OLEH :
KELOMPOK VII
Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering
mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang
tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak
diperhatikan akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya
komplikasi. Perbanyak konsumsi vitamin A dapat berfungsi sebagai
imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak.
Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare
dan pneumonia.
b. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus ini
pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak,
kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk
menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika bertambah tinggi
diberikan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
c. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam,pusing, mulut terasa pahit
dan kadang muntah-muntah. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki
dengan bedak salisil 1% atau lainnya (atas resep dokter).
d. Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini dapat
dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negatif. Ini
menunjukkan bahwa antigen antibodi pasien sangat kurang kemampuannya untuk
bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu, risiko terjadinya komplikasi lebih besar
terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan
malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya
7. Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun
komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit
campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
Otitis media akut (infeksi telinga)
Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
Bronkopneumoni (infeksi saluran napas)
Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1.000-2.000 kasus.
Bronkiolitis
Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis
Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan.
Diare
Kejang Demam (step)
Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)
Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan
14. Suhu kulit membaik dengan air hangat, perineal dengan air
15. Sensasi membaik terutama selama periode hangat, terutama
16. Tekstur membaik diare selama periode diare
17. Pertumbuhan rambut 5. Gunakan produk 5. Untuk menggunakan
membaik berbahan petroleum atau produk berbahan
Edukasi
Edukasi
8. Anjurkan menggunakan
8. Untuk menganjurkan
pelembab (mis. lotion,
menggunakan
seum)
pelembab kulit
9. Anjurkan minum air 9. Untuk menganjurkan
yang cukup minum air yang cukup
Kolaborasi Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian 18. Untuk mengolaborasi
medikasi sebelum pemberian medikasi
makan (mis. pereda sebelum makan
nyeri, antiemetic), jika
perlu
19. Untuk mengolaborasi
19. Kolaborasi dengan ahli
dengan ahli gizi untuk
gizi untuk menentukan
menentukan jumlah
jumlah kalori dan jenis
kalori dan jenis nutrient
nutrient yang
yang dibutuhkan
dibutuhkan, jika perlu
Daftar Pustaka
Arivia, Shella. 2015. Bayi Perempuan Usia 11 Bulan dengan Morbili. Jurnal Agromed Unila
Vol. 2, No. 4, November 2015 : 367-368
Halim, Ricky Gustian. 2016. Campak Pada Anak. Jurnal CDK-238 Vol. 43, No. 3, 2016:186-
188.
Mariz, Donna Rozalia. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Morbili. Jurnal Medula Unila. Vol.4,
No. 3, Januari 2016: 40
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia