“FISTULA”
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2020
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas Kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang FISTULA.
Makalah ilmiah ini telah kami susun maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dengan memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kai dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Kelompok 9
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
A. Pengertian......................................................................................................6
C. Etiologi........................................................................................................10
E. Patofisiologi................................................................................................12
F. Penatalaksanaan..........................................................................................12
A. Pengkajian...................................................................................................20
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................20
BAB IV PENUTUP...............................................................................................24
A. Kesimpulan.................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu. (Potter & Perry, 2006). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh trauma benda tajam atau tumpu,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan
(sjamsuhidajat & wim de jong, 2005). Klasifikasi luka memberikan gambaran
tentang status integritas kulit, penyebab luka, keparahan, luasnya cedera atau
kerusakan jaringan, kebersihan luka, atau gambaran kualitas luka, misalnya
warna. Luka penetrasi akibat pisau di sebut luka terbuka, dan luka kontusi disebut
luka tertutup. Luka terbuka menimbulkan resiko infeksi yang lebih besar dari pada
luka tertutup. Fistula adalah saluran yang terhubung secara tidak normal di antara
dua rongga tubuh yang seharusnya terpisah. Fistula bisa muncul di bagian tubuh
tertentu, seperti vagina dan anus, serta pembuluh darah. Jika tidak ditangani,
fistula bisa menyebabkan berbagai gangguan pada fungsi dan kesehatan
tubuh.Fistula sendiri memiliki banyak jenis, pertama ada fistula pada saluran
pencernaan bisa menyebabkan cairan lambung merembes keluar melalui lapisan
lambung atau usus. Kedua Fistula ani adalah saluran kecil yang terbentuk di
antara rektum atau bagian ujung usus besar dengan kulit di dekat anus, Fistula ani
dapat menyebabkan nyeri dan bengkak di sekitar anus, serta keluarnya nanah
berbau busuk saat buang air besar. Kondisi ini lebih umum dialami pria dan
biasanya muncul pertama kali di usia sekitar 40 tahun.
Fistula lebih sering terjadi pada laki-laki, yaitu 12,3 kasus per 100.000
populasi, dibandingkan dengan perempuan sebesar 5,6 kasus per 100,000
populasi. Lunniss et al menyatakan kondisi ini disebabkan oleh hipotesis
kriptoglandular, yaitu laki-laki memiliki hormon androgen yang dapat turut
5
berperan dalam patogenesis fistula ani dari aspek hormonal. Selain itu, adanya
tonus sfingter anus yang lebih kuat pada laki-laki juga dapat meningkatkan risiko
obstruksi duktus yang dapat menyebabkan inflamasi pada kelenjar anus.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Teori Dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Fistula?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
fistula.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis jenis fistula
b. Mengeatui tanda dan gejala fistula
c. Mengetahui penatalaksanaan fistula
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Fistula adalah hubungan abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh
yang terpisah dari satu sama lain. Fistula adalah kata Latin yang bila
diterjemahkan menjadi "pipa" atau "tabung." Secara umum, keberadaan fistula
menandakan penyakit, tetapi kadang seorang ahli bedah sengaja membuat fistula
antara dua permukaan epitel untuk tujuan pengobatan (Smeltzer Suzanne, 2002).
Fistula adalah saluran yang terhubung secara tidak normal di antara dua
rongga tubuh yang seharusnya terpisah. Fistula bisa muncul di bagian tubuh
tertentu, seperti vagina dan anus, serta pembuluh darah. Jika tidak ditangani,
fistula bisa menyebabkan berbagai gangguan pada fungsi dan kesehatan
tubuh.Fistula dapat terbentuk di berbagai saluran atau organ tubuh, seperti saluran
kemih, anus, saluran pencernaan, vagina, hingga kulit. Banyak bagian tubuh atau
pembuluh darah yang normalnya tidak terhubung, namun karena cedera, tindakan
operasi, penyakit, infeksi, atau pembengkakan, menjadi terhubung oleh suatu
saluran (Mansjoer Arief, dkk. 2001).
Ada berbagai jenis fistula dan mereka dapat muncul di berbagai bagian tubuh.
Berikut adalah beberapa contoh fistula dan di mana mereka dapat ditemukan:
4. Fistula craniosinus, yang ada di ruang antara sinus hidung pasien dan bagian
dalam tulang tengkorak.
5. Fistula enterovaginal, terletak antara vagina pasien dan perut.
6. Fistula anal atau tinja, sering ditemukan terhubung ke usus.
7. Fistula lambung, hubungan antara permukaan kulit pasien dan perut.
8. Fistula metroperitoneal, terletak antara rongga peritoneum pasien dan rahim.
9. Fistula umbilical, hubungan abnormal antara usus pasien dan pusar.
10. Fistula arteriovenosa paru, sering ditemukan di paru-paru pasien,
menghubungkan vena dan arteri pulmonalis. Jenis fistula ini memungkinkan
oksigenasi darah tanpa melalui paru-paru.
11. Fistula dikelompokkan menurut struktur sambungan.
12. Fistula Buta, sering memiliki satu ujung terbuka tapi terhubung ke dua
struktur.
13. Fistula lengkap, memiliki bukaan pada kedua ujungnya.
14. Fistula Horseshoe (tapal kuda), sering ditemukan di daerah anal dimana
mereka menghubungkan anus dan permukaan kulit setelah mengitari (dalam
pola tapal kuda) rektum.
15. Fistula tidak lengkap, adalah struktur seperti tabung yang berasal dari kulit
tetapi ditutup pada kedua ujungnya dan tidak terhubung ke struktur di dalam
tubuh pasien.
Ada beberapa jenis fistula yang dapat terbentuk pada saluran pencernaan,
yaitu:
a. Fistula usus, yaitu fistula yang terbentuk di antara salah satu bagian
saluran cerna dengan bagian lain, misalnya usus besar dengan usus kecil
atau lambung dengan usus.
b. Fistula ekstraintestinal, yaitu fistula yang terjadi saat cairan lambung
bocor dari usus ke organ tubuh yang lain, seperti kandung kemih, paru-
paru, atau sistem pembuluh darah.
c. Fistula eksternal atau fistula kulit adalah jenis fistula yang terbentuk
antara saluran pencernaan dengan kulit yang menutupi tubuh.
2. Fistula ani
4. Fistula vagina
Fistula vagina dapat terjadi akibat cedera, operasi, infeksi, efek samping
terapi radiasi, atau penyakit tertentu, seperti penyakit radang usus
dan divertikulitis. Fistula vagina juga bisa terbentuk akibat robekan pada
perineum yang parah saat persalinan atau infeksi pada episiotomi setelah
melahirkan.
10
Terdapat beberapa jenis fistula vagina yang perlu Anda ketahui, antara
lain:
a. Fistula vesikovaginal atau fistula kandung kemih, yaitu jenis fistula yang
terbentuk di antara vagina dengan kandung kemih.
b. Fistula ureterovaginal adalah fistula yang terbentuk antara vagina dengan
ureter, yaitu saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
c. Fistula urethrovaginal adalah fistula yang terbentuk antara vagina dan
saluran uretra atau saluran yang membawa urine keluar dari tubuh
wanita.
d. Selain beberapa macam fistula di atas, fistula vagina juga bisa terbentuk
di antara usus besar atau usus kecil dengan vagina.
5. Fistula vagina dan rectum
Fistula pada vagina dan rektum disebut juga fistula obstetrik atau fistula
rektovaginal. Akibat terbentuknya celah antara rektum dan vagina, gas dan
tinja dari saluran cerna bisa keluar melalui vagina. Fistula obstetrik yang
tidak diperbaiki juga bisa menghambat proses atau bahkan meningkatkan
risiko kematian ibu saat melahirkan.Fistula pada vagina dan rektum bisa
terbentuk akibat beberapa hal berikut ini:
Tujuan operasi pada fistula adalah untuk menutup celah atau lubang yang
terbentuk dan memperbaiki kerusakan organ atau bagian tubuh yang terkena
fistula sehingga organ yang terganggu bisa berfungsi normal kembali. Jika
Anda merasakan keluhan tertentu akibat fistula, misalnya nyeri perut atau
panggul, keluar darah, urine, atau tinja dari vagina, serta terdapat nanah atau
infeksi pada vagina atau anus, kondisi tersebut perlu diperiksakan ke
dokter.Dokter akan memastikan letak dan jenis fistula yang Anda derita.
Setelah itu, dokter akan memberikan penanganan yang sesuai untuk
mengatasi kondisi tersebut.
E. Etiologi
Fistula dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah penyakit.
Biasanya, ketika fistula berada di perut, orang dapat dengan mudah
menyimpulkan bahwa hal itu disebabkan oleh penyakit radang di perut. Dalam
beberapa kasus, seseorang yang menderita kasus hidradenitis supuratif (HS) yang
serius, penyakit kronis yang sering didiagnosis oleh adanya luka nanah (abses)
dan kista gugus, akan memiliki fistula di berbagai bagian tubuh, termasuk ketiak,
paha bagian dalam, pantat, paha, dan di bawah payudara. HS bukanlah penyakit
menular dan dapat ditandai dengan periode panjang peradangan di daerah yang
terkena.
Pembedahan juga dapat menyebabkan adanya fistula. Sebagai contoh, bedah
kandung empedu, bila dilakukan secara tidak benar atau sembarangan dapat
mengakibatkan fistula empedu. Dalam beberapa kasus, pasien yang menjalani
terapi radiasi juga dapat memiliki fistula vesikovaginal. Fistula juga dapat sengaja
dibuat sebagai bentuk perawatan. Sebagai contoh, pasien yang menderita gagal
ginjal tahap akhir mungkin akan dilakukan fistula cimino atau sambungan buatan
antara permukaan kulit lengan dan vena-dalam rangka agar lebih mudah menarik
darah untuk perawatan cuci darah (hemodialisis). Pasien yang menderita darah
tinggi (hipertensi) portal juga dapat dilakukan fistula portacaval, hubungan antara
vena cava inferior dan pembuluh darah portal untuk pengobatan.
12
Dalam kasus fistula yang ditemukan diantara perut, mencerna makanan bisa
sulit bagi sistem pencernaan. Pada beberapa pasien, fistula usus-ke-usus dapat
menyebabkan diare yang berkepanjangan dan kekurangan gizi. Dalam banyak
kasus, fistula dalam tubuh (internal) tidak ditandai dengan gejala yang dapat
diamati dan hanya dapat terlihat melaluirontgenatau metode pencitraan
kedokteran lainnya.
Fistula anal (dubur), di sisi lain, mungkin adalah jenis yang paling mudah
diamati. Mereka ditandai dengan gejala seperti iritasi kulit di daerah dubur, nyeri
perut, dan nyeri ketika duduk atau dalam berbagai posisi yang mempengaruhi
kulit dan otot-otot di daerah tersebut. Beberapa fistula anal juga mengalami
kebocoran tinja.
G. Patofisiologi
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan. Biasanya
karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang
13
H. Penatalaksanaan
4. Pemberian obat-obatan
Biasanya obat flagly (antibiotik) dan immunosuppressant.
5. Pada fistula yang kecil kemungkinan dapat sembuh sendiri dengan pemberian
antoboitik, peningkatan gizi, kebersihan diri dan pasang DCminimal 7 hari.2.
6. Pada fistula yang ditemukan segera setelah persalinan/pasca tindakandengan
cunam, secsio caesaria, histerektomi maka fistula segera ditutupdan segera
dipasang kateter untuk mengistirahatkan vesika.3.
7. Sedang fistula yang ditemukan beberapa hari setelah persalinan atau pasca
pembedahan maka dikerjakan operasi setelah 3 bulan, bila penutupan fistel
gagal dilakukan reoperasi 3 bulan kemudian
1) Film Dressing
a) Semi-permeable primary atau secondary dressings
b) Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
c) Conformable, anti robek atau tergores
d) Tidak menyerap eksudat
e) Indikasi: luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
f) Kontraindikasi: luka terinfeksi, eksudat banyak
g) Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2) Hydrocolloid
a) Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
b) Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
c) Occlusive – > hypoxic environment untuk mensupport
angiogenesis
d) Waterproof
e) Indikasi: luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
f) Kontraindikasi: luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Sirkulasi
Tanda: Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
Yang perlu di kaji pada luka fistula (Toth, et al., 2004) :
a. Bentuk abdomen
b. Lokasi fistula
c. Jumlah konsistensi cairan fistula
2. Eliminasi
Gejala: Penurunan kekuatan/dorongan aliran urin, tetesan
Tanda: Feses keluar melalui fistula
3. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia; mual dan muntah
Tanda: Penurunan berat badan
4. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri suprapubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah
5. Rencana pemulangan
Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses pembedahan
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh,
proses pembedahan
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan
interpretasi
21
22
A. Kesimpulan
Fistula adalah saluran abnormal antara lumen organ berongga dengan organ
berongga lainnya atau dengan kulit. Fistel dapat terjadi disebabkan oleh beberapa
kondisi dari penyakit ataupun akibat tindakan saat dilakukan operasi terhadap
suatu penyakit. Gejala yang terjadi berbeda antar berbagai jenis fistula, dan dalam
banyak kasus, fistula tumbuh tidak diketahui untuk jangka waktu yang lama, yang
lainnya menjadi tidak sedap dipandang pada kulit
B. Saran
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,
penatalaksanaan agar dalam menjalankan proses keperawatan dapat membuat
intervensi dan menjalankan implementasi dengan tepat sehingga mencapai
evaluasi dan tingkat kesembuhan yang maksimal pada klien fistula. Selain itu
Mahasiswajuga dapat memperbanyak ilmu dengan mengunjungi seminar dan
membaca dari berbagai sumber.
25
DAFTAR PUSTAKA
26