Anda di halaman 1dari 62

REFERAT

DEMAM DAN RUAM

Pembimbing:
dr. Rusmawati, S.pA

Oleh:
Ligar Hervian

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
DEMAM DAN RUAM
MORBILI

Morbili (Measles/Rubeola) merupakan suatu penyakit infeksi akut


yang sangat mudah menular serta ditandai oleh ruam makulopapular,
demam tinggi, dan gejala respiratorik.

Etiologi

Morbili disebabkan oleh virus measles, suatu virus RNA dari genus
Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Penularan maksimal oleh
virus terjadi melalui percikan droplet selama stadium prodromal.
Patogenesis dan patologi
Infeksi menyebar
Virus bermultifikasi
ke jaringan limfoid Viremia primer
di saluran pernafasan
regional

Virus menyebar ke
Virus bereplikasi
permukaan epitelial Viremia sekunder
di RES
tubuh

Replikasi fokal
Manifestasi klinis

Terbagi menjadi 3 stadium:

1.Stadium inkubasi lebih kurang 10-12 hari. Peninggian temperatur


ringan dapat terjadi 9-10 hari sesudah infeksi dan lalu berkurang dalam 24
jam.

2.Stadium prodormal berlangsung 3-5 hari dan ditandai dengan panas


ringan-sedang, batuk kering, coryza, dan konjungtivitis. Gejala-gejala ini
hampir selalu mendahului Koplik spot.

3.Stadium akhir dengan munculnya ruam menjadi hiperpigmentasi dan


kadang-kadang deskuamasi, gejala menghilang
Diagnosis

Dibuat berdasarkan gambaran klinik yang khas. Konfirmasi


laboratorium jarang diperlukan. Selama stadium prodromal,
dapat ditemukan sel raksasa multinuklear pada apusan
mukosa hidung. Virus dapat diisolasi dalam jaringan kultur
dan dapat diukur peninggian titer antara serum akut dan
konvalesens. Jumlah leukosit cenderung rendah dengan
limfositosis relatif
Pengobatan

Tidak ada terapi antiviral yang spesifik sehingga terapi yang


diberikan sepenuhnya suportif. Antibiotik diberikan bila
ada infeksi sekunder oleh bakteri. Vitamin A dosis tinggi
sebanyak 100.000 unit dosis tunggal per oral (usia 6 bulan-1
tahun), 200.000 unit dosis tunggal per oral (usia > 1 tahun).
Dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu,
kemudian diberikan lagi bila telah terdapat tanda-tanda
defisiensi vitamin A.
Pencegahan

Pencegahan morbili dapat dilakukan dengan imunisasi aktif


dan pasif. Imunisasi aktif biasanya diberikan pada usia 15
bulan, tetapi dapat diberikan lebih awal (di Indonesia pada
usia 9 bulan). Imunisasi pasif dapat diberikan berupa serum
dewasa, serum konvalesens, globulin plasenta, atau gamma
globulin, yang efektif untuk pencegahan dan meringankan
morbili.
Gambar 1. Koplik Spots dan Ruam pada Morbili
RUBELA
Rubella (German/3 days measles) merupakan suatu penyakit infeksi
virus akut yang ditandai dengan gejala konstitusional yang ringan,
ruam yang menyerupai ruam pada rubeola ringan atau demam skarlet,
dan pembesaran kelenjar limfe terutama post aurikular, suboksipital,
dan servikal posterior.

Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh virus rubela. Manusia merupakan satu-


satunya pejamu alami dari virus rubela. Virus ini dapat menyebar
melalui droplet oral atau transplasental.
Patogenesis dan patologi

Infeksi menyebar Viremia timbul


Virus bermultifikasi
ke jaringan limfe dalam waktu 5-7
di saluran pernafasan hari setelahnya
servical

Terbentuk antibodi
Virus bereplikasi
bersamaan dengan
di RES
munculnya ruam
Manifestasi klinis

1.Stadium inkubasi lebih kurang 14-21 hari.

2.Stadium prodormal anak-anak : ruam, kadang-kadang disertai coryza ringan dan


diare sebelum timbul ruam.

Remaja dan orang dewasa : sakit pada mata, konjungtivitis, sakit kepala, sakit
tenggorokan, pembengkakan kelenjar, panas badan, menggigil, anoreksia, nausea.

Ruam timbul pertama kali pada muka kemudian menyebar secara sentrifugal ke arah
leher, lengan badan, dan tungkai. Progresifitas, luas, dan lama timbulnya ruam
bervariasi. Limfadenopati merupakan gejala klinik yang cukup penting. Secara
karakteristik terjadi pembesaran kelenjar suboksipital, aurikular posterior, dan servikal.
Peninggian temperatur minimal, timbulnya panas biasanya bersamaan dengan timbulnya
ruam.
Diagnosis

Konfirmasi diagnosa rubela bisa didapatkan dengan pemeriksaan serologis


ataupun kultur virus. Untuk isolasi virus maka spesimen yang paling cocok
adalah apus tenggorok atau nasofaring yang diambil dalam 3-4 hari setelah
gejala timbul, atau bisa juga diambil dari darah.

Pengobatan

Tidak ada terapi antiviral spesifik untuk rubela. Pengobatan yang diberikan
bersifat suportif. Antipiretik dapat diberikan untuk mengatasi demam.
Gambar 3. Rubela Kongenital
ROSEOLA INFANTUM (EXANTHEM SUBITUM)

Roseola merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan demam


ringan dan gejala erupsi pada kulit, timbul terutama pada usia kurang
dari 3 tahun, puncaknya pada usia 6-15 bulan.

Etiologi

Etiologi dari penyakit ini terutama karena infeksi human herpesvirus


6 (HHV-6), dan juga human herpesvirus 7 (HHV-7).
Manifestasi Klinis

Pada periode prodromal, roseola biasanya tidak menimbulkan gejala.


Gejala klinis diawali dengan demam tinggi berkisar antara 37,9
hingga 40oC (rata-rata 39oC). Demam bertahan selama 3-5 hari.
Ruam muncul dalam 12-24 jam penurunan demam. Ruam pada
roseola berwarna rose, muncul awalnya pada batang tubuh, kemudian
menyebar ke leher, wajah, dan ekstremitas proksimal. Setelah 1-3
hari, ruam akan menghilang.
Terapi
-HHV-6 : Ganciclovir, cidofovir, foscarnet

-HHV-7 : Cidofovir, foscarnet

-Terapi suportif dengan acetaminophen atau ibuprofen

-Menjaga keseimbangan cairan


Gambar 4. Roseola Infantum
DEMAM SKARLET (SKARLATINA)

Demam skarlet merupakan suatu bentuk infeksi saluran pernafasan


atas yang disertai dengan ruam khas, terjadi karena infeksi
Streptokokus grup A yang memproduksi eksotoksin pirogen pada
individu yang tidak memiliki antibodi antitoksin.

Etiologi

Streptococcus beta haemolyticus group A


Patogenesis dan patologi

Kuman masuk melekat pada sel


Mengeluarkan
melalui inhalasi atau epitel saluran
enzim2
ingesti pernafasan

Toksin pirogenik
(A-C) timbulkan Infeksi
ruam
Manifestasi Klinis

Ruam muncul dalam 24-48 jam setelah onset gejala. Seringkali ruam muncul
awalnya pada daerah di sekitar leher, meluas ke batang tubuh dan
ekstremitas. Ruam yang terbentuk berupa erupsi yang eritematous, papular
yang difus dan halus, berwarna merah terang yang hilang pada penekanan.
Lebih banyak terdapat pada daerah lipatan siku, ketiak, dan kemaluan.

Pemeriksaan faring menunjukkan penemuan serupa seperti pada faringitis


akibat Streptokokus grup A, lidah coated dan papila membengkak. Setelah
deskuamasi terjadi, kemerahan pada papila semakin nampak jelas sehingga
lidah memberikan gambaran strawberry appearance.
Pemeriksaan Penunjang
-Leukositosis

-Peningkatan titer ASLO (ASTO)

-Peningkatan LED

-CRP dapat positif

-Biakan apus tenggorok : Streptococcus beta haemolyticus group A


Penatalaksanaan
Antibiotik

Penicillin V (DOC), 125-250 mg/kali, 3x/hari p.o selama 10 hari.

Long acting benzathine penicillin G 600.000-1.200.000 unit i.m dosis tunggal.


Pada keadaan berat, pemberian dosis i.v dapat mencapai 400.000
unit/kgBB/hari.

Bila alergi penicillin, dapat diberikan:

Eritromisin : 40 mg/kgBB/hari p.o

Linkomisin : 40 mg/kgBB/hari p.o

Klindamisin : 30 mg/kgBB/hari p.o

Sefadroksil monohidrat : 15 mg/kgBB/hari p.o


HERPES SIMPLEKS

Etiologi

Herpes Simplex Virus (HSV). Terdapat 2 strain, yaitu HSV-


1 dan HSV-2. HSV-1 biasanya menginfeksi kulit dan membran
mukosa tubuh dari pinggang ke atas. HSV-2 menginfeksi daerah
genital dan neonatus.
Patogenesis
Perubahan patologis pada penyakit ini bervariasi tergantung pada
jaringan yang terinfeksi.

Pada kulit dan membran mukosa, jenis lesi yang terjadi adalah
vesikel unilokuler.

Manifestasi Klinis

Lesi kulit yang terbentuk berupa vesikel dengan dinding tipis pada
dasar yang eritematous. Vesikel-vesikel ini kemudian akan ruptur,
dan sembuh dalam 7-10 hari.
Manifestasi Klinis lain dapat berupa:

-Gingivostomatitis Akut

-Stomatitis rekuren dan herpes labialis

-Eksema herpetikum

-Infeksi okular

-Herpes genitalis

-Infeksi SSP
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan mikroskopis pada 50% apus yang berasal
dari lesi (Tzanck stain) menunjukkan multinucleated
giant cell dan inklusi intranuklear. Selain itu, dapat
digunakan metode ELISA atau teknik imunofluoresen
untuk mendeteksi antigen spesifik guna mendiagnosa
pasti infeksi herpes.
Penatalaksanaan
Acyclovir oral, 15 mg/kgBB/kali, 5x/hari selama 7 hari,
mulai diberikan dalam 72 jam setelah onset gejala.
Gambar 6. Herpes Simpleks
Variolla (Smallfox)

Penyakit infeksi virus akut dan menular yang ditandai


khas timbulnya erupsi berupa papula, vesikula, pustula
dengan gejala umum yang berat.

Etiologi

Virus cacar atau virus variola masuk dalam angoota


genus orthopox virus.
Patogenesis dan patologi
Virus bermultifikasi
Masuk ke dalam
di saluran pernafasan Viremia primer
darah
bagian atas

Masuk kembali ke Virus masuk dan


Viremia sekunder
dalam darah bereplikasi di RES

Menuju kulit,
selaput lendir, dan
organ lain
Manifestasi Klinis
Terbagi menjadi 3 stadium :

1. Masa inkubasi

Berlangsung 7-17 hari.

2. Masa prodromal

Berlangsung 2-4 hari. Dimulai dengan panas mendadak, nyeri kepala,


malaise, nyeri otot, mual, muntah, dan nyeri perut.

3. Masa erupsi

Setelah masa prodromal 4 hari, panas turun dan timbul erupsi yang khas
pada kulit. Erupsi terutama pada muka dan ekstremitas berupa makula dan
papula dan pada hari ketiga atau keempat menjadi vesikula.
Diagnosis
Anamnesis

- Kontak dengan pendeita

- Panas mendadak

- Nyeri kepala, nyeri otot

- Malaise

- Mual, muntah, nyeri perut

Pemeriksaan Fisik

Timbul erupsi makula dan papula, kemudian vesikula, pustula


(umbilicated), lalu krusta, dan pada satu saat hanya ada satu stadium.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan yaitu :

Tes antibodi fluorosens

Metode ini dipakai untuk diagnosis cepat untuk mengetahui antigen orthopox.

Precipitation in gel(PIG)

Tes ini dapat dibaca dalam beberapa jam dan spesifik untu golongan orthopox.
Serum antivaksin tampak bening dalam agar, seangkan cairan vesikula atau
emulsi krusta akan membentuk garis yang nyata.

Reaksi fiksasi komplemen.

Tes ini dilakukan untuk mengetahui adanya antigen virus dalam vesikula atau
krusta dan juga dapat dipakai untuk mengukur besarnya serum antibodi.
Penatalaksanaan
1. Isolasi

2. Simtomatik : - Kulit harus bersih

- Makanan dan cairan cukup

3. Kausatif

Saat ini belum terdapat antivirus. Antibiotik dapat diberikan pada


kasus yang berat.
Pencegahan
- Imunisasi aktif

Yaitu dengan pemberian vaksin variola.

- Imunisasi pasif

Yaitu dengan memberikan Vaccinia immune globulin.


VARISELA / CACAR AIR / CHICKENPOXi

Penyakit infeksi virus dengan gambaran khas berupa


erupsi vesikel di seluruh tubuh yang timbul berurutan
dengan gejala umum yang ringan.

Etiologi

Varisela disebabkan oleh varicella-zoster virus.


Patogenesis dan patologi
Virus masuk me Masuk ke dalam
Masuk kelenjar
saluran pernafasan darah (Viremia
getah bening primer)
bagian atas

Masuk kembali ke Menuju organ


Viremia sekunder
dalam darah (hepar, lien)

Menuju kulit
Manifestasi Klinis

1. Masa inkubasi

Masa inkubasi bervariasi dari 11-21 hari dan terutama 13-17 hari.

2. Masa prodromal

Dimulai 24 jam sebelum timbul ruam dengan tanda-tanda panas


ringan, malaise, dan anoreksia.

3. Masa ruam/erupsi

Berupa papula merah, segera berubah menjadi vesikula yang tidak


umbilicated.
Kelainan yang khas pada saat puncak penyakit, yaitu ruam terdiri dari papula,
vesikula, dan krusta pada satu saat. Vesikula juga dapat mengenai
selaput lendir terutama mulut, genital, konjungtiva, kornea, dan laring,
juga dapat terjadi limfadenopati generalisata.
Diagnosis

Anamnesis

Adanya kontak dengan penderita varisela. Lalu adanya gejala


prodromal seperti panas ringan, malaise, dan anoreksia. Lalu gejala
seperti sakit kepala. Ruam muncul 24 jam sesudah gejala prodromal.

Pemeriksaan Fisik

Didapat papula merah, kemudian vesikula(nonumbilicated).

Laboratorium

Dapat terjadi leukositosis ringan, sel raksasa pada kerokan dasar


vesikula yang baru. Kemudiam dapat dilakukan isolasi virus bila
memungkinkan, dan pemeriksaan serologis dengan ELISA.
Terapi

- Simtomatik

Yaitu dengan pemberian lotion, antihistamin untuk gatal,


dan antipiretika.

- Antivirus

Yaitu dengan pemberian Asiklovir 30 mg/kgb/hari dibagi


4 dosis, selama 5 hari. Hasil terbaik bila pengobatan
dimulai sebelum hari ketiga sakit.
Pencegahan

Varisela dapat dicegah dengan isolasi penderita,


pemberian vaksinasi aktif dan vaksinasi pasif yaitu
Varicella zoster immunoglobulin (VZIG) 1,25
ml/10kgbb, i.m, maksimun 6,25 ml (5 vial), dan
pemberian vaksinasi pasif ini efektif jika diberikan dalam
72 jam setelah kontak.
Demam skarlet merupakan suatu bentuk infeksi saluran pernafasan
atas yang disertai dengan ruam khas, terjadi karena infeksi
Streptokokus grup A yang memproduksi eksotoksin pirogen pada
individu yang tidak memiliki antibodi antitoksin.

Etiologi

Streptococcus beta haemolyticus group A


MENINGOKOKSEMIA

Infeksi yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis yang ditandai


oleh beberapa gejala sistemik yang berat termasuk diantaranya
petekie hemoragik.

Etiologi

Disebabkan oleh Neisseria meningitidis (meningokokus).


Serogrup terpenting yang menyebabkan penyakit pada manusia
adalah A, B, C, Y, dan W-135. Antigen meningokokus ditemukan
dalam darah dan LCS pada penderita dengan penyakit aktif.
Patogenesis dan patologi
Bakteri masuk Mencapai aliran
Bakteriemi
melalui nasofaring darah

Meningokoksemia Tidak mempunyai


(sepsis) antibodi
Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul dapat seperti infeksi saluran pernapasan atas.


Gejala meningokosemia fulminan lebih hebat, dengan demam tinggi
dan ruam hemoragik, dan mungkin terdapat DIC dan kolaps sirkulasi,
hal ini dikenal dengan Waterhouse-Friderichsen syndrome.

Selama meningokoksemia, terjadi trombosis pada banyak pembuluh


darah kecil dalam berbagai organ, dengan infiltrasi perivaskuler dan
petekie hemoragik. Bisa terdapat miokarditis interstitial, artritis, dan
lesi kulit.
Laboratorium

- Sediaan apus

Sediaan pewarnaan gram dari LCS, darah, dan aspirat petekie.

- Biakan

Dapat digunakan dengan media agar coklat atau media perbenihan


modifikasi Thayer-Martin dengan antibiotika (vankomisin, kolistin,
amfoterisin) yang dipakai untuk biakan nasofaring.

- Serologis

Antibodi terhadap polisakarida meningokokus dapat diukur dengan


aglutinasi lateks atau tes hemaglutinasi atau dengan aktivitas
bakterisidalnya
Terapi

Penisilin G adalah obat pilihan untuk mengobati penyakit


menigokokus. Sefalosporin generasi ketiga, misalnya
sefotaksim, seftriakson, atau kloramfenikol dapat dipakai
untuk penderita yang alergi terhadap penisilin.Terapi
diberikan selama 5-7 hari.
Pencegahan

Pada anak dapat diberikan Rifampin (10 mg/kgbb per oral dibagi dalam 2
dosis, selama 2 hari, infant< 1 bulan: 5 mg/kgbb/dosis).

Atau ceftriaksone (<12 tahun:125 mg dosis tunggal IM, > 12 tahun: 250 mg
dosis tunggal IM).

Ciprofloksasin (500 mg oral dosis tunggal) dapat diberikan pada usia sama
atau lebih dari 18 tahun.

Selain itu kini juga tersedia vaksin, terutama untuk meningokokus grup A, C,
Y, dan W-135. Vaksin ini imunogenik untuk dewasa tapi tidak untuk anak di
bawah usia 2 tahun.
DEMAM BERDARA DENGUE

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok.
Manifestasi klinis

Demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai


lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien
tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk
melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma
biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR
(Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena
teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya
antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM maupun
IgG.
Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada
hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan
plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya
dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada
sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat
pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
;
Penatalaksanaan
Demam Berdarah Dengue tanpa syok
- Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
- Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
- Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan
waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
- Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
Demam Berdarah Dengue dengan Syok

Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai