Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

Partnership

Oleh :

Putu Diah Purnama Dewi P07120219007


Gusti Ayu Putu Yuni Arianti P07120219008
Komang Triana Yulia Dewi P07120219018
Made Audia Parameswari P07120219016

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Partnership” Kami juga mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata keperawatan menjelang ajal yang sudah
membimbing kami dalam mata kuliah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat menambah
wawasan mengenai materi tentang Partnership. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Denpasar, 5 Agustus 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.2 Latar Belakang.......................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Kemitraan............................................................................................................................2
2.2 Prinsip-Prinsip Kemitraan......................................................................................................................3
2.3 Landasan Kemitraan..............................................................................................................................3
2.4 Langkah-langkah Kemitraan..................................................................................................................4
2.5 Model-model Kenitraan dan Jenis Kenitraan........................................................................................4
2.6 Konflik dalam Kemitraan........................................................................................................................5
2.7 Indikator Keberhasilan Kemitraan..........................................................................................................6
2.8 Kemitraan Kesehatan Lintas Sektor dan Organisasi...............................................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................11

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Keluarga  sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak
mempunya peran yang sangat besar untuk membekali anak menuju kehidupannya. Sesuai
UUSPN No 20 tahun 2003, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah, Pentingnya kemitraan sekolah dan keluarga adalah: 1)  Keluarga
adalah pendidik yang pertama dan utama, tetapi dalam praktiknya masih banyak keluarga
yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anak pada sekolah, 2) Peran
sekolah adalah membantu keluarga agar pelaksanaan pendidikan lebih sistimatis, efektif, dan
hasilnya tersertifikasi, 3) Tidak semua kebutuhan pendidikan anak dapat dipenuhi oleh satuan
pendidikan maupun keluarga, 4) Kerjasama keluarga dengan satuan pendidikan mutlak
diperlukan, 5)Satuan pendidikan wajib mendorong kemitraan dan pelibatan keluarga dalam
memajukan pendidikan anak mereka. Berdasarkan berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan adanya kolaborasi antara keluarga dan sekolah berpengaruh meningkatkan
kemajuan dan kesusksesan anak-anaknya
1.2 Rumusan masalah
1.2. 1 Apa yang dimaksud dengan kemitraan ?
1.2.2 Apa Tujuan kemitraan ?
1.2.3 Apa landasan dalam kemitraan ?
1.2.4 Apasaja model dalam kemitaraan?
1.2.5 Bagaimana langkah-langkah kemitaan?
1.2.6 bagaimana tingkatan dalam kemitraan ?
1.2.7 bagaiamana konflik dalam kemitraan
1.2.8 bagaiman indikator keberhasilan dalam kemitraan ?

1
BAB II PEMBAHASAN
`
2.1 Pengertian Kemitraan
Partnership (kemitraan) merupakan suatu kerjasama atau hubungan yang dilandasi oleh suatu
perjanjian saling membantu antara kedua belah pihak dengan tujuan untuk saling
menguntungkan kedua belah pihak. Kemitraan antara pendidikan keperawatan an lahan praktek
merupakan mekanisme penting untuk memperkuat praktik keperawatan dan membantu perawat
untuk memimpin perubahan dalam hal keperawatan. Kemitraan yang efektif akan menciptakan
suatu sistem untuk calon perawat dalam mencapai peningkatan pendidikan , dan karier,
mempersiapkan calon perawat untuk memiliki kompetensi yang baik. Kemitraan akademik-
praktek adalah suatu mekanisme memajukan pratek keperawatan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat. Kemitraan ini didasari dengan tujuan bersama, saling menghormati, dan saling
berbagi pengetahuan. Pada esensinya kemitraan dikenal dengan kerjasama dari berbagai pihak
baik, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmojo (2003) kemitraan
merupakan suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu adapun beberapa
pengertian kemitraan secara umum (promkes Depkes RI) :
- Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi, minimal interaksi tersebut terjadi antara
dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merumakan mitra/partner
- Kemitraan adalah proses pencarian bentuk kebersamaan yang saling menguntungkan dan
saling mendidik secara sukarela untuk mencari kepentingan bersama
- Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai omponen baik sektor, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintahan, non- pemerintahan untuk bekerjasama bersama atas kesepakanan,
prinsip dan peran masing-masing
- Kemitraan merupakan suatu kesepakatan untuk bekerjasama dimana seseorang, kelompok
atau organisasi untuk bekrja sama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta
membagi tugas, menanggung baik berupa risiko maupun keuntungan, meninjau ulang
hubungan masing masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan jika
diperlukan.
Kemitraan antara institusi pendidikan keperawatan dengan lahan praktek akan menciptakan
pengalaman belajar yang efektif daropada hanya belajar dan praktek di laboratorium sendiri

2
karena berhubungan langsung dengan berbagai jenis pasien dan penyakit yang tidak ada di
intritusi pendidikan.
Tujuan Kemmitraan meliputi :
- Meningkatkan percepatan
- Efektifitas
- efisiensi upaya kesehatan untuk mencapai indonesia sehat

2.2 Prinsip-Prinsip Kemitraan


Terdapat prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan olleh masing-
masing anggota :
a. Prinsip kesetaraan (equality)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama
atau sejajar kedudukannya dengan yang lain.
b. Prinsip keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan dan kelemahan masing-masing anggota
c. Prinsip asa manfaat bersama (mutual benefit) : setiap individu yang bergabung dalam
kemitraan memperoleh manfaat sesuai dengan kontribusi masing-masing serta kegiatan akan
semakin efektif dan efisien jika dikerjakan bersama

2.3 Landasan Kemitraan


a. saling memahami kedudukan, tugas, fungsi dan struktur masing-masing
b. saling memahami kemampuanmemahami kemampuan (capacity)
c. saling menghubungi (linkage)
d. saling mendekati (proximity)
e. saling bersedia membantu dan dibantu
f. adanya komitmen/kesepakatan bersama
g. adanya kerja sama yang harmonis
h. adanya koordinasi yang baik
i. adanya kepercayaan antarmitra
j. adanya kejelasan tujuan yang akan dicapai

3
2.4 Langkah-langkah Kemitraan
Kemitraan memberikan nilai tambah kekuatan kepada masing-masing sektor untuk
melaksanakan visi dan misinya. Namun kemitraan juga merupakan suatu pendekatan yane
memerlukan pesyaratan, untuk itu diperlukan langkah langkah tahapan sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
2. Seleksi masalah
3. Melakukan identifikesi calon mitra dan pelaku potensia melalui surat menyurat. telepon.
kirim brosur. rencana kegiatan. visi. misi, AD/ART.
4. Melakukan identifikasi peran mitrajaringan kerfjasama antar sesama mitra dalam upaya
mencapai tujuan, melalui: diskusi, forum pertemuan. kunjungan kedua belah pihak, dll
5. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan dan tanggung jawab.
penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya yang tcrsedia di masing-masing mitra
kerja, dll. Kalau ini sudah ditetapkan, maka setiap pihak terbuka kesempatan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan yang lebih bervariasi sepanjang masih dalam lingkup
kesepakatan
6. Menyusun rencana kerja: pembuatan POA penyusunan rencana kerja dan jadwal kegiatan,
pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab.
7. Melaksinakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah disepakati bersama
melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala, dll.
8. Pemuntauan dan evaluasi

2.5 Model-model Kenitraan dan Jenis Kenitraan


Secara umun, model kemitran dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi dua
(Notoadmodjo. 2007 yaitu:
1. Model l
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau
building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra memiliki
progam tersendiri mulai dari perencanannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut
terbentuk karna adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya.
2. Model II

4
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap mitra
memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-
kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan. dilaksanakan, dan dievaluasi bersama.
Menurut Beryd Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:
 Potential Porthrship
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja
bersama secara lebih dekat.
 Nascent Parthership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi cfisiensi kemitraan tidak maksimal
 Compemettary Parthership
Pada kemitraan ini. partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui
perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti
program delivery dan resource mobilization
 Synergistic Partership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi
dan penelitian. Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejarine, korsorsium, kooperasi dan
sponsorhip. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam: SK bersama, MOU.
Pokja, Forum Komunikasi. Kontrak Kerja/perjanjian keja.

2.6 Konflik dalam Kemitraan


Beberapa literature menyebutkan makna konflik sebagai suatu perbedaan pendapat di antara dua
atau lebih anggota atau kelompok dan organisasi, yang mencul dari kenyataan bahwa mereka
harus membagi sumber daya yang langka atau aktivitas kerja dan mereka mempunyai status,
tujuan, nilai atau pandangan yang berbeda, dimana masing-masing pihak berupaya untuk
memenangkan kepentingan atau pandangannya. Sedangkan menurut Brown(1998), konflik
merupakan bentuk interaksi perbedaan kepentingan, persepsi dan pilihan. Wujudnya bisa berupa
ketidak-setujuan kecil sampai ke perkelahian (Pernama, 2000). Konflik dalam organisasi
biasanya terbentuk dari rangkaian konflik-konflik sebelumnya. Konflik kecil yang muncul dan
diabaikan oleh manajemen merupakan potensi munculnya konflik yang lebih besar dan

5
melibatkan kelompok-kelompok dalam organisasi. Umstot (1984) menyatakan bahwa proses
konflik sebagai sebuah siklus yang melibatkan elemen-elemen:
1) Elemen isu
2) Perilaku sebagai respon dari isu-isu yang muncul
3) Akibat-akibat
4) Peristiwa-peristiwa pemicu.
Faktor-faktor yang bisa mendorong konflik adalah (Daft: 1992) :
1. Perubahan lingkungan eksternal,
2. Perubahan ukuran perusahaan sebagai akibat tuntutan persaingan,
3. Perkembangan teknologi,
4. Pencapaian tujuan organisasi, dan
5. Struktur organisasi.
Menurut Myer dalam Nursya’bani Purnama (2000), terdapat tiga bentuk konflik dalam
organisasi, yaitu :
1. Konflik pribadi, merupakan konflik yang terjadi dalam diri setiap individu karena pertentangan
antara apa yang menjadi harapan dan keinginannya dengan apa yang dia hadapi atau dia
perolah,
2. Konflik antar pribadi, merupakan konflik yang terjadi antara individu yang satu dengan indivdu
yang lain, dan
3. Konflik organisasi, merupakan konflik perilaku antara kelompok-kelompok dalam organisasi
dimana anggota kelompok menunjukkan “keakuan kelompoknya” dan membandingkan dengan
kelompok lain, dan mereka menganggap bahwa kelompok lain menghalangi pencapaian tujuan
atau harapan-harapannya.

2.7 Indikator Keberhasilan Kemitraan


Untuk dapat mengetahui keberhasilan pengembangan kemitraan diperlukan adanya indikator
yang dapat diukur. Dalam penentuan indikator sebaiknya dipahami prinsip-prinsip indikator
yaitu spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis dan tepat waktu. Sedangkan pengembangan
indikator melalui pendekatan manajemen program yaitu :
1. Indikator Input
Tolak ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator yaitu :

6
a. Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan adanya kesepakatan
bersama dalam kemitraan
b. Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi pengembangan kemitraan
c. Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi terkait
Hasil evaluasi terhadap inpur dinilai berhasil apabila ketiga tolak ukur tersebut terbukti ada.
2. Indikator Proses
Tolak ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator sebagai frekuensi dan kualitas
penentuan tim atau sekretariat sesuai kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap proses dinilai
berhasil apabila tolak ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi dengan agenda
pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan.
3. Indikator Output
Tolak ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator yaitu jumlah kegiatan yang
dikerjakan oleh institusi terkait sesuai dengan kesepakatan peran masing-masing institusi.
Hasil evaluasi terhadap output dinilai berhasil apabila tolak ukut tersebut diatas terbukti ada.
4. Indikator Outcome
Tolak ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian karena
penyakit.
2.8 Kemitraan Kesehatan Lintas Sektor dan Organisasi
Dalam sektor kesehatan WHO (1998) mendeskripsikan kemitraan kesehatan sebagai berikut
“Bring together a set of actors for the common goal of improving the health of population based
on mutually agreed roles and principles”. Kemitraan dalam upaya kesehatan (partnership for
health) adalah kebersamaan dari sejumlah pelaku untuk mencapai tujuan yang sama yaitu
meningkatkan kesehatan masyarakat yang didasarkan atas kesepakatan tentang peranan dan
prinsip masing-masing pihak.
Dalam membina kemitraan harus ada faktor-faktor yang berperan yaitu dalam hal ini mitra.
Adapun mitra dibangun dapat berasal dari pemerintah dan non pemerintah. Dapat juga dapat juga
dari sektor kesehatan dan non kesehatan. Setiap kemitraan dalam upaya kesehatan harus
menghormati nilai-nilai universal yaitu hak asasi manusia, keamanan kesehatan, keadilan dalam
kesehatan dan keamanan individu.
Setiap kemitraan dalam upaya kesehatan perlu menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing (struktur)

7
b. Saling memahami kemampuan masing-masing (capacity)
c. Saling menghubungi dan berkomunikasi (linkage)
d. Saling mendekati (proximity)
e. Saling sedia membantu dan dibantu (opennse)
f. Saling mendorong (sinergy)
g. Saling menghargai (reward)
Setiap kemitraan dalam upaya kesehatan perlu menerapkan etika kemitraan sebagai berikut :
a. Kedua belah pihal saling menghormati, saling menghargai dan mentaati kesepakatan yang
telah dibuat bersama
b. Kedua belah pihak mengadakan kemitraan secara terbuka dan bertindak proaktif untuk
membahas kemajuan dan permasalahanKedua belah pihak menghargai hasil kerja mitranya
dan melindungi hak cipta
c. Kedua belah pihak memenuhi hak dan kewajibannya sesuai jadwal waktu
d. Kedua belah pihak melakukan kegiatan sesuai aturan dan perundang-undangan yang berlaku
e. Kedua belah pihak tidak mencampuri urusan internal organisasi masing-masing
f. Kedua belah pihak mengutamakan musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan masalah
secara bersama
Menurut Notoadmodjo (2007) dalam pengembangan kemitraan di bidang kesehatan terdapat
tiga institusi kunci organisasi atau unsur pokok yang terlibat di dalamnya yaitu :
a. Unsur pemerintah yang terdiri dari berbagai sektor pemerintah yang terkait dengan kesehatan
antara lain kesehatan sebagai sektor kunci, pendidikan, pertanian, kehutanan, lingkungan
hidup, industri dan perdagangan, agama dan sebagainya.
b. Unsur swasta atau dunia usaha (private sector) atau kalangan bisnis yaitu dari kalangan
pengusaha, industriawan dan para pemimpin berbagai perusahaan.
c. Unsur organisasi non pemerintah atau non-government organization (NGO) meliputi dua
unsur penting yaitu lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat
(ORMAS) termasuk yayasan di bidang kesehatan.
Pengembangan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri dari 3 tahap yaitu :
1. Tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
2. Tahap kedua adalah kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah

8
3. Tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor
(Depkes RI)
Lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang di luar sektor kesehatan merupakan usaha
bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Kerjasama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut serta
mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan dan interpretasi informasi, serta
mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan merupakan hubungan yang dikenali anatara bagian atau
bagian-bagian dari sektor-sektor berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu
masalah agar hasil atau hasil antara kesehatan dicapai dengan hasil yang efektif, berkelanjutan
atau efisien dibanding sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO, 1998).
Prinsip kerjasama lintas sektor melalui pertalian dengan program di dalam dan di luar sektor
kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar tentang konsekuensi kesehatan dari
keputusan kebijakan dan praktek organisasi sektor-sektor yang berbeda untuk mengoptimalkan
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan diperlukan kerjasama lintas sektor yang mantap.
Demikian pula optimalisasi pembanguanan berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan, menuntut adanya penggalangan kemitraan lintas sektor dan
segenap potensi bangsa. Kebijakan dan pelaksanaan sektor lain perlu memperhatikan dampak
dan mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan untuk itu upaya sosialisasi masalah-
masalah dan upaya pembangunan kesehatan kepada sektor lain perlu dilakukan secara intensif
dan berkesinambungan. Kerjasama lintas sektor harus dilakukan sejak perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, sampai pada pengawasan dan penilaiannya
(Renstra Depkes RI, 2005-2009).

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Partnership (kemitraan) merupakan suatu kerjasama atau hubungan yang dilandasi oleh suatu
perjanjian saling membantu antara kedua belah pihak dengan tujuan untuk saling
menguntungkan kedua belah pihak. Tujuan Kemmitraan meliputi Meningkatkan percepatan,
Efektifitas dan efisiensi upaya kesehatan untuk mencapai indonesia sehat. Selain itu Terdapat
prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan olleh masing-masing
anggota : Prinsip kesetaraan (equality), Prinsip keterbukaan dan Prinsip asa manfaat bersama
(mutual benefit)
Landasan Kemitraan : saling memahami kedudukan, tugas, fungsi dan struktur masing-masing,
saling memahami kemampuanmemahami kemampuan (capacity), saling menghubungi (linkage),
dan saling mendekati (proximity)
Namun kemitraan juga merupakan suatu pendekatan yane memerlukan pesyaratan, untuk itu
diperlukan langkah langkah tahapan sebagai berikut:Pengenalan masalah, Seleksi masalah,
Melakukan identifikesi calon mitra dan pelaku potensia melalui surat menyurat. telepon. kirim
brosur. rencana kegiatan. visi. misi, AD/ART, Melakukan identifikasi peran mitrajaringan
kerfjasama antar sesama mitra dalam upaya mencapai tujuan, melalui: diskusi, forum pertemuan.
kunjungan kedua belah pihak. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan,
tujuan dan tanggung jawab. Beberapa literature menyebutkan makna konflik sebagai suatu
perbedaan pendapat di antara dua atau lebih anggota atau kelompok dan organisasi, yang mencul
dari kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang langka atau aktivitas kerja dan
mereka mempunyai status, tujuan, nilai atau pandangan yang berbeda, dimana masing-masing
pihak berupaya untuk memenangkan kepentingan atau pandangannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.H. (2011). Asuhan keperawatan Keluarga, teori dan praktik. Sagung Seto : Jakarta
Adamson, D (2013). Community empowerment : learning from practice in community
regeneration. Internasional journal of public sector Management 26.3 . 190-202.
Emerald Group Publishing Limited
Riasmini, M dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok dan
Komunitas. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai