OLEH:
S. Tr. KEPERAWATAN/ III. A
NAMA KELOMPOK :
1. NI NYOMAN LILI RESTIADEWI (P07120219005)
2. KOMANG SUHESTI APRILIA (P07120219006)
3. PUTU DIAH PURNAMA DEWI (P07120219007)
4. GUSTI AYU PUTU YUNI ARIANTI (P07120219008)
5. KOMANG TRIANA YULIA DEWI (P07120219018)
6. TJOK ISTRI AGUNG DWI LAKSMI P. (P07120219031)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RETARDASI MENTAL
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak
(sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah normal (IQ sekitar
2 standar deviasi yang dibawah normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai
keterbatasan- keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa,
keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sumber-
sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai
dan bekerja (Betz dan Sowden, 2009).
Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan signifikan baik dalam
fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif (keterampilan sosial dan praktis sehari-hari)
sebelum usia 18 tahun (Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi mental juga dikenal dengan
beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas intelektual, disabilitas belajar (Betz dan
Sowden, 2009), gangguan mental, abuse (misal, moron, idiot, kretin, mongol) (Hull dan
Johnston, 2008), tunagrahita (Iswari dan Nurhastati, 2010), keterbelakangan mental
(Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein dan Shelov, 2017).
2. Etiologi DHF
Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada sebagian besar
kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui, hanya saja 25% kasus yang memiliki
penyebab spesifik.
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
a) Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
2) Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
3) Cedera kepala yang berat
b) Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella kongenitalis
2) Meningitis
3) Infeksi sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis kongenitalis
6) Listeriosis
7) Infeksi HIV
c) Kelainan kromosom
1) Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
2) Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom Angelman, sindrom Prader-
Willi)
3) Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d) Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma Hunter
5) Sindroma Hurle
6) Sindroma Sanfilippo
7) Leukodistrofi metakromatik
8) Adrenoleukodistrofi
9) Sindroma Lesch-Nyhan
10) Sindroma Rett
11) Sklerosis tuberosa
e) Metabolik
1) Sindroma Reye
2) Dehidrasi hipernatremik
3) Hipotiroid Kongenital
4) Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik)
f) Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
2) Keracunan metilmerkuri
3) Keracunan timah hitam
g) Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h) Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi (Utaminingsih, 2015)
3. Pathway
4. Klasifikasi
Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV) , dalam a Journey to child neurodevelopment: Application in daily practice :
a. Retardasi mental ringan
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 50–55 sampai 70.
b. Retardasi mental sedang
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 35-40 sampai 50-55
c. Retardasi mental berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 20-25 sampai 35-40
d. Retardasi mental sangat berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) dibawah 20 atau 25
e. Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan Jika terdapat kecurigaan kuat adanya
retardasi mental. (Solek, 2010)
Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental, antara lain :
a. Kelompok retardasi mental genetik
Adalah keterbelakangan mental akibat kelainan faktor keturunan yang disebabkan oleh :
1) Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang disebut aborsi
2) Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut mutasi
3) Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut deformitas
4) Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein pembentuk gen yang disebut translokasi
Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik seperti berikut ini :
Sindrom down. Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar, lipatan kelopak mata atas lebih dalam,
lidah tebal dan menonjol keluar mulut, jari tangan pendek, telapak tangan lebar dan tebal.
Sindrom Turner. Ciri khasnya : leher pendek, badan pendek, dahi sempit, alat kelamin tidak
berkembang normal.
Klinerfer Sindrom. Cirinya: Bentuk luarnya lelaki, tetapi alat kelaminnya tidak sempurna, buah
dada membesar
Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata kecil (mikro cephalis)
Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata, langit- langit bercelah, dada gepeng,
jari-jari kaki dan tangan melekat satu sama lain
Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki, adanya tumor kelenjar minyak
kulit (adeno masebasa), wajah berwarna kuning.
Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola mata satu sisi, sehingga sukar
ditutup, dahi banyak ditumbuhi rambut juga disertai kelumpuhan separuh anggota tubuh yang
berlainan
b. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa radang dari otak, perdarahan
otak terutama waktu melahirkan, kurang cukupnya pemeliharaan oksigen dan glukosa pada
otak terutama pada bayi yang lahir belum cukup umur, dan keracunan Contoh anak yang
mengalami retardasi mental kerusakan otak, antara lain:
1) Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukar untuk berbicara atau seseorang
yang mampu berpikir tetapi tidak mampu menuliskannya atau menyampaikan dengan kata-
kata.
2) Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam membilang dan menulis namun lancar
untuk berbicara.
3) Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam mengenal benda melalui perabaan
dan tidak mampu menulis dan berhitung juga mampu membedakan kiri dan kanan.
4) Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam memberi dan menerima terhadap
ransangan dari luar, ia tidak tuli dan tidak buta, tetapi lambat sekali dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
c. Retardasi mental fungsional
Retardasi mental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental karena adanya
gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam cara mengasuh atau faktor budaya. Sebab-
sebab yang menimbulkan retardasi mental fungsional antara lain berikut ini:
1) Faktor hereditas
Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan anak juga menjadi hiperaktif
Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil, maka anak yang dilahirkan juga
mudah tersinggung
Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan tekanan mental
Ibu merokok
Benturan-benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3 tahun, misalnya orang tua sering
gaduh, broken home, dan lain- lain.
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ ciri- ciri kerusakan otak
minimal
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat perkembangan mental anak-
anak sehingga meraka mengalami retardasi mental. Contohnya menyendiri, agresif, nakal,
hiperkinetik, autisme (Iswari dan Nurhastuti, 2010)
Klasifikasi retardasi mental menurut American Association of Mental Retardation adalah:
a. Intermiten; Dukungan diperlukan secara periodik, atau pada jangka pendek selama fase
transisi atau krisis, jika diperlukan, dukungan tersebut diberikan dalam intensitas tinggi atau
rendah.
b. Terbatas: Dukungan intensitas rendah dalam waktu tertentu diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu, seperti pelatihan kerja atau transisi sekolah.
c. Ekstensif: dukungan intensitas rendah yang kontinu dan teratur diperlukan untuk
mempertahankan fungsi yang adekuat di lingkungan rumah atau kerja.
d. Pervasif: dukungan intensitas tinggi yang kontinu diperlukan untuk keamanan dan
kesejahteraan.
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai dengan sianosis
disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik
yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:
a. Kelainan pada mata :
1) Katarak : Sindrom Cockayne, Sindrom Lowe, Galactosemia, Sindrom Down, Kretin, Rubela
prenatal
2) Bintik cherry- merah daerah macula : Mukolipidosis, penyakit Niemann- pick, penyakit Tay-
sachs
3) Korioretinitis : Lues Kongenital, penyakit stimegalo virus, Rubela prenatal
4) Kornea keruh : Lues kongenital, Sindrom hunter, Sindrom hurler, Sindrom Lowe
b. Kejang
1) Kejang umum tonik klonik : Defisiensi glikogen sinthease, Hiperlisinemia, Hipoglikemia,
terutama yang disertai glycogen storage disease I, III, IV dan VI, Phenyl ketonuria, Sindrom
malabsorpsi methionine
2) Kejang masa neonatal : Arginosuccinic asiduria, Hiperammonemia I dan II, Laktik Asidosis
c. Kelainan Kulit
1) Bintik cafe-au-lait : Ataksia-telengiektasia, Sindrom bloom, Neurofibromatosis, Tuberous
selerosis
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok : Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
2) Rambut cepat memutih : Atrofi progresif serebral hemisfer, Ataksia telangiectasia, Sindrom
malabsorpsi methionine
3) Rambut halus : Hipotiroid, malnutrisi
e. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali : Hidrosefalus, Mucopolisakaridase, Efusi subdural
f. Perawakan pendek
1) Kretin
2) Sindrom prader- wili
g. Distonia
1) Sindrom Hallervorden- spaz
Gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe dan umur :
a. Retardasi mental ringan
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Cara berjalan, makan sendiri, dan berbicara lebih lambat dibandingkan anak normal.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mampu mempelajari keterampilan, membaca serta mempelajari aritmatika sampai ke tingkat
kelas tiga-kelas enam dengan pendidikan khusus, dapat dibimbing kearah penyesuaian sosial
sampai usia mental 8- 12 tahun normal.
b. Retardasi mental sedang
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Keterlambatan dapat dilihat pada
perkembangan motorik, yaitu cara berbicara dan berespon tehadap pelatihan dalam berbagai
aktivitas menolong diri.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mampu mempelajari komunikasi sederhaana, perilaku kesehtan dan keamanan tingkat dasar
serta keterampilan manual sederhana, tidak mengalami perkembangan dalam membaca atau
aritmatika secara fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun usia mental normal.
c. Retardasi mental berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Keterampilan komunikasi kurang atau
tidak ada, mampu berespon terhadap pelatihan mengenai perawatan dasar diri sendiri, misalnya
makan sendiri
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mempunyai sedikit pemahaman terhadap percakapan dan sedikit merespon, mampu mengambil
manfaat dari latihan kebiasaan yang sistematik, usia mental mencapai usia mental toddler
normal.
d. Retardasi mental sangat berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Membutuhkan perawatan total.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Keterlambatan pada semua area perkembangan, menunjukkan respon emosional dasar, mampi
berespon terhadap latihan keterampilan dalam menggunakan lengan, tangan, dan rahang,
membutuhkan supervise ketat, usia mental mecapai usia mental bayi muda normal. (Wong, D,
dkk, 2009)
Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi mental berdasarkan umur
antara lain:
1. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ mayor
2. Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan lingkungan, gangguan penglihatan atau
pendengaran
3. Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar
4. Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara
5. Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara, masalah perilaku termasuk
kemampuan bermain, keterlambatan perkembangan moptorik halus, menggunting, mewarnai,
menggambar
6. School age (>5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah perilaku (perhatian,
kecemasan, nakal )
6. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sclerosis
3) Dicurigai kelainan yang luas
4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia
6) Kalsifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang mioklonik
3) Kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Ophtalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Ophtalmoplegia
6) Kista pada ginjal
h. Serum seng (Zn)
1) Acrodermatitis
i. Logam berat dalam darah
1) Anamnesis adanya pika
2) Anemia
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
2) Gagal tumbuh
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
1) Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
1) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
2) Atrofi N. Optikus
3) Degenerasi retina
4) Seberal ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepatosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
1) Kiposis
2) Anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepatosplenomegali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada sendi
o. Urin reducing substance
1) Katarak
2) Hepatomegali
3) Kejang
p. Urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus
q. Urin asam vanililmandelik
1) Muntah- muntah
2) Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
3) Gejala disfungsi autonomic (Behrman dan Kliegman, 2010)
7. Komplikasi
Adapun beberapa komplikasi pada anak yang mengalami retardasi mental yaitu :
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah-masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan antikonvulsi, kurang
mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus, obstruksi usus halus
dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- masalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan (Betz dan Sowden, 2009).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Retardasi Mental
I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat menggunakan
indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas perkembangan sesuai
dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang tidak sesuai dengan standar
pencapaian tumbuh kembang.
c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan,
seperti gangguan motorik, bahasa, dan adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif, gangguan belajar dan lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan diri atau kontrol diri
dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.
Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis dimensi kebutuhan
biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan. Pengkajian terdiri dari atas evaluasi
komprehensif mengenai defisit dan kekuatan yang berhubungan dengan keterampilan
adaptif: komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sumber- sumber di
komunitas, pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan bekerja. Pengkajian
mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural dan bahasa, perhatian, dan kesukaan
anak.
Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan berat badan yang
diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi saat ini, status masalah- msalah
kongenital saat ini, fungsi tiroid, perawatan gigi, ketajaman pendengaran dan penglihatan,
masalahmasalah nutrisi dan makan, dan masalah ortopedik. Pengkajian fisik juga meliputi
pemantauan kondisi sekunder yang berkaitan dengan diagnosis spesifik, seperti memantau
hipotiroidisme dan depresi pada orang yang mengalami sindrom down.
Pengkajian Anak
1. Identitas
Nama : Identitas
Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
2. Jenis kelamin
3. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup, akan
mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi
bila jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
4. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini mungkin, karena dengan
memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
5. Penanggung jawab
1) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2) Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak karena dengan
pendidikan yang lebih baik, maka orangtua dapat menerima informasi tentang kesehatan anaknya
3) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh kembang anak karena orangtua
dapat menyediakan segala kebutuhan anak.
4) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk berbagai
kepentingan. Maka dari itu, oangtua sebaiknya mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka
kepada anak
6. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat kesehatan ibu pada masa
sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum
terjadinya kehamilan maupun sedang hamil
7. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi ibu hamil sebelum
terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada
bayi baru lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
8. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang teratur yang sebagian
besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan
genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu
dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awal dalam proses tumbuh
kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan pada bayinya. Juga
faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
10. Riwayat Tumbuh Kembang
11. Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal yang berhubungan
dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, dan sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari penyebabnya
12. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakitpenyakit tertentu yang bisa
menyebabkan kecacatan dan kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat
imunisasi lengkap.
Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seperti:
protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,5-3 tahun berhenti
mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu berhenti mengompol , dicari
penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran pemberian makanan)
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena kegiatan fisiknya mulai
meningkat, seperti bermain. Namun, kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2
hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat dilakukan anak
dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan
mulut dan gigi
6) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106) b.d efek ketidakmampuan fisik, keterbatasan lingkungan,
inkonsistensi respon, pengabaian, terpisah dari orang tua dan/atau orang terdekat, defisiensi
stimulus d.d tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa,
motorik, psikososial), pertumbuhan fisik terganggu, tidak mampu melakukan perawatan diri
sesuai usia, afek datar, respon sosial lambat, kontak mata terbatas, nafsu makan menurun, lesu,
mudah marah, regresi, pola tidur terganggu (pada bayi).
2. Defisit Perawatan Diri (D.0109) b.d gangguan muskuloskeletal, gangguan neorumuskuler,
gangguan psikologis dan/atau psokotik, penurunan motivasi/minat d.d menolak melakukan
perawatan diri, tidak mampu mendi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri,
minat melakukan perawatan diri kurang.
3. Gangguan Interaksi Sosial (D.0118) b.d defisiensi bicara, hambatan perkembangan/maturasi,
perubahan neurologis (mis. kelahiran prematur, distress fetal, disfungsi sistem keluarga,
penganiayaan atau pengabaian anak, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, model peran
negative, impulsive, perilaku menentang, perilaku agresif, d.d merasa tidak nyaman dengan
situasi sosial, merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaan, kurang responsive atau
tertarik pada orang lain, tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik, sulit mengungkapkan
kasih sayang, kontak mata kurang, ekspresi wajah tidak responsive, tidak kooperatif dalam
bermain dan berteman dengan teman sebaya, perilaku tidak sesuai usia.
4. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119) b.d gangguan neuromuskuler, hambatan individu
(mis.gangguan psikotik, gangguan konsep diri, harga diri rendah, gangguan emosi), hambatan
lingkungan (mis. ketidakcukupan informasi, ketiadaan orang terdekat, ketidaksesuaian budaya,
bahasa asing). D.d tidak mampu berbicara atau mendengar, menunjukkan respon tidak sesuai,
disfasia, disleksia, tidak ada kontak mata, sulit memahami komunikasi, sulit mempertahankan
komunikasi, sulit mengguankan ekspresi wajah atau tubuh.
5. Gangguan Proses Keluarga (D.0120) b.d perubahan status kesehatan keluarga, perubahan
interaksi dengan masayarakat, krisi perkembangan, transisi perkembangan, perubahan peran
keluarga, krisi situasional, transisi situasional d.d keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap
situasi, tidak mampu berkuminikasi secara terbuka diantara anggota keluarga, keluarga tidak
mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa, keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan
fisik/emosional/spiritual anggota keluarga, keluarga tidak mampu mencari atau menerima
bantuan secara tepat.
6. Risiko Gangguan Perkembangan (D.0107) d.d kelainan genetik/kongenital.
7. Risiko Gangguan Pertumbuhan (D.0108) d.d kelainan genetik/kongenital.
8. Risiko Cedera (D.0136) d.d malnutrisi.
III. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Perawatan Perkembangan
Tumbuh keperawatan selama Perkembangan (I.10339) (I.10339)
Kembang ...x... jam diharapkan Observasi : Observasi :
Status Perkembangan 1. Identifikasi pencapaian 1. Untuk mengetahui
(L.10101) membaik tugas perkembangan pencapaian tugas
dengan kriteria hasil : anak perkembangan anak
1. Keterampilan/perilaku 2. Identifikasi isyarat 2. Untuk mengetahui isyarat
sesuai usia meningkat perilaku dan fisiologis perilaku dan fisiologis yang
2. Kemampuan yang ditunjukkan bayi ditunjukkan bayi (mis.lapar,
melakukan perawatan (mis.lapar, tidak tidak nyaman)
diri meningkat nyaman) Terapeutik :
3. Respon sosial Terapeutik : 1. Agar anak nyaman dengan
meningkat 1. Pertahankan lingkungan lingkungan yang
4. Kontak mata yang mendukung mendukung perkembangan
meningkat perkembangan optimal optimal
5. Kemarahan menurun 2. Motivasi anak 2. Agar anak bisa berinteraksi
6. Regresi menurun berinteraksi dengan anak dengan anak lain
7. Afek membaik lain 3. Agar anak bisa beraktivitas
8. Pola tidur membaik 3. Sediakan aktivitas yang yang memotivasi anak
memotivasi anak berinteraksi dengan anak
berinteraksi dengan anak lainnya
lainnya 4. Agar anak bisa anak berbagi
4. Fasilitasi anak berbagi dan bergantian/bergilir
dan bergantian/bergilir dengan anak lainnya
5. Dukung anak 5. Untuk mendukung anak
mengekspresikan diri mengekspresikan diri
melalui penghargaan melalui penghargaan
posistif atau umpan posistif atau umpan balik
balik atas usahanya atas usahanya
6. Fasilitasi anak melatih 6. Agar anak bisa melatih
keterampilan keterampilan pemenuhan
pemenuhan kebutuhan kebutuhan secara mandiri
secara mandiri (mis. (mis. makan, sikat gigi, cusi
makan, sikat gigi, cusi tangan, memakai baju)
tangan, memakai baju) 7. Agar anak bisa bernyanyi
7. Bernyanyi bersama anak bersama anak lain dengan
lagu-lagu yang disukai lagu-lagu yang disukai
8. Bacakan cerita atau 8. Agar anak nyaman dan mau
dongeng mendengarkan orang lain
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan orang tua 1. Agar orang tua dan/atau
dan/atau pengasuh pengasuh paham tentang
tentang milestone milestone perkembangan
perkembangan anak dan anak dan perilaku anak
perilaku anak 2. Agar orang tua bisa
2. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
berinteraksi dengan 3. Agar anak mengungkapkan/
anaknya mengekspresikan
3. Ajarkan anak teknik keinginannya.
asertif Kolaborasi :
Kolaborasi : 1. Untuk mendapat
1. Rujuk untuk konseling, penanganan lebih lanjut
jika perlu. dengan konseling.
Refrensi
Habibi (2018) KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
RETARDASI MENTAL DI SLB KASIH UMMI KOTA PADANG. KTI Prodi DIII
Keperawatan Padang. Poltekkes Kemenkes Padang.
Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta:CV. Sagung Seto
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan;Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan;Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan;Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia