan yang sudah di susun. Dan pada tahap evaluasi kesulitan bernapas
pasien teratasi sebagian, klien tampak bersih, napas klien tampak lebih nyaman,
keluarga klien dapat memahami instruksi yang telah diberikan perawat.
41
42

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Craniotomi atau sering lebih disebut sebagai bedah kranial merupakan
salah satu tindakan operasi untuk penanganan pengambilan jaringan
abnormal (kanker, tumor dan lain sejenisnya), memperbarui struktur
anatomi atau fisiologis pada intrakranial. Pembedahan dilakukan untuk
menghilangkan gejala atau manifestasi tersebut yang tidak mungkin diatasi
dengan obat-obatan biasa. Selain itu hal yang perlu dilakukan sebelum
dilakukannya bedah kranial ini tentunya pelaksanaan pemeriksaan
penunjang yaitu foto roentgen, angiografi serebral, brain auditory evoked
respons (BAER) CTscan serta gas darah arteri, untuk mengetahui masalah
intrakranial perlu dilakukan pembedahan atau tidak. Proses keperawatan
sebagai kerangka kerja pada pasien kraniotomi meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi. Adapun Indikasi
penggunaan kraniotomi yaitu : Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor
maupun kanker, mengurangi tekanan intrakranial, mengevakuasi bekuan
darah, mengontrol bekuan darah, dan pembenahan organ-organ intrakranial.

K. Saran
Agar pembaca memahami dari penjelasan post op carniotomi mulai dari
klasifikasi etiologi patofisiologi manesfiestasi klinis komplikasi dan dampak
bagi tubuh serta penatalaksanaanya.
43
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Darotin, R., Nurdiana, & Nasution, T. H. (2017). ANALISIS FAKTOR


PREDIKTOR MORTALITAS STROKE HEMORAGIK DI RUMAH
SAKITDAERAH dr. SOEBANDI JEMBER. NurseLine Journal, 134-145.

Irsyad, M. A., Hutagalung, T. R., Farhan, L., & Tala, M. I. (2020). Prevalensi dan
Demografi Perdarahan Intraserebral SpontanKasus Di RS Haji Adam
Malik Tahun 2018-2019. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Neuro Australasia
Asia (AANHS J), 1-8.

Larasanty, L. P. (2012). Antihypertensive Drug Use in Patient With Intracerebral


Hemorrhage Stroke. Journal of Pharmaceutical Science and Application,
33-44.

Nabila, N. F., Fauzi, A. A., & Subagyo. (2019). GEJALA PADA LOKASI
PERDARAHAN INTRASEREBRAL YANG BERBEDA PADA PASIEN
GEJALA PADA LOKASI PERDARAHAN INTRASEREBRAL YANG
BERBEDA PADA PASIEN. Jurnal Kedokteran SyiahKuala, 1-6.

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI

Putra, M. P., Sani, A. F., Lestari, P., & Ardhi, M. S. (2020). Volume Pendarahan,
Tekanan Darah, dan Tingkat Kesadaran Berhubungan dengan Angka
Kematian Pasien IntraserebralPerdarahan di Rumah Sakit Umum Dr.
Soetomo, Surabaya. Jurnal Medis Althea, 51-54.

xliv

Anda mungkin juga menyukai