Anda di halaman 1dari 16

TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN STROKE

Disusun Oleh:

Nama : Elvi Nur Fitrianna

NIM : 2011020128

Kelas : 5C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Tujuan dan Manfaat................................................................................................................5
1. Tujuan....................................................................................................................................5
2. Manfaat..................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengobatan Konvensional/Medis............................................................................................6
B. Terapi Komplementer.............................................................................................................7
C. Analisa Jurnal dengan Metode PICO Pada Terapi Komplementer Akupunktur Terhadap
Pasien yang Menderita Stroke..........................................................................................................9
D. Hasil Pembahasan dari Literatur.............................................................................................11
E. Implikasi Keperawatan...........................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyebab kematian terbanyak di dunia salah diantara adalah stroke. Dimana stroke
menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit jantung
koroner dan kanker di negara berkembang. Dari 56,4 juta kematian di seluruh dunia
pada tahun 2015, lebih dari setengah (54%) disebabkan oleh 10 penyebab utama salah
satunya yaitu penyakit jantung iskemik dan stroke.
Menurut survei yang dilakukan Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) pada tahun
2004, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Stroke adalah penyakit akibat gangguan sirkulasi darah otak, merupakan penyakit
yang paling banyak meninggalkan gejala sisa berupa kelumpuhan separoh badan dan suara
pelo. Selain obat-obatan dan rehabilitasi medik, akupunktur dapat digunakan untuk
memulihkan kelumpuhan tersebut. Ada beberapa faktor resiko terjadinya penyakit stroke
yaitu: hipertensi (darah tinggi), kencing manis, kolesterol tinggi, kegemukan, kekentalan
darah, dan penyakit jantung.
Dulu di tahun 1990-an penyakit stroke banyak menyerang orang tua (usia diatas 60
tahun), tetapi sekarang sudah sering ditemukan pada usia muda (40-50 tahun), oleh karena itu
faktor resiko di atas seharusnya dihindarkan supaya penyakit stroke tidak terjadi. Penyebab
stroke dibagi menjadi 2 macam yaitu stroke hemoragik (perdarahan) dan iskemik. Stroke
hemoragik biasanya karena tekanan darah tinggi mengakibatkan dinding pembuluh darah
otak tidak dapat menahan tekanan tersebut, atau dikarenakan adanya kelainan/kelemahan
dinding pembuluh darah otak sehingga mudah mengalami kerusakan. Pada stroke iskemik
biasanya karena kekentalan darah atau penyakit jantung yang menyebabkan aliran darah ke
otak berkurang atau karena sumbatan pembuluh darah otak, serangan terjadi biasanya pada
waktu istirahat/tidur.
Terapi stroke berperan penting dalam menjaga kondisi penderita stroke agar tetap
baik dan membantu mencegah disabilitas lebih lanjut. Kerusakan otak akibat stroke bisa
menyebar dan menjadi masalah jangka panjang. Agar kualitas hidup penderita stroke dapat
meningkat, maka diperlukan terapi stroke.

Stroke bisa menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan atau berkurangnya


kemampuan fungsi tubuh. Meski ada yang bisa pulih sepenuhnya dalam waktu singkat, tapi
umumnya penderita stroke membutuhkan dukungan medis dan psikologis dalam jangka
waktu yang cukup panjang untuk mengembalikan fungsi tubuhnya agar bisa lebih mandiri.
Konstipasi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke.
Bukti dari tinjauan sistematis sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian sembelit pada pasien
stroke adalah 48% (95% CI 33% sampai 63%). Insiden konstipasi pada pasien stroke
hemoragik lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan tipe iskemik.

Insiden pada tahap rehabilitasi lebih tinggi daripada pada tahap akut.

Konstipasi memiliki dampak negatif pada kesejahteraan psikologis dan kesehatan


fisik pasien, membatasi aktivitas sosial, mengurangi kualitas hidup, berkontribusi pada hasil
yang buruk dan dikaitkan dengan biaya perawatan kesehatan yang tinggi.

Pelunak feses, agen prokinetik, pencahar osmotic dan stimulan dan gaya hidup atau
modifikasi diet adalah pengobatan umum untuk sembelit. Perawatan konvensional dapat
dikaitkan dengan efek samping yang tidak diinginkan, seperti kembung, dehidrasi, tingkat
kekambuhan yang tinggi setelah penghentian obat. Sebagian besar pasien dengan konstipasi
kronis tidak puas dengan pilihan pengobatan saat ini di Eropa. Banyak pasien dengan
sembelit mencari bantuan dari terapi alternative.

Akupunktur, sebagai bagian penting dari pengobatan komplementer dan


komplementer, telah mendapatkan popularitas yang meningkat untuk pengelolaan sembelit di
negara-negara Barat. Ada beberapa kemungkinan mekanisme akupunktur untuk sembelit.

Akupunktur dapat meningkatkan peristaltik saluran usus melalui kontak dengan


dinding usus dan mengatur cairan saraf dan tubuh. Akupunktur dapat meningkatkan tekanan
internal rektal untuk mengembalikan rasa buang air besar dengan merangsang saraf
parasimpatis.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose stroke melalui
terapi komplementer.
2. Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi masukan pada program belajar mengajar dan menambah
referensi perpustakaan serta menjadi dasar untuk menjadi dasar untuk
penelitian keperawatan lebih lanjut. Dan sebagai bahan bacaan bagi
mahasiswa keperawatan dalam menambah pengetahuan tentang terapi
komplementer dengan penyakit stroke.
b. Bagi Profesi Kesehatan
Dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga kerja kesehatan khususnya perawat
dalam melaksanakan perannya sebagai care giver guna meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan sehingga dapat memaksimalkan penanganan pada pasien
dengan penyakit stroke.
c. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan setelah pengaplikasian latihan terapi komplementer yang
diberikan dapat diterapkan oleh klien dan keluarga melalui tenaga kesehatan
terdekat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengobatan Konvensional/Medis
Terapi stroke dapat mengembalikan kualitas hidup para penderita stroke. Berikut
beberapa terapi yang bisa diberikan, di antaranya:

1. Terapi fisik

Serangan stroke bisa memperlemah otot-otot pada tubuh penderitanya. Hal ini
membuat tubuh dan sendi susah bergerak. Efeknya koordinasi dan gerakan tubuh jadi
berkurang sekaligus susah melakukan aktivitas fisik seperti berjalan dan berdiri.

Terapi fisik membantu memperkuat otot tubuh dan melatih penderita stroke untuk
bisa kembali beraktivitas setelah mengalami kerusakan otak. Terapi fisik
atau fisioterapi adalah terapi yang dilakukan oleh dokter spesialis fisioterapi dan
terapis, yang terlebih dahulu akan mengevaluasi masalah fisik pasien. Jika masalah
fisik yang diderita terlalu parah, maka bisa dibantu dengan alat untuk mendukung
pemulihan dari gangguan pergerakan tubuh pasien.

2. Terapi bicara dan bahasa

Salah satu akibat dari stroke adalah hilang atau turunnya kemampuan berbicara.
Gangguan bicara akibat stroke bisa meliputi menurunnya kemampuan bicara secara
keseluruhan, tidak bisa memakai kata yang tepat, atau tidak mampu menyelesaikan
kalimat.

Stroke juga bisa merusak otot yang mengontrol kemampuan berbicara


penderitanya. Terapi stroke untuk gangguan ini bisa dilakukan oleh terapis bicara dan
bahasa, yang akan melatih pasien berbicara dengan jelas dan runtut. Jika gangguan
terlalu parah, maka terapi stroke yang dilakukan adalah mencari cara berkomunikasi
selain berbicara.
3. Terapi okupasi

Terapi okupasi adalah rehabilitasi yang membantu seseorang mendapatkan


kembali, mengembangkan, dan membangun keterampilan yang penting, terkait
kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Pasien akan dilatih sesuai keperluannya,
misalnya cara mengancingkan baju dan menggosok gigi.

Terapi okupasi bisa dilakukan bersama dengan terapi bicara dan bahasa, untuk
melatih kemampuan kognitif seseorang yang terkena stroke. Kemampuan kognitif
yang bisa terganggu akibat stroke antara lain menurunnya kemampuan berpikir,
penalaran, ketidakmampuan melakukan penilaian, dan masalah ingatan.

4. Terapi rekreasi dan terapi psikologi


Terapi rekreasi bisa diberikan untuk pasien pascastroke agar mencintai kembali
apa yang dahulu ia sering lakukan, misalnya memelihara hewan peliharaan, atau
membuat kerajinan tangan dan barang seni, tergantung pada minat penderita.
Terapi psikologi atau psikoterapi dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi mental
seseorang yang terkena serangan stroke. Hanya saja, kondisi yang tidak lagi seperti
sediakala rentan menumbuhkan rasa depresi dan gangguan emosi pada penderitanya.
Salah satu bentuk paling umum adalah menarik diri dari aktivitas sosial dan putus
harapan akan kesembuhan.

B. Terapi Komplementer
Selain terapi stroke di atas, beberapa terapi berikut bisa dijadikan alternatif untuk
pasien pascastroke. Namun, selalu konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu karena
langkah-langkah berikut belum terbukti sepenuhnya dapat membantu pemulihan pasca stroke
secara signifikan.

1. Akupunktur

Terapi menggunakan jarum khusus yang ditusukkan ke permukaan kulit ini sudah
populer di Asia sejak berabad-abad lamanya. Terapi akupunktur diklaim bisa
membantu mengurangi rasa sakit, kelumpuhan, dan masalah otot akibat stroke.
2. Pijat

Pijat adalah terapi yang sangat umum untuk penderita stroke. Pijat dapat
membantu memperbaiki suasana hati, menurunkan tekanan darah, mengurangi
kecemasan, dan membuat tubuh serta pikiran lebih santai. Selain itu, juga dapat
membantu masalah otot dengan meningkatkan aliran darah ke daerah yang terkena
gangguan.

3. Yoga

Yoga dapat membantu memperbaiki kualitas hidup pasien pasca stroke melalui


olah napas dan gerakan lambatnya. Yoga juga membantu pasien meningkatkan fokus
mental yang hilang akibat stroke. Olahraga ini adalah pilihan bijak untuk penderita
stroke, mengingat olahraga ini minim benturan dan risiko cedera.

4. Aromaterapi

Aromaterapi yaitu memanfaatkan aroma tertentu untuk membantu orang menjadi


lebih rileks dan mengurangi rasa sakit. Rosemary, lavender, dan peppermint adalah
aroma yang umum dipakai oleh mereka yang kesehatannya bermasalah akibat stroke.

5. Pengobatan herba

Beberapa obat herba mengklaim mampu memperbaiki sirkulasi darah ke otak


sekaligus meningkatkan fungsinya. Ada juga yang mengklaim sanggup
menghindarkan seseorang dari serangan stroke lanjutan. Tapi, sebaiknya
konsultasikan dahulu dengan dokter jika ingin menggunakan herba apapun sebagai
pengobatan alternatif stroke. berikut beberapa tanaman yang dianggap sebagai obat
herbal stroke:

 Bawang putih

Sebuah penelitian yang mengungkap, konsumsi bawang putih sangat


bermanfaat dalam melebarkan pembuluh darah, sehingga dapat mencegah
terjadinya stroke iskemik. Salah satu jenis stroke yang terjadi karena adanya
gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah otak. Tidak hanya berguna
dalam mencegah stroke iskemik, bawang putih juga baik dalam mengatasi
beragam penyakit kardiovaskular, seperti sakit jantung, kolesterol dan tekanan
darah tinggi.
 Kunyit

Berdasarkan sebuah penelitian, kunyit bermanfaat dalam menurunkan kadar


kolesterol, serta membantu mencegah penyumbatan di arteri. Kemudian penelitian
lain mengungkap, kunyit memengaruhi mekanisme yang melindungi dan
membantu regenerasi sel-sel otak setelah stroke. Sayangnya, dibutuhkan studi
lebih lanjut untuk membuktikan keampuhan kunyit sebagai obat herbal stroke.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan dokter apabila Anda mengonsumsi
kunyit sebagai obat herbal stroke.

 Ginseng

Ginseng bisa dibilang sebagai obat herbal yang banyak manfaat untuk
mengatasi penyakit, termasuk stroke. Terdapat penelitian yang menemukan bahwa
manfaat ginseng sangat baik dalam membantu meningkatkan memori pada
penderita demensia ringan akibat stroke.

Jika dilakukan secara teratur dan konsisten, terapi stroke akan meningkatkan kualitas
hidup penderitanya. Tidak hanya menjalani pengobatan, dukungan emosional dan sosial dari
orang terdekat juga memegang peranan penting dalam rangkaian terapi stroke. Gunakanlah
terapis profesional dan konsultasikan dengan dokter untuk hasil optimal.

C. Analisa Jurnal dengan Metode PICO Pada Terapi Komplementer


Akupunktur Terhadap Pasien yang Menderita Stroke
Patient/population

Peneliti akan memasukkan orang dewasa (di atas 18 tahun) yang menderita
sembelit setelah stroke pertama atau berulang. Peneliti juga mempertimbangkan RCT
di mana riwayat konstipasi sebelumnya sebelum diagnosis stroke tidak diselidiki
tetapi percobaan dikecualikan yang melaporkan pasien dengan riwayat konstipasi
sebelum diagnosis stroke. Stroke didefinisikan sebagai 'tanda-tanda gangguan fungsi
otak fokal atau global yang berkembang pesat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian tanpa penyebab yang jelas selain yang berasal dari vaskular',
menurut kriteria WHO. Peneliti akan memasukkan pasien dengan stroke terlepas dari
jenis apapun (iskemik atau hemoragik) atau fase (akut, subakut atau kronis). Stroke
akut dan subakut didefinisikan sebagai kurang dari 6 bulan sejak onset, dan stroke
kronis berlangsung lebih dari 6 bulan sejak onset.

Semua pasien harus didiagnosis sebagai konstipasi menurut setidaknya salah satu
definisi atau pedoman konstipasi saat ini atau masa lalu, seperti kriteria diagnostik
Roma II/III atau pedoman untuk penelitian klinis tentang pengobatan herbal baru
Cina.

Tidak ada batasan usia, jenis kelamin atau etnis dari subjek yang terdaftar.

Interventation

1. Intervensi eksperimental

Peneliti akan menyertakan uji coba menggunakan akupunktur tradisional atau


kontemporer. Akupunktur tradisional mengacu pada jarum yang dimasukkan ke titik
meridian klasik. Akupunktur kontemporer mengacu pada jarum yang dimasukkan ke
dalam non-meridian atau titik pemicu terlepas dari sumber rangsangan (misalnya,
tangan, rangsangan listrik atau jarum halus). Kami akan mengecualikan uji coba di
mana perawatan tanpa tusuk jarum, seperti akupresur, tusukan tap, injeksi titik, dan
akupunktur laser. Tidak ada batasan yang dikenakan pada waktu pengobatan dan
lamanya masa pengobatan.

2. Intervensi pembanding

Intervensi kontrol dapat berupa akupunktur plasebo, akupunktur palsu, tanpa


pengobatan, pengobatan atau pengobatan aktif lainnya.

Akupunktur plasebo mengacu pada jarum yang menempel pada permukaan kulit
tanpa menembus kulit.

Akupunktur palsu didefinisikan sebagai jarum yang ditempatkan di area yang


dekat tetapi tidak di titik akupunktur atau elektrostimulasi kulit subliminal melalui
elektroda yang menempel pada kulit. Kami menganggap pengobatan atau pengobatan
aktif lainnya sebagai pengobatan atau pengobatan farmakologis dan non
farmakologis, seperti pencahar, emolien, pelumas, gaya hidup atau modifikasi diet.

Peneliti akan menyelidiki perbandingan yang tercantum di bawah ini:


 Akupunktur hanya dibandingkan tanpa pengobatan;
 Akupunktur hanya dibandingkan dengan plasebo atau pengobatan palsu;
 Akupunktur ditambah pengobatan atau pengobatan aktif lainnya
dibandingkan dengan pengobatan atau pengobatan aktif lain saja;
 Akupunktur plus pengobatan atau pengobatan aktif lainnya dibandingkan
dengan pengobatan plasebo atau palsu ditambah pengobatan atau pengobatan
aktif lainnya.
Comparasion
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk secara sistematis meninjau literatur yang
tersedia saat ini untuk menilai kemanjuran dan keamanan pengobatan akupunktur
untuk konstipasi pasca stroke.
Outcome
Ukuran hasil sekunder meliputi proporsi pasien dengan konsistensi tinja, proporsi
pasien yang menggunakan obat penyelamat seperti pencahar atau evakuasi dubur,
kualitas hidup (QoL) dan waktu transit rata-rata.
Konsistensi tinja akan ditentukan oleh percobaan atau diukur berdasarkan skala
seperti Skala Bentuk Bangku Bristol.
QoL akan diukur dengan skala umum atau khusus kondisi, seperti Survei
Kesehatan Formulir 36 Pendek.
Waktu transit didefinisikan sebagai waktu dari persepsi pertama ingin buang air
besar sampai akhir buang air besar.
Peneliti akan menjumlahkan jumlah efek samping (AE) dan menghitung proporsi
AE.

D. Hasil Pembahasan dari Literatur


Studi terbaru terutama berfokus pada kejadian sembelit setelah stroke. Strategi
manajemen untuk konstipasi pada pasien dengan stroke masih kurang
diselidiki.

Sebuah tinjauan sistematis 2014 mengevaluasi kemanjuran dan keamanan akupunktur


dan moksibusi untuk sembelit pasca stroke. Ulasan ini memiliki kelemahan nyata yang
mengancam keaslian temuan mereka. Pertama, meta-analisis menemukan bahwa akupunktur
dan moksibusi secara signifikan lebih efektif daripada pengobatan lain (OR=2,10, 95%
interval kredibel 1,25-3,54, p=0,005) untuk konstipasi pada pasien stroke. Akupunktur dan
moksibusi dibahas secara keseluruhan, dan kemanjuran akupunktur saja tidak diselidiki
secara sistematis, meskipun lima dari delapan percobaan yang disertakan membandingkan
akupunktur saja dengan pengobatan lain. Kedua, kualitas metodologi dari delapan artikel
yang disertakan sangat buruk. Ketiga, tingkat efektif total, ukuran hasil subjektif, dipilih
sebagai hasil utama. Keempat, ukuran sampelnya kecil. Sepengetahuan kami, beberapa uji
coba terkontrol acak (RCT) baru telah diterbitkan sejak meta-analisis diterbitkan. Secara
keseluruhan, ada kekurangan bukti yang mendukung tentang kemanjuran dan keamanan
akupunktur untuk sembelit pada pasien dengan stroke.

E. Implikasi Keperawatan
Berdasarkan kesimpulan yang peneliti dapatkan dari hasil penelitian maka dapat
memuat implikasi:
1. Bagi petugas Kesehatan dapat memberikan terapi akupunktur pada pasien stroke
sebagai terapi komplementer (non farmakologis). Selain itu, perlu diadakan
sosialisasi dan pelatihan agar semua perawat memiliki kesamaan kemampuan
dalam melaksanakan teknik terapi akupunktur pada pasien stroke.
2. Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut mengenai terapi
akupunktur pada pasien stroke seperti untuk mencegah konstipasi, membantu
mengurangi rasa sakit, kelumpuhan, dan masalah otot akibat stroke.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh
dunia. Insiden stroke tunduk pada variasi yang besar secara global. Insiden keseluruhan di
negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah melebihi di negara-negara
berpenghasilan tinggi sebesar 20% dari tahun 2000 hingga 2008.

Konstipasi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke.
Bukti dari tinjauan sistematis sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian sembelit pada pasien
stroke adalah 48% (95% CI 33% sampai 63%). Insiden konstipasi pada pasien stroke
hemoragik lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan tipe iskemik.

Insiden pada tahap rehabilitasi lebih tinggi daripada pada tahap akut

Konstipasi memiliki dampak negatif pada kesejahteraan psikologis dan kesehatan


fisik pasien, membatasi aktivitas sosial, mengurangi kualitas hidup, berkontribusi pada hasil
yang buruk dan dikaitkan dengan biaya perawatan kesehatan yang tinggi.

Pelunak feses, agen prokinetik, pencahar osmotic dan stimulan dan gaya hidup atau
modifikasi diet adalah pengobatan umum untuk sembelit. Perawatan konvensional dapat
dikaitkan dengan efek samping yang tidak diinginkan, seperti kembung, dehidrasi, tingkat
kekambuhan yang tinggi setelah penghentian obat. Sebagian besar pasien dengan konstipasi
kronis tidak puas dengan pilihan pengobatan saat ini di Eropa. Banyak pasien dengan
sembelit mencari bantuan dari terapi alternative.

Akupunktur, sebagai bagian penting dari pengobatan komplementer dan


komplementer, telah mendapatkan popularitas yang meningkat untuk pengelolaan sembelit di
negara-negara Barat. Ada beberapa kemungkinan mekanisme akupunktur untuk sembelit.

Akupunktur dapat meningkatkan peristaltik saluran usus melalui kontak dengan


dinding usus dan mengatur cairan saraf dan tubuh. Akupunktur dapat meningkatkan tekanan
internal rektal untuk mengembalikan rasa buang air besar dengan merangsang saraf
parasimpatis.
Tinjauan sistematis menunjukkan bahwa akupunktur aman untuk konstipasi
fungsional kronis. Percobaan acak mendukung penggunaan elektroakupunktur untuk
konstipasi fungsional kronis yang parah. Namun, apakah bukti tersebut dapat ditransfer ke
populasi stroke masih belum jelas.

B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Mengembangkan program belajar mengajar dan menambah referensi
perpustakaan serta menjadi dasar untuk penelitian keperawatan lebih lanjut serta
dapat menyediakan bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan guna menambah
pengetahuan tentang penggunaan terapi akupunktur serta terapi-terapi lainnya
pada pasien stroke sebagai terapi komplementer (non farmakologis)
2. Bagi profesi kesehatan
Melakukan intervensi dan mengoptimalkan terapi akupunktur guna meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan sehingga dapat memaksimakan pasien dengan
permasalahan pada penyakit stroke.
3. Bagi penulis
Hasil dari karya ilmiah ini menjadi upaya penulis untuk menjadikannya acuan dan
dasar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang bagaimana
penanganan pada pasien dengan penyakit stroke.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian
yang sama agar melakukan penelitian sesuai dengan yang telah dipaparkan dalam
teori, untuk mengetahui hasil yang lebih efektif. Selain itu apabila melakukannya
di Ruangan Gawat Darurat ataupun Kritis maka dahulukan pasien atau calon
responden untuk melewati masa kritisnya terlebih dahulu baru kemudian
diberikan intervensi yang di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kuriakose, D., & Xiao, Z. (2020). Pathophysiology and Treatment of Stroke: Present Status
and Future Perspectives. International journal of molecular sciences, 21(20), 7609.
https://doi.org/10.3390/ijms21207609

Zhai, J., Mu, W., Si, J., Li, Y., Zhao, C., Shang, H., Li, H., & Tian, G. (2018). Acupuncture for
constipation in patients with stroke: protocol of a systematic review and meta-analysis. BMJ
open, 8(3), e020400. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-020400

Chavez, L. M., Huang, S. S., MacDonald, I., Lin, J. G., Lee, Y. C., & Chen, Y. H. (2017).
Mechanisms of Acupuncture Therapy in Ischemic Stroke Rehabilitation: A Literature Review
of Basic Studies. International journal of molecular sciences, 18(11), 2270.
https://doi.org/10.3390/ijms18112270

Gomez-Cuaresma, L., Lucena-Anton, D., Gonzalez-Medina, G., Martin-Vega, F. J., Galan-


Mercant, A., & Luque-Moreno, C. (2021). Effectiveness of Stretching in Post-Stroke Spasticity
and Range of Motion: Systematic Review and Meta-Analysis. Journal of personalized
medicine, 11(11), 1074. https://doi.org/10.3390/jpm11111074

Chiaramonte, R., & Vecchio, M. (2021). Dysarthria and stroke. The effectiveness of speech
rehabilitation. A systematic review and meta-analysis of the studies. European journal of
physical and rehabilitation medicine, 57(1), 24–43. https://doi.org/10.23736/S1973-
9087.20.06242-5

Liu, L., Anderson, G. A., Fernandez, T. G., & Doré, S. (2019). Efficacy and Mechanism of Panax
Ginseng in Experimental Stroke. Frontiers in neuroscience, 13, 294.
https://doi.org/10.3389/fnins.2019.00294

Verma, T., Sinha, M., Bansal, N., Yadav, S. R., Shah, K., & Chauhan, N. S. (2021). Plants Used as
Antihypertensive. Natural products and bioprospecting, 11(2), 155–184.
https://doi.org/10.1007/s13659-020-00281-x

Anda mungkin juga menyukai