Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN PENYAKIT CAMPAK

OLEH :

1. I GUSTI AYU SARAH PUTRI DEVAYANTHI P07120219011


2. NI KADE MAS AYU PUTRI LAKSMIDEWI P07120219015
3. PUTU NADIA TRISNA PUTRI P07120219027
4. NI KOMANG NADIA PRABHA YANTI P07120219028
5. IDA AYU KADEK SANTHI DEWI P07120219029
6. NI KOMANG YULITA TRIANDINI P07120219030

KELOMPOK VII

III A / S.Tr Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Campak atau morbili atau rubeola merupakan infeksi yang umum terjadi pada
anak dan menyebar melalui droplet. Morbili/campak merupakan salah satu penyebab
kematian pada anak-anak meskipun telah ditemukan vaksin terhadap virus campak.
Penyakit ini dikarakteristikan dengan gejala prodromal seperti demam, batuk,
pilek, dan konjungtivitis yang diikuti dengan ruam makulopapular. Morbili
disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus yang berada
di dalam secret nasofaring dan di dalam darah. Faktor resiko yang mendukung
terjadinya infeksi virus morbili adalah imunodefisiensi, malnutrisi, status vaksinasi
dan defisiensi vitamin A
Virus campak maupun rubela cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia,
bahan asam dan pemanasan. Risiko infeksi dan cacat congenital paling besar terjadi
selama trimester pertama kehamilan.
2. Penyebab
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus campak berukuran 100-250 nm dan
mengandung inti untai RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung
lipid. Virus campak memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin)
berperan penting dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion)
meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan
dalam lapisan pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian
dalam virus terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase
phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam aktivitas polimerase RNA virus,
sedangkan protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid. Karena virus
campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh cairan yang
melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi
dengan suhu panas (>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH)
ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival time),
yaitu kurang dari 2 jam.
3. Pohon Masalah

Virus campak (Paramyxovirus)

Masuk ke saluran pernafasan melalui droplet

Terjadi veremia primer (penyebaran awal virus ke aliran


darah)
Ruam pada
daerah telinga,
Virus bermultiplikasi terjadilah veremia sekunder Infeksi menyebar ke
leher, pipi, muka, Timbul gejala
(virus yang dibawa oleh darah kemudian menyebar ke saluran cerna atas
seluruh tubuh infeksi dikulit
berbagai organ)
Terdapat bercak koplik
Inflamasi saluran Reaksi inflamasi : Demam, suhu tubuh meningkat,
Gangguan (bercak pada mulut)
nafas RR meningkat, hidung tersumbat
integritas kulit

Mulut pahit dan anoreksia


Bronchopneumonia Hipertermia

Nutrisi kurang dari


Bersihan jalan kebutuhan tubuh
napas tidak efektif

Risiko defisit nutrisi


4. Gejala Klinis
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi setelah masa
inkubasi, terdiri dari tiga stadium:
a. Stadium Prodromal
Berlangsung kirakira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan demam yang dapat
mencapai 39,50C ± 41,10C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa malaise,
coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata
merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi
saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat
disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik
berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari
ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah
terang, di tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini
hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput
saat pemeriksaan klinis.
b. Stadium Eksantem
Timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas
rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas
atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7
hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah
munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya
mengindikasikan adanya komplikasi.
c. Stadium Penyembuhan (Konvalesens)
Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya.
Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang
dalam waktu 7-10 hari.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pada pemeriksaan darah di dapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat
b. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan serologis dengan pemeriksaan IgM
campak dan kenaikan titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut
(diambil dalam waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalesen (diambil
antara 2-4 minggu kemudian). Antibody biasanya timbul dalam waktu satu
sampai tiga hari setelah timbulnya ruam. Kadar puncak dicapai dalam waktu dua
sampai empat minggu kemudian.
c. IgG antibody dapat dideteksi 4 hari setelah ruam muncul, terbanyak IgG dapat
dideteksi 1 minggu setelah onset (waktu permulaan munculnya suatu penyakit)
sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa
tahun kemudian
d. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan isolasi virus yang dapat diisolasi dari
urin, darah yang diberi heparin, sekresi nasofaring selama masa prodromal sampai
24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-
kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
6. Penatalaksanaan Medis
Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal
berikut berdasarkan fase-fasenya:
a. Masa Inkubasi
Yang perlu dilakukan : Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya
tahan tubuhnya tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga
kebugaran tubuhnya.
b. Fase Prodormal
Yang perlu dilakukan : Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk,
pilek, dan demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-
bercak merah karena anak butuh pertolongan secepatnya.
c. Fase Eksantem (Makulopapular)
Yang perlu dilakukan : Tetaplah mengonsultasikan pada dokter. Bila memang
sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup berat. Jika sudah
muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu
dirawat atau tidak.
d. Fase Penyembuhan
Yang perlu dilakukan : Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter dan
menjaga asupan makanan bergizi seimbang serta istirahat yang teratur. Jangan
pernah beranggapan kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya sudah
hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu melanjutkan
pengobatan sampai anak benar-benar sembuh.

Penatalaksanaan Keperawatan :

a. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering
mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang
tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak
diperhatikan akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya
komplikasi. Perbanyak konsumsi vitamin A dapat berfungsi sebagai
imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak.
Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare
dan pneumonia.
b. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus ini
pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak,
kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk
menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika bertambah tinggi
diberikan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
c. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam,pusing, mulut terasa pahit
dan kadang muntah-muntah. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki
dengan bedak salisil 1% atau lainnya (atas resep dokter).
d. Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini dapat
dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negatif. Ini
menunjukkan bahwa antigen antibodi pasien sangat kurang kemampuannya untuk
bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu, risiko terjadinya komplikasi lebih besar
terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan
malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya
7. Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun
komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit
campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
 Otitis media akut (infeksi telinga)
 Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
 Bronkopneumoni (infeksi saluran napas)
 Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1.000-2.000 kasus.
 Bronkiolitis
 Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis
 Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan.
 Diare
 Kejang Demam (step)
 Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)
 Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa
 Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur rentan pada anak berumur 1- 14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, alamat,
agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
 Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dengan campak yaitu demam terus-menerus
berlangsung 2–4 hari. Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya
eritema dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah) di palatum durum
dan palatum mole.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau
pernah mengalami operasi. Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada
masa lalu, riwayat imunisasi campak. Anamnesa riwayat kontak dengan orang
yang terinfeksi campak. Biasanya anak belum pernah mendapatkan vaksinasi
campak dan pernah kontak dengan pasien campak.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2–4 hari, batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit.
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. Pada anak yang terinfeksi virus
campak biasanya ditanyakan pada orangtua atau anak tentang kapan timbulnya
panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasinya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien berisiko
terhadap penyakit yang bersifat genetik atau family.
f. Riwayat Imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,III; DPT I,
II, III; dan campak.
g. Riwayat Nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori//hari. Pembatasan kalori untuk umur
1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8+2n.
Status Gizi Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % -
Gizi baik 80 % - 110 %
h. Pengkajian fungsional
 Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada kasus campak akan timbul demam, batuk, sakit kepala, dan
konjungtivitis. Dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan kulitnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita yang dapat
mengganggu kesehatan kulit.
 Pola Nutrisi
Pada klien campak harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C, dan lainnya untuk membantu
proses penyembuhan kulit. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa
membantu menentukan penyebab masalah kulit.
 Pola Eliminasi
Untuk kasus campak gangguan pada pola eliminasi, walaupun begitu perlu
juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
feses. Sedangkan pada pola eliminasi urine dikaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau
tidak.
 Aktivitas dan Latihan
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang
lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama
pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk
terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain.
 Tidur dan Istirahat
Semua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan
tidur.
 Sensori, Persepsi dan Kognitif
Pada klien campak daya rabanya meningkat terutama pada bagian kulit yang
terkena, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan. Begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri
akibat campak.
 Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien campak yaitu timbul pernafasan tidak efektif,
saluran cerna terganggu, konjungtivitis, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan body image).
 Seksual dan Reproduksi : -
 Pola Peran Hubungan
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
 Manajemen Koping Stress
Pada klien campak timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
 Sistem Nilai dan Keyakinan
Untuk klien campak tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri
dan keterbatasan gerak klien.
i. Pemeriksaan Fisik
 Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda
tanda vital.
 Kepala dan leher
- Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
- Palpasi : Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula
dan didaerah leher belakang,
 Mulut
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,
enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan
traktus digestivus.
 Thoraks
- Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit
secara klinis menyerupai influenza.
- Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
 Abdomen
- Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi Bising usus.
- Perfusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya
masa atau pembengkakan.
 Kulit
- Inspeksi Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik
- Palpasi Turgor kulit menurun
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan
dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi wheezing
dan/atau ronkhi kering, meconium di jalan napas (pada neonatus), dyspnea, sulit
bicara, ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas
berubah, pola napas berubah.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeki) dibuktikan dengan suhu
tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat.
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan,
kemerahan, hematoma.
4. Risiko deficit nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan).
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Bersihan Jalan Napas Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama Intervensi Utama
Tidak Efektif keperawatan selama Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan ...x24 jam, diharapkan (I.01011) : (I.01011) :
proses infeksi Bersihan Jalan Napas Observasi Observasi
dibuktikan dengan pasien Meningkat dengan 1. Monitor pola napas 1. Untuk mengetahui
batuk tidak efektif, kriteria hasil : (Frekuensi, kedalaman, pola napas pasien
tidak mampu batuk, 1. Batuk efektif usaha napas)
sputum berlebih, meningkat 2. Monitor bunyi napas 2. Untuk mengetahui
mengi, wheezing 2. Produksi sputum tambahan (Mis. apakah terdapat bunyi
dan/atau ronkhi menurun Gurgling, mengi, napas tambahan pada
kering, mekonium di 3. Mengi menurun wheezing, ronkhi kering) pasien
jalan napas (pada 4. Wheezing menurun 3. Monitor sputum 3. Untuk mengetahui
neonatus), dispnea, 5. Mekonium (pada (Jumlah, warna, aroma) jumlah, warna dan
sulit bicara, ortopnea, neonatus) aroma sputum pasien
gelisah, sianosis, 6. Dispnea menurun Terapeutik Terapeutik
bunyi napas menurun, 7. Ortopnea menurun 4. Pertahankan kepatenan 4. Untuk
frekuensi napas 8. Sulit bicara menurun jalan napas dengan head- mempertahankan
berubah, dan pola 9. Sianosis menurun tilt chin-lift (jaw-thrust kepatenan jalan napas
napas berubah 10. Gelisah menurun jika curiga trauma pasien
11. Frekuensi napas servikal)
membaik 5. Posisikan Semi-fowler 5. Agar pasien
12. Pola napas membaik atau fowler mendapatkan posisi
yang nyaman
6. Berikan minum hangat 6. Untuk memudahkan
pasien dalam
mengeluarkan sputum
7. Lakukan fisioterapi 7. Agar sputum pasien
dada, jika perlu lebih mundah untuk
dikeluarkan
8. Lakukan penghisapan 8. Untuk membantu
lendir kurang dari 15 mengeluarkan sputum
detik pasien
9. Lakukan hiperoksigenasi 9. Untuk memberikan
sebelum penghisapan oksigenasi konsntrasi
endotrakeal tinggi
10. Keluarkan sumbatan 10. Untuk membantu
benda padat dengan pasien mengeluarkan
fosep McGill benda padat yang
tersumbat
11. Berikan oksigen, jika 11. Untuk memudahkan
perlu pasien bernapas
Edukasi Edukasi
12. Anjurkan asupan cairan 12. Agar asupan cairan
200 ml/hari, Jika tidak pasien tercukupi
kontraindikasi
13. Ajarkan teknik batuk 13. Agar pasien mampu
efektif untuk melakukan
batuk efektif
Kolaborasi Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian 14. Agar sekret pasien
bronkodilator, mudah untuk
ekspektoran, mukolitik, dikeluarkan
jika perlu
2 Hipertermia Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama Intervensi Utama
berhubungan dengan keperawatan selama Manajemen Hipertermia Manajemen Hipertermia
Proses penyakit ...x24 jam, diharapkan (I.15506) : (I.15506) :
(Infeksi, kanker) Termoregulasi pasien Observasi Observasi
dibuktikan dengan membaik dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
suhu tubuh diatas hasil : hipertermia (mis. penyebab hipertermia
nilai normal, kulit 1. Menggigil menurun dehidrasi, terpapar pasien
merah, kejang, 2. Kulit merah menurun lingkungan panas,
takikardi, takipnea, 3. Kejang menurun penggunaan inkubator)
kulit terasa hangat 4. Akrosianosis 2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui
menurun suhu tubuh pasien
5. Konsumsi oksigen 3. Monitor kadar elektrolit 3. Untuk mengetahui
menurun kadar elektrolit pasien
6. Piloereksia menurun 4. Monitor haluaran urine 4. Untuk mengetahui
7. Vasokonstriksi haluaran urine pasien
perifer menurun 5. Monitor komplikasi 5. Untuk mengetahui
8. Kutis memorata akibat hipertermia apakah adanya
menurun komplikasi akibat
9. Pucat menurun hipertermia pada
10. Takikardi menurun pasien
11. Takipnea menurun Terapeutik Terapeutik
12. Bradikardi menurun 6. Sediakan lingkungan 6. Membantu untuk
13. Dasar kuku sianolik yang dingin menurunkan suhu
menurun tubuh pasien
14. Hipoksia menurun 7. Longgarkan atau 7. Agar pasien merasa
15. Suhu tubuh membaik lepaskan pakaian lebih nyaman
16. Suhu kulit membaik 8. Basahi dan kipasi 8. Agar suhu tubuh
17. Kadar glukosa darah permukaan tubuh pasien dapat menurun
membaik 9. Berikan cairan oral 9. Untuk memenuhi
18. Pengisian kapiler cairan pasien
mambaik 10. Ganti linen setiap hari 10. Agar pasien merasa
19. Ventilasi membaik atau lebih sering jika nyaman
20. Tekanan darah mengalami hiperhidrosis
membaik (keringat berlebih)
11. Lakukan pendinginan 11. Untuk membantu
eksternal (mis. selimut penurunan suhu tubuh
hipotermia atau kompres pasien
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
12. Hindari pemberian 12. Untuk menghindari
antipiretik atau aspirin kontraindikasi pada
pasien
13. Berikan oksigen, Jika 13. Untuk mempermudah
perlu pasien bernapas
Edukasi Edukasi
14. Anjurkan tirah baring 14. Agar pasien merasa
nyaman
Kolaborasi Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian 15. Untuk memenuhi
cairan dan elektrolit cairan pasien
intravena, jika perlu
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
kulit/jaringan keperwatan selama (..x
Perawatan Integritas Kulit Perawatan Integritas
berhubungan dengan 24 jam) diharapkan
(I.11353) Kulit (I.11353)
perubahan sirkulasi Integritas Kulit dan
dibuktikan dengan Jaringan meningkat Observasi Observasi

kerusakan jaringan dengan kreteria hasil :


1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengidentifikasi
dan/atau lapisan kulit, 1. Elastisitas meningkat penyebab gangguan
gangguan integritas
nyeri, perdarahan, 2. Hidrasi meningkat integritas kulit
kulit (mis. perubahan
kemerahan, 3. Perfusi jaringan
sirkulasi, perubahan
hematoma. meningkat
status nutrisi, penurunan
4. Kerusakan jaringan
kelembaban, suhu
menurun
lingkungan ekstrem,
5. Kerusakan lapisan
penurunan mobilitas)
kulit menurun
6. Nyeri menurun Terapeutik Terapeutik

7. Perdarahan menurun 2. Ubah posisi tiap 2 jam 2. Untuk mengubah posisi


8. Kemerahan menurun jika tirah baring tiap 2 jam jika tirah
9. Hematoma menurun baring, agar pasien
10. Pigmentasi abnormal terhindar dari penyakit
menurun dekubitus
11. Jaringan parut 3. Lakukan pemijatan pada 3. Untuk melakukan
menurun area penonjolan tulang, pemijatan pada area
12. Nekrosis menurun jika perlu penonjolan tulang
13. Abrasi kornea
menurun 4. Bersihkan perineal 4. Untuk membersihkan

14. Suhu kulit membaik dengan air hangat, perineal dengan air
15. Sensasi membaik terutama selama periode hangat, terutama
16. Tekstur membaik diare selama periode diare
17. Pertumbuhan rambut 5. Gunakan produk 5. Untuk menggunakan
membaik berbahan petroleum atau produk berbahan

minyak pada kulit petroleum atau minyak

kering pada kulit kering


6. Untuk menggunakan
6. Gunakan produk produk berbahan
berbahan ringan/alami
ringan/alami dan
dan hipoalergik pada hipoalergik pada kulit
kulit sensitive
sensitive

7. Hindari produk 7. Untuk menghindari

berbahan dasar alkohol produk berbahan dasar

pada kulit kering alkohol pada kulit


kering

Edukasi
Edukasi
8. Anjurkan menggunakan
8. Untuk menganjurkan
pelembab (mis. lotion,
menggunakan
seum)
pelembab kulit
9. Anjurkan minum air 9. Untuk menganjurkan
yang cukup minum air yang cukup

10. Anjurkan meningkatkan 10. Untuk menganjurkan


asupan nutrisi meningkatkan asupan
nutrisi

11. Anjurkan meningkatkan 11. Untuk menganjurkan


asupan buah dan sayur meningkatkan asupan
buah dan sayur

12. Anjurkan menghindari 12. Untuk menganjurkan


terpapar suhu ektrem menghindari terpapar
suhu ektrem

13. Untuk menganjurkan


13. Anjurkan menggunakan
menggunakan tabir
tabir surya SPF minimal
surya SPF minimal 30
30 saat berada diluar
saat berada diluar
rumah
rumah
14. Anjurkan mandi dan 14. Untuk menganjurkan
menggunakan sabun mandi dan
secukupnya menggunakan sabun
secukupnya
4 Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
dibuktikan dengan keperwatan selama (..x
Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
faktor psikologis 24 jam) diharapkan
(I.03119) (I.03119)
(keengganan untuk Status Nutrisi membaik
makan). dengan kreteria hasil : Observasi Observasi

1. Porsi makan yang 1. Identifikasi status 1. Untuk mengidentifikasi


dihabiskan nutrisi status nutrisi pasien
meningkat
2. Identifikasi alergi dan 2. Untuk mengidentifikasi
2. Kekuatan otot
intoleransi makanan adanya alergi atau
pengunyah
intoleransi makanan
meningkat
3. Kekuatan otot 3. Untuk mengidentifikasi
3. Identifikasi makanan
menelan meningkat makanan yang disukai
yang disukai
4. Serum albumin 4. Untuk mengidentifikasi
4. Identifikasi kebutuhan
meningkat kebutuhan kalori dan
kalori dan jenis nutrient
5. Verbalisasi jenis nutrient
keinginan untuk
meningkatkan nutrisi
5. Identifikasi perlunya
meningkat 5. Untuk mengidentifikasi
penggunaan selang
6. Pengetahuan tentang perlunya penggunaan
nasogastric
pilihan makanan selang nasogastric
yang sehat
6. Untuk memonitor
meningkat 6. Monitor asupan asupan makanan pasien
7. Pengetahuan tentang makanan
7. Untuk memonitor berat
pilihan minuman
7. Monitor berat badan badan pasien
yang sehat
meningkat 8. Monitor hasil 8. Untuk memonitor hasil
8. Pengetahuan tentang pemeriksaan pemeriksaan
standar asupan laboratorium laboratorium
nutrisi yang tepat Terapeutik Terapeutik
meningkat
9. Lakukan oral hygiene 9. Untuk melakukan oral
9. Penyiapan dan
sebelum makan, jika hygiene sebelum makan
penyimpanan
perlu
makanan yang aman
meningkat 10. Fasilitasi menentukan
10. Untuk memfasilitasi
10. Penyiapan dan pedoman diet (mis.
menentukan pedoman
penyimpanan
minuman yang aman piramida makanan) diet
meningkat
11. Sajikan makanan secara 11. Untuk menambah nafsu
11. Sikap terhadap
menarik dan suhu yang makan pasien
makanan/minuman
sesuai
sesuai dengan tujuan
kesehatan meningkat 12. Berikan makanan tinggi
12. Untuk memberikan
12. Perasaan cepat serat untuk mencegah
makanan tinggi serat
kenyang menurun konstipasi
untuk mencegah
13. Nyeri abdomen konstipasi
menurun
13. Berikan makanan tinggi 13. Untuk memberikan
14. Sariawan menurun
kalori dan tinggi protein makanan tinggi kalori
15. Rambut rontok
dan tinggi protein
menurun
16. Diare menurun 14. Untuk memberikan
14. Berikan suplemen
17. Berat badan suplemen makanan
makanan, jika perlu
membaik
15. Untuk menghentikan
15. Hentikan pemberian
18. Indeks Massa Tubuh
pemberian makanan
makanan melalui selang
(IMT) membaik
melalui selang
nasogatrik jika asupan
19. Frekuensi makanan
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
membaik
oral dapat ditoleransi
20. Nafsu makan
membaik Edukasi
Edukasi
21. Bising usus membaik 16. Agar pasien menjadi
22. Tebal lipatan kulit 16. Anjurkan posisi duduk, lebih nyaman
trisep membaik jika mampu
17. Untuk mengajarkan diet
23. Membrane mukosa 17. Ajarkan diet yang yang telah
membaik diprogramkan diprogramkan

Kolaborasi Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian 18. Untuk mengolaborasi
medikasi sebelum pemberian medikasi
makan (mis. pereda sebelum makan
nyeri, antiemetic), jika
perlu
19. Untuk mengolaborasi
19. Kolaborasi dengan ahli
dengan ahli gizi untuk
gizi untuk menentukan
menentukan jumlah
jumlah kalori dan jenis
kalori dan jenis nutrient
nutrient yang
yang dibutuhkan
dibutuhkan, jika perlu
Daftar Pustaka

Arivia, Shella. 2015. Bayi Perempuan Usia 11 Bulan dengan Morbili. Jurnal Agromed Unila
Vol. 2, No. 4, November 2015 : 367-368

Halim, Ricky Gustian. 2016. Campak Pada Anak. Jurnal CDK-238 Vol. 43, No. 3, 2016:186-
188.

Mariz, Donna Rozalia. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Morbili. Jurnal Medula Unila. Vol.4,
No. 3, Januari 2016: 40

Sitohang, Vensya. 2020. Pedoman Surveilans Campak-Rubela. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai